Anda di halaman 1dari 6

TUGAS REKAYASA IDE

PERKEMBANGAN HEWAN

“PENGEMBANGBIAKAN PENYU HIJAU”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANGELICA FEBRIYANTI

NIM : 4203220045

KELAS : PSB 20C

DOSEN PENGAMPU : Dra. Meida Nugrahalia, M.Sc.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perkembangbiakan secara Kawin (Generatif) Perkembangbiakan secara kawin terjadi karena
adanya pembuahan sel telur oleh sel sperma. Sel sperma dihasilkan hewan jantan. Ada punsel
telur dihasilkan hewan betina.
Berdasarkan caranya, pembuahan pada hewan dibedakan menjadi dua.Pertama, pembuahan
diluar tubuh. Kedua pembuahan di dalam tubuh. Pembuahan di Luar Tubuh (Fertilisasi
Eksternal) Pembuahan di luar tubuh terjadi karena penggabungan sel telur dan sperma terjadi di
luar tubuh induknya. Contohnya, pada ikan dan katak, Pembuahan di dalam Tubuh ( Fertilisasi
Internal) Pembuahan di dalam tubuh artinya penggabungan sel telur dan sel sperma terjadi di
dalam tubuh induknya. Pembuahandi dalam tubuh terutama terjadi pada kelompok reptilia
(hewan melata), unggas, dan mamalia (hewan menyusui).
1.2 Tujuan Penulisan
            Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah
untuk membantu menemukan ide dalam mengembang biakan hewan yang langka.
1.3  Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami
dan  menambah wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait pengembang biakan hewan yang
langka.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Perkembangbiakan
Perkembangbiakan secara kawin terjadi karena adanya pembuahan sel telur oleh sel
sperma. Perkembangbiakan secara kawin pada hewan dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
a.       Hewan yang Berkembangbiak dengan Bertelur (Ovipar)
Hewan yang berkembang biak secara bertelur disebut ovipar. Pada hewan
bertelur,pertumbuhan dan perkembangan embrio terjadi di luar tubuh induknya. Embrio itu
dibungkus dan dilindungi oleh cangkang. Embrio di dalam telur ini dilengkapi dengan kuning
telur (yolk). Kuning telur digunakan sebagai cadangan makanan untuk perkembangan embrio.
Jika embrio telah tumbuh sempurna, telur akan menetas dan keluarlah individu baru. Contoh
hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur yaitu, burung, ayam, bebek, cicak, buaya,dan
penyu.
Setelah hewan bertelur, ada hewan yang mengerami telurnya, tetapi ada juga hewan yang
tidak mengerami telurnya. Beberapa contoh hewan yang mengerami telurnya: ayam, burung, dan
bebek. Contoh hewan yang tidak menegrami telurnya: cicak, buaya, dan penyu.
b.      Hewan yang Berkembangbiak dengan Melahirkan (Vivipar)
Pada hewan yang melahirkan anak, sel telur dibuahi oleh sperma di dalam tubuh induknya.
Pertumbuhan dan perkembangan embrio terjadi di dalam tubuh induknya. Embrio akan berada
di dalam tubuh induknya sampai waktunya dilahirkan. Hewan yang berkembang biak secara
melahirkan disebut vivipar. Contohnya, sapi, kucing, kambing, dan singa. Ada hewan yang
memiliki sel kelamin jantan dan sel kelamin betina dalam satu tubuh. Hewan ini
disebut hermaprodit, contoh cacing tanah dan bekicot.
c.       Hewan yang Berkembangbiak dengan Bertelur dan Melahirkan (Ovovivipar)
Selain hewan ovipar dan vivipar, ada juga hewan yang dapat bertelur-melahirkan (ovovivipar).
Pada hewan ovovivipar, setelah terjadi pembuahan, telur terus berkembang di dalam
tubuh induk.  Makanan yang dibutuhkan embrio tidak berasal dari induk. Akan tetapi, makanan
berasal dari cadangan makanan yang terdapat di dalam telur. Setelah telur menetas tiba waktunya
dilahirkan, individu baru akan keluar dari tubuh induknya. Contoh hewan ovovivipar adalah
paus, ikan pari, dan beberapa jenis ular.
2.      Perkembangbiakan secara tidak kawin (Vegetatif)
Merupakan perkembangbiakan tanpa melalui proses perkawinan atau disebut juga
perkembangbiakan aseksual. Biasanya hanya terjadi pada hewan-hewan tingkat
rendah. Perkembangbiakan dengan cara ini juga terbagi menjadi tiga cara yaitu:
a.      Tunas
      Hydra adalah hewan yang tidak bertulang belakang.  Hydra hidup pada air tawar. Pada
tubuh Hydra dewasa akan muncul tonjolan. Tonjolan tersebut akan terus tumbuh dan membesar.
Ketika setelah cukup besar, tunas itu akan terlepas dari tubuh induknya. Tunas  yang terlepas
akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
b.      Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan yang berasal dari potongan tubuhnya sendiri. Contoh
hewan yang berkembang biak dengan cara fragmentasi adalah planaria. 

2.2 PERKEMBANGBIAKAN PENYU


Penyu berkembang biak secara kawin dan menghasilkan telur. Penyu membutuhkan kurang
lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin penyu laut jantan
menarik perhatian betinanya dengan menggosok kepalanya atau menggigit leher sang betina.
Sang jantan mengkaitkan tubuhnya kebagian cangkang sih betina. Kemudian melipat ekornya
yang panjang kebawah cangkangnya si Betina. Beberapa jantan dapat berkompetesi untuk
merebut perhatian si Betina. Hanya penyu betina pergi ke pantai untuk bersarang dan
menetaskan telurnya. Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur dengan kaki depannya mengali
pasir dan membuat lubang untuk telur-telurnya. Telurnya mencapai kurang lebih seratus butir
kemudian dengan hati-hati menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dengan rata untuk
menyembunyikan dan menyamarkan letak lubang telurnya. Ini dilakukan kurang lebih 1-3 jam
kemudian kembali ke kelaut. Penyu jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah mereka
menetas.

2.3 Proses Perkembangbiakan Penyu


Semua jenis penyu bertelur lebih dari satu kali dalam periode satu musim. Penyu Hijau yang
bertelur di daerah bermusim empat terutama di bagian utara equator yang terjadi pada bulan
April sampai akhir Juli (Nuitja, 1992).Waktu bertelur penyu rata-rata membutuhkan waktu 2 jam
atau lebih, dihitung dari keluarnya induk penyu dari laut sampai menutup sarangnya. Marcovaldi
(2001) melaporkan bahwa musim bertelur pada daerah tropis lebih awal datangnya yaitu antara
bulan Desember sampai April dan mungkin dilakukan oleh penyu sampai beberapa kali.

Perbedaan kelembaban pasir pada setiap media penetasan dipengaruhi oleh sirkulasi udara yang
terjadi di sekitar lingkungan sarang, baik diluar maupun didalam (Nybakken, 1992.) Selain itu
aktivitas biologis dari sampel telur Penyu Lekang juga dapat mempengaruhi kelembaban di
dalam media pasir penetasan. Menurut Silalahi (1990) kesesuaian kelembaban dalam sarang
sangat dibutuhkan untuk perkembangan janin penyu secara normal. Kelembaban sarang yang
sesuai dibutuhkan untuk perkembangan janin dan proses reaksi biokimia yang berlangsung di
dalam telur penyu.Bustard (1972) menyatakanb bahwa apabila kelembaban di dalam sarang
terlalu rendah atau dalam kondisi sangat kering, maka hal tersebut dapat menyebabkan keluarnya
cairan dari dalam telur. Sehingga tukik dalam telur tersebut akan kesulitan untuk keluar dari
cangkang dan akan kehabisan tenaga untuk membuka cangkang telurnya. Pada akhirnya tukik
tersebut akan mati sebelum keluar dari sarang (death in nest). Hal tersebut terjadi pada media
penetasan pasir Pantai Perancak dengan kelembaban pasir yang rendah, sehingga jumlah tukik
yang mati sebelum menetas mencapai 11 sampel telur.
BAB III

KESIMPULAN

1. Keberhasilan penetasan telur Penyu Hijau pada media penetasan sarang semi alami
dipengaruhi karakteristik pasir berdasarkan ukuran butir yang berkategori kasar (0,50-
1,00 mm) atau pasir dengan kategori halus (0.10-0.21) dan pasir yang berwarna putih
atau pasir berwarna hitam.
2. Persentase keberhasilan penetasan pada media penetasan sarang semi alami dengan
menggunakan media pasir dengan karakteristik pasir yang sesuai merupakan salah satu
cara yang dapat mendukung kegiatan konservasi penyu dalam hal penambahan populasi
penyu yang ada pada saat ini

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. A. E. 2009. Habitat Bertelur Dan Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Abu-
Abu (Lepidochelys olivacea eschsholtz 1829) Di Pantai Samas Dan Pantai Trisik Yogyakarta.
Program Studi Biologi. Fakultas Atma Jaya Yogyakarta.

Amalia, R. 2012. Pengaruh Naungan Sarang terhadap Persentase Penetasan Telur Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea) di Pantai Samas Bantul, Yogyakarta. Journal Of Marine Research.

Bustard, R. H. 1972. Sea Turtle: Natural History and Conservation. Collings. Sydney

Anda mungkin juga menyukai