Oleh.
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan saat yang dinanti - nantikan ibu hamil untuk merasakan
kebahagiaan yang didambakan. Namun bagi beberapa wanita, persalinan kadang
diliputi oleh rasa takut dan cemas terhadap rasa nyeri saat persalinan (Prawirohardjo,
2016). Nyeri persalinan muncul karena adanya kontraksi rahim yang menyebabkan
dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia rahim yang diakibatkan kontraksi arteri
miometrium. Nyeri yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas yang dapat
memicu produksi hormon progstatglandin yang dapat menyebabkan stress dan
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri. (Maryunani, 2015). World
health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan di
seluruh dunia, dan 20 juta perempuan mengalami kesakitan saat persalinan. Dalam
persalinan sering kali juga timbul rasa cemas, panik, dan takut rasa sakit yang luar
biasa yang dirasakan ibu yang dapat mengganggu proses persalinan dan
mengakibatkan lamanya proses persalinan yang menimbulkan partus macet.
(Kurniasih dalam Handayani, 2014).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014 mencatat bahwa partus
lama (42,96%) merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal utama disusul
oleh perdarahan 35,26%, dan eklampsia 16,44%. Pada ibu dapat terjadi perdarahan,
syok, dan kematian sedangkan pada bayi dapat terjadi fetal distress, asfiksia dan
caput. Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2014, persalinan partus lama
di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12,176 dari 281,050
persalinan.
Pada saat persalinan, jika seseorang merasa cemas maka otak akan
mengalirkan zat yang menutup pengeluaran endorphin sehingga sakit yang dirasakan
semakin luar biasa dan menyebabkan ibu stress dalam persalinannya yang membuat
impuls nyeri bertambah banyak sehingga terjadi lemahnya kontraksi otot rahim
(Aprilia, 2010).
Pada persalinan kala I, nyeri yang dirasakan bersifat viseral yang ditimbulkan
dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang dipersyarafi oleh serabut aferen
simpatis dan ditransmisikan ke medula spinalis pada segmen Thorakal 10 – Lumbal 1
melalui serabut saraf delta dan serabut syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan
fundus uteri. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada uterus
yang melawan hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum (Maryunani, 2015).
Artikel Jepang mengatakan bahwa 77.8% wanita di Prancis mengalami nyeri
persalinan, 61% untuk di Inggris, 26% di Norwegia sedangkan di negara Jepang
angka nyeri persalinan hanya 5.2% (Warnock, 2017).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Aromatherapy Lavender terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif di Bidan Praktek
Mandiri Sagung Made Suryawati di Desa Ulian, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
aromatherapy lavender pada pembukaan 4-6 cm pada kelompok intervensi.
b. Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian
aromatherapy lavender pada pembukaan 4-6 cm pada kelompok kontrol.
c. Untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam
merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bidan khususnya yang berhubungan dengan asuhan pada ibu
inpartu kala 1 fase aktif.
b. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menjadi referensi dan juga
perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan bidan khususnya yang berhubungan dengan
asuhan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif.
2. Manfaat Praktik
a. Untuk masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh
aromaterapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan
primigravida kala I fase aktif dan dapat mengaplikasikannya dengan mandiri.
b. Untuk tempat penelitian sebagai bahan masukan bagi Bidan Praktek Mandiri
Sagung Made Suryawati agar menerapkan teknik pengurangan nyeri dan
kecemasan dalam persalinan dengan metode Aromatherapy Lavender.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap 30 responden, hasil penelitian dan
pembahasan mengenai “Pengaruh Aromatherapy Lavender terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri pada Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif di Bidan Praktek
Mandiri Sagung Made Suryawati adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian
Aromaterapi Lavender di di Bidan Praktek Mandiri Sagung Made
Suryawati Tahun 2021
2. Analisis Bivariat
a. Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Aromaterapi Lavender pada
Kelompok Intervensi
Tabel 4.2
Uji Wilcoxon Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian
Aromaterapi Lavender pada Kelompok Intervensi di Bidan Praktek
Mandiri Sagung Made Suryawati Tahun 2021
B. Pembahasan
1. Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromaterapi Lavender Pada
Kelompok Intervensi
Perubahan intensitas nyeri sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada
kelompok intervensi terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah diberikan
aromaterapi lavender dengan nilai P < 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Rachmitha (2013), tentang perbedaan efektivitas lama pemberian aromaterapi
bunga mawar terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif. Dari Rachmitha
mengatakan bahwa intensitas nyeri ibu bersalin di Bidan Praktek Mandiri Sagung
Made Suryawati yang telah diberikan aromaterapi mengalami penurunan yang
signifikan ( p = 0,000, dan nilai mean menurun dari 8,8 menjadi 7,7).
Rasa nyeri mempengaruhi proses persalinan dengan lancar dan nyaman
khusunya pada ibu primigravida hal ini merupakan pengalaman pertama.
Hutahaean (2009) mengatakan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan
dibandingkan dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda, karena
perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu pada primipara ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Dari segi psikis ibu primigravida umumnya cemas dan takut menghadapi
persalinan, sehingga merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu
hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, akibatnya uterus menjadi semakin
tegang aliran darah dan oksigen ke dalam otot uterus berkurang karena arteri
mengecil dan menyempit akibatnya rasa nyeri yang tak terelakkan. Ibu yang sudah
mempunyai pengalaman melahirkan mampu merespon rasa nyeri, melahirkan
dalam keadaan rileks, lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara
harmonis sehingga persalinan akan berjalan lancar, mudah, dan nyaman (Hermina,
2015)
Lavender merupakan salah satu jenis aromaterapi. Aromaterapi lavender
menurut Tarsikah dalam Susilarini (2017) merupakan salah satu minyak esensial
analgesik yang mengandung 8% terpena dan 6% keton. Monoterpena merupakan
jenis senyawa terpena yang paling sering ditemukan dalam minyak atsiri tanaman.
Pada aplikasi medis monoterpena digunakan sebagai sedatif. Minyak lavender
juga mengandung 30-50% linalil asetat. Linalil asetat merupakan senyawa ester
yang terbentuk melalui penggabungan asam organik dan alkohol. Ester sangat
berguna untuk menormalkan keadaan emosi serta keadaan tubuh yang tidak
seimbang, dan juga memiliki khasiat sebagai penenang serta tonikum, khususnya
pada sistem saraf. Wangi yang dihasilkan aromaterapi lavender akan menstimulasi
talamus untuk mengeluarkan enkefalin, berfungsi sebagai penghilang rasa sakit
alami Enkefalin merupakan neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat
nyeri fisiologi.
Menurut asumsi peneliti, penerapan metode pemberian Aromaterapi Lavender
pada proses persalinan berpengaruh terhadap intensitas nyeri persalinan. Ibu yang
diberikan metode Aromaterapi Lavender pada proses persalinan mengalami
intensitas nyeri persalinan yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak
di berikan Aromaterapi Laveder dalam proses persalinan.
2. Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Pemberian Aromaterapi Lavender Pada
Kelompok Kontrol
Perubahan intensitas nyeri sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada
kelompok kontrol terjadi peningkatan intensitas nyeri sesudah periode intervensi
dengan nilai P > 0,05.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada kelompok kontrol diperoleh nilai p =
0,001 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian terdapat perbedaan
intensitas nyeri sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan nyeri persalinan pada kala I. Karena pada primipara mengalami
persalinan yang lebih panjang sehingga mereka merasa letih. Hal ini
menyebabkan peningkatan nyeri. Rasa nyeri yang terjadi selama kala I juga
disebabkan oleh kontraksi uterus yang terus meningkat untuk mencapai
pembukaan servik yang lengkap. Semakin bertambahnya volume dan frekuensi
kontraksi uterus maka rasa nyeri juga akan semakin meningkat. Rasa nyeri akan
terus meningkat seiring dengan bertambahnya pembukaan dari 1 cm sampai
pembukaan lengkap yaitu 10 cm (Cunningham, 2013).
Menurut asumsi peneliti, persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis
yang menyertai kehidupan setiap wanita. Walaupun persalinan merupakan proses
yang fisiologis, namun pada umumnya persalinan dapat menjadi menakutkan
karena disertai nyeri yang berat dan terkadang dapat menimbulkan kondisi mental
yang mengancam.
3. Perbedaan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Pada Kelompok Intervensi Dan
Kelompok Kontrol
Aromaterapi lavender berpengaruh terhadap intensitas nyeri persalinan kala I
fase aktif dengan dibuktikannya ada perbedaan rata-rata intensitas nyeri ibu
bersalin yang diukur dengan lembar observasi perilaku dan skala Bourbanis.
Dapat diketahui bahwa intensitas nyeri sesudah intevensi pada kelompok
intervensi dengan nilai 9,63 lebih rendah dibandingkan pada sesudah intervensi
pada kelompok kontrol dengan nilai 21,37. Dari hasil uji Mann Whitney dapat
disimpulkan terdapat perbedaan intensitas nyeri sesudah intervensi yang bermakna
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,000 (Tabel
4.5).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Restiana (2015), tentang efek lilin aromaterapi lavender terhadap perubahan
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada 8 responden. Dari Restiana
mengatakan bahwa intensitas nyeri didapatkan hasil bahwa ibu bersalin di wilayah
kerja Puskesmas Bergas Semarang yang telah diberikan lilin aromaterapi
mengalami penurunan yang signifikan, (p = 0,000 dan nilai mean menurun dari
5,58 menjadi 3,63).
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek
menenangkan. Penelitian yang dilakukan terhadap manusia mengenai efek
aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada
aktivitas EEG (Electro Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan
kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha
dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan pula
hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan gelombang alpha di
daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk. (Yamada,
et al, 2005).
Minyak lavender terdapat kandungan linalil dan linalol yang dihirup masuk ke
hidung ditangkap oleh bulbus olfactory kemudian melalui traktus olfaktorius yang
bercabang menjadi dua, yaitu sisi lateral dan medial. Pada sisi lateral, traktus ini
bersinap pada neuron ketiga di amigdala, girus semilunaris, dan girus ambiens
yang merupakan bagian dari limbik. Jalur sisi medial juga berakhir pada sistem
limbik. Limbik merupakan bagian dari otak yang berbentuk seperti huruf C
sebagai tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada. Bagian dari
limbik yaitu amigdala bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap aroma.
Hipocampus bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga
tempat bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan
memori otak kita terhadap pengenalan bau-bauan. (Hutasoit dalam Karlina, dkk,
2015)
Oleh karena itu, bau yang menyenangkan akan menciptakan perasaan tenang
dan senang sehingga dapat mengurangi kecemasan. Selain itu, setelah ke limbik
aromaterapi menstimulasi pengeluaran enkefalin atau endorfin pada kelenjar
hipothalamus, periaqueductal gray dan medula rostral ventromedial. Enkefalin
merangsang daerah di otak yang disebut raphe nucleus untuk mensekresi serotonin
sehingga menimbulkan efek rileks, tenang dan menurunkan kecemasan. Serotonin
juga bekerja sebagai neuromodulator untuk menghambat informasi nosiseptif
dalam medula spinalis. Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan
dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis sehingga menghambat
pelepasan substansi P. Penghambatan substansi P akan membuat impuls nyeri
tidak dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak dapat diteruskan pada proses
yang lebih tinggi di kortek somatosensoris dan transisional. (Hutasoit dalam
Karlina, dkk, 2015). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Tarsikah dalam Susilarini
(2017) merupakan salah satu minyak esensial ndorphin yang mengandung 8%
ndorph dan 6% keton. Monoterpena merupakan jenis senyawa ndorph yang paling
sering ditemukan dalam minyak atsiri tanaman. Pada aplikasi medis ndorphine
digunakan sebagai ndorphi. Minyak lavender juga mengandung 30-50% ndorph
asetat. Linalil asetat merupakan senyawa ester yang terbentuk melalui
penggabungan asam ndorph dan ndorph. Ester sangat berguna untuk menormalkan
keadaan emosi serta keadaan tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki
khasiat sebagai penenang serta tonikum, khususnya pada ndorp saraf. Wangi yang
dihasilkan aromaterapi lavender akan menstimulasi ndorphi untuk mengeluarkan
enkefalin, berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan
neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat nyeri fisiologi. Menurut
asumsi peneliti, penerapan Aromaterapi Lavender pada proses persalinan
berpengaruh terhadap tingkat nyeri persalinan. Ibu yang diberikan Aromaterapi
Lavender pada proses persalinan mengalami tingkat nyeri persalinan yang rendah
dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan Aromaterapi Lavender pada proses
persalinan. Aromaterapi lavender dapat mengurangi rasa cemas serta ketakutan
menjelang persalinan yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri, dan sakit
saat persalinan, dan mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi
ndor, serta meningkatkan kadar ndorphin dan epinerfin dalam tubuh untuk
mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi dalam persalinan.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Aromaterapi Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif di Bidan
Praktek Mandiri Sagung Made Suryawati Tahun 2021 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis diperoleh nilai intensitas nyeri ibu pada kelompok intervensi
sebagian besar nilai nyeri sebelum intervensi mengalami intensitas berat
terkontrol, sedangkan sesudah intervensi dengan kategori nyeri sedang.
2. Dari hasil analisis diperoleh nilai intensitas nyeri ibu pada kelompok kontrol
sebagian besar nilai nyeri sesudah intervensi mengalami intensitas berat tidak
terkontrol, sedangkan sebelum intervensi dengan kategori sedang
3. Ada pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap penurunan intensitas nyeri pada
ibu bersalin kala I fase aktif di Bidan Praktek Mandiri Sagung Made Suryawati
Tahun 2021 dengan p = 0,000 (a< 0,05)
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Disarankan kepada institusi kampus untuk menambahkan sumber-sumber pustaka
khususnya buku Aromaterapi dan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian yang lebih mendalam dengan variabel yang berbeda dan lebih banyak
lagi.
2. Disarankan kepada pelayanan kesehatan agar dapat mengaplikasikan metode
Aromaterapi Lavender sebagai metode asuhan untuk ibu bersalin yang mengalami
nyeri sehingga ibu bersalin dapat menjalankan proses persalinan menjadi nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Appleton, Jeremy. 2012. Lavender Oil for Anxiety and Depression. Natural Medicine
Journal. 4(2): 2157-6769
Aprilia. 2010. Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan Melahirkan.
Jakarta: Gagas Media
Dewi, IGA. 2013. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2(1): 21-53
Eniyati dan Melisa. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Gustyar, Indah, dan Eka Nouyriana 2017. Penerapan Teknik Pelvic
Rocking dengan Birth Ball pada Ibu Bersalin Terhadap Kemajuan Persalinan
di BPM
Syafrida Kabupaten Kebumen. Tahun 2017 Program Studi Diploma III Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Gombong.
Handayani, dkk. 2014. Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri
Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. 5(2): 1-15
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2014. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi
Menyusui Dini. Jakarta : Buku Acuan dan Panduan Edisi ketiga
Judha, Mohamad, dkk. 2015. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Negara dan Winata. 2013. Analgesia Medis pada Persalinan. E-Journal Obstetric &
Gynecology Udayana. 1(2): 1-56
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jawa
Timur: Erlangga
Valiani, Mahboubeh, et al. 2010. Reviewing the Effect of Reflexology on the Pain
and Certain Features and Outcomed of the Labor on the Primiparous
Warnock, Eleanor. 2017. Japan by the Numbers Birth is Too Painful. Tokyo Review
http://www.tokyoreview.net/2017/08/japan-numbers-birth-painful-japan/. 20
November 2017 (18:23)