Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“Leukimia”

Disusun Oleh :

Anggota Kelompok :

1. Ade Tri Yasmin 1911102411075


2. Kamila 1911102411107
3. Sisilia Ananda Putri 1911102411178
4. Shelyn Salsabila Sari 1911102411003
5. Siswanto Yudha Prakasa 1911102411096
6. Suzud Rizky Triscananda 1911102411073
7. Zulkarnain Azhar Nasution 1911102411046
8. Novita Yuliana 1911102411109

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah

kami berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini.

Makalah ini semoga bisa menjadi refrensi bagi mahasiswa lain untuk belajar tentang Penyakit
Leukimia. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.Penulis menyadari bahwa walaupun
telah berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan segala tenaga dan pikiran dan kemampuan yang
dimiliki.Tapi tetap saja makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi bahasa,pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam
maklah kami.

Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran,kami mengucapkan terima kasih
banyak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia, kanker pada jaringan pembentuk darah pada masa kanak-kanak yang paling
sering ditemukan, penyakit ini merupakan penyakit ganas dari sum sum tulang dan sistem
limfatik ( Hockbenberry, 2005 ). Leukemia limfosit akut atau disebut LLA adalah bentuk
leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak, penyakit ini merupakan penyakit
keganasan masa anak yang paling sering ditemukan.Insiden LLA adalah 1/60.000 orang
pertahun, dengan 75% pasien berusia kurang 15 tahun. Insiden puncaknya usia 3-5 tahun
(Hoffbrand, 2012 ). Dijepang mencapai 2.76 / 100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun
terjadi 1000 kasus baru (Permono, 2010). Di Amirika Serikat, Insiden tahunan penyakit
leukemia pada anak yang berumur dibawah 15 tahun adalah sekitar 4 per 100.0000. Anak-
anak dari semua golongan umur terkena. Pada LLA, puncak usia timbulnya penyakit adalah
antara umur 3 dan 5 tahun ( Rudolph, 2007). Menurut yayasan Onkologi anak Indonesia
( 2012 ) setiap tahun di temukan 11.000 kasus kanker baru pada anak diseluruh Indonesia,
sebanyak 70% merupakan leukemia / kanker darah. Di Indonesia leukemia menduduki
peringkat 1 kasus kanker pada anak. Umumnya pasien kanker yang menderita leukemia
datang kerumah sakit dalam keadaan status gizi yang kurang Perawatan di rumah sakit atau
hospitalisasi adalah saat masuknya seorang penderita ke dalam suatu rumah sakit (Dorlan,
2012). Setelah memastikan diagnosa leukemia, anak akan mendapat pengobatan untuk
menghilangkan gejala klinis dan hematologi leukemia. Saat dilakukan program pengobatan
anak harus dirawat inap. Strategi dasar untuk pengobatan leukemia harus menjalani terapi
yang berkesinambungan selama 2-3 tahun untuk meneruskan penghancuran sel leukemia
(Rudolph, 2007). Jika anak positip menderita ALL anak harus dilakukan terapi
pemeliharaan yang cukup panjang, mungkin pula diperlukan satu jangka waktu yang
panjang atau suatu periode dengan kemoterapi yang intensif. Sehingga anak harus
mengalami hospitalisasi berulang (Jones, 2003). Status gizi merupakan gambaran
keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan,
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi
dan intake zat gizi lain (Almatsier, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Leukimia
2. Definisi Leukimia
3. Etiologi
4. Tanda & Gejala Leukimia
5. Klasifikasi Leukimia
C. Tujuan

Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk mendeskripsikan konsep penyakit Leukimia pada
anak.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang sering ditemui pada
anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem limfatik
(Wong et al, 2009).

Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik


adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-
anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup
2-3 bulan setelah terdiagnosa diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang
(NANDA,2015).

Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta gangguan pengaturan leukosit dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom
yang menentukan ciri fisik, misalnya kuli tcoklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan
gen merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki fungsi dan
jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari leukikimia yang diklarifikasikan menurut sel
yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblastis. Pada keadaan
leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia, trombositopenia,dan diakhiri dengan kematian ( Ngastiyah, 2012 dikutip dalam
Supriadi 2018 ).

Jenis-jenis leukemia berdasarkan defenisi diatas dapat dilihat terdapat 4 jenis leukemia
yaitu:
1. Leukimia Limfoblastik Akut ( LLA )
Leukimia limfoblastik akut itu sendiri adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan
hematopoetik yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh se;
darah abnormal atau sel leukemik dan penyebabkan penekanan dan penggantian unsur
sumsum yang normal (Price, 2009 di kutip oleh Rahmadina, 2018 ).
2. Leukimia Mielositik Akut ( LMA ).
Ini lebih sering terjdi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut
leukemia nonlimfoblastik akut.
3. Leukimia Limfoblastik Kronik ( LLK ).
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-
kadang juga diderita oleh dewasa mudah, dan hamper tidak ada pada anak-anak ( Bradley
J ed al,2007 dikutip dalam Supriadi 2018 ).
4. Leukimia Miolositik Kronik ( LMK ).
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat
sedikit ( Padila,2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ).

B. Definisi

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang yang di
tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012)

Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam sumsung
tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik (Smelrzer et sl,
2008).

Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal dari
sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada darah
tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit
dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan
perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel normal lain
(Permono, 2012).

C. Etiologi

Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009) 1) Faktor
genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukimia-
Lhympoma virus/HLTV
1) Radiasi
2) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
3) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
4) Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya mengenai sel-sel
darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan
terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resoko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan
genetic tertentu (misalnya down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.
D. Manifestasi Klinis

Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,namun demikian


secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Anemia

Penderita cepat lelah, pucat mendadak,demam dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah
normal menyebabkan oxygen tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai
kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2) Perdarahan

Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak diproduksi dengan wajar karena didominasi oleh
leukosit, maka penderita mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit). Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekie, epistaksis,
perdarahan gusi dan sebagainya.Perdarahan biasanya disertai dengan splenomegali,
hepatomegali, serta limfadenopatia.

3) Mudah Terserang Infeksi

Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit
infeksi. Pada penderita leukemia, leukosit yang terbentuk tidak normal sehingga tidak
berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri,
bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih
dari hidung (meler) dan batuk.

4) Nyeri Tulang dan Persendian

Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) terdesak padat oleh sel
darah putih. Gejala ini sering disalah artikan sebagai penyakit reumatik.

5) Nyeri Perut

Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat
terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-
organ tubuh ini dan timbulah nyeri.Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan
penderita leukemia.

6) Pembengkakan kelenja lympa

Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang
dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.

7) Kesulitan bernafas (Dyspnea)


Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi
hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

8) Berat badan turun drastic

Anak yang menderita leukemia akan mengalami anoreksia sehingga berat badannya turun
dengan drastic.

E. Klasifikasi

Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut,
kronik, kongenital. Leukemia akut menunjukkan proliferasi maligna sel immatur (blastik).
Jika proliferasi itu sebagian melibatkan jenis sel yang lebih matur (berdiferensiasi),leukemia
itu diklasifikasikan kronik. Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang
terdiagnosis dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis
limfoblastik akut (ALL) (Apriany, 2016).

1. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)

Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di bawah umur 15 tahun.
Manifestasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat –
tempat ekstramedular.

2. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)

Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau beberapa sel
hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang bertanggung jawab atas sifat – sifat
neoplasmik dari sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik
dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut.

3. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)

Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel induk pluripoten dan
digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif. CML merupakan neoplasma pada
sel tunas hematopoietik yang berpotensi menimbulkan proliferasi progenitor granulositik.
Definisi lain menyebutkan CML merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh elevasi yang
cukup besar dari jumlah leukosit darah, tanpa akumulasi dari segala bentuk dan belum
menghasilkan granulosit matang.

4. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)


Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun.
Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko relatif pada pria tua adalah
2, 8:1 perempuan tua.

5. Leukemia Kongenital

Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100 kasus yang tercatat dengan
baik, dengan sebagian besar adalah AML. Leukemia ini biasanya ditandai oleh
hiperleukositosis, hepatosplenomegeli, infiltrat kulit nodular, dan gawat napas sekunder
akibat leukositasis pulmonal. Leukemia kongenital telah dihubungkan dengan sindromdown,
sindrom turner, trisomi 9, monosomi 7 mosaik, penyakit jantung kongenital (Apriany, 2016).
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak – anak adalah leukemia
limfoid akut (ALL) dan leukemia nonlimfoid akut (ANLL/AML) (Wong, 2009).

F. Patofisologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait dengan sum-sum
tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukemia dan
prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit
dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis
sel sering mengganggu produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke
pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).

Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi, manifestasi
akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan
adanya infiltrasi pada eksra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan
nyeri persendian (Friehling et al, 2015

G. Tanda-Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA yang paling sering muncul
adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%), manifestasi perdarahan
(petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%). Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan
penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan keluhan. Pemeriksaan laboratorium
menunjukan anemia, trombositopenia dan neutropenia yang menggambarkan kegagalan
sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative
(Lanzkowsky, 2011)

Gejala umum dari leukemia pada anak-anak adalah :


1. kelelahan atau kulit pucat
2. infeksi dan demam
3. mudah berdarah atau memar
4. kelelahan ekstrem atau kelemahan
5. sesak napas
6. batuk

Gejala lainnya dapat meliputi:


1. nyeri tulang atau sendi
2. pembengkakan perut, wajah, lengan, ketiak, sisi leher, atau selangkangan
3. pembengkakan di atas tulang selangka
4. kehilangan napsu makan atau penurunan berat badan
5. sakit kepala, kejang, masalah keseimbangan, atau kelainan penglihatan
6. ruam
7. masalah gusi

H. Penatalaksanaan

Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom dan tipe
penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:

1) Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia pada
sumsung tulang yang disebut dengan remisi.
2) Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.
3) Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk mencegah
resistensi sel leukemia.
4) Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase di gunakan.
5) Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel leukemia
6) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu transplantasi sum-
sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker (NANDA,
2015)

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1) Pemeriksaan darah tepi.

a) Kadar Hb menunjukkan penurunan ringan hingga berat dengan morfologi normokromik


normositer. Kadar Hb yang rendah menunjukkan durasi leukemia yang lebih panjang, sedangkan
kadar Hb yang tinggi menunjukkan leukemia dengan proliferasi yang lebih cepat.

b) Sel darah putih dapat normal, menurun atau meningkat.

c) Sebanyak 92% dengan kadar trombosit dibawah normal.

d) Pada hapusan darah tepi dapat ditemukan adanya sel blas. Sel blas pada pasien dengan
leukopenia umumnya hanya sedikit atau bahkan tidak tampak. Sel blas banyak ditemukan pada
pasien dengan jumlah leukosit lebih dari 10 x 103/µL ( Ward, 2014 ).

2) Sumsum tulang

Jumlah normal sel blas pada sumsum tulang adalah kurang dari 5%. Sediaan hapusan sumsum
tulang pada LLA menunjukkan peningkatan kepadatan sel dengan trombopoesis, eritropoesis dan
granulopoesis yang tertekan, disertai jumlah sel blas >25%. Berdasarkan morfologi blas pada
hapusan sumsum tulang, French-American British (FAB) membedakan LLA menjadi 3 antara
lain:

a) L1 : terdiri dari sel-sel limfoblast kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti
umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit.
b) L2 : terdiri dari sel-sel limfoblas yang lebih besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
c) L3 : terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak, banyak
ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi ( Ward,2014 ).

3) Pemeriksaan immunophenotyping

Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik leukemia akut.
Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surfacemarker guna membedakan jenis leukemia
(Pudiastuti, 2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ). Pemeriksaan imunologi atau sering disebut
dengan imunophenotyping digunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi antigen seluler.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah perifer dan sumsum tulang untuk
membedakan leukemia sel T atau sel B ( Gupta,2015 ).

4) Pemeriksaan sitogenik

Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam diagnosis


leukemia karena kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan prognosis (Pudiastuti, 2013
dikutip dalam Supriadi 2018 )

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kanker darah (Leukemia) merupakan neoplasma ganas sel darah putih (Leukosit) yang
ditandai dengan bertambah banyaknya sel darah putih abnormal dalam aliran darah. Sel-sel
tersebut tersebut berinfiltrasi secara progresif ke dalam jaringan tubuh, terutama pada sumsum
tulang. Akibatnya, sumsum tulang rusak dan kehilangan fungsinya untuk membuat sel darah
merah dan sel darah putih normal serta platelets (trombosit). Sebagai akibat kekurangan sel darah
merah, maka akan terjadi anemia. Jika kekurangan sel darah putih ini dapat mengakibatkan
penurunan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, kurangnya produksi platelets dapat
mengakibatkan perdarahan yang parah.

Disimpulkan bahwa gambaran klinis pasien LLA di bawah satu tahun sangat bervariasi.
Jumlah leukosit awal, dan ekspresi CD+ 10 merupakan faktor prognosis terhadap keberhasilan
pengobatan.Diperlukan perawatan suportif yang optimal karena pasien mendapatkan pengobatan
dengan protokol risiko tinggi, sehingga akan mengalami efek samping yang berat termasuk
supresi sel tubuh dan risiko mendapat infeksi.

Luaran terapi pasien LLA di bawah 1 tahun cukup baik, apabila dilakukan pendekatan terapi
serta perawatan suportif yang optimal. Sangat perlu dilakukan pemeriksaan imunofenotiping,
sitogenetik ataupun molekular untuk membantu stratifikasi risiko awal sehingga pengobatan
dapat lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/yosi_oktavia_ningsih_keperawatan_2017.pdf (klasifikasi)

2. https://hellosehat.com/kanker/kanker-darah/leukemia-pada-anak/ (tanda gejala)

3. https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/1d4e975d7a531e784b8fe9660
863161c.pdf (pemeriksaan penunjang)

4. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/360/1/Untitled.pdf (penatalaksanaan)

5. https://id.scribd.com/doc/231415164/Makalah-Leukemia-PDF (Manifestasi klinis)

Anda mungkin juga menyukai