MODUL PERKULIAHAN
Sistem
Manajemen Mutu
Konstruksi
Standarisasi Sistem Mutu
Abstract Kompetensi
Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, Mahasiswa mampu menyampaikan
pengaruh dan impikasinya cukup konsep dasar system penjaminan mutu
panjang, karena mutu suatu produk secara terintegrasi dan berkelanjutan,
atau layanan ditentukan dari tingkat mulai dari perencanaan, implementasi,
kesuksesan kegunaan produk atau dan kendali serta peningkatan mutu,
layanan tersebut selama baik di tingkat industry, perusahaan,
pemakaiannya. maupun ditingkat proyek konstruksi.
Sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 merupakan sistem manajemen kualitas yang
berfokus pada proses dan pelanggan, maka pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan
standar dan ISO 9001:2000 ini akan membantu organisasi dalam menetapkan dan
mengembangkan sistem manajemen kualitas secara sistematik untuk memenuhi kepuasan
pelanggan (customer’s satisfaction) dan peningkatan proses terus-menerus (continuous
processes improvement). Interpretasi terhadap persyaratan standar ISO 9001:2000 ini
dilakukan berdasarkan pemahaman penulis (DR. Vincent Gaspersrz D.Sc., (2001), “ISO
9001:2000 and Continual Quality Improvment”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.)
serta pengalamannya ketika menetapkan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 pada
beberapa perusahaan industri di Indonesia. Interpretasi persyaratan-persyaratan standar
dalam ISO 9001:2000 didasarkan pada paper ISO 9001:2000, yang dikeluarkan oleh
lembaga ISO.
Definisi dan Standar ISO 9000 untuk sistem manajemen kualitas (Quality Management
System, QMS, DR. Vincent Gaspersrz D.Sc., (2001), “ISO 9001:2000 and Continual Quality
Improvment”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.) adalah: “Struktur organisasi,
tanggung jawab, prosedur-prosedur proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk
penerapan manajemen kualitas,” Suatu sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem
yang bertujuan menjamin kesesuaian dan suatu proses dan produk (barang dan/atau jasa)
terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan
atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Sistem manajemen kualitas
mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen kualitas
secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Terdapat beberapa
karakteristik umum dan sistem manajemen kualitas:
Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dan aktivitas-aktivitas
dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama:
(1) transcendent quality, yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan, (2) product-based
quality, yaitu suatu atribut produk yang memenuhi kualitas, (3) user-based quality, yaitu
kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk (barang dan/atau jasa), (4)
manufacturing-based quality, yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan
Dalam setiap lingkungan, pelaksanaan proses yang konsisten merupakan kunci untuk
peningkatan terus-menerus yang efektif agar selalu memberikan produk (barang dan/atau
jasa) yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar global. Terdapat beberapa langkah
untuk menerapkan suatu sistem manajemen kualitas (QMS). Urut-urutan yang diberikan di
sini hanya merupakan suatu petunjuk, yang dapat saja dilakukan bersamaan atau dalam
susunan yang tidak harus berurut, tergantung pada kultur dan kematangan organisasi, tetapi
semua langkah ini harus diperhatikan secara serius dan konsisten. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen kualitas yang akan
diterapkan. Standar-standar sistem manajemen kualitas itu dipilih berdasarkan dan
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Berkaitan dengan hal ini sistem manajemen
kualitas ISO 9001:2000 dapat dipilih.
2) Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dan organisasi (top
management commitment). Implementasi dan sistem manajemen kualitas
membutuhkan komitmen dan manajemen organisasi dan semua standar sistem
manajemen kualitas membutuhkan komitmen ini agar dapat didokumentasikan yang
biasanya dalam bentuk “Pernyataan Kebijakan Kualitas Organisasi”. Komitmen
Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen kualitas. Peninjauan ulang sistem
manajemen kualitas diperlukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan-
persyaratan standar dan sistem manajemen kualitas itu. Adalah penting bahwa setelah
implementasi, organisasi harus melakukan peninjauan ulang oleh manjemen senior dalam
periode waktu yang teratur guna menjamin status dan ketepatan dan sistem manajemen
kualitas sesuai persyaratan-persyaratan standar. Jaminan terhadap kelanjutan kesesuaian
dan efektivitas dan sistem manajemen kualitas sangat penting. Setelah program
implementasi sistem manajemen kualitas, langkah berikut adalah peningkatan kualitas
terus-menerus (continuous quality improvement). Perlu dicatat dan dipahami bahwa
ISO 9001:2000 disusun berlandaskan pada delapan prinsip manajemen kualitas. Prinsip-
prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja
(framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja. Prinsip-prinsip ini
diturunkan dan pengalaman kolektif dan pengetahuan dan ahli-ahli internasional yang
berpartisipasi dalam Komite Teknik ISO ITC 176, yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan mempertahankan standar-standar ISO 9000.
Delapan prinsip manajemen kualitas itu didefinisikan dalam ISO 9000:2000 (“Quality
Management Systems-Fundamentals and Vocabulary”), dan dalam ISO 9004:2000 (“Quality
Management Systems-Guidelines for performance improvement?’). Delapan prinsip
manajemen kualitas yang menjadi landasan penyusunan ISO 9001:2000 beserta
penjelasannya dibawah ini akan menerangkan tentang penerapan kedelapan prinsip
manajemen kualitas yang menjadi landasan ISO 9001:2000 itu, agar mampu meningkatkan
efektivitas dan Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001:2000.
Delapan prinsip manajemen kualitas yang menjadai landasan penyusunan ISO 9001:2000
itu adalah:
Langkah 1. Identifikasi proses yang dibutuhkan untuk Sistem Manajemen Kualitas dan
aplikasi pada organisasi perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut:
Proses apa yang dibutuhkan untuk Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001:2000?
Apakah proses-proses ini ada yang berasal dari luar organisasi?
Apa input dan output untuk setiap proses?
Siapa pelanggan dan proses?
Apa persyaratan atau kebutuhan dari pelanggan ini?
Siapa yang bertanggung jawab (pemilik) dari proses?
Langkah 2. Menentukan sekuens (urutan) dan interaksi dari proses perlu menjawab
beberapa pertanyaan berikut:
Apa aliran keseluruhan dari proses?
Bagaimana proses itu dapat dijabarkan? (dapat dijawab melalui membuat diagram alir
proses atau peta-peta proses)
Apa keterkaitan di antara proses-proses?
Apa dokumentasi proses yang diperlukan?
Langkah 3. Menentukan kriteria dan metode yang dibutuhkan untuk menjamin efektivitas
operasional dan pengendalian dari proses perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut:
Apa karakteristik hasil dari proses yang diinginkan dan tidak diinginkan?
Apa kriteria untuk pemantauan, pengukuran, dan analisis?
Bagaimana kita dapat memasukkan atau menggabungkan ini kedalam proses-proses
perencanaan sistem manajemen kualitas dan realisasi produk?
Penulis buku ini (DR. Vincent Gaspersrz D.Sc., (2001), “ISO 9001:2000 and Continual
Quality Improvment”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta) dalam berbagai kesempatan
selalu menggunakan pendekatan USE-PDSA sebagai metode peningkatan kualitas terus-
menerus. USE-PDSA merupakan akronim, yang terdiri dan pengertian berikut:
Suatu pernyataan masalah harus dapat menjawab pertanyaan berikut: apa (what), di mana
terjadi (where), bilamana terjadi (when), siapa yang bertanggung jawab (who), mengapa
terjadi masalah itu (why), bagaimana saran perbaikan masalah itu (how), berapa biaya yang
harus dikeluarkan untuk menerapkan tindakan perbaikan masalah itu (how much). Ingat
konsep 5W-2H.
Langkah 3: Evaluate the root causes (Mengevaluasi akar penyebab masalah). Akar
penyebab masalah dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebab-akibat (diagram
tulang ikan = fishbone diagram) dan bertanya mengapa beberapa kali, serta menggunakan
teknik diskusi sumbang saran (brainstorming) dan tim kerjasama peningkatan kualitas total.
Langkah 4: Plan the solutions (merencanakan solusi masalah). Seyogianya rencana solusi
masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dan
masalah yang ada. Rencana perbaikan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang
ada diisi dalam suatu formulir daftar rencana tindakan, seperti ditunjukkan dalam tabel 2.l.
Catatan: penyebab utama diambil dari diagram sebab-akibat atau bertanya mengapa
beberapa kali.
Langkah 6: Study the solutions results (mempelajari hasil-hasil solusi terhadap masalah)
Setelah selang waktu tertentu, dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang
dikumpulkan, guna mengetahui apakah jenis masalah kualitas yang ada telah hilang atau
berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan berikutnya akan memberikan tambahan
informasi bagi pembuatan keputusan dan perencanaan kualitas berikutnya.
Masalah Kualitas
Nguyen et al. (2021). Trade Off Time Cost Quality in Repetitive Construction Project Using
Fuzzy Logic Approach And Symbiotic Organism Search Algorithm. Alexandria Engineering
Journal.
Tautan : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S111001682100421X
Tautan : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877705817330515
Tautan : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877705817312870
Jeong et al. (2017). Development of Hybrid Quality Management System for Construction
Equipment Part Industry. Procedia Manufacturing Volume 11 Pages 2139 - 2146
Tautan : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S235197891730553X
Othman et al. (2020). The Total Quality Management (TQM) Journey of Malaysian Building
Contractors. Ain Shams Engineering Journal Volume 11 Pages 697 -704
Tautan : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S209044791930156X
Low, C.M., Teng, W.A.,. (2010). ISO 9000 in construction, Mc.Graw-Hill Book Co. Singapore