Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GOUT PADA LANJUT USIA

Di susun oleh :
Dinda F Septiani. S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN GOUT PADA LANJUT USIA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan
manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) No.
13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain ( Depkes RI,2003)
3. Karakteristik Lansia
Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
B. Tinjauan Teoritis Gout
1. Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran
khusus,yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.
2. Klasifikasi Gout
a. Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat
b. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi
asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu.
3. Etiologi
Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia. Hiperurisemia
pada penyakit ini terjadi karena:
a. Pembentukan asam urat yang berlebih.
1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukemia,terutama bila diobati dengan
sitostatika,psoriasis,polisitemia vera dan mielofibrosis.
b. Kurang asam urat melalui ginjal.
1) Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui
2) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik..
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak
penting.
4. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi
dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

c. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan
robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma.
e. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam
cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan
jaringan.

5. Manifestasi Klinis
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang penting
diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang
menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium
urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering
terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles
pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya.
Pada telinga misalnya karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah
tertiup angin,kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian
pula di dorsum pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri
terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang
termasuk sel-sel raksasa.
Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya
pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa
sakit yang hebat sekali.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah
dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri
sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu,lalu
menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi
lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk serangan ini.
Tofi merupakan penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada
sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga
sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-
10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.
6. Penatalaksanaan  
a. Penatalaksanaan serangan akut
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
1) Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis
gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang
sering ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah.
Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat
kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual
atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat
inflamammatory bowel disease.
2) OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah
indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam.
Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal,
dan riwayat alergi terhadap OAINS.
3) Kortikosteroid
Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang
terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya
triamsinolon 10-40 mg intraartikular.
4) Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin
karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal
dan memperberat hiperurisemia. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan
diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang.
b. Penatalaksanaan periode antara
1) Diet dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet
rendah purin.
2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid,
deuretik, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari
ginjal.
3) Kolkisin secara teratur
4) Penurunan kadar asam urat serum
a) Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam
urat yang telah difiltrasi dan mengurangi peyimpanannya
b) Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan produksi
asam urat dan meningkatkan pembentukan xantin serta hipoxantin dengan
cara menghambat enzim xantin oksidase.
7. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi
dalam darah ( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg% dan
pada wanita 7mg%. pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila
dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan
dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg
%/liter per 24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting
untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu
dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila
ditemukan gambarankristal asam urat ( berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.
8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

c. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

C. PROSES KEPERAWATAN
1. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
a) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari.
Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
b) KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
c) INTEGRITAS EGO
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan orang lain.
d) MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa
e) HIGIENE
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan
pada orang lain.
f) NEUROSENSORI
Gejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
g) NYERI / KENYAMANAN
Gejala: Fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan
h) KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa
i) INTERAKSI SOSIAL
Gejala: Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: Nyeri hilang atau terkontrol
INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
2. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
6. Berikan masase yang lembut
Kolaborasi
7. Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk
seperti asetil salisilat (aspirin)
RASIONAL
1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan
program
2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi /
nyeri
3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau
cedera sendi.
4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan
6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot,relaksasi, mengurangi tegangan
otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Diagnosa 2: intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot


Kriteria hasil: Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
INTERVENSI
Mandiri
1. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Kolaborasi
4. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat
bantu. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
RASIONAL
1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4. Untuk menekan inflamasi sistemik akut

Diagnosa 3: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang


Kriteria hasil: Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik
INTERVENSI
1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2. Memantau regimen medikasi
3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan
dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien
melamun alihkan perhatiannya

RASIONAL
1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan
keluarga dari kekhawatiran yang konstan
2. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan
agitasi,mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC : Jakarta
2. Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI : Jakarta
3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media
Aeusculapius
4. Nugroho, wahjudi. 2002. Keperawatan Gerontik. EGC : Jakarta
5. Pranarka, kris. 2010. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Edisi ke 4.
Balai penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia: Jakarta
6. Prof .dr.H.M. Noer, Sjaifoellah. 2000. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi ke 3. Balai
penerbit FKUI: Jakarta
7. R. Maryam,S, Fatma, M.dkk.  2008. Mengenal Usia   Lanjut Dan Perawatannya.
Salemba medika : Jakarta
8. http://ged3kert4.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-dengan-diagnosa-
gout.html. Di unduh tanggal 4 April 2012

Anda mungkin juga menyukai