Anda di halaman 1dari 27

Gangguan

Disosiatif
Windy Poetri
Miftakhul Farikh
Pengertian
Gangguan
Disosiatif
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya bagian dari kepribadian
individu yang terpisah dari fungsi kesadarannya. Individu dengan gangguan disosiatif
mengalami perubahan sementara pada aspek kesadarannya yang mengakibatkan hilangnya
identitas pribadi, menurunnya kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar dan gerakan tubuh
yang aneh.

Gejala-gejala dari gangguan disosiatif adalah sebagai berikut:


● Gangguan-gangguan yang tidak diminta dalam hal kesadaran diri dan perilaku, diikuti
dengan hilangnya kontinuitas dalam pengalaman subjektif (gejala “positif” disosiatif:
pemecahan identitas, depersonalisasi, dan derealisasi)
● Ketidakmampuan untuk mengolah informasi atau mengontrol fungsi mental yang
seharusnya secara normal mampu untuk dikontrol (gejala “negatif” disosiatif: amnesia)
Gangguan disosiatif dapat terjadi akibat trauma. Gejala-gejala yang terjadi, termasuk hal yang
memalukan dan membingungkan dalam gejala atau hasrat untuk menyembunyikan gejala-
gejala tersebut, diakibatkan kerena trauma.
Jenis-jenis
Gangguan
Disosiatif
Identitas Fugue
01 Disosiatif 03 Disosiatif

Gangguan
Amnesia
02 Disosiatif 04 Depersonalisa
si
01
Identitas
Disosiatif
Gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder-DID), sebelumnya dikenal
sebagai multiple personality disorder, merupakan gangguan disosiatif dramatis. Suatu
gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda atau
kepribadian pengganti (alter).
Terdapat beberapa variasi dari kepribadian ganda, seperti kepribadian tuan rumah atau
utama mungkin tidak sadar akan identitas lainnya, sementara kepribadian lainnya sadar akan
keberasaan si tuan rumah. Ada juga kepribadian yang berbeda benar-benar tidak sadar satu
sama lain. Terkadang dua kepribadian bersaing untuk mendapatkan kontrol terhadap orang
tersebut ada juga satu kepribadian dominan.
Orang dengan kepribadian ganda seringkali sangat imajinatif pada masa kecilnya karena
terbiasa dengan permainan “make-believe” (pura-pura atau bermain peran) mereka mungkin
sudah mengadopsi identitas pengganti, terutama bila mereka belajar bagaimana menampilkan
peran kepribadian ganda.
Identitas disosiatif merupakan kemunculan dua atau lebih kepribadian yang berbeda.
Kejelasan atau ketidakjelasan dari kepribadian ini bagaimanapun bervariasi dari fungsi
motivasi psikologos, level stress sekarang, budaya, konflik internal dan dinamic, serta naik
turunnya emosi. Penekanan periode-periode dari gangguan identitas mungkin terjadi ketika
tekanan psikososial parah dan atau berkepanjangan.
Individu dengan gangguan identitas disosiatif dapat menunjukkan perasaan yang tiba-tiba
menjadi pengamat yang didepersonalisasi dari perkataan dan tindakan mereka, dimana mereka merasa
tidak berdaya untuk menghentikannya (sense of self). Beberapa individu juga menunjukkan persepsi
suara (contoh : suara anak; tangisan ; dan suara roh).
Emosi yang kuat, impuls, dan  perkataan  perkataan atau tindakan tindakan lain tiba-tiba tiba-
tiba muncul tanpa rasa kepemilikan diri atau tanpa kontrol. Sikap,  penampilan dan kesukaan pribadi
(makanan, aktivitas, pakaian) dapat  berubah secara tiba-tiba dan berubah lagi. Individu juga merasa
tubuhnya berbeda (seperti tubuh anak-anak, jenis kelampin berbeda,  besar dan berotot). Perubahan
dalam perasan diri sendiri dan kehilangan agen personal dapat diikuti rasa bahwa sikap, emosi, dan
 perilaku –  dalam satu tubuh  –  bukan milik sendiri dan bukan dalam kontrol diri.
Dalam beberapa kasus “possession-form” yang kecil, perwujudan dari identitas alter akan
sangat jelas. Kebanyakan individu dengan gangguan identitas disosiatif “non-possession-form”, tidak
secara jelas menunjukkan ketidaksinambungan identitas diri dalam periode waktu yang lama; hanya
sedikit bagian yang menunjukkan pada perhatian klinis dengan identitas alternatif yang terobservasi.
Identitas “possession- form”  dalam identitas disosiatif nyata sebagai perilaku yang muncul
seperti ada “spirit”, kekuatan supernatural, atau ada orang lain di luar yang mengontrol. Contohnya,
 perilaku individu individu dapat memunculkan memunculkan bahwa identitas mereka telah
digantikan dengan “hantu” dari perempuan yang bunuh diri dalam komunitas mereka beberapa tahun
yang lalu, berbicara dan  berperilaku  berperilaku seakan-akan perempuan itu masih hidup
02
Amnesia
Disosiatif
Dissociative Amnesia sebelumnya disebut amnesua psikogenik, individu tidak mampu
mengingat detail driri yang penting dan pengalaman yang seringkali berhubungan dengan
kejadian traumatis atau sangat menekan. Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling
umum dari gangguan disosiatif (Maldonado, Butler, dan Speigel, 1998). Amnesia diambil dari
kata Yunani a-, berarti “tanpa” dan mnasthai, berarti “untuk mengingat”.

Kehilangan ingatan ini juga tidak disebabkan disebabkan oleh penyebab organis tertentu,
seperti kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu, bukan pula efek langsung dari obat-
obatan atau alkohol. Ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali, meski
gangguan ini dapat berlangsung selama beberapa hari, minggu atau bahkan tahun.

Definisi karakteristik dari amnesia disosiatif adalah ketidak mampuan untuk mengingat
kembali informasi autobiografi penting yang 1) seharusnya dengan sukses dikeluarkan dari
memori. 2) biasanya selalu siap untuk diingat (mudah untuk diingat). Amnesia disosiatif
dibedakan dari amnesia permanen yang disebabkan oleh kerusakan neurologis atau keracunan
yang mencegah tempat pentimpanan memori atau mengingat kembali informasi yang selalu
berpotensi untuk mudah dikembalikan karena memori tersebut sudah tersimpan secara sukses.
Jenis-jenis Amnesia Disosiatif

Amnesia Lokal Amnesia Selektif


Ialah ketidak mampuan untuk mengingat semua insiden Individu dapat mengingat beberapa, namun tidak semua,
yang berhubungan dengan suatu kejadian traumatik untuk peristiwaperistiwa dalam periode waktu terbatas. Jadi,
suatu periode waktu yang spesifik setelah kejadian tersebut individu dapat mengingat bagian dari peristiwa traumatik,
(biasanya beberapa jam sampai beberapa hari). tetapi tidak pada bagian lain. Beberapa individu
Contohnya, seseorang tidak bisa mengingat kembali melaporkan, dirinya menderita baik amnesia terlokalisasi
kejadian selama beberapa jam atau beberapa hari setelah dan amnesia selektif. Dengan kata lain yang dapat diingat
insiden yang memicu stress atau trauma, seperti hanyalah kejadian pasti yang berhubungan dengan kejadian
peperangan atau kecelakaan mobil. traumatik (Townsend, 1998). Contohnya, mungkin
seseorang ingat masa-masa dimana ia melakukan
perselingkuhan, tetapi ia tidak ingat rasa bersakah yang
ditimbulkannya. Contoh lainnya adalah seorang terntara
mungkin mengingat sebagian besar pertempuran, tetapi ia
tidak ingat akan kematian temannya.
Jenis-jenis Amnesia Disosiatif
Amnesia
Amnesia Kontinu
Menyeluruh
Penghilangan memori keseluruhan dari sejarah ketidakmampuan mengingat kejadian-kejadian
kehidupan seseorang, dan hal tersebut sangat langkah. berikutnya sampai suatu waktu yang spesifik dan
Beberapa kehilangan pengetahuan sebelumnya tentang termasuk kejadian-kejadian saat ini. Memorinya tidak
dunia (pengetahuan semantik) dan tidak dapat kembali setelah suatu periode waktu yang pendek,
melakukan keahlian-keahlian yang telah dipelajari seperti pada amnesia lokal. Individu tersebut benar-
(pengetahuan prosedural). Mereka kehilangan informasi benar tidak mampu membentuk memori baru
pribadi, tetapi mereka cenderung mempertahankan (Townsend, 1998). Individu dengan amnesias disosiatif
kebiasaan, selerea, dan keterampilan mereka. seringkali tidak menyadari (atau hanya sebagian sadar)
Contohnya, jika seseorang mengalami amnesia permasalahan memori mereka. Kebanyakan, terkhusus
menyeluruh, ia masih akan tahu bagaimana cara mereka yang mengalami amnesia terlokalisasi,
membaca, tetapi ia tidak bisa mengingat guru SD. Ia meminimalisir kepentingan dari kehilangan memori
juga merasa masih lebih suka kentang goren dari pada mereka dan dapat menjadi tidak nyaman ketika
kentang rebus atau sebaliknya. diarahkan untuk mengingat memori tersebut.
Jenis-jenis Amnesia Disosiatif
Amnesia
Sistematis
individu kehilangan memori untuk kategori
informasi yang spesifik (semua ingatan
tentang keluarga, orang penting, pelecehan
seksual masa kecil).
03
Fugue Disosiatif
Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue sama dengan
amnesia ”dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif memori yang hilang lebih luas dari pada
amnesia dissosiative, individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama,
keluarga atau pekerjaanya), mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaanya serta
memiliki identitas yang baru (parsial atau total) (APA, 1994). mereka mampu membentuk
hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru.
Setelah pulih, tidak ada ingatan sama sekali terhadap kejadiankejadian yang terjadi selama
fuga (fugue). Prosesnya secara singkat-beberapa jam sampai beberapa hari dan jarang sampai
beberapa bulan. Kekambuhan jarang terjadi (Townsend, 1998).
Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik yang berat, misalnya
pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan,
perang atau bencana alam.
Pasien dengan fugue disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi
kerjanya dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya (nama,keluarga,
pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi tidak selalu, mengambil identitas dan pekerjaan yang
sepenuhnya baru, walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian
ganda yang terlihat pada gangguan identitas disosiatif (Tomb, 2004).
Penyebab dissociative fugue serupa kepada dissociative amnesia. Dissociative fugue sering
disalaharti sebagai malingering, karena kedua kondisi bisa terjadi dibawah keadaan bahwa
seseorang mungkin tidak bisa memahami keinginan untuk menghindar. Kebanyakan fugue
tampak melambangkan pemenuhan keinginan yang disembunyikan (misal, lari dari tekanan yang
berlebihan, seperti perceraian atau kegagalan keuangan). Fugues lainnya berhubungan dengan
perasaan ditolak atau dipisahkan atau mereka bisa melindungi orang tersebut dari bunuh diri atau
impul pembunuhan. Ketika dissociative fugue berulang labih dari beberapa waktu, orang tersebut
biasanya memiliki gangguan identitas dissociative yang mendasari. Fugue bisa berlangsung dari
hitungan jam sampai mingguan, atau kadangkala bahkan lebih lama (Tomb, 2004).
04
Gangguan
Depersonalisasi
Gangguan depersonalisasi didiagnosis hanya terjadi bila pengalaman terjadi berulangkali
dan menimbulkan distress yang jelas. Ada dua macam gangguan depersonalisasi, diantaranya
ialah:
Depersonalisasi Derealisasi
mencangkup kehilangan atau perubahan
suatu perasaan tidak nyata mengenai dunia
temporer dalam perasaan yang biasa mengenai
luar yang mencakup perubahan yang aneh
realitas diri sendiri. Dalam suatu tahap
dalam persepsi mengenai lingkungan sekitar,
depersonalisasi, orang merasa terpisah dari
atau dalam perasaan mengenai periode waktu
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
juga dapat muncul. Orang dan objek dapat
Mereka mungkin merasa seperti sedang
berubah ukuran atau bentuk dan dapat pula
bermimpi atau bertingkah laku seperti robot
mengeluarkan suara yang berbeda. Semua
(Guralnik, Schmeidler, & Simeon, 2000;
perasaan ini dapat diasosiasikan dengan
Maldonado, Butler, & Speigel, 1998).
kecemasan, termasuk pusing dan ketakutan
akan menjadi gila, atau dengan depresi
(Guralnik, Schmeidler, & Simeon, 2000;
Maldonado, Butler, & Speigel, 1998).
Hal utama/penting dari gangguan depersonalisasi/derealisasi adalah episode menetap
atau berulang dari depersonalisasi/derealisasi, atau keduanya. Episode dari depersonalisasi
dikaraktersitikan dari perasaan yang tidak nyata atau tidak familiar dari keseluruhan diri
seseorang atau dari aspek-aspek diri. Individu tersebut dapat merasa terpisah dari dirinya (“saya
bukan siapa-siapa”, “saya tidak mempunyai diri saya”).
Dia juga merasa terpisah secara subjektif dari aspek diri, termasuk perasaan (“ saya tahu
saya mempunyai perasaan, tapi saya tidak merasakannya”), pikiran (“pikiran saya tidak terasa
seperti milik saya”, keseluruhan tubuh/bagian tubuh, atau sensasi (sentuhan, lapar, libido). Ada
juga pengurangan rasa memiliki dari agen diri (terasa seperti robot, kurang dalam kontrol
perkataan atau gerakan).
Pengalaman depersonalisasi terkadang menjadi satu dalam pemisahan diri, dengan satu
bagian mengamati dan bagian lain berpartisipasi (“out-of-body experience” adalah bentuk
paling ekstrim). Kesatuan gejala dari “depersonalisasi” terdiri dari beberapa faktor gejala:
pengalaman diri menyimpang dari biasanya (diri yang tidak nyata dan perubahan persepsi);
emosi atau merasa mati rasa secara fisik; dan distorsi diri yang temporal dengan mengingat
kembali penyimpangan diri (Guralnik, Schmeidler, & Simeon, 2000).
Sindrom
Disosiatif
Terikat Budaya
Terdapat persamaan antara konsep gangguan disosiatif dan sindrom terikat budaya
tertentu yang dipegang masyarakat Barat dan yang ditemukan pada belahan dunia lain. Sebagai
contoh, amok adalah sindrom terikat budaya yang umumnya terjadi di budaya-budaya Asia
Tenggara dan negara-negara Pasifik yang melibatkan kondisi seperti kerasukan dimana
seseorang tiba-tiba menjadi sangat marah dan menyerang orang lain atau menghancurkan suatu
objek secara brutal. Orang-orang mengamuk kemudian mungkin akan mengaku tidak ingat
kejadian tersebut atau merasa seperti mereka bertindak seperti robot. Contoh lainnya adalah
zar, sebuah istilah yang digunakan pada negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah untuk
menggambarkan kerasukan arwah pada orang-orang yang mengalami kondisi disosiatif. Selama
kondisi ini, individu berperilaku dengan tidak biasa, mulai dari berteriak-teriak sampai
membentur-benturkan kepalanya ke dinding.
Penanganan
Gangguan
Disosiatif
Identitas Disosiatif

Psikoanalisis berusaha membantu orang yang menderita gangguan identitas disosiatif untuk
mengungkapkan dan belajar mengatasi trauma-trauma masa kecil. Mereka sering
merekomendasikan membangun kontak langsung dengan kepribadian-kepribadian alter. Setiap
dan semua kepribadian dapat diminta untuk berbicara tentang memori dan mimpi-mimpi
mereka sebisa mereka.

Menurut Wilbur, kecemasan yang dialami saat sesi akan menyebabkan  perpindahan
kepribadian. Bila terapi berhasil, self akan mampu bergerak melalui ingatan traumatis dan
tidak lagi perlu melarikan diri ke dalam self pengganti untuk menghindari kecemasan yang
diasosiasikan dengan trauma, sehingga terjadi integrasi kepribadian.
Amnesia Disosiatif
Treatment untuk gangguan disosiatif ada bermacam-macam, sebagian besar karena kondisinya juga
bervariasi. Tujuan utama dalam memberika treatment terhadap orang dengan symptom-simptom
disosiatif adalah dengan membawa kestabilan dan integrasi dalam hidup mereka. Hal yang penting
dalam treatment mereka adalah membangun sebuah lingkungan yang aman, jauh dari stressor yang
mengancam yang mungkin dapat membangkitkan disosiasi.
Pada keamanan dalam konteks treatment, klinisi akan mengenalkan teknik yang menenangkan,
beberapa bersifat psikoterapeutik dan yang lain  bersifat psikofarmakologis. Beberapa klinisi akan
menambah obat dan intervensi, juga dapat membantu meningkatkan kondisi tenang. Obat yang
paling umum digunakan adalah sodium pentobarbital dan sodium amobarbital yang memfasilitasi
proses wawancara, khususnya pada klien yang mengalami amnesia disosiatif dan fugue disosiatif.
Jika amnesianya telah hilang, maka klinisi akan membantu klien menemukan kejadian apa dan
faktor-faktor apa yang menyebabkan amnesia.

Penting untuk mengingat bahwa gangguan amnesia dan fugue sangat jarang terjadi dan sulit untuk
diterapi, meskipun penjelasan yang saat ini ada bergantung pada perspektif psikologis.
Fugue Disosiatif
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya  berupa terapi bicara,
konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
● Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini menggunakan proses
kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif
dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan
puisi (Maldonado, Butler, dan Speigel, 1998).
● Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang negative
dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide
dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa (Maldonado, Butler, dan
Speigel, 1998).
● Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang
spesifik dalam menangani gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan
dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif ini
(Maldonado, Butler, dan Speigel, 1998).
Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hypnosis yang biasanya berupa hypnoterapi atau
hipnotis sugesti sebagai bagian dari penanganan pada gangguan disosiatif. Hypnosis menciptakan keadaan
relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan
spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis
Thanks!
Do you have any
questions?
Credits: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai