Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MINI RISET

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

PERKEMBANGBIAKAN PISCES:
Cyprinus Carpio

OLEH :

Angelica Febriyanti 4203220045


Rio Theresia Lumbantoruan
Rizanti A.W.Lubis
Tania G.D.F.F Sihombing

KELAS:

Biologi 2020 C

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, atas kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset dengan judul “ Perkembangbiakan Pisces dengan
preparat Cyprinus carpio.Saya berterima kasih kepada Asisten-Asisten Laboratorium telah
memberikan ilmu-ilmu sehingga saya mendapatkan apa yang tidak saya ketahui menjadi
tahu. Mini Riset ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktikum Struktur Hewan. Akhir kata
penulis menyadari bahwa dalam penulisan Mini Riset ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 18 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1


1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN 1
1.4 MANFAAT 2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS 3

A. SISTEM PENCERNAAN PADA PISCES 3


B. SISTEM PENCERNAAN PADA AMPHIBI 4
C. SISTEM PENCERNAAN PADA REPTIL 6
D. SISTEM PENCERNAAN PADA AVES 8
E. SISTEM PENCERNAAN PADA MAMALIA 12
BAB III. METODE PENELITIAN 15

3.1 Waktu dan Tempat 15


3.2 Alat dan Bahan 15
3.3 Prosedur kerja 15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

A. Pembahasan Sistem Pencernaan Pada Pisces (Cyprinus Carpio) 17


B. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Amphibi ( Rana sp atau Bufo sp ) 17
C. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Reptil (Mabouya multifasciata atau
Calotes sp ) 18
D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp
) 18
E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya ) 18

ii
BAB V. PENUTUP 20

5.1 SIMPULAN 20

5.2 SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN 22

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Awal pembentukan makhluk hidup dimulai dengan embriogenesis.
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio
manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya,
embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang
disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia
(Moyle,1988). Tahapan dalam embriogenesis setelah fertilisasi adalah morula, blastula,
dan gastrula. Setelah tahap ini, berlangsung proses organogenesis. Semua makhluk hidup
mengalami proses embriogenesis dalam siklus hidupnya. Salah satu jenis ikan yang
banyak dibudidayakan adalah ikan mas. Ikan mas sering digunakan sebagai hewan uji
coba praktikum embriogenesis, karena mudah didapatkan dan ukuran telurnya yang relatif
besar (Priatna, 2008).
Siklus hidup ikan Mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium
pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan
sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan Mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan Mas sering memijah pada awal
musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang
memijah, induk-induk ikan Mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air
atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan
digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika
terjadi pemijahan (Suseno, 2000).
Sifat telur ikan Mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan Mas berbentuk
bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran
telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh
di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa (Susanto, 2007). Kajian mengenai
embriogenesis ini menjadi penting untuk dipelajari. Embriogenesis pada ikan mas sangat
penting diamati sebagai pengetahuan proses umum embriogenesis makhluk hidup. oleh
karena itu maka praktikum ini dilaksanakan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam praktikum ini adalah bagaimana cara
mengetahui fertilisasi in vitro dan tahapan embriologi ikan mas dan faktor – faktor yang
mempengaruhi tahapan perkembangan embrio
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
“ Tujuan global dari praktikum ini adalah untuk mengetahui fertilisasi in vitro dan tahapan
embriologi ikan mas (Cyprinus carpio) serta faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangannya”

1.4 MANFAAT
1. Dapat diaplikasikan dalam sistem budidaya ikan mas secara in vitro.
2. Mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pemijahan ikan mas.

2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. IKAN MAS (Cyprinua carpio)


Ikan Mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan Mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, bagian mulut dihiasi
dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang diantaranya kurang sempurna
dengan warna badan yang sangat beragam.

Gambar 1. Ikan Mas (Susanto, 2007).


Ikan Mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio, L. (Susanto, 2007)
Ikan Mas termasuk jenis ikan omnivora. Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga
bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat,seperti sepasang
mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah
insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar.
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang
bebas (Santoso, 1993).

3
Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut, rongga
mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus. Ikan Mas dapat memakan
plankton maupun invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa ikan
Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Keadaan usus yang sangat
panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang
memiliki kadar serat yang tinggi sehingga memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini
dapat dibuktikan melalui pengamatan pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan
adanya lambung tetapi bagian depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal
dengan istilah “lambung palsu”. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang
tubuh ikan. Pada pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa tubuh ikan Mas
memiliki panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai 50 cm atau hampir
tiga kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut bertujuan untuk
mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara maksimal (Santoso, 1993).
Ikan Mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 20oC -25oC dan pH
air antara 7-8. Di antara jenis ikan Mas itu sendiri, jika diamati lebih lanjut, ada perbedaan
dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya
perbedaan ras pada jenis ikan air tawar (Suseno, 2000).

B. EMBRIOGENESIS
Embriogenesis adalah : 1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru
yang terjadi secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses
pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-
tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat
spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari
minggu ke-8 dari perkembangan manusia (Moyle,1988). Embriogenesis merupakan
pembentukkan makhluk hidup yang belum memiliki bentuk yang mencirikan suatu
makhluk hidup. Embriogenesis dimulai dengan tahap pembelahan (cleavage), blastulasi,
gastrulasi, dan neurulasi. Cleavage adalah proses pembelahan embrio yang sudah
mengalami fertilisasi secara mitosis. Selama pembelahan itu, sel-sel mengalami fase S
(sintesis DNA), fase M (mitosis) siklus sel, fase G1, dan fase G2. Embrio tidak
mengalami pertumbuhan pada tahap ini. Proses pembelahan hanya membagi-bagi
sitoplasma menjadi banyak sel yang lebih kecil dengan nukleusnya masing-masing, yang
disebut dengan blastomer. Saat cleavage, total volume sel embrio sama atau tidak terjadi

4
penambahan ukuran, hanya jumlah selnya meningkat. Seperti pada ikan, ikan adalah
hewan yang sel telur dengan polaritas yang jelas, sehingga saat mengalami pembelahan
(cleavage), sumbu pembelahan mengikuti pola spesifik yang relative terhadap kutub
zigotnya (Campbell, 2004).
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EMBRIO IKAN
Suhu mempengaruhi perkembangan embrio dan proses penetasan embrio, jika suhu
rendah embrio akan lebih lama tertahan dalam cangkangnya, sebaliknya jika suhu tinggi
akan menyebabkan embrio menetas secara prematur. Faktor cahaya juga mempengaruhi
masa pengeraman ikan. Jika dalam masa pengeraman ditaruh tempat yang gelap, maka
kan menetas lebih lambat. Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi masa
pengeraman ialah gas terlarut dalam air terutama CO2 dan amonia dapat menyebabkan
kematian embrio dalam masa pengeraman. Selain itu, kekurangan oksigen tidak hanya
memperlambat laju perkembangan embrio tetapi juga dapat menimbulkan kematian
embrio (Sedjati, 2002).

5
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan hari Kamis pukul 09.40 – 12.10 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan di Rumah.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat praktikum
No Alat Praktikum Jumlah
1. Cawan petri 1 buah
2. Cotton bud 1 buah
3. Kaca pembesar 1 buah
4. Gelas Kosong 1 buah
5. Baskom 2 buah
6. Kamera Hp 1 buah
7. Aerator 1 buah
8. Alat Tulis 1 buah

b. Bahan Praktikum
No Bahan Praktikum Jumlah
1. Sperma dan telur ikan mas 1 Cyprinus carpio
2 Air sulingan Secukupnya
3 Laktat ringer 9 ml

6
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Fertilisasi Normal
Fertilisasi in vitro normal dilakukan dengan mencampurkan telur dan sperma ikan mas.
Sperma ikan mas terlebih dahulu diencerkan dengan laktat ringer dengan perbandingan
1:9 (1 ml sperma ikan mas ditambah 9 ml laktat ringer) kemudian dihomogenkan. Sperma
yang telah diencerkan dengan laktat ringer kemudian dituangkan ke dalam cawan petri.
Telur kemudian ditebar di atas cawan petri dengan menggunakan cotton bud, saat
penebaran cotton bud tidak boleh menyentuh dasar dari cawan petri, ditunggu 10 menit,
kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak 3 kali. telur hasil perlakuan tersebut
kemudian diinkubasi dalam akuarium yang telah disiapkan.

3.3.2 Pengamatan Embrio


Pengamatan pada telur dilakukan secara berlanjut sampai perkembangan embrio terakhir
yang berhasil dicapai. Pengamatan dimulai saat 5 menit setelah perlakuan fertilisasi,
kemudian pengamatan dilanjutkan setiap 10 menit sampai perkembangan embrio
mencapai fase blastula. Setelah fase blastula, pengamatan dilakukan setiap 1 jam sampai
perkembangan embrio terakhir yang bisa dipakai. Pengamatan dilakukan di bawah
mikroskop binokuler. Perubahan yang terjadi dicatat, digambar, dicatat setiap perubahan
yang terjadi setiap waktu pengamatan dan didokumentasikan dengan kamera digital.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Analisa Prosedur pada preparat Ikan mas (Cyprinus Carpio)


Fertilisasi in vitro normal dilakukan dengan mencampurkan telur dan sperma ikan mas.
Sperma ikan mas terlebih dahulu diencerkan dengan laktat ringer dengan perbandingan
1:9 (1 ml sperma ikan mas ditambah 9 ml laktat ringer). Laktat ringer berfungsi sebagai
media pelarut sperma dan menyebarkan sel telur pada cawan. Kemudian dihomogenkan.
Homogenasi bertujuan agar sperma dan sel telur bercampur sehingga terjadi fertilisasi.
Sperma yang telah diencerkan dengan laktat ringer kemudian dituangkan ke dalam
cawan petri. Telur kemudian ditebar di atas cawan petri dengan menggunakan cotton

7
bud, saat penebaran cotton bud tidak boleh menyentuh dasar dari cawan petri. Hal ini
bertujuan agar sel telur tidak rusak jika terkena dasar cawan. Lalu, ditunggu 10 menit
dengan tujuan agar terjadi fertilisasi. Kemudian diinkubasi dalam akuarium yang berisi
air suling, hal ini agar embrio tidak mati.
Pengamatan pada telur dilakukan secara berlanjut sampai perkembangan embrio terakhir
yang berhasil dicapai. Pengamatan dimulai saat 5 menit setelah perlakuan fertilisasi,
kemudian pengamatan dilanjutkan setiap 10 menit sampai perkembangan embrio
mencapai fase 2 sel. setelah itu pengamatan dilanjutkan setiap 20 menit sampai fase
morula. Pengamatan dilakukan pada menit tersebut karena pada fase cleavage embrio
mengalami pembelahan sangat cepat. Setelah fase blastula, pengamatan dilakukan setiap
1 jam sampai perkembangan embrio terakhir yang bisa dipakai. Karena untuk
memperoleh embrio siap pakai dari fase blastula, dibutuhkan waktu yang sangat lama.
Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop binokuler. Perubahan yang terjadi dicatat,
digambar, dicatat setiap perubahan yang terjadi setiap waktu pengamatan dan
didokumentasikan dengan kamera digital.

B. Analisa Hasil
Pengamatan dimulai pada pukul 00.00 WIB, hasil yang diperoleh belum menunjukkan
adanya perubahan. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit, pada pengamatan ke 3 pukul
00.43 mulai terjadi aktivasi. Pengamatan selanjutnya dilakukan setiap 10 menit. Pada
pukul 00.53 diperoleh zigot mulai mengalami pembelahan menjadi 2 sel. setelah itu,
pengamatan dilakukan setiap 10 menit. Pada 20 menit pertama, sel membelah menjadi 4
sel, dan pada 20 menit 3 kali pengamatan berikutnya, sel membelah menjadi 8, 16, dan 32
sel. sedangkan pada menit 20 ke- 4 blastomer sudah tidak dapat dihitung lagi hingga
mencapai tahap morula. Pada 20 menit berikutnya, sel masih tetap dalam bentuk morula,
tetapi setelah pengamatan berikutnya, mulai terbentuk rongga. Pada tahap ini disebut
blastula. Fase blastula berlangsung sangat lama, pada pukul 06.34 sel telur sudah mulai
memasuki tahap blastulasi akhir dan akan memasuki tahap organogenesis karena pada
saat itu sudah mulai terlihat pembentukan bagian embrio yaitu kepala dan ekor. Proses
selanjutnya yaitu proses organogenenesis, karena memerlukan waktu yang cukup lama
maka pengamatan dilakukan 24 jam kemudian dan pada sel telur sudah mulai terlihat
terbentuknya mata dan ekor serta tulang punggung dan notochord pada sel telur.
Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada pukul 12 siang terlihat bahwa bentuk tubuh
dari embrio ikan sudah sangat lengkap dan hanya tinggal menunggu waktu agar embrio

8
(bayi) ikan mas tersebut dapat keluar dari sel telurnya. Saat pengamatan pada pukul 18.30
sore, sel telur yang diamati sudah menetas (hatching). Gambar dan penjelasan akan lebih
jelas dijelaskan pada table 1 dibawah ini:

D. Tahap perkembangan embrio


Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki
sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni
hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada
pembuahan ini terjadi pencampuran inti sel telur dengan inti sel jantan. Kedua macam inti
sel ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set
(haploid). Sel telur dan sel jantan yang berada dalam cairan fisiologis masing-masing
dalam tubuh induk betina dan jantan masih bersifat non aktif. Ada beberapa hal yang
mendukung berlangsungnya pembuahan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa
dikeluarkan ke dalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non aktif
bergerak (motil) dengan menggunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta-juta
spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi hanya
satu yang dapat melewati mikropili satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel
telur. Kepala spermatozoa, dimana terdapat inti, menerobos mikropil dan bersatu dengan
inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi
sebagai sumbat untuk mencegah sel-sel jantan yang lain ikut masuk (Khana, 2004).
Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya
persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak
dan daya gerak sperma itu sendiri sangat terbatas 1 – 2 menit saja. Spermatozoa lainnya
yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan
makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan
dibuang, didorong keluar oleh reaksi korteks.Pencampuran inti sel telur dan spermatozoa
terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronuklei) dari sel betina dan sel
jantan bersatu dalam proses yang disebut amfimiksis (Khana, 2004). 

D. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Aves (Columba livia atau Gallus-gallus sp )


Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Makanan bukung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan. Saluran

9
pencernaan burung dimulai dari paruh yang merupakan modifikasi gigi, rongga mulut
terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
Kemudian menuju faring berupa saluran pendek, esophagus pada burung terdapat
pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan
makanan yang dapat diisi dengan cepat. Kemudiang menuju ke lambung, lambung terdiri
atas proventrikulus (lambung kelenjar) banyak menghasilkan enzim pencernaan,
dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah), ototnya berdinding tebal. Pada
burung pemakan biji- bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan.
Kemudian makanan menuju usus yang terdiri dari usus halus dan usus tebal yang
bermuara pada kloaka.
E. Pembahasan Sistem Pencernaan pada Mamalia (Cavia cobaya )
Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont.
Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad,
digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga
dada dari rongga perut. Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat
perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar jika
dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan
berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh
alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari
beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti prosencephalon,
lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata. Umumnya perkembangan cephalon
pada mamalia hampir sempurna terkecuali pada manusia yang memiliki struktur
sempurna pada otak
Sistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar
pencernaannya terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari,
dan sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah
pancreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum) berdinding tipis, panjangnya
kira-kira 50 cm, mempunyai appendiks vermiformis (umbai cacing) yang bentuknya
seperti jari. Sedangkan organ pencernaannnya terdiri dari mulut, kerongkongan,
ventriculus, duodenum, ileum, rectum, dan anus pada mencit makanan di kunyah
kemudian masuk ke dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan
makanan menuju lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukan makanan
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian
meuju ke usus dan bermuara pada anus

10
11
BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu setiap kelas memiliki kita bisa
mengetahui perbedaan sistem pencernaan pada pisces, dimulai dari rongga mulut,
kemudian ke esopagus melalui faring, kemudian makanan di dorong ke lambung, masuk
ke usus dan bermuara pada anus. Sistem pencernaan pada amphibi, dimulai dari rongga
mulut, kemudian ke esopagus, menuju ke lambung dank usus bermuara di kloaka.
Kemudian sistem pencenaan pada aves, dimulai dari paruh kemudian rongga mulut,
kemudian faring, pada faring terdapat pelebaran pada bagain ini yang disebut tembolok,
kemudian ke lambung, usus dan bermuara pada kloaka. Dan terakhir sistem pencernaan
pada mamalia dalam sampel yaitu mencit makanan di kunyah kemudian masuk ke
dalam mulut, kemudian menuju kerongkongan dari kerongkongan makanan menuju
lambung, pada lambung proses fermentasi atau pembusukanan makanan dilakukan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Kemudian menuju ke usus
dan bermuara pada anus.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar
praktikan memperhatikan betul bagian-bagian dari system pencernaan hewan yang
diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin. 2006. Dasar-dasar histologi vertebrata. Jakarta: Erlangga

Kurniawan, aji. 2011. Bahan Ajar sistem pencernaan vertebrata. Jakarta: Exis

Wisnu, Putra. 2001. Histologi vertebrata: Aves. Bandung: PT Gramedia Pustaka Utama

Mahfud dan Ihwan,2016, Anatomi Saluran Pencernaan (Digesti) Biawak Air


(Varanus Salvator) (Reptil: Varanidae), Jurnal Veteriner, 16(2): 152-158

Zainuddin, dkk.2015. Gambaran Histologi Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek,


Dan Merpati, Jurnal Medika Veterinaria, vol 9 (1):67-70

12
Arthur, dkk. 2012. Anatomi Sistem Pencernaan pada Marmut (Cavia cobaya), jurnal
veterinaria, vol (2): 1 : 1-6

13
LAMPIRAN LAMPIRAN

A. PISCES

B. AMPHIBI

14
C. REPTIL

15
D. AVES

E. MAMALIA

16
17

Anda mungkin juga menyukai