Andi Ernawati
Abstrak
Ekosistem Lamun merupakan salah satu ekosistem laut paling produktif. ekosistem ini berada
diwilayah pasang surut air laut (intertidal). Inventarisasi jenis lamun dilakukan di tiga lokasi yakni
di Pantai Dualaos Kab. Belu, Pantai Humusu c Kab. TTU serta Pantai Tablolong Kab. Kupang
Barat. Ekosistem lamun ditiga lokasi tersebut merupakan jenis ekosistem lamun yang heterogen.
Hasil inventarisasi diperoleh tujuh jenis lamun.
26
biota bentik maupun pelagis yang hidup di potensi berdasarkan informasi yang
ekosistem ini ataupun di sekelilingnya dikumpulkan dari sumber-sumber yang dapat
(Kikuchi dalam wicaksosno dkk, 2012). dipercaya, seperti penduduk lokal, lembaga
Ekosistem padang lamun juga mempunyai pemerintah yang terkait dengan sumberdaya
peran dan fungsi sebagai daerah untuk alam seperti BKSDA dan DKP. Tahap-tahap
mencari makanan (alimentasi), tempat kegiatan dilakukan sebagai berikut :
berlindung bagi beberapa jenis organisme, a. Pengumpulan informasi: Informasi
daerah perangkap sedimen (Kikuchi dan dikumpulkan dari berbagai pihak
Peres dalam wicaksosno dkk, 2012), dan mencakup potensi ekosistem lamun yang
sebagai penopang hidup bagi organisme terdapat di lokasi tersebut.
(Thayer et al dalam wicaksosno dkk, 2012). b. Penyusunan rencana kegiatan
Kebijakan yang tepat untuk c. Persiapan: peralatan untuk pengoleksian
melestarikan ekosistem lamun merupakan dan pengumpulan data disiapkan seperti
hal yang sangat penting. Salah satu lembaran data, buku, alat tulis, kamera,
permasalahan dalam pengelolaan ekosistem botol, alkohol, kantong plastik dan skop.
lamun di Pulau Timur Nusa Tenggara Timur d. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan
adalah tidak tersedianya data dasar yang dilaksanakan pada bulan februari hingga
lengkap mengenai ekosistem lamun, seperti mei 2015
jumlah jenis, tipe vegetasi maupun persen e. Pengolahan data dan Pengumpulan
tutupan ekosistem lamun. Tim Flora Fauna laporan: data yang diperoleh diolah dan
Ekspedisi NKRI 2015 Subkorwil-8/Belu dilaporkan kepada Pasiops dan Tim ahli
melakukan inventarisasi jenis lamun di tiga sesuai dengan format yang telah
lokasi dipulau Timur dengan harapan dapat ditetapkan.
memberi masukan kepada pemerintahan Sampel lamun yang didapat
setempat berupa data dasar mengenai jenis diawetkan dengan metode pengawetan
lamun yang ditemukan di Pulau Timur. basah, dengan cara direndam pada alkohol
dengan konsentrasi 70%. Sebelum
METODE PENELITIAN diawetkan dilakukan pencatatan ciri-ciri
Kegiatan penelitian dilakukan dengan morfologi serta pemotretan untuk keperluan
metode eksploratif, yaitu pencarian koleksi identifikasi. Identifikasi lamun dilakukan
lamun di lokasi yang diketahui memiliki dengan memperhatikan bentuk penampakan
27
daun, bentuk ujung daun, jumlah tulang tidak menghitung persen tutupan lamun.
daun serta bentuk akar. Kunci determinasi Namun secara visual terlihat persen tutupan
yan digunakan ialah yang terdapat pada lamun di tiga lokasi tersebut tergolong tinggi.
jurnal Pedoman Inventarisasi Lamun yang Tim menemukan 7 spesies lamun dari total
ditulis oleh Azkab (1999). Sample yang 13 spesies yang ada di Indonesia. Di Pesisir
telah diidentifikasi kemudian dikirim pada pantai Dualaos Kabupaten Belu, dan pantai
tim ahli untuk diverifikasi kebenaran hasil Humusuce, Insana Utara Kabupaten Timor
identifikasinya. Tengah Utara, masing-masing ditemukan 6
spesies yakni, Cymodocea rotundata (Cr),
HASIL PENELITIAN Enhalus ecoroides (Ee), Halodule uninervis
Ekosistem lamun di tiga lokasi (Hu), Halophila ovalis (Ho), Syringodium
penelitian umumnya berada dalam kondisi isoetifolium (Si), dan Thalassia hemprichi
baik, ekosistem lamun ditiga lokasi tersebut (Ti)i. Di pesisir pantai Tablolong Kabupaten
memiliki tive vegetasi yang heterogen. Tim Kupang ditemukan spesies Thalassodendron
hanya melakukan inventarisasi jenis lamun ciliatum (Tc).
28
Abdulqader E dan Miller J. 2012. Marine Fourqurean JW, Duarte CM, Kennedy H,
turtle mortalities in Bahrain Marbà N, Holmer M, Mateo MA,
territorial waters. Chelonian. Apostolaki ET, Kendrick GA,
Conservation and Biology, 11: 133- Krause-Jensen K, Glathery KJM
138. dan Serrano O. 2012. Seagrass
Alongi DM, Murdiyarso D, Fourqurean JW, Ecosystems as a Globally
Kauffman JB, Hutahaean A, Crooks Significant CarbonS. Nature
S, Lovelock CE, Howard J, Herr D, Geoscience, 5: 505–509.
Fortes M, Pidgeon E dan Wagey T. Green EP, Short FT. 2003. World Atlas of
Seagrasses. Berkeley: University of
2015. Indonesia’s Blue Carbon: a
California Press.
Globally Significant and Vulnerable Nadiarti NE, Djuwita I, Budiharsono S,
Sink For Seagrass and Mangrove Purbayanto A dan Asmus H. 2012.
Carbon. Wetlands Ecol Manage. Challenging for Seagrass
DOI: 10.1007/s11273-015-9446-y Management In Indonesia. Journal
Azkab, M. Husni. 1999. Panduan of Coastal Develpopment, 15 (3):
Inventarisasi Lamun. Oseana. Vol: 234-242.
24. Hal: 1-16. Nagelkerken I.2009. Evaluation of Nursery
Function of Mangroves and
Beck MW, Heck KL Jr, Able KW, Childers
Seagrass Beds For Tropical
DL, Eggleston DB, Gillanders BM,
Decapods and Reef Fishes: and
Halpern B, Hays CG, Hoshino K,
Underlying Mechanisms. In:
Minello TJ, Orth RJ, Sheridan PF,
Nagelkerken I (ed) Ecological
Weinstein MP. 2001. The
Connectivity among Tropical
Identification, Conservation, and
Coastal Ecosystems. Springer,
Management of Estuarine and
Netherlands, pp 357–399.
Marine Nurseries for Fish and
Preen A, Das H, Al-Rumaidh M. Dan
Invertebrates. BioScience, 51:633–
Hodgson A. 2012. Dugongs in
641.
Arabia; In: E. Himes, J. Reynolds
Duffy JE. 2006. Biodiversity and The
III, L. Aragones, A. Mignucci-
Functioning of Seagrass
Giannoni, M. Marmontel (Eds.) i,
Ecosystems. Mar Ecol Prog Ser ,
311:233–250.
29
Gainesville: University Press of Lamun di Perairan Kepulauan
Florida. Karimunjawa Kabupaten Jepara.
Wicaksono, Saputra Giri., Widianingsih dan Journal Of Marine Research. Vol:
Sri Turni Hartati. 2012. Struktur 1. Hal: 1-7.
Vegetasi Dan Kerapatan Jenis
30