Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II

“PSIKOLOGI INDIVIDUAL I – GORDON ALLPORT”

Disusun Oleh :
Jeanny Christian Sembiring (20081006)
Siti Nur Mahmudiyah (20081015)

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun, saya masih memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surabaya, 5 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar…………………………………………………………………………….........
...i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………….............
.....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………….……………………….............…………..
……………………
1.2. Rumusan Masalah………….……………………….......…………..
……………………
1.3. Tujuan dan Manfaat………….………………………….....………..
……………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Asumsi dan Definisi Kepribadian Allport………….….…………………………
2.2. Struktur dan Dinamika Kepribadian………….…………..………………………..
2.3. Motivasi………….…………………...............................................………………..
BAB III KESIMPULAN SARAN
3.1. Kesimpulan………….…………………………………..
…………………………………………
3.2. Saran………….………………………………….………….……………….....
…………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gordon Allport dalam Alwisol (2006 : 15) merumuskan kepribadian sebagai suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik indvidu yang menentukan tingkah laku
dan pemikiran indvidu secara khas. Kepribadian atau personality berasal dari kata
persona yaitu topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi.
Secara umum, kepribadian merupakan cara individu tampil dan menimbulkan kesan
bagi individu-individu lainnya (Relita Buaton dan Sri Astuti, 2013 : 4). Kepribadian
menjadi salah satu hal penting bagi
seseorang dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, semisal saat
bersekolah. Pada anak sekolah, kepribadian dapat digunakan sebagai dasar dalam
berbagai macam kegiatan seperti mengikuti organisasi, berinteraksi dengan teman serta
gurunya, dan memilih cara belajar yang sesuai. Begitu juga dalam dunia kerja,
kepribadian dapat digunakan untuk menentukan kecenderungan seseorang sesuai atau
tidak pada jenis pekerjaan tertentu. Hal ini dapat menjadi fakto pendukung kesuksesan
ataupun kegagalan seseorang.
Sayangnya saat ini banyak siswa sekolah yang belum memahami
kepribadiannya sendiri dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang tes-tes
kepribadian yang ada. Selain itu, minimnya jumlah psikolog, keterbatasan waktu
dan ruang serta tidak terjangkaunya dana untuk melakukan tes kepribadian menjadi
salah satu penghambat bagi siswa yang ingin mengetahui kepribadiannya.yang
dipilihnya. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terutama pada siswa
yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak ada lagi
fenomena salah memilih jurusan dikarenakan keinginan orang tua atau karena jurusan
tersebut sedang populer.Pada praktiknya, selama ini di beberapa sekolah sudah diadakan
tes kepribadian untuk siswanya namun tes tersebut masih menggunakan cara
konvensional yaitu dengan mengisi kuesioner kemudian kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali, dijumlahkan nilai-nilainya dan diambil kesimpulan. Proses
ini dirasa kurang efisien karena memerlukan waktu yang cukup lama, selain itu
menghabiskan banyak biaya untuk pencetakan kuesioner serta untuk mendatangkan
lembaga penelitian kepribadian.
Dewasa ini banyak aplikasi tes kepribadian yang sudah dibuat oleh lembaga penelitian
kepribadian, namun aplikasi tersebut memiliki harga mahal yang tidak semua orang
mampu untuk membayarnya serta administrasi yang cukup merepotkan. Salah satu
contoh adalah lembaga kepribadian yang berada di Yogyakarta. Lembaga tersebut
memberikan layanan tes kepribadian dengan tujuan penjurusan siswa sekolah dengan
biaya sebesar Rp.150.000,00 untuk setiap siswanya. Terdapat pula tes kepribadian yang
tersedia secara online, tetapi tes tersebut memiliki kekurangan, misalnya
ketidakakuratan hasil tes karena terdapat kemungkinan bahwa pembuatan tes
kepribadian online tersebut tidak melalui observasi dan wawancara pada ahlinya
Dengan mengetahui kepribadiannya, siswa akan lebih mudah memilih bidang

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi dari tokoh Gordon Allport?


2. Bagaimana isi dari teori kepribadian menurut Gordon Allport?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori kepribadian menurut Gordon
Allport?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1.Mengembangkan aplikasi sistem pakar untuk membantu siswa sekolah menengah atas
dan kejuruan dalam menganalisa kepribadiannya.
2.Penerapan metode Dempster-Shafer dalam menyelesaikan masalah ketidakpastian
dalam sistem pakar agar diperoleh nilai kecenderungan masing-masing kepribadian

Manfaat :

1.Siswa SMA dan SMK


Dapat memberikan kemudahan bagi siswa yang ingin mengetahui tentang
kepribadiannya tanpa harus membuang banyak waktu, tenaga dan biaya.Dapat pula
dijadikan alat bantu keputusan mereka untuk melanjutkan studi di masa mendatang

2.Orang tua
Dapat menjadi alat bantu bagi orang tua dalam memahami dan memberi motivasi untuk
anaknya sehingga orang tua lebih memahami keinginan anaknya. Dengan begitu tidak
akan ada lagi fenomena salah jurusan karena keinginan orang tua dan lain sebagainya.

3.Instansi (Sekolah)
Dapat menekan atau bahkan menghilangkan biaya yang harus dikeluarkan
saat mengundang sebuah lembaga tes kepribadian untuk memberikan tes kepribadian
siswa-siswanya.

4.Pakar dalam bidang Psikologi


Dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menganalisa kepribadian kliennya. Selain itu
dapat digunakan sebagai alat penyimpanan kemampuan dan keahlian sang pakar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Asumsi dan Definisi Kepribadian Allport


Allport tidak setuju dengan teori psikoanalisis. Allport meyakini bahwa manusia
adalah makhluk rasional yang digerakkan kesadaran, yang berdasar pada masa kini,
masa depan, dan bukan masa lalu. Allport meyakini bahwa tingkah laku seseorang
adalah sesuatu yang terus menerus bergerak, sehingga konsep utama teorinya adalah
motivasi yang membuat orang terus bergerak.
Allport memandang kepribadian sebagai organisasi dinamik dalam sistem
psikofisik individu yang menentukan penyesuaian unik dengan lingkungannya. Empat
unsur pokok dalam definisi kepribadian tersebut, yaitu:
a. Istilah dynamic organization. Istilah ini mengacu kepada: (a) adanya perubahan
dan perkembangan kepribadian yang berperan aktif dalam individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan ; dan (b) dalam diri individu ada pusat
organisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian, lalu menghubungkan
satu dengan yang lainnya.
b. Istilah psychophysical systems. Istilah ini menunjukkan bahwa kepribadian
bukan hanya konstruk hipotetik, namun merupakan fenomena nyata yang
mencakup aspek mental dan fisik, kemudian disatukan dalam kesatuan
kepribadian.
c. Istilah determine. Istilah ini menunjukkan bahwa kepribadian bukan sekedar
konsep yang menentukan tingkah laku seseorang, tetapi bagian dari individu
yang berperan aktif dalam tingkah laku orang tersebut.
d. Istilah unik atau khas. Istilah ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang
benar-benar sama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga tidak
ada dua orang yang memiliki kepribadian yang sama.
Allport tidak menggunakan istilah karakter dan temperamen, sebagai sinonim
kepribadian. Karakter dipandang sebagai suatu aturan tingkah laku yang dapat memberi
penilaian kepada individu ataupun perbuatannya. Jadi definisi karakter ini mengandung
muatan penilaian. Hal ini sangat bertolak belakang dari definisi kepribadian, yang
menggambarkan deskripsi tingkah laku yang bebas dari penilaian. Sedangkan,
temperamen mengacu kepada disposisi yang terkait erat dengan determinan biologis
atau fisiologis saja. Hal ini sangat bertolak belakang dari definisi kepribadian, yang
mencakup dua aspek, yaitu fisiologis dan psikologis.
2.2. Struktur dan Dinamika Kepribadian
Struktur dan dinamika kepribadian itu pada dasarnya adalah hal yang sama.
Berdasarkan hal ini, banyak yang menyebutkan teori Allport itu sebagai “Trait
Psychology”. Dalam teori Allport ini, kedudukan trait dapat disejajarkan dengan
kedudukan need pada teori Murray, atau libido pada teori Freud.

2.2.1. Sifat (Trait)


Sifat (Trait) adalah predisposisi atau kecenderungan untuk merespon secara
sama terhadap kelompok stimulus yang mirip. Dapat dikatakan juga, sifat adalah
struktur psikofisik yang mampu menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen,
membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif. Misalnya, hari ini A marah karena B
menghilangkan pena kesayangannya, maka jika C menghilangkan buku kesayangannya,
A akan marah juga.
Hal ini menunjukkan bahwa trait berfungsi konsisten, baik waktu, stimulus, atau
tempat. Allport membedakan trait menjadi dua, yaitu:
a. Trait Umum (Nomothetic Trait).
Trait umum adalah sifat bersama yang dimiliki oleh banyak orang, dan
digunakan untuk membandingkan orang dari budaya berbeda. Asumsi yang
mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial. Misalnya,
orang Batak memiliki sifat lebih terbuka dibanding suku lain. Atau orang Jawa
memiliki sifat lebih sopan dalam berbicara dibanding suku lain.
b. Trait Individual (Personal Disposition atau Morphological Trait atau
Idiographic Trait).
Trait individual adalah manifestasi trait umum seseorang, sehingga selalu
unik bagi orang itu. Sifat unik ini merupakan gambaran tepat dari struktur
kepribadian. Trait individual merupakan subkategori dari trait umum, yang
memiliki tingkat generalitas berbeda-beda, ada yang mempengaruhi tingkah laku
secara umum, ada yang hanya mempengaruhi tingkah laku tertentu saja.
Ada tiga tingkatan disposisi, yaitu:
a. Disposisi Kardinal, yaitu sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang,
sifat yang sangat berperan dan mendominasi seluruh hidupnya. Disposisi ini
sangat jelas, tidak dapat disembunyikan, karena tercermin pada semua tingkah
laku orang yang memilikinya. Pada umumnya, orang tidak memiliki disposisi
ini, karena hanya beberapa orang yang memilikinya. Misalnya, narsis, hedonis,
dsb.
b. Disposisi Sentral, yaitu kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, dan
menjadi titik pusat tingkah lakunya. Sifat seperti ini biasa ditulis dalam surat
rekomendasi yang menjelaskan sifat seseorang. Misalnya, ambisius, jujur,
senang berkompetisi, dan lain sebagainya.
c. Disposisi Sekunder, yaitu sifat yang tidak umum, dan kurang penting untuk
menggambarkan kepribadian. Sifat ini tidak menyolok, jarang digunakan, dan
hanya digunakan pada kesempatan khusus. Misalnya : A itu adalah wanita yang
sabar (Disposisi Sentral), namun pada suatu hari seorang teman menghina
orangtuanya, maka A menjadi marah meledak-ledak (Disposisi Sekunder).

Allport membedakan penggunaan istilah trait, attitude, habit, type, yang dalam
kehidupan sehari-hari dianggap sama. Trait, attitude, habit merupakan predisposisi.
Ketiga hal itu merupakan faktor genetik dan belajar, yang mengawali tingkah laku.
Type merupakan superordinasi dari ketiga konsep lainnya.
Type merupakan kategori nomotetik luas konsepnya. Type merangkum ketiga
konsep lainnya, yang dapat ditemui pada diri seseorang. Trait merupakan
kecenderungan umum untuk merespon secara sama kelompok stimulus yang mirip.
Attitude lebih umum dibanding habit, tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude
memiliki rentang dari yang sangat khusus sampai yang sangat umum.
Ciri dari attitude ini adalah adanya sifat penilaian (evaluatif). Habit. merupakan
kecenderungan merespon satu situasi atau stimulus. Misalnya, orang dengan tipe
introvert (type) akan cenderung menolak mengikatkan diri dengan lingkungannya
(trait). Orang seperti ini akan dinilai sebagai orang yang tidak ramah atau kurang
mampu bergaul (attitude). Selain itu, orang seperti ini biasanya memiliki kebiasaan
untuk duduk menyendiri di tempat yang terpisah (habit).
Jika gambaran trait seseorang merupakan kombinasi dari beberapa sifat sekaligus,
maka variasi sifat manusia menjadi tidak terbatas. Ini yang dimaksudkan bahwa tidak
ada manusia yang sama persis, karena masing-masing memiliki sifatnya yang unik.
Faktor munculnya trait pada seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan belajar.
Jika trait sudah menjadi bagian kepribadian, maka trait akan menjadi penentu model
respon terhadap stimulus yang mirip.
Pada akhirnya trait membuat tingkah laku orang menjadi konsisten, karena
menggunakan pola yang sesuai traitnya. Misalnya :
Trait Stimulus Respon
a. Senang Berteman > Nonton film, jalan-jalan > Mengajak teman
b. Pemalu > Pesta, seminar > Diam, menyendiri

2.2.2.Proprium
Proprium merupakan bagian sentral dan privat dari kehidupan kita. Proprium
mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan kehidupan emosional menjadi
berbeda dari orang lain. Namun di sisi lain menciptakan kesatuan sikap, persepsi, dan
tujuan hidup seseorang. Ahli teoritisi lain menyebut proprium dengan sebutan ego atau
self. Contoh dari proprium adalah self identity, self esteem, self image, dsb. Proprium
ini tidak dibawa sejak lahir, namun berkembang di dalam perkembangan individu. Ada
delapan aspek proprium yang berkembang bertahap mulai dari bayi hingga dewasa,
yaitu:
1. Usia 0 – 3 tahun, mencakup tiga aspek proprium.
 Sense of Bodily Self, yaitu kesadaran tentang fisik. Misalnya : “Ini tanganku”.
 Sense of Continuing Self Identity, yaitu kesadaran adanya identitas diri yang
berkesinambungan. Misalnya : anak menyadari bahwa pada usianya yang ketiga,
ia masih merupakan orang yang sama dengan waktu usia 1 atau 2 tahun.
 Self Esteem, yaitu berkembangnya perasaan bangga akan kemampuan diri.

2. Usia 4 – 6 tahun, mencakup dua aspek proprium.


 Extension of Self, yaitu kesadaran akan keberadaan objek dan orang lain.
Misalnya : “Itu ibuku, itu mainanku, dsb”.
 Self Image, yaitu kesadaran akan gambaran diri yang mencakup pandangan
aktual dan ideal mengenai diri sendiri.

3. Usia 6 – 12 tahun, mencakup satu aspek proprium.


 Self as Rational Coper, yaitu kesadaran akan adanya kemampuan berpikir
rasional yang dimilikinya, yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
 Usia Remaja, mencakup satu aspek proprium.
 Propriate Striving, yaitu kesadaran eksistensi diri dalam pencapaian tujuan
jangka panjang, dengan menyusun rencana. Allport meyakini bahwa ketika
orang dapat membuat rencana jangka panjang, maka bangunan self menjadi
lengkap.
 Usia Dewasa, mencakup satu aspek proprium.
 Self as Knower, yaitu kesadaran mengenai diri sendiri yang mencakup totalitas
dari tujuh aspek sebelumnya.

2.3. Motivasi
Ada dua ciri teori motivasi dari Allport, yaitu :
(1) menolak masa lalu sebagai elemen penting dari motivasi ;
(2) pentingnya proses kognitif, seperti tujuan dan perencanaan,
sebagai dasar motivasi. Dua teori ini menunjukkan keyakinan Allport bahwa manusia
adalah makhluk sadar dan rasional, yang bertingkah laku berdasar apa yang diharapkan
dapat dicapai, bukan karena keinginan primitif atau pengalaman traumatik masa lalu.
Hal ini didukung oleh Abraham Maslow, bahwa jika ingin memahami motivasi, maka
kita harus memahami sifat dasar dari motivasi, seperti :
(1) Kontemporer, yaitu motivasi merupakan kekuatan pendorong bagi masa depan.
Masa lalu hanya akan menjadi motivasi jika memiliki kekuatan pendorong bagi masa
kini dan masa depan ;
(2) Pluralistik, yaitu motivasi sifatnya kompleks, tidak dapat disederhanakan menjadi
beberapa dorongan saja. Misalnya mencari kenikmatan, mengurangi tegangan, atau
mencari rasa aman ;
(3) Proses Kognitif, yaitu motivasi akan melibatkan proses kognitif, seperti adanya
perencanaan tujuan secara sadar ;
(4) Kongkrit dan Nyata, yaitu motivasi bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan
nyata.
Dalam mempelajari motivasi, kita mengenal istilah Otonomi Fungsional, yang
memandang motif orang dewasa beraneka ragam, mandiri sebagai sistem kontemporer,
berkembang dari sistem anteseden, tetapi secara fungsi tidak bergantung kepada sistem.
Artinya, suatu tingkah laku dapat merupakan tujuan akhir dari tingkah laku itu sendiri,
walaupun awalnya memiliki tujuan lain. Misalnya, perilaku membaca, awalnya
memiliki tujuan agar dapat memahami sesuatu. Ini yang disebut prinsip sederhana.
Namun kemudian perilaku membaca menjadi otonom. Perilaku membaca dilakukan
karena orang hanya ingin membaca atau merasa puas setelah dapat membaca.
Banyak tingkah laku orang dewasa yang tetap terjadi karena prinsip sederhana.
Namun, kematangan seseorang diukur dari seberapa jauh motivasi menjadi fungsional
otonom. Ada dua tingkat Otonomi Fungsional menurut Allport, yaitu :
 Perseverative Functional Autonomy, yaitu kecenderungan suatu pengalaman
mempengaruhi pengalaman berikutnya. Perilaku yang masuk dalam kategori ini
adalah perilaku yang berulang dan rutin. Misalnya, kita minum kopi karena
ingin mengatasi rasa kantuk. Namun setelah itu, kita minum kopi bukan untuk
mengatasi rasa kantuk lagi, tetapi karena sudah terbiasa.
 Propriate Functional Autonomy, yaitu kecenderungan yang dekat dengan inti
kepribadian, seperti minat yang dipelajari, nilai, sentimen, tujuan, motif pokok,
disposisi pribadi, gambaran diri, atau gaya hidup. Motivasi yang berhubungan
dengan gambaran diri tersebut lah yang disebut motivasi proprium yang
fungsional otonom. Misalnya, X bekerja karena ingin mendapat uang. Ketika
mulai bekerja, pekerjaan itu tampak membosankan. Namun, setelah satu tahun,
X menyukai pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, kemudian bukan uang yang
menahan X di tempat kerja, melainkan pekerjaan itu sendiri yang menjadi
motivasi dalam bekerja.
Otonomi jenis ini berfungsi dengan menggunakan tiga prinsip kerja, yaitu:
 Mengorganisir tingkat energi, agar energi tidak digunakan untuk hal yang
merusak atau membahayakan. Misalnya, B memiliki ambisi untuk menjadi
kepala divisi keuangan. Energi yang dimiliki B sangat besar untuk mencapai
tujuannya. Namun energi itu diarahkan dengan cara-cara yang tepat, seperti
bekerja sebaik mungkin, dan bukan menjegal rekan-rekan kerjanya.
 Mendorong orang untuk mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motif
nya, karena orang yang sehat akan termotivasi untuk melakukan yang terbaik,
supaya dapat mempertinggi kompetensi dan penguasaan (competence and
mastery).
 Pola Propriate, yaitu usaha untuk memiliki kepribadian yang konsisten dan
integral, dengan cara mengorganisir proses persepsi, kognitif, memperluas self
yang propriate, dan menolak yang nonpropriate.
Namun, tidak semua tingkah laku dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep
otonomi fungsional. Ada delapan jenis tingkah laku yang tidak berada di bawah kendali
motif otonomi fungsional, yaitu : (1) Tingkah laku yang berasal dari dorongan biologis,
seperti makan, minum, tidur, bernafas ; (2) Refleks, seperti mengedip, mengangkat
lutut, proses pencernaan ; (3) Peralatan Konstitusi, seperti kecerdasan, bentuk tubuh
temperamen, kesehatan ; (4) Habit ; (5) Tingkah laku yang tergantung pada penguat
primer ; (6) Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar ; (7)
Tingkah laku non produktif, seperti kompulsi, fiksasi, regresi ; (8) Sublimasi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Allport adalah salah satu teoritikus yang benar tentang banyak hal
dan mampu melampaui zamannya. Teorinya adalah salah satu teori
humanistie paling awal dan berpengaruh besar pada teoritikus-teoritikus
besar lainnya. Namun kelemahan teorinya adalah penggunaan sifat yang
menyebabkan tidak diterimanya dia di kalangan behavioris, yang memang
tidak mau mengkaji apa pengertian dasar yang diberikan allport pada kata
ni . Tapi itulah kelemahan psiologi secara umum dan terutama
psikologi kepribadian, mengabaikan masa lalu, teori dan penelitian-
penelitian orang lain.

3.2. Saran

Adapun makalah ini yang kami buat, kami sadari adalah kurang
dari kata sempurnanya, jadi sangat diharapkan adanya masukan berupa
saran dan kritik agar tulisan ini menjadi lebih baik lagi dan lebih
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Malang : UMM Press

© Teori Psikologi Kepribadian Menurut Gordon Allport - Universitas Psikologi |


https://www.universitaspsikologi.com/2018/05/teori-psikologi-kepribadian.html

Anda mungkin juga menyukai