Anda di halaman 1dari 4

Depersonalization disorder (Gangguan depersonalisasi)

 Merasa bahwa dirinya bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Pengalaman bahwa dirinya
sedniri telah berubah (Davison & Neale, 2011).
 Perasaan yang berulang ataupun menetap tentang adanya pemisahan diri dari fisik
maupun pikiran (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994). Merasa bahwa fisik atau pikirannya
bukanlah miliknya lagi.

Dissosiaciative identity disorder (Gangguan indetitas disosiatif)

 Terdapat paling sedikit 2 ego yang berbeda, yang masing-masing dapat berfungsi secara
mandiri (Davison & Neale, 2001)
 Terdapatnya 2 atau lebih kepribadian yang berbeda pada satu individu. Gangguan ini
merupakan gangguan dissosiatif yang paling parah dan kronis (Kaplan, Sadock & Grebb,
1994)

Berikut ini akan dijelaskan satu persatu gangguan secara lebih rinci dan mendalam.

A. AMNESIA DISOSIATIF (DISSOCIATIVE AMNESIA)

(disarikan dari Davison & Neale, 2001 dan Kaplan, Sadock & Grebb, 1994)

Gejala amnesia merupakan gejala yang umum terjadi apada amnesia disosiatif. Fugue
disosatif, dan gangguan identitas disosiatif. Diagnosis amnesia disosatif tepat apabila diberikan
pada gangguan disosatif yang hanya menunjukan gejala amnesia saja.

Individu yang mengalami amnesia disosatif dapat secara mendadak kehilangan


kemampuan untuk mengingat kembali informasi tentang dirinya sendiri ataupun berbagai
informasi yang telah ada dalam memori mereka. Biasanya hal ini terjadi setelah peristiwa yang
menekan (stressfull event) seperti misalnya menyaksikan kematian seseorang yang dicintai.
Informasi yang hilang atau tidak mampu diingat oleh individu biasanya menyangkut peristiwa
traumatik dan menekan dalam kehidapan individu.

Memori yang hilang biasanya paling sedikit meliputi beberapa peristiwa selama masa
traumatiknya (misal hanya peristiwa pemerkosaan yang tidak diingat sedangkan peristiwa
lainnya tidak hilang), namun memori yang hilang dapat pula meliputi seluruh kehidupan
(individu melupakan seluruh peristiwa yang telah terjadi pada dirinya). Selain hilangnya memori
(kadangkala dapat melupakan keluarga atau tidak mengenali teman) biasanya individu dengan
gangguan ini tetap memiliki kemampuan untuk berbicara, membaca, ataupun melakukan seluruh
kemampuannya yang telah ia peroleh selama ini. Individu tetap meiliki kapasitas atau
kemampuan untuk mmpelajari berbagi informasi baru yang ada.

Sejauh ini diketahui bahwa disosiatif amnesia merupakan gangguan yang paling umum
terjadi dalam gangguan disosiatif, namun data yang tersedia masih sangat terbatas. Disosiatif
amnesia lebih banyak mucul pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada masa dewasa
muda daripada masa dewasa akhir. Kemunculan gangguan ini biasanya berkaitan dengan adanya
peristiwa yang menekan ataupun traumatik. Biasanya jumlah individu dengan gangguan ini
meningkat selama masa perang ataupun apabila terjadi bencana alam.

Episode amnesia ini dapat berlangsung hanya beberapa jam, namun dapat pula bertahun-
tahun. Gangguan ini dapat menghilang tiba-tiba sama seperti ketika saat muncul dan individu
akan sembuh sepenuhnya dengan kemungkinan kekambuhan yang relatif kecil.

Pada beberapa kasus, dimana individu mendapatkan “keuntungan” dengan kondisinya


tersebut (misalnya mendapat banyak perhatian dari keluarga padahal sebelum mendapatkan
gangguan keluarganya tidak terlalu memperhatikan dirinya) maka kondisi tersebut dapat
bertahan untuk waktu yang lama.

Etiologi (Penyebab)

Sebagian besar individu yang mengalami disosiatif amnesia, tidak mampu mengingat
kembali ingatan-ingatan yang menyakitkan tentang peristiwa yang traumatik atau menekan. Jadi
dapat dilihat bahwa muatan emosional dalam ingatan atau memori tersebut secara jelas
berhubungan dan menjadi penyebab dari gangguan tersebut.

Membedakan disosiatif amnesia dengan gangguan lain.

Gejala hilangnya memori merupakan hal yang umum terjadi pada gangguan otak,
ataupun pada pengguna obat-obatan terlarang. Namun amnesia yang terjadi karena kedua sebab
tersebut dapat dengan mudah dibedakan dengan gangguan amnesia disosiatif. Pada gangguan
otak, memori hilang secara bertahap seiring dengan waktu dan tidak berhubungan dengan adanya
stres dalam kehidupan.hilangnya memori juga disertai dengan penurunan fungsi kognitif lainnya,
seperti ketidakmampuan untk mempelajari hal baru (hal yang tidak terjadi pada individu dengan
gangguan amnesia disosiatif). Pada individu dengan gangguan otak biasanya mampu untuk
mengingat nama mereka, namun melupakan informasi yang baru saja mereka peroleh, misalnya
tentang apa yang mereka makan pada saat sarapan.

B. FUGUE DISOSIATIF (DISSOCIATIVE FUGUE)

(disarikan dari Davidson & Neale, 2001 dan Kaplan, Sadock & Grebb, 1994)

Pada fugue disosiatif, memori yang hilang jauh lebih luas daripada amnesia disosiatif.
Individu tak hanya kehilangan seluruh ingatannya (misalnya nama, keluarga, atau pekerjaannya),
mereka juga mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaan mereka serta memiliki identitas yang
baru. Individu dengan gangguan ini secara tiba-tiba dapat memiliki nama baru, rumah, serta
pekerjaan baru. Bahkan membentuk karakteristik kepribadian yang baru. Individu bahkan
mampu membentuk huungan sosial yang baik dengan lingkungan sosialnya yang baru, walaupun
identitas yang baru pada fugue disosiatif tidak selengkap apabila kita melihat kepribadian “lain”
yang ada pada individu dengan gangguan disosiatif identitas (multiple personality disorder).

Pada gangguan disosiatif identitas seluruh kepribadian yang ada biasanya memiiliki masa
lalu, pikiran, perasaan, dan tindakan mereka masing-masin yang kadangkala sangat berbeda
antara kepribadian satu dengan yang lain. Oleh karena itu disebut dengan “lengkap”.

Perbedaan fugue disosiatif dengan disosiatif amnesia adalah individu dengan fugue sama
sekali tidak menyadari bahwa dirinya sudah melupakan segala hal tentang masa lalu dan
identitasnya. Individu dengan fugue tidak tampak berprilaku lain daripada yang lain (tidak
menarik perhatian dan berprilaku wajar) atau menampakkan bukti –bukti adanya memori atau
ingatan yang berkaitan dengan peristiwa traumatik yang dialaminya. Individu dengan fugue
biasanya tenang, tampak biasa saja, bekerja pada pekerjaan yang sederhana, hidup ala kadarnya,
dan tidak menarik perhatian orang.
Fugue disosiatif relative jarang ditemukan, namun samaseperti amnesia disosiatif,
gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik berat, misalnya
pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan, peperangan, atau
bencana alam.

Gangguan fugue disosiatif biasanya singkat, hanya beberapa jam atau hari. Kadangkala
dapat pula terjadi selama beberapa bulan dan melibatkan perjalanan yang sangat jauh. Biasanya
secara mendadak individu dapat sembuh secara sempurna walaupun membutuhkan waktu yang
lama dan kemungkinan terjadinya kekambuhan relatif kecil. Individu biasanya tidak mengingat
apa yang terjadi selama dirinya melakukan “pengembaraan” tersebut.

Etiologi (penyebab)

Pada dasarnya penyebab gangguan ini adalah masalah psikologis. Faktor yang
mendorong munculnya gangguan ini adalah keinginan yang sangat kuat untuk lari dan
melepaskan diri dari pengalaman yang secara emosinal menyakitkan individu.

Individu yang memiliki gangguan mood atau gangguan kepribadian tertentu (misalnya
borderline, histrionic, dan schizoid) memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
fugue disosiatif. Selain itu, adanya riwayat kecelakaan kepala (head trauma) juga memungkinan
individu mengalami fugue disosiatif.

Membedakan fugue disosiatif dengan gangguan lain.

Pada individu dengan dementia dan delirium (gangguan yang berkaitan dengan masalah
otak) mereka tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bertingkah laku adaptif, seperti
yang ditampakkan oleh individu dengan fugue ketika mereka melakukan perjalanan
meninggalkan rumah atau pekerjaan mereka.

Fugue disosiatif berbeda dengan amnesia disosiatif karena pada amnsesia disosiatif tidak
muncul gejala atau episode meninggalkan rumah dan pekerjaan serta membentuk identitas baru.

Anda mungkin juga menyukai