Anda di halaman 1dari 29

LEMBAR PENGESAHAN

MODUL 4 SNR DAN EYE PATTERN

Laporan masuk :

Laporan disahkan :

Nilai :

Asisten

Naufal Ali
11-2013-087

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah.........................................................................................5
1.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................5
1.5 Sistematika Pembahasan....................................................................................5
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................................7
2.1 SNR (Signal to Noise Ratio).................................................................................7
2.2 Eye Pattern.........................................................................................................8
BAB III LANDASAN PERCOBAAN.......................................................................................10
3.1 Alat – Alat Yang Digunakan...............................................................................10
3.2 Prosedur Percobaan.........................................................................................10
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS.....................................................................19
4.1 Data Pengamatan dan Analisis.........................................................................19
4.2 Tugas Akhir.......................................................................................................24
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................................27
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................27
5.2 Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28

ii
DAFTAR GAMBAR

Figure 1...........................................................................................................8
Figure 2...........................................................................................................8
Figure 3.........................................................................................................10
Figure 4.........................................................................................................10
Figure 5.........................................................................................................13
Figure 6.........................................................................................................14
Figure 7.........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seperangkat hal-hal tentang proses penyampaian informasi yang
berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu keseluruhan disebut Sistem
Komunikasi. Pada umumnya suatu sistem komunikasi yang lengkap akan
mengandung transmitter, medium pentransmisi dan suatu penerima informasi.
Ketiga bagian ini saling berhubungan dalam menciptakan sebuah sistem
komunikasi yang bekerja dengan baik. Dalam kebanyakan pesawat komunikasi,
penstransmisian informasi sangat berhubungan dengan modulasi. pada proses
modulasi ini sinyal informasi yang mempunyai frekuensi rendah ditumpangkan
pada sinyal pembawa (carrier) yang mempunyai frekuensi tinggi sehingga
informasi yang ditransmisikan lebih efisien dalam hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengubah – ubah amplitudo, phasa atau frekuensi sinyal pembawa (carrier)
yang berfrekuensi tinggi sesuai dengan informasi yang ditransmisikan.
Berdasarkan hal diatas diketahui pentingnya modulasi digital dalam proses
pentransmisian. Untuk itu pada praktikum kali ini kami mencoba untuk
mempelajari beberapa bentuk sinyal modulasi digital yaitu ASK dan FSK.
Kami ingin mengetahui bahwa teori yang diberikan selama pembelajaran
di mata kuliah tidak hanya dapat digunakan untuk dihitung hasil pengukuran dan
gambar saja, akan tetapi dengan praktikum ini kami harap dapat memiliki
keterampilan untuk membuat dan memahami apa yang telah kami pelajari.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Memahami konsep Signal To Noise Ratio dan Eye Pattern


2. Mempelajari bagaimana cara membangkitkan dan menganalisa signal to
noise ratio dan signal eye pattern.

4
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Mengingat cukup luasnya pembahasan mengenai Signal to Noise
Ratio dan Eye Pattern sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan
pembatasan masalah. Masalah yang akan dibahas pada laporan praktikum
Sistem Komunikasi II ini adalah mengenai membangkitkan dan
menganalisa Signal to Noise Ratio dan Eye Pattern.

1.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penyusunan laporan praktikum Sistem Komunikasi II,


penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya
adalah :

1. Metoda Studi literatur

Studi literatur adalah metoda yang dilakukan dengan mempelajari sumber-


sumber kepustakaan yang berhubungan dengan topik.

2. Metoda Pengujian langsung

Pengujian langsung di Laboratorium Telekomunikasi Institut Teknologi


Nasional

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Agar penyusunan laporan ini sesuai dengan kaidah penulisan dan
literatur dalam pemaparan, penulis menyusunannya dalam beberapa
bagian sesuai dengan urutan kepentingan. Ada pun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

5
Terdiri dari latar belakang masalah, maksud dan tujuan,
batasan masalah, metoda pengambilan data dan sistematika
penulisan.

BAB II TEORI DASAR

Terdiri dari teori tentang Signal to Noise Ratio (SNR) dan


Eye Pattern

BAB III LANDASAN PRAKTIKUM

Terdiri dari alat – alat, prosedur percobaan, data hasil


pengamatan ,dan pengolahan data.

BAB IV ANALISA DAN TUGAS AKHIR

Terdiri dari tentang analisa dari hasil percobaan dan tugas


akhir.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yaitu berupa garis besar dari tujuan dan
analisis, juga saran pada praktikum yang telah dilakukan.

6
BAB II
TEORI DASAR

2.1 SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO)


SNR ( Signal to Noise Ratio ) adalah Perbandingan (ratio) antara kekuatan
Sinyal (signal strength) dengan kekuatan Derau (noise level). Nilai SNR dipakai
untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi. Makin besar nilai SNR,
makin tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya, makin besar pula kemungkinan jalur
itu dipakai untuk lalu-lintas komunikasi data & sinyal dalam kecepatan tinggi.
SNR dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengantisipasi effect berlebih dari
noise. Satuan SNR tuh dB (Decibel).

Persamaan untuk perhitungan nilai SNR adalah :

S
SNR =
N

Dimana : S = Tegangan atau Daya Sinyal

N = Tegangan atau Daya Noise


Jika persamaan dalam satuan decibel (dB) adalah :

Vs
SNR=20 log
Vn

Ps
atau SNR=10 log
Pn
Dimana : V = Tegangan

P = Daya
Noise merupakan sinyal listrik yang tidak diinginkan. Tambahan sinyal
yang tidak diinginkan ini dalam suatu proses komunikasi ini merupakan faktor

7
pembatas utama dalam sistem komunikasi data. Bila noise terjadi dalam suatu
sistem komunikasi maka sistem komunikasi akan mengalami gangguan.
Gangguan yang terjadi dapat menyebabkan proses komunikasi terganggu atau
bahkan dapat memutuskan proses komunikasi.

2.2 EYE PATTERN


Dalam telekomunikasi, eye pattern, juga dikenal sebagai diagram mata ,
adalah layar osiloskop dimana sinyal data digital dari penerima yang berulang-
ulang sampel dan diterapkan ke input vertikal, sedangkan data rate yang
digunakan untuk memicu sapuan horizontal. Disebut demikian karena, untuk
beberapa jenis coding, pola tampak seperti serangkaian mata antara sepasang rel.
Ini adalah alat eksperimental untuk evaluasi efek gabungan dari channel noise dan
interferensi intersymbol terhadap kinerja suatu sistem baseband pulsa transmisi .
Ini adalah superposisi disinkronkan dari semua kemungkinan realisasi dari sinyal
bunga dilihat dalam interval sinyal tertentu.

Beberapa ukuran kinerja sistem dapat diturunkan dengan menganalisis


layar. Jika sinyal terlalu panjang, terlalu pendek, kurang disinkronkan dengan jam
sistem, terlalu tinggi, terlalu rendah, terlalu berisik, atau terlalu lambat untuk
berubah, atau memiliki terlalu banyak undershoot atau overshoot, ini dapat dilihat
dari diagram mata . Sebuah pola mata terbuka sesuai dengan sinyal distorsi
minimal. Distorsi gelombang sinyal akibat gangguan intersymbol dan kebisingan
muncul sebagai penutupan pola mata .

Ada banyak pengukuran yang dapat diperoleh dari Diagram Eye:

Pengukuran amplitudo Pengukuran waktu

 Eye Amplitude  Deterministic Jitter


 Eye Crossing Amplitude  Eye Crossing Time
 Eye Crossing Percentage
 Eye Delay
 Eye Height

8
 Eye Level
 Eye Fall Time
 Eye SNR
 Quality Factor  Eye Rise Time
 Vertical Eye Opening
 Eye Width

 Horizontal Eye Opening

 Peak-to-Peak Jitter

 Random Jitter

 RMS Jitter

Gambar 1. Eye Pattern

Grafik eye pattern yang menunjukkan contoh dua tingkat daya dalam skema
modulasi OOK. Konstan biner 1dan 0 tingkat yang ditampilkan,sertatransisidari 0
ke 1, 1-0, 0 ke 1ke 0,dan 1 sampai0 ke 1.

9
BAB III
LANDASAN PERCOBAAN

3.1 ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Emona Telecoms-Trainer 101 (plus power-pack)
2. Dual Channel 20MHz Oscilloscope
3. Three Emona Telecoms-Trainer 101 Oscilloscope leads
4. Assorted Emona Telecoms 101 patch leads

3.2 PROSEDUR PERCOBAAN

Bagian A - Menambahkan Noise pada Sinyal


Untuk menentukan SNR,anda memerlukan sebuah model sinyal informasi dengan
noise yang ditambahkan kedalamnya. Bagian A membuat Anda mengaturnya
untuk tujuan ini, Sinyal apapun dapat digunakan untuk memodelkan pesan
termasuk sinyal sinewave, speech atau sinyal data digital. Anda akan
menggunakan sinyal data digital sebagai sebagian besar sistem komunikasi baru
saat ini bersifat digital. Anda juga bisa menggunakan sinyal saat Anda mengamati
Eye Diagram nanti dalam eksperimen.
1. Kumpulkan seluruh peralatan yang digunakan.
2. Pasangkan pada bagian Sequence Generator dan atur DIP – switches pada 00.
3. Sambungkan setup seperti pada figure 1 dibawah.
Catatan : Masukan colokan hitam dari oscilloscope ke soket ground (GND).

10
Figure 1
Setup ini dapat diwakili oleh blok diagram dalam Figure 2 pada halaman
berikutnya. Modul Sequence Generator digunakan untuk memodelkan sebuah
sinyal data digital untuk sebuah pesan dan modul Adder digunakan untuk
menambahkan noise dari ouput modul Noise Generator.

Figure 2

4. Atur scope per instruksi pada pendahuluan


5. Sesuaikan scope control seperti berikut :
 Timebase ke posisi 1ms/div
 Trigger Source ke posisi EXT
6. Amati sinyal output modul Adder.
Catatan : Anda seharusnya melihat model dari sebuah sinyal data digital
dengan wideband electrical noise ditumpangkan.

11
7. Putuskan hubungan pada Noise Generator -20 dB output dan sambungkan
dengan -6 dB output.
8. Amati sinyal otput modul Adder.
Catatan 1 : Anda harus mengamati peningkatan tingkat noise yang signifikan
pada sinyal data digital.
Catatan 2 : Anda mungkin perlu untuk menyesuaikan scope Channel 1
Vertical Attenuation control untuk melihat puncak dan dasar dari sinyal.
9. Putuskan hubungan pada Noise Generator -6 dB output dan sambungkan
dengan 0 dB output.
10. Amati sinyal output modul Adder.
Catatan : Anda harus mengamati peningkatan tingkat noise yang signifikan
lainnya pada sinyal data digital. Faktanya, mungkin sangat sulit untuk melihat
data sama sekali

Bagian B – Band-Limitting sinyal noise


Pengukuran SNR sistem komunikasi biasanya dilakukan pada output receiver dan
ini memiliki implikasi penting untuk percobaan ini. Untuk dijelaskan, noise bisa
masuk ke sistem komunikasi pada tahap apapun dalam model komunikasi.
Namun, saluran ini biasanya merupakan cat entri yang paling mungkin karena
kerentanannya (dan kemampuan kita yang terbatas dalam mengendalikannya). Ini
berarti bahwa noise yang masuk ke sistem selalu dibatasi band oleh respons
saluran dengan cara yang sama seperti sinyal itu sendiri. Karena itu, untuk
pengukuran SNR yang akan Anda buat di sini untuk secara akurat membuat
model pengukuran SNR yang sebenarnya, Anda harus membatasi batas sinyal dan
noise. Bagian B dari percobaan membuat Anda melakukan ini.
11. Kembalikan scope Channel 1 vertical attenuation ke posisi 1V/div.
12. Modifikasi setup seperti dalam figure 3 dibawah.
Catatan : Ingat bahwa garis terputus menunjukkan kabel sudah berada pada
tempatnya.

12
Figure 3
Setup ini dalam figure 3 dapat diwakili oleh blok diagram dalam Figure 4
dibawah. Baseband LPF pada Modul Channel sedang digunakan untuk
memodelkan sebuah Channel dengan sebuah low-pass frequency response.

Figure 4
13. Amati sinyal output Baseband LPF.
Catatan 1 : Anda harus melihat sebuah band-limited sinyal data digital
terpengaruh oleh band-limited noise. Perhatikan bahwa ini cukup berbeda
dengan sinyal digital yang Anda punya sebelumnya. Penting, ini sebuah
model yang lebih baik dari sebuah noise sinyal data digital.
Catatan 2 : Saat Anda melihat sinyal, Perhatikan variasi amplitudo selama
waktu bahwa itu logika 0 dan logika 1
14. Putuskan hubungan pada Noise Generator -20 dB output dan sambungkan
dengan -6 dB output

13
15. Amati sinyal output modul Adder.
16. Putuskan hubungan pada Noise Generator -6 dB output dan sambungkan
dengan 0 dB output.
17. Amati sinyal output modul Adder.

Bagian C – Menentukan Signal to Noise Ratio (SNR)


18. Putuskan hubungan pada Noise Generator 0 dB output dan biarkan terlepas
beberapa saat.
Catatan : Output modul Adder sekarang hanya terdiri dari sinyal.
19. Atur True RMS digital multimeter (DMM) untuk mengukur tegangan AC.
Catatan : Jika Anda tidak yakin apa yang dilakukan, panggil asisten untuk
membantu.
20. Sambungkan True RMS DMM antara ouput Baseband LPF dan ground
trainer.
21. Ukur data sinyal digital tegangan RMS dan catat nilainya pada tabel 1
dihalaman berikutnya.
22. Sambungkan kembali dari input modul NOISE modul Adder ke output modul
Noise Generator -20 dB.
23. Putuskan patch antara output LINE CODE modul Sequence Generator dan
input SIGNAL modul Adder.
Catatan : Output modul Adder sekarang hanya terdiri dari band-limited noise.
24. Ukur dan catat tegangan noise RMS dalam tabel 1.
25. Gunakan sinyal dan tegangan noise untuk menghitung SNR dari sinyal pada
output modul Adder. Catat hasil perhitungan Anda dalam tabel 1.
Tip : Persamaan untuk ini ada dalam diskusi pendahuluan.
26. Ubah SNR Anda menjadi decibel dan catat ini juga.
27. Sambungkan kembali kabel antara output LINE CODE modul Sequence
Generator dan input SIGNAL modul Adder.
28. Ukur dan catat “signal plus noise” tegangan RMS.
29. Gunakan “signal plus noise” dan tegangan noise untuk menghitung dan catat
SNR alternatif dari sinyal pada output modul Adder.
30. Ubah SNR alternatif Anda ke decibel.

14
Tabel 1
Signal Voltage
Noise Voltage
SNR
SNR (dB)
Signal plus noise
voltage
Alternate SNR
Alternate SNR (dB)

31. Lepaskan kabel antara output LINE CODE modul Sequence Generator dan
input SIGNAL modul Adder.
32. Lepaskan kabel pada modul Noise Generator -20 dB ouput dan sambungksn
ke output 0 dB.
33. Ukur dan catat tegangan noise RMS dalam tabel 2 pada halaman berikutnya.
34. Gunakan sinyal dan tegangan noise untuk menghitung dan catat SNR dari
sinyal pada output modul Adder.
35. Ubah SNR Anda ke decibel dan catat ini juga
36. Sambungkan kembali kabel antara output LINE CODE modul Sequence
Generator dan input SIGNAL modul Adder.
37. Ukur dan catat tegangan RMS “signal plus noise”.
38. Gunakan “signal plus noise” dan tegangan noise untuk menghitung dan catat
SNR alternatif dari sinyal pada output modul Adder.
39. Ubah SNR alternatif Anda ke decibel.
40. Bandingkan gambar SNR di tabel 1 dan 2 untuk melihat bahwa jawaban anda
pada pertanyaan 6 dan 7 benar.
Tabel 2
Signal Voltage Lihat Tabel 1
Noise Voltage
SNR
SNR (dB)
Signal plus noise
voltage
Alternate SNR
Alternate SNR (dB)

15
Bagian D – Eye Diagram
Bagian sebelumnya dari percobaan menunjukkan bahwa sinyal digital dipengaruhi
oleh noise menjadi berubah. Bahkan, percobaan telah menunjukkan bahwa
semakin besar noise,semakin besar distorsi dan meningkatkan resiko kerusakan
pada penerima. Dengan demikian, penting untuk mampu memeriksa dan menguji
sinyal untuk meminimalisir masalah ini.

Figure 5
Inspeksi visual konvensional dari sinyal data digital ber noise dengan scope
adalah tidak cukup untuk tujuan ini karena Anda hanya akan melihat tegangan
sinyal untuk jumlah bit yang relatif kecil. Bahkan sifat noise yang acak dapan
menghasilkan tingkat logika palsu saat Anda tidak melihat scope display.
Solusi untuk masalah ini adalah untuk menggunakan sinyal data digital untuk
memaksa scope membangun sebuah Eye Diagram. Eye Diagram disebut demikian
karena dari gambar yang mereka hasilkan pada scope display.
41. Tempatkan modul VCO dan putar Gain control searah jarum jam secara
penuh.
42. Atur RANGE modul VCO ke posisi LO.
43. Atur frekuensi modul VCO sesuaikan control ke posisi jam 9.
Catatan : Dua langkah terakhir ini mengatur ouput modul VCO sekitar 2kHz.
Frekuensi yang tepat adalah tidak terlalu penting, tidak perlu lebih presisi dari
ini.
44. Modifikasi setup seperti yang ditunjukkan pada figure 6 dibawah.

16
Figure 6
Setup ini dapat diwakili oleh blok diagram dalam Figure 7.

Figure 7
Clock modul Sequence Generator sekarang disediakan oleh modul VCO
sehingga data rate bisa bervariasi (lebih kemudian). Penting, clock digunakan
untuk memicu scope untuk menghasilkan tampilan tidak stabil yang
disebutkan dihalaman sebelumnya.
45. Atur function scope timebase control ke posisi 0.2 ms/div.
Penting, seperti Anda sekarang memicu scope dari bit-clock modul Sequence
Generator bukan sinyal SYNC nya, sinyal data digital tidak stabil pada layar
dan ini menghasilkan sebuah Eye Diagram .
46. Tingkatkan componen noise sinyal digital ke -6 dB dan amati efeknya pada
Eye Diagram.

17
47. Tingkatkan componen noise sinyal digital ke 0 dB dan amati efeknya pada
Eye Diagram.
Penting, noise bukan hanya faktor distorsi sniyal data digital. Frekuemsi respons
Channel juga berperan. Ini karena sinyal data digital terdiri dari banyak
gelombang sinus (yang mendasar dan harmonis) dan beberapa darinya diluar
pass-band Channel dan begitu dilemahkan. Mau tidak mau, ini merubah bentuk
sinyal digital

Jumlah distorsi adalah sebuah fungsi dari bit-clockl sinyal data digital atau bagian
bawah bandwidth saluran.,semakin besar distorsi. Bagian selanjutnya dari
percobaan memnungkinkan Anda melihat ini untuk diri sendiri.
48. Kurangi komponen noise sinyal digital ke -6 dB.
49. Atur function scope timebase control ke posisi 0.1 ms/div
50. Variasikan perlahan tingkatkan bit-clock data sinyal digital dengan
meningkatkan output frekuensi modul VCO.
Catatan : berhenti saat Anda mendapatkan sekitar lima mata dalam Eye Diagram
– kontrol frekuensi modul VCO akan berada sekitar posisi jam 11

18
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS

2.

4.1 DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS


No Blok Diagram Bentuk Gelombang
1.

Analisis : Pada gambar sinyal yang pertama ini, keluaran dari Ch1 adalah sinyal
digital yang telah dipengaruhi noise. Sinyal digital dilewatkan dahulu
ke sequence generator sehingga keluarannya konstan. Lalu hasil dari
sequence generator masuk ke adder module untuk ditambahkan dengan
keluaran dari noise generator. Keluaran dari adder module adalah
sinyal digital yang telah dipengaruhi noise. Jika dilihat pada sinyalnya,
bagian high dan low yang seharusnya lurus sinyalnya menjadi naik
turun. Pada bagian ini noise generator yang dibangkitkan di set pada
keluaran -20dB. Keluaran sebesar -20dB ini cukup kecil sehingga pola
sinyal digital masih terlihat karena simpangan sinyal yang diakibatkan
noise cukup kecil.
2.

19
Analisis : Untuk di no 2 ini prinsip pembangkitan sinyalnya masih sama seperti
sinyal di no 1, yang membedakannya hanya di keluaran noise generator
nya saja. Pada percobaan ini keluarannya diubah menjadi -6db. -6db
lebih besar jika dibandingkan -20db sehingga simpangan sinyal yang
dipengaruhi noise pun semakin besar (makin lebar). Jika dilihat pada
Vpp nya, terjadi kenaikan nilai Vpp nya yang semula 3,5 V menjadi 8,1
V. Dari sini terlihat kalau noise mempengaruhi sinyal
3.

Analisis : Untuk di no 3 ini prinsip pembangkitan sinyalnya masih sama seperti


sinyal di no 1 dan 2, yang membedakannya hanya di keluaran noise
generator nya saja. Pada \percobaan ini keluarannya diubah menjadi
0db. 0db lebih besar jika dibandingkan -20db dan -6db sehingga
simpangan sinyal yang dipengaruhi noise pun semakin besar (makin
lebar), sinyal informasi awal pun yang berupa sinyal digital sudah tidak
terlihat lagi. Jika dilihat pada Vpp nya, terjadi kenaikan nilai Vpp nya
yang semula 3,5 V menjadi 13,6 V. Dari sini terlihat kalau noise
mengakibatkan sinyal awal sudah tidak terlihat lagi.
4.

Analisis : Pada percobaan ini, sinyal keluaran dari adder module yang telah
dibangkitkan sebelumnya dimasukan kembali ke Baseband LPF.
Baseband LPF berfungsi untuk melewatkan sinyal dengan frekuensi
yang lebih rendah dari frekuensi cut off. Karena sinyal telah melewati
LPF, maka sinyal yang sebelumnya berfrekuensi tinggi diredam
sehingga dihasilkan sinyal keluaran seperti gambar diatas. Noise pada
percobaan sebelumnya memiliki frekuensi yang tinggi, sehingga ketika

20
dilewatkan ke LPF, sinyal noise ada yang mengalami redaman. Noise
disini mempengaruhi bentuk sinyal, tetapi masih dalam batas frekuensi
yang ditentukan.

5.

Analisis :pada percobaan ini sama saja pada percobaan sebelumnya hanya saja
pada noise generator menjadi -6dB yang mengakibatkan noise tersebut
semakin besar yang mengakibatkan sinyal tersebut sedikit lebih kurang
beraturan.
6.

Analisis :pada percobaan ini noise yang dibasukan sebesar 0dB. Percobaan ini
pula noise yang dihasilkan paling besar diantara ke-dua percobaan yang
sebelumnya. Terlihat pada gambar diatas sinyal yang ditampilkan lebih
terlihat noise yang dihasilkan sehingga mengakitbatkan sinyal tersebut
kurang bagus.

21
7.

Analisis :
8.

Analisis : Pada percobaan ini output dari sequence generator tidak dimasukkan
lagi ke modul adder, sehingga sinyal keluaran yang dihasilkan pada
percobaan ini merupakan sinyal dari noise generator -20db. Jadi sinyal
ini merupakan sinyal noise -20db.
9.

Analisis : Pada percobaan ini keluaran dari sequence generator kembali


dimasukkan ke modul adder, sehingga sinyal pada percobaan ini sama
seperti sinyal yang sudah dibangkitkan sebelumnya pada no 4.

22
10.

Analisis : Pada percobaan ini output dari sequence generator tidak dimasukkan
lagi ke modul adder, sehingga sinyal keluaran yang dihasilkan pada
percobaan ini merupakan sinyal dari noise generator 0db. Jadi sinyal ini
merupakan sinyal noise 0db.
11.

Analisis : Pada percobaan ini keluaran dari sequence generator kembali


dimasukkan ke modul adder, sehingga sinyal pada percobaan ini sama
seperti sinyal yang sudah dibangkitkan sebelumnya pada no 6.

noise (-20
db)

23
noise (-6
db)

noise (0
db)
Analisis : Dengan mengatur frequency adjust pada VCO saat diberikan noise 20
dB sampai dengan 0 dB maka muncul interferensi yang semakin meningkat,
ketika noisenya semakin besar maka interferensi yang terjadi semakin besar pula.
Gangguan terhadap sinyal semakin besar.

Table 1 (-20 dB)

Signal voltage 1,435 V


Noise voltage 0,076 V
Signal to noise ratio (SNR) 18,88
SNR (in decibels) 25,52 dB
Signal plus noise voltage 1,511 V
Alternate SNR 19,88
Alternate SNR (in decibels) 25,97 dB

Table 2 (0 dB)

Signal voltage 1,435V


Noise voltage 0,62 V
Signal to noise ratio (SNR) 2,315
SNR (in decibels) 7,29 dB
Signal plus noise voltage 2,055 V
Alternate SNR 3,315

24
Alternate SNR (in decibels) 10,41 dB

4.2 TUGAS AKHIR


Pertanyaan 1

Berdasarkan gambar, apa jenis noise dari pemodelan noise generator?

Jawab : Type nosie yang dipakai pada percobaan modulasi ini adalah SNR
( SIGNAL TO- NOSIE RATIO )
Pertanyaan 2

Yang mana keluaran noise generator yang menampilkan paling banyak noise?

Jawab : Yang menyediakan jumlah noise yang cukup besar pada


pengaturan noise generator misalnya pada percobaan diatur -20dB
dan 0dB. Paling banyak noisenya pada nilai 0 dB.

Pertanyaan 3

Mengapa tidak ada data sinyal digital yang yang terlihat “noisy” sekarang
sebelumnya?

Jawab : Karena pada blok diagram terlihat jelas bahwa noise yang terjadi
pada clock dihilangkan lagi oleh noise generator jadi noise saling
menghilangkan

Pertanyaan 4

Apa yang sebenarnya Signal to noise ratio perlihatkan?

Jawab : nilai perbandingan rasio sinyal dan noise yang didapat

Pertanyaan 5

Mengapa dua signal to noise ratio begitu identik ketika mereka dikalkulasi
perbedaannya?

Jawab : karena nilai perbandingannya

Pertanyaan 6

Apa yang anda harapkan terjadi untuk signal to noise ratio jika noise
generator ada pada output -6dB dan 0dB?

Jawab : Yang diharapkan maka nilai SNR menjadi semakin kecil

Pertanyaan 7

25
Apa yang terjadi untuk signal to noise ratio jika anda menggunakan Noise
generator yang lain?

Jawab : Maka signal to noise ratio akan semakin besar bila noise generator
semakin kecil

Pertanyaan 8

Apa hubungan antara level noise yang di channel introduce untuk sinyal data
digital dengan ukuran dari eye diagram?

Jawab : semakin besar nilai noise maka semakin terganggu sinyal eye pattern,
bentuk dan ukurannya menjadi terganggu.

Pertanyaan 9

Apa hubungan antara data digital bit-clock dengan ukuran eye diagram?

Jawab : karena nilai bit pada clock mempengaruhi suatu nilai di eye pattern

26
BAB V
KESIMPULAN

3.

5.1 KESIMPULAN
1. Semakin besar nilai SNR maka semakin bagus jalur yang digunakan pada
sistem transmisi karena kualitas sinyalnya semakin baik.
2. Untuk membangkitkan sinyal noise kita dapat menambahkan komponen
noise generator yang kemudian ditambahkan dengan sinyal tersebut.
3. Semakin besar noise generator yang diberikan maka semakin besar pula
noise yang dihasilkan.
4. Untuk membatasi noise atau meredam noise Pada percobaan ini, dapat
menanbahkan juga Baseband LPF. Baseband LPF berfungsi untuk
melewatkan sinyal dengan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut
off. Karena sinyal telah melewati LPF, maka sinyal yang sebelumnya
berfrekuensi tinggi diredam sehingga dihasilkan sinyal keluaran yang
sudah meredam noise dan frekuensinya lebih rendah daripada sinyal yang
dimasukan noise.

5.2 SARAN
Adapun saran pada praktikum ini:

1. Mengamati dengan teliti setiap alat praktikum yang digunakan.


2. Lebih baik untuk setiap kelompok diawas dan dibimbing oleh satu
asisten, supaya memudahkan praktikan ketika akan bertanya tanpa perlu
menunggu lebih lama demi kelancaran praktikum.
3. Modul praktikum yang digunakan harus diperbaiki pencetakannya karena
praktikan tidak dapat melihat dengan jelas wiring gambar yang tersedia
sehingga cukup terhambat baik pada saat melaksanakan praktikum atau
ketika perlu untuk membaca ulang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan Darlis, Arsyad & Team Asisten, Modul Praktikum Mata Kuliah
Sistem Komunikasi II. Bandung : Labolatorium Teknik Telekomunikasi.

https://www.academia.edu/7405058/SISTEM_KOMUNIKASI_II?
auto=download. Dikutip pada tanggal 17 mei 2017. pukul 22:00 WIB

http://elkom1unesa.blogspot.co.id/2013/03/parameter-untuk-kerja-sistem.html.
Dikutip pada tanggal 18 mei 2017. pukul 19:45 WIB

28
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

1. Adisty Hanny Asri (11-2014-009) :


Bab 2 (Dasar Teori), Bab IV (Tabel pengamatan, Analisis dan Tugas
Akhir), Bab V (Kesimpulan, Saran)
2. M Bagus Samudra (11-2014-017): Bab I (Pendahuluan) Bab IV (Analsis),
Bab V (Kesimpulan)
3. Aditya Arif Pribadi (11-2014-029): Bab IV (Analsis), Bab V (Kesimpulan)
dan kerapihan laporan.
4. Fauzan Fakhrusy S S (11-2014-025): Bab II (Dasar Teori), Bab III
(Landasan Percobaan) Bab VI (Analisis)

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Ai
    Ai
    Dokumen2 halaman
    Ai
    Firman Game
    Belum ada peringkat
  • Motor DC
    Motor DC
    Dokumen1 halaman
    Motor DC
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Format
    Format
    Dokumen3 halaman
    Format
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman UAS Agama 2
    Rangkuman UAS Agama 2
    Dokumen13 halaman
    Rangkuman UAS Agama 2
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Motor DC
    Motor DC
    Dokumen1 halaman
    Motor DC
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Review Games
    Review Games
    Dokumen6 halaman
    Review Games
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Dasel
    Dasel
    Dokumen6 halaman
    Dasel
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan Dan Kata Pengantar Modul 3 - 4
    Lembar Pengesahan Dan Kata Pengantar Modul 3 - 4
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan Dan Kata Pengantar Modul 3 - 4
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Pentahanan Word
    Pentahanan Word
    Dokumen10 halaman
    Pentahanan Word
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Hapus
    Hapus
    Dokumen11 halaman
    Hapus
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Tugas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: Nama .: Firman Okta Nugraha /11-2015-063 Miftahul Khoir /11-2015-051
    Tugas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: Nama .: Firman Okta Nugraha /11-2015-063 Miftahul Khoir /11-2015-051
    Dokumen9 halaman
    Tugas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja: Nama .: Firman Okta Nugraha /11-2015-063 Miftahul Khoir /11-2015-051
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Wadu Hek
    Wadu Hek
    Dokumen32 halaman
    Wadu Hek
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • TES 2104-5-2012 2013 Compatibility Mode
    TES 2104-5-2012 2013 Compatibility Mode
    Dokumen10 halaman
    TES 2104-5-2012 2013 Compatibility Mode
    Muhammad Haykal Fikri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Modul 1 Digital
    Modul 1 Digital
    Dokumen5 halaman
    Modul 1 Digital
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Daskom
    Daskom
    Dokumen5 halaman
    Daskom
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Cover Pendahuluan
    Cover Pendahuluan
    Dokumen1 halaman
    Cover Pendahuluan
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Modul 1 BLM Brs
    Modul 1 BLM Brs
    Dokumen10 halaman
    Modul 1 BLM Brs
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Welp
    Welp
    Dokumen12 halaman
    Welp
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Induksi
    Lampiran Induksi
    Dokumen5 halaman
    Lampiran Induksi
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Kesetimbangan Kimia
    Kesetimbangan Kimia
    Dokumen16 halaman
    Kesetimbangan Kimia
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Mik Ling
    Mik Ling
    Dokumen10 halaman
    Mik Ling
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Cover Makalah Mekanika Elektrik
    Cover Makalah Mekanika Elektrik
    Dokumen1 halaman
    Cover Makalah Mekanika Elektrik
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Lazuardi
    Lazuardi
    Dokumen3 halaman
    Lazuardi
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Solar Cell
    Solar Cell
    Dokumen21 halaman
    Solar Cell
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Cover Pendahuluan
    Cover Pendahuluan
    Dokumen1 halaman
    Cover Pendahuluan
    Firman Okta Nugraha
    Belum ada peringkat