Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)”

OLEH :

KELAS B14-B KELOMPOK 8

NI KOMANG ASIH CAHYA PRAMESTI (213221274)


GUSTI AYU MADE DIAH DWI MEIDAYANTI (213221275)
NUR’AINI PRAJNA PARAMITHA (213221276)
I PUTU DIAN PRATAMA (213221277)
NI LUH EVAYANI (213221278)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
TAHUN AJARAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Keperawatan Komunitas tentang ‘‘Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)’’ ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Tujuan Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas
pengetahuan serta memahami materi yang kami sajikan.

Makalah ini kiranya kurang sempurna, tetapi isi di dalamnya


memuat pembahasan yang cukup jelas serta mudah dimengerti
bagi para pembaca. Penyusun juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, serta sumber buku yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini . Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah wawasan yang lebih luas bagi pembaca. Tentunya
makalah ini memiliki kelebihan serta kekurangan, sehingga kritik dan
saran sangat diperlukan dalam penulisan makalah ini.

Denpasar, 15 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...............................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................6
C. TUJUAN...................................................................................................................6
D. MANFAAT...............................................................................................................7
BAB II.................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.................................................................................................................8
A. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.............................................................8
B. Teori Yang Melatar Belakangi Kesehatan Keselamatan Kerja................................9
C. Teori Kecelakaan Kerja..........................................................................................10
D. Konsep Keperawatan K3........................................................................................20
E. Aplikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Keperawatan..........................22
F. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja........26
G. Program K3.............................................................................................................28
H. Pengelolaan Program K3 Pada Komunitas.............................................................31
BAB III..............................................................................................................................33
PENUTUP.........................................................................................................................33
A. Simpulan.................................................................................................................33
B. Saran........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, serta menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan (Sucipto, 2014).
Era globalisasi, K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap bagian
kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan. K3 adalah suatu
bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas
keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat
mengancam dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
menyatakan bahwa upaya K3 harus diselengarakan disemua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan. Rumah
sakit dan klinik termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya karyawan
yang bekerja, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit dan
klinik (Yuwono & Yuanita, 2015).

Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar


setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat
kerja atau lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga pekerja merasa aman
dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat

1
meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja, untuk dapat bekerja sebaik
mungkin dan juga dapat mendukung keberhasilan serta target dalam pekerjaan
dapat tercapai (Saputra, 2012). Salah satu faktor yang dapat membentuk
kepuasan kerja adalah adanya jaminan dan kondisi kerja yang nyaman bagi
anggota organisasi. Dan K3 merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja (Indrawati dkk, 2017).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari K3?


2. Teori apa saja yang melatarbelakangi K3?
3. Apa saja teori kecelakaan kerja?
4. Apa saja model dalam K3?
5. Bagaimana konsep keperawatan K3?
6. Bagaimana aplikasi kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan
7. Apa fungsi dan tugas perawat dalam K3?
8. Apa saja program K3?
9. Bagaimana pengelolaan K3 pada komunitas?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dari Kesehatan dan keselamatan di dalam
lingkungan kerja.
2. Tujuan Khusus
Untuk menjelaskan pengertian dari K3, teori yang terdapat dalam K3, teori
kecelakaan kerja ,model yang dipakai dalam K3 serta fungsi dan tugas perawat
dalam K3,Program K3, pengelolaan K3 pada komunitas.

2
D. MANFAAT

1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bentuk pertimbangan bagi mahasiswa
dalam meningkatkan ilmu keperawatan khususnya pada bidang K3

2. Bagi Manajemen Keperawatan

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wawasan dan bahan acuan dalam
managemen dan pengetahuan mengenai Kesehatan keselamatan kerja (K3).

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

1. Definisi Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian yang dapat
berdampak terhadap manusia maupun peralatan, objek kerja, tempat kerja dan
lingkungan kerja secara langsung dan tidak lagsung (Kemenkes RI, 2015).
2. Definisi Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dari pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatU lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia dengan jabatannya (Kemenkes RI, 2015).
3. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Menurut Tarwaka (2014) dalam bukunya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, pengertian Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dapat dikelompokkan dalam pengertian secara filosofis,
keilmuan dan dari sudut pandang ilmu hukum.
1) Secara Filosofis
Secara filosofis K3 dapat didefinisikan sebagai suatu upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik secara rohani ataupun rohani manusia
(pekerja) beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang
aman, adil, makmur dan sejahtera.
2) Secara Keilmuan
Secara keilmuan K3 dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu dan penerapannya
baik secara teknis maupun teknologi dalam upaya pencegahan terhadap
kecelakaan dan muculnya penyakit akibat kerja yang dilakukan.
3) Dari sudut pandang ilmu hukum

4
Dari sudut pandang ilmu hukum K3 didefiniskan sebagai sebagai upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja serta orang lain yang berada di
tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat, serta sumber
sumber produksi dapat dijalankan secara aman, produktif dan efisien.

B. Teori Yang Melatar Belakangi Kesehatan Keselamatan Kerja

Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu yang


diimplementasikan untuk membuat pekerja yang sedang bekerja di tempat kerja
agar tetap sehat dan selamat. Menurut Depnaker RI (2005) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam
rangka mencegah, menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan
dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa dan pengendalian
bahaya dengan menerapkan system pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Dari pengertian diatas dapat terlihat bahwa K3 sangat menitikberatkan pada
pencegahan kecelakaan kerja, yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi,
menganalisa dan mengendalikan bahaya. Menurut OSHA, program Occupational
Safety and Health memiliki 5 inti, dimana inti-inti tersebut ialah kepemimpinan
manajemen dan partisipasi pekerja, penilaian bahaya, pencegahan dan
pengendalian bahaya, pelatihan dan evaluasi program. Berdasarkan hal ini dapat
terlihat bahwa menilai dan mengendalikan bahaya merupakan aspek penting
dalam K3. Selain itu, terdapat aspek lain seperti manajemen, pekerja itu sendiri,
pelatihan dan evaluasi program tersebut.
Secara definisi ilmu K3 memang lebih diperuntukkan pada pekerjaan,
namun demikian tidak tertutup kemungkinan K3 diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan karena bahaya sebenarnya ada dimana-mana dan
kemungkinan terjadinya kecelakaan tidak hanya dapat terjadi saat bekerja saja.
Ditambahkan lagi oleh Brauer (2006) kecelakaan lebih banyak terjadi ketika
berada di luar jam kerja, meskipun kejadian itu mungkin juga disebabkan karena

5
pekerjaannya. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa K3 tidak hanya perlu
diterapkan pada dunia kerja saja tetapi juga di dalam kehidupan sehari-hari.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur
tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang- Undang
Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan
dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-Undang tersebut
kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

C. Teori Kecelakaan Kerja

Menurut wianjani (2010) terdapat sejumlah teori tentang kecelakaan. Teori


tersebut memberikan pengertian terhadap Tindakan preventif dan menggambarkan
semua semua factor yang berkaitan terhadap terjadinya kecelakaan atau
memperkirakan dengan alasan-alasan yang akurat kemungkinan kecelakaan akan
terjadi.sebelum memahami bagiamana kecelekaan itu dapat terlebih dahulu kita
harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya.
Teori kecelakaan kerja atau bisa juga disebut teori kecelekaan kerja
merupakan teori -teori yang menguraikan penyebab dari kecelakaan ditempat kerja
agar dapat disusun Tindakan pengendalian. Pengetahuan terhadap penyebab kerja
K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan yang sama agar tidak terulang
kembali. Jika manajemen keselamatan kerja efektif maka seharusnya tidak ada
kecelakaan kerja yang terjadi.
Menurut ISO 45001 tentang system manajemen keselamatan dan Kesehatan
kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang muncul dari atau berkaitan dengan
pekerjaan yang menghasilkan luka atau penyakit akibat kerja. Menurut hollnagel,
kecelakaan didefinasikan sebagai suatu kejadian yang singkat, tiba-tiba dan tidak
dikehendaki yang menghasilkan hasil yang tidak diinginkan dan harus secara

6
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan aktivitas manusia bukan dari
peristiwa alam.
1. Jenis Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan asalnya, penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 3, yaitu T-O-P
(teknis, organisasional, dan personel). Berikut adalah penjelasan T-O-P:
a. Teknikal : yaitu segala hal yang berkaitan dengan perangkat keras seperti
mesin, alat, transportasi, dan lain-lain
b. Organisasional : yaitu segala hal yang berkaitan dengan sistem
manajemen seperti prosedur, instruksi kerja, rambu-rambu, dan lain-
lain
c. Personel : yaitu segala hal yang berkaitan dengan sifat manusia seperti
sifat tergesa-gesa, sifat pelupa, menegur ketika tidak aman, dan lain-
lain.
2. Fase Perkembangan Teori Kecelakaan Kerja
Menurut OHS Body of Knowledge dalam seri Models of Causation: Safety, 8 teori
penyebab kecelakaan kerja menjadi contoh dari 3 fase perkembangan teori:
a. Fase Model Simpel Linear : Pada fase ini, para ahli berpendapat bahwa
kecelakaan merupakan gabungan dari rangkaian kejadian yang
berinteraksi secara berurutan dengan yang lain sehingga kecelakaan bisa
dihindari dengan menghilangkan salah satu penyebab dalam urutan
linear tersebut.
b. Fase Model Kompleks linear : model ini berdasarkan dari anggapan
bahwa kecelakaan merupakan hasil dari kombinasi tindakan tidak aman
dan kondisi bahaya laten dalam sistem yang mengikuti garis lurus.
Faktor yang terletak paling jauh dari kecelakaan dijadikan sebagai
perilaku dari organisasi atau lingkungan dan faktor di sisi lainnya
sebagai perilaku manusia di mana pada titik itu manusia memiliki
interaksi paling dekat kepada kecelakaan. Model ini berpendapat bahwa
kecelakaan dapat dicegah dengan fokus kepada memperkuat penghalang
dan pertahanan.

7
c. Fase Model kompleks non-linear: model ini menyatakan bahwa
kecelakaan sebagai hasil dari kombinasi berbagai macam variable yang
berinteraksi secara mutual dan terjadi dalam lingkungan dunia yang
nyata. Menurut Hollnagel, hanya dengan melalui pengertian terhadap
kombinasi dan interaksi dari beberapa faktor ini, kecelakaan dapat
dimengerti dan dicegah.

3.

Model Teori Kecelakaan Kerja


a. Model Simple Linear
1) Teori Domino Heinrich
Teori Domino Heinrich merupakan teori penyebab kecelakaan pertama yang
menggunakan prinsip sekuensial (berurutan). Model ini menyatakan
bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan tersusun secara berurutan
dalam satu garis seperti domino. Menurut Heinrich, kecelakaan adalah
salah satu faktor dari 5 faktor yang akan membawa kepada luka.
a) Lingkungan sosial/asal (ancestry)

b) Kesalahan manusia

c) Perilaku tidak aman, bahaya mekanik dan fisik

d) Kecelakaan

e) Luka

8
Berdasar
kan teori domino, kecelakaan dapat dicegah dengan mencabut salah satu
domino sehingga mengganggu efek domino. Heinrich berpendapat bahwa
perilaku tidak aman dan bahaya mekanis menjadi faktor utama dalam
urutan kecelakaan sehingga pencabutan faktor utama ini membuat faktor
yang lain tidak akan efektif dalam membuat kecelakaan kerja.
2) Teori Bird and Germain’s Loss Causation
Teori Domino dilanjutkan oleh Bird dan Germain (1985) yang menyatakan
bahwa urutan teori domino Heinrich telah mendukung pemikiran
keselamatan kerja selama 30 tahun. Mereka menyadari kebutuhan dari
manajemen untuk mencegah dan mengendalikan kecelakaan di mana
manajemen telah menjadi situasi yang kompleks disebabkan oleh
perkembangan tekhnologi. Mereka memperbaharui teori domino yang
ditambahkan dengan hubungan manajemen kepada penyebab dan efek
kecelakaan. Teori ini dilengkapi dengan tanda-tanda panah untuk
menjelaskan interaksi multi linear dari penyebab dan efek dari urutan.
Model ini kemudian disebut dengan model loss causation yang dijelaskan
juga dalam garis lurus dari 5 domino yang dihubungkan satu sama lain
dalam urutan linear.

9
b. Model Kompleks Linear
1) Model energy – damage
Model energy – damage ini banyak disebutkan telah dibuat oleh Gibson (1961)
tetapi Viner (1991) mengerti bahwa model ini merupakan hasil diskusi dari
Gibson, Haddon dan yang lain. Model energy -damage ini berdasarkan
pemikiran bahwa damage ( luka) merupakan hasil dari energi kecelakaan
yang menuju penerima (pekerja) dengan daya rusak yang tidak bisa diterima
oleh penerima energi.

Pada model energy-damage, “the hazard” sebagai sumber energi potensial yang


dapat merusak dan menimbulkan kecelakaan yang merupakan hasil dari
ketidakmampuan untuk mengendalikan energi. Pengendalian energi ini dapat
saja berupa penghalang fisik atau struktural, pengaman, proses dan prosedur.
Bagian “space transfer mechanism” adalah sarana dimana energi dan
penerima dibawa bersama dengan asumsi bahwa mereka pada awalnya jauh
dari satu sama lain. “Recipient boundary” adalah permukaan yang terpapar
dan rawan terhadap energi.

2) Model Urutan Waktu (time sequential model)


Benner (1975) menyatakan terdapat 4 isu yang tidak diperhitungkan dalam model
domino : (1) kebutuhan untuk menetapkan awal dan akhir dari kecelakaan; (2)
kebutuhan untuk menjelaskan kejadian yang terjadi pada urutan waktu; (3)
kebutuhan untuk metode yang terstruktur untuk menjelaskan faktor-faktor
relevan yang terlibat; dan (4) kebutuhan untuk menggunakan metode pemetaan
untuk menjelaskan kejadian dan kondisi.

10
Gambar Model
Urutan Waktu

3) Model

Epidemiologikal
Model kecelakaan epidemiologikal dapat dilacak dari studi epidemiologi
penyakit dan penelitian dari faktor penyebab pada  perkembangan mereka. Gordon
(1949) menyadari bahwa “Luka, meskipun berbeda dari penyakit, sebenarnya sama-
sama rentan dengan menggunakan pendekatan ini, berarti pengertian kita terhadap
kecelakaan dapat ditingkatkan dengan menganggap bahwa kecelakaan disebabkan
oleh kombinasi dari 3 sumber: manusia, agen, dan lingkungan.
Benner (1975) seorang praktisi faktor manusia pada psikologi mengajukan
model penyebab kecelakaan dengan prinsip epidemiologikal. Model ini menyatakan
bahwa kecelakaan merupakan kombinasi dari faktor lingkungan dan agen yang
memiliki efek negative kepada organisme.

11
Gambar model epidemiologikal

4) Model Sistemik
Pada tahun 1980, peneliti-peneliti di bidang keselamatan kerja menyadari
bahwa model kecelakaan yang sebelumnya tidak mencerminkan realitas dari
fenomena kecelakaan. Banner (1984) menyatakan bahwa realitas yang ada harusnya
juga mengakomodasi kejadian yang non-linear.
Model kecelakaan sistemik menguji ide bahwa kegagalan sistem lebih
berkontribusi terhadap kegagalan manusia dalam kecelakaan kerja. Model ini
menyatakan bahwa kecelakaan tidak terjadi dalam lingkungan sistemik yang
terisolasi. James Reason (1990) menerima bahwa kecelakaan tidak melulu
disebabkan oleh kesalahan individu (active errors) tetapi  juga terletak pada faktor
organisasional yang sistemik dan lebih luas (latent condition). Reason
mengeluarkan model yang disebut Swiss Cheese Model.

Gambar Swiss Cheese Model

Model Swiss Cheese kemudian dikembangkan menjadi “Reason model on Systems


Safety”. Model ini memberikan dampak besar dalam dunia keselamatan dan
kesehatan kerja karena telah membuat fokus investigasi berubah dari menyalahkan
individu kepada pendekatan yang tidak menyalahkan; dari pendekatan personel ke
pendekatan sistem; dari kesalahan aktif ke laten; dan dia fokus kepada bahaya,
pertahanan, serta kerugian.

12
Gambar Reason Model on System Safety

c. Model Kompleks Non Linear


1) STAMP (System Theoretic Accident Model and Process)

STAMP merupakan model investigasi kecelakaan yang dicetuskan oleh Leveson.


Model ini fokus terhadap penyebab pengendalian risiko gagal untuk
mendeteksi atau mencegah perubahan yang kemudian membawa kepada
kecelakaan. Leveson mengembangkan metode klasifikasi untuk membantu
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan dilihat dalam
sebuah sistem yang berkaitan. Model ini menggunakan pendekatan barriers
 dan defences kepada pencegahan kecelakaan dan didesain sebagai indikator
performa keselamatan kerja yang proaktif dan leading.
Model ini ternyata hanya memberikan efek sedikit dalam komunitas keselamatan
kerja. Roelen, Lin dan Hale (2010) menyebutkan hal tersebut terjadi karena

13
STAMP tidak memberikan jembatan antara praktek pengumpulan data
keselamatan kerja saat ini dengan metode STAMP.

2) FRAM (Functional Resonance Accident Model)


FRAM (Functional Resonance Accident Model) dicetuskan oleh Erik Hollnagel.
FRAM merupakan model investigasi kecelakaan pertama yang
mengggunakan 3 dimensi, bergerak menjauh dari model linear yang
berurutan. Model ini menyadari bahwa faktor-faktor yang ada seperti
manusia, tekhnologi, kondisi laten dan penghalang tidak dengan sederhana
berkontribusi terhadap kecelakaan.
Model Fram ini menyajikan pandangan tentang bagaimana beragam fungsi dalam
organisasi dapat dihubungkan dengan fungsi lain yang bertujuan untuk
mengerti variabilutas dari setiap fungsi dan bagaimana variabilitas tersebut
dapat dimengerti dan diatur. Fungsi dalam FRAM dikategorisasi
dalam inputs, outputs, preconditions, resources, time  dan  control. Variasi
dalam sebuah fungsi dapat berdampak pula pada fungsi lain.

D. Konsep Keperawatan K3

Semua pihak perlu memahami peran perawat kesehatan kerja di tempat kerja
termasuk rumah sakit. Peranan itu harus meliputi semua faktor yang mempengaruhi

14
kesehatan seseorang di tempat kerja. Perawat harus bersikap pro-aktif dan luwes
untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Konsep
kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan mungkin mempengaruhi
praktik keperawatan dan harus sesuai dengan kebutuhan perawat itu sendiri dan
klien dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kedua belah pihak tersebut.
Perawat yang bermutu adalah praktisi mandiri yang mampu melaksanakan
banyak tugas secara sendirian atau menjadi bagian tim yang besar yang terdiri atas
dokter, higienis, petugas keselamatan, dan lain-lainnya. Dia akan melakukan
berbagai fungsi, seperti mengenal dan mengendalikan bahaya, memberikan
konseling, promosi kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini,perawat
memegang peranan yang cukup besar dalam upaya pelaksanaan dan peningkatan
K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat tidak dapat bekerja secara
individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lintas program
maupun lintas sektor.
Utamanya, konsep K3 dalam pemberian asuhan keperawatan adalah usaha
mencegah (sarana utama) terjadinya kecelakaan (kecacatan) dan penyakit akibat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien agar perawat dan klien selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber asuhan keperawatan dapat
digunakan secara aman dan efisien.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tentu seorang perawat dank lien
berpotensi untuk mengalami risiko dan hazard akibat dari asuhan keperawatan.
Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa
yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat sesuatu (kerja) dan
terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya menurut OHSAS 18001:2007.
Risiko juga dapat diartikan bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi
akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Selain risiko, seorang perawat dank lien juga dihadapkan pada bahaya atau
hazard akibat asuhan keperawatan. Hazard merupakan semua sumber, situasi
ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau

15
penyakit akibat kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007. Hazard juga dapat di
definisikan sebagai keadaan yang dapat menimbulkan atau meningkatkan terjadinya
kerugian (chance of loss) dari suatu bencana yang terjadi. Hal-hal seperti
pemeliharaan rumah-tangga yang buruk, jalan raya yang rusak berlobang, mesin
yang tidak terawat, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazards, karena itu semua
merupakan keadaan yang dapat meningkatkan terjadinya kerugian. Macam hazard
yang dapat dialami oleh perawat antara lain:
1. Hazard bilogis : Terpapar dengan penyakit menular, missal TBC, HIV AIDS,
Hepatitis B dan C, Clostridium Difficile, dan lain-lain.
2. Hazard kimia : Antineoplastic agents. ethylene oxide, anesthetic gases,
formaldehyde, glutaraldehye, elemental mercury.
3. Hazard fisik: Suhu, tekanan, getaran, pencahayaan, dan radiasi.
4. Hazard ergonomic : Mengangkat beban berat, melakukan gerakan yang sama
berulang-ulang, posisi canggung (meraih di atas ketinggian bahu, berlutut,
jongkok, membungkuk di samping tempat tidur, memutar badan sambil
mengangkat).
5. Hazard psikologi : Ketidakstabilan emosi, gangguan tidur, perawat mungkin
merasa terisolasi, letih, marah, dan tidak berdaya karena rasa depersonalisasi
yang diciptakan oleh sistem birokrasi yang besar.

E. Aplikasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Keperawatan

Dalam pengaplikasian kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan ini focus
utamanya adalah bagaimana mengendalikan atau meminimalkan risiko dan hazard
yang dapat membahayakan klien dan perawat. Berikut uraiannya.
1. Hazard biologis

16
Dalam meminimalkan terjadinya hazard biologis, focus utamanya adalah
memutus rantai infeksi yang mencakup beberapa hal berikut:
a. Good Hand Hygiene
Dalam meminimalkan penyebaran infeksi, seorang tenaga kesehatan
utamanya perawat diharapkan mencuci tangan dengan langkah yang
ditentukan menggunakan air mengalir selama 60 detik atau menggunakan
alcoholbased hand rubs (ABHR) sebagai mode utama kebersihan tangan
(disarankan) kegiatan melawan spektrum yang luas yang membutuhkan
lebih sedikit waktu daripada mencuci tangan menggunakan air mengalir.
Untuk penggunaan alhoholbased hands rub ini bisa diletakkan di samping tempat tidur
klien dan mengusahakan mencuci tangan dengan sabun dan air ketika tangan
terlihat kotor (misalnya kotoran, darah, cairan tubuh). Cucilah tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir setelah melepas dan membuang APD.

b. Personal Protective Equipment (PPE)


1) Sarung tangan, gaun, masker wajah, topi, kacamata googles.
2) Gunakan APD ini sesuai dengan sifat interaksi klien dan potensi paparan
darah, cairan tubuh atau agen infeksi.
3) Buang APD sebelum meninggalkan kamar atau area klien dalam situasi
yang kemungkinan kontak dengan: darah, cairan tubuh lain, membrane
mukosa, kulit yang tidak utuh atau bahan yang berpotensi menular.
4) Tidak memakai sarung tangan yang sama untuk perawatan lebih dari satu
klien mencuci sarung tangan untuk tujuan penggunaan kembali.
5) Untuk melindungi kulit dan pakaian selama prosedur atau kegiatan dimana
kontak dengan darah atau cairan tubuh di antisipasi.
6) Jangan memakai gaun yang sama untuk perawatan lebih dari satu klien
gunakan perlindungan mulut, hidung dan mata selama prosedur yang
cenderung menghasilkan percikan atau semprotan darah atau cairan tubuh
lainnya.
c. Injection Safety

17
Penggunaan jarum suntik tunggal, baik jarum maupun spuitnya
digunakan 1 klien 1 obat. Kemudian persiapan obat sebisa mungkin dekat
dengan persediaan atau peralatan yang digunakan untuk mengoplos. Berikut
langkah praktek injeksi yang aman:
1) Gunakan teknik aseptik (menyiapkan obat)
2) Jangan pernah berikan obat dari jarum suntik yang sama ke beberapa klien
(bahkan jika suntikan diberikan melalui selang intravena panjang)
3) Jangan menggunakan kembali syringe untuk memasukkan botol atau
larutan obat
4) Jangan berikan obat dari botol tunggal, ampul, atau kantong atau botol
larutan intravena ke lebih dari satu klien
5) Tutup jarum dengan satu jari
6) Buang jarum suntik bekas

d. Environmental Cleaning
Berbicara mengenai kebersihan lingkungan, baik lingkungan yang ditempati klien
selama berada di rumah sakit maupun peralatan klien harus bersih, misalnya
linen yang digunakan klien. Fokus utamanya pada permukaan yang dekat
dengan klien dan yang sering disentuh. Kebersihan lingkungan juga
berhubungan dengan desinfeksi dan sterilisasi.
Desinfeksi umumnya merupakan proses yang kurang mematikan dari inaktivasi
mikroba dibandingkan dengan sterilisasi yang menghilangkan hampir semua
mikroorganisme patogen.
Desinfeksi maupun sterilisasi melibatkan tindakan fisik scrubbing dengan surfaktan
atau deterjen dan air, atau proses berbasis energi (misalnya, pembersih
ultrasonik) dengan bahan kimia yang tepat.
e. Medical Equipment
1) Peralatan medis diberi label oleh produsen sebagai alat yang hanya dapat
digunakan kembali atau sekali pakai, sehingga siapapun yang
menggunakannya harus teliti membacanya.

18
2) Semua peralatan medis yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan
dan dipelihara sesuai dengan instruksi pabrik untuk mencegah penularan
agen infeksi klien-ke-klien
f. Respiratory Hygiene/Cough Etiquette
1) Tutup mulut / hidung saat batuk atau bersin
2) Gunakan tissue atau saputangan saat batuk atau bersin
3) Cuci tangan setelah tangan telah bersentuhan dengan sekresi pernapasan
4) Menyediakan wadah tanpa sentuhan untuk membuang tissue
5) Menawarkan masker
2. Hazard kimia
Hal yang perlu dilakukan untuk mecegah bahaya ini sampai pada klien dan perawat
adalah
a. Pendidikan pada petugas
b. Memakai gaun non-permeabel dan sarung tangan ganda
c. Kontrol lingkungan
d. Penanganan tumpahan yang tepat

3. Hazard fisik
Hal yang perlu dilakukan untuk meminimalkan atau bahkan meniadakan dampak dari
hazard fisik ini adalah sebagai berikut:
a. Melengkapi pakaian kerja/perlindungan dari radiasi dengan   kacamata
timah dan baju apron dan pelindung leher dari apron
b. Klien diberi pembatas leher dan sudut hamburan serta pemilihan tegangan
tabung.
c. Substitusi
d. Kontrol lingkungan
4. Hazard ergonomic
Yang dapat dilakukan untuk meminimalkan bahaya ini adalah dengan menggunakan
posisi yang efektif dan efisien. Misalnya dalam memindahkan klien, yang harus kita
perhatikan adalah:

19
a. Tidak memindahkan/mengangkat klien pada saat kehilangan keseimbangan.
b. Mengangkat klien dengan mendekatkan ke tubuh
c. Tidak mengangkat sendiri
d. Hindari mengangkat klien dengan tulang belakang diputar.
e. Pelatihan kapan dan bagaimana menggunakan peralatan mekanik.
5. Hazard psikologi
Untuk mengurangi terjadinya hazard ini, yang dapat dilakukan adalah:
a. Rapat staf yang dijadwalkan secara berkala
b. Pengembangan program manajemen stres dan mekanisme koping yang
memadai
c. Tersedianya program bantuan karyawan
d. Fleksibilitas dan partisipasi pekerja dalam pengembangan jadwal kerja
e. Pelatihan dan sesi pendidikan yang tepat
f. Penciptaan lingkungan kerja yang terorganisir dan efisien
g. Pengakuan dan tindakan yang tepat atas keluhan yang sah
h. Grup terapi / kelompok dukungan untuk staf yang menangani masalah
profesional yang sulit.

F. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Fungsi Perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan tehadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan
2. Tugas Perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan rumah sakit
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan
pekerja

20
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan keselamatan
dan kesehatan kerja (k3) terhadap pekeja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja
dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan keselamatan dan kesehatan kerja
(k3)
Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang
lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :
a. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan
paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan
perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya.
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam
penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
d. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan
pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan,
rujukan dan perawatan emergensi.
e. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan
membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
f. Management and Administration

21
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada
progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan
manajemen.
g. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan
perbaikan.
h. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu
menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
i. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan
perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari
dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-
dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat
orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang
utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment,
nursing diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah
mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan
selanjutnya.

G. Program K3

Sebuah organisasi perusahaan perlu mengembangkan strategi perencanaan


yang baik dalam menerapkan aspek K3 melalui program-program yang disusun
berdasarkan prinsip yang terencana dan terarah. Dalam sebuah sistem manajemen,
perencanaan sebuah program harus mempertimbangkan prinsip
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realiable, Timetable). Sebuah

22
program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-program yang dibuat
sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak yang diberi tugas untuk
melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian hasilnya dengan
ditetapkannya target dan indikator keberhasilan pencapaiannya. Sebuah program K3
juga harus bersifat mudah untuk dilaksanakan sehingga dapat berjalan efektif dan
efisien sesuai dengan kemampuan perusahaan serta realistis dalam hal pembiayaan
dan kemampuan orang yang melaksanakannya dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
Berikut ini beberapa contoh program K3 yang biasanya dibuat oleh
profesional. Program K3 ini bisa diimplementasikan di berbagai tempat kerja seperti
rumah sakit, pabrik, gedung, proyek konstruksi, hingga di sekolah, dan masih banyak
lagi. Berikut ulasan lengkapnya :
1. Program identifikasi bahaya dan penilaian risiko
Program ini, adalah program K3, yang biasanya paling dasar dan cukup
berpengaruh terhadap program program lain. Di program K3 ini, pekerja
diharuskan bisa sebutkan seluruh kegiatan di tempat kerjanya, termasuk yang ruin
maupun non rutin, serta dalam kondisi darurat untuk identifikasi potensi bahaya
dan resikonya.
Selanjutnya setelah berhasil mengidentifikasi, dilanjutkan dengan
perencanaan pengendalian terhadap risiko yang ada. Contoh dari program K3
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang paling umum seperti, Hazard
identification, job safety analysis, dan hiradc.
2. Program K3 Identifikasi peraturan dan perundangan
Program K3 lainnya, yakni seperti identifikasi peraturan dan perundangan.
Tujuan program K3 ini untuk pastikan kepatuhan terhadap perundangan yang
berlaku. Juga sebagai bahan negosiasi kepada pihak manajemen serta pekerja,
dalam rangka memastikan kepatuhan terhadap peraturan.
Peraturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja bisa
bersumber dari pemerintah, kementerian, korporat maupun perusahaan induk
dan sumber peraturan perundangan K3 yang lainya.

23
3. Penetapan tujuan dan program
Biasanya, penetapan tujuan dan program K3 dilaksanakan awal tahun.
Program ini wajib disepakati pihak pekerja dan manajemen. Program
penetapan tujuan memberikan panduan dan pedoman dalam bekerja, mengenai
suksesnya sebuah program K3.
4. Program pelatihan K3
Fungsi program ini guna tingkatkan kemampuan pekerja. Pelatihan K3
juga untuk membuat kepatuhan terhadap perundangan K3.
Program Pelatihan K3 bisa dilaksanakan pihak internal. Seperti ahli K3
umj, tim P2K3 dan HRD. juga bisa dilakukan dari pihak luar. Seperti misalnya
dari OJK 3, dinas kementerian terkait, dan lembaga sertifikasi. HRD sebaiknya
siapkan kebutuhan terkait pelatihan ini.
Contoh program pelatihan K3 misalnya, safety induction. Ini ditujukan
bagi erja baru, yakni mengenalkan alat pelindung diri dan pengenalan bahaya
kimia. Pelatihan lainya dari program ini yakni misalnya pelatihan ahli K3
umum, pelatihan petugas utama K3, hingga pelatihan operator K3.
5. Program media komunikasi
Program ini lebih ditujukan untuk membentuk komunikasi dengan ada
pekerja. Bisa membuat sebuah media komunikasi cetak seperti spanduk K3,
maupun media elektronik, seperti email, maupun Wa dengan membuat grup
khusus yang misalnya membahas tentang keselamatan kerja.
6. Program Rambu K3
Rambu K3, juga merupakan media komunikasi cukup sederhana.
Namun efektif untuk sampaikan pesan. Rambu bisa berisi larangan, himbauan,
pemerintah terkait K3, rambu perlu dipasang di lokasi kerja yang mudah
dilihat sehingga pesanku tersampaikan.

H. Pengelolaan Program K3 Pada Komunitas

24
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan
dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3.
Suatu komunitas dalam menerapkan kebijakan K3 harus dapat
mengitegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan yang sudah ada. Yang perlu
diperhatikan oleh suatu komunitas pada tahap ini adalah :
1. Jaminan Kemampuan
a. Sumber daya manusia, fisik dan financial.
b. Integrasi
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat.
d. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
e. Pelatihan dan Keterampilan
2. Dukungan Tindakan
a. Komunikasi
b. Pelaporan
3. Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian Resiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
b. Penilaian Resiko
c. Tindakan Pengendalian
d. Perencanaan dan Rekayasa
e. Pengendalian Administratif
f. Prosedur Tanggap Darurat atau
Bencana
g. Prosedur Menghadapi Insiden
h. Prosedur Rencana Pemulihan

4. Pengukuran dan Evaluasi


a. Inspeksi dan pengujian b. Audit
K3
c. Tindakan perbaikan dan pencegahan

25
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

26
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu yang
diimplementasikan untuk membuat pekerja yang sedang bekerja di tempat kerja
agar tetap sehat dan selamat. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala
daya upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,
menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui
langkah-langkah identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya dengan
menerapkan system pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan
perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebuah program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-
program yang dibuat sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak
yang diberi tugas untuk melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian
hasilnya dengan ditetapkannya target dan indikator keberhasilan pencapaiannya.
Tugas yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja antara lain berupa tugas administrasi dan pelaporan,
tugas pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/ pelatihan/
pendidikan kesehatan, keselamatan kerja yang diberikan kepada seluruh tenaga
kerja. Dalam sebuah sistem manajemen, perencanaan sebuah program harus
mempertimbangkan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realiable,
Timetable). Suatu komunitas dalam menerapkan kebijakan K3 harus
dapat mengitegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan yang sudah ada

B. Saran

Disarankan lebih banyak memperhatikan Keselamatan Kerja (K3), dan program


dari Keselmatan Kerja (K3) harus terealisasikan secara optimal demi keselamatan
dan kesejahteraan para pekerja baik dalam lingkup pekerja industri dan dalam

27
lingkup pekerja di bidang kesehatan tentu akan meningkatkan keamanan
,profesionalisme dan keoptimalan proses kerja di setiap bidang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Supriyadi, M.K.K.K.2018. 8 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja K3.

28
https://katigaku.top/2018/10/15/teori-kecelakaan-kerja-k3./diaksestanggal15
november 2021.
British Standard Institution.2018. ISO 45001: 2018 Occupational Health & Safety
Management Systems Requirements With Guidance For Use. Geneva, March
31.
Gempur, Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta
: Prestasi Pustaka.

Indarawati, D., Satrya, IGBH., & Dewi, SKS. (2017). Pengaruh Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Pada Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional.
Jurnal Manajemen (MSBK); 11(2):108.
Kementerian kesehatan RI. 2015. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kemeterian Kesehatan RI.Situasi Kesehatan Kerja. ISSN 2442-7659.

Sucipto CD. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing;


2014
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Yuwono, R & Yuanita, F. (2015). Analisa Faktor K3 dan Ergonomi Terhadap


Kepuasan Pasien Pada Fasilitas Pusat Kesehatan Universiti Malaysia
Pahang. Jurnal Ilmiah Teknik Industri (JITI); 14(1):1-

29

Anda mungkin juga menyukai