Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Dosen Pengampu :

Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D

Penyusun :

Tiara Rubi Husnaini

11170700000007

KELAS 4A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
REVIEW BUKU NON-FIKSI

Identitas Buku :

1. Judul : Sumbangan Islam Kepada Sains & Peradaban Dunia


2. Pengarang : A.I Sabra, J.L. Berggen, M. Iqbal, S.Takdir Alisjahbana
3. Penerbit Buku : Nuansa
4. Tahun Penerbitan : 2001
5. Tebal Buku : ±120 Halaman

Tujuan :

Untuk mengetahui sumbangan Islam kepada dunia, terkait ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan yang terbentuk atas pengaruh dunia Islam. Buku ini mencoba menguak lebih
lanjut terkait sains dan kebudayaan, sehingga umat muslim lebih mengetahui dan menghargai
usaha para ilmuwan Islam yang terdahulu.

Review :

Buku ini dikarang oleh 4 orang, yakni A.I Sabra, J.L Berggen, Muhammad Iqbal dan
S.Takdir Alisjahbana. Pada bab pertama buku ini, dikarang oleh S. Takdir Alisjahbana
dengan judul bab “Sumbangan Islam Kepada Kebudayaan Dunia di Masa Lampau dan Akan
Datang”.

Pada bab pertama, pengarang menjelaskan sejarah terkait kebudayaan Islam yang
berkembang terus-menerus sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan
politik dan daerah penganut Islam. Kebudayaan Islam berpokok pada Al-Qur’an dan contoh-
contoh perbuatan dan pikiran Nabi Muhammad SAW, lalu dilanjutkan oleh pada Khalifah
Rasidun dan Khalifah raja-raja. Dan dizaman sekarang ini, ilmu adalah hal yang menentukan
kemajuan. Yakni ilmu dari segala macam aspek, mau itu ilmu kemasyarakatan, bernegara,
berkeluarga, dan kedudukan manusia.

Namun, Ilmu yang sekarang berkuasa adalah ilmu yang berpusat dari universitas-
universitas dan lembaga-lembaga penelitian. Dan jika agama dan kebudayaan Islam ingin
ikut serta dalam menentukan nilai-nilai kebudayaan dizaman kita, maka kita sebagai umat
Islam harus menguasai ilmu seluas-luasnya. Seperti yang telah terjadi dizaman khalifah,
yakni munculnya lembaga pengetahuan dan pendidikan dan kerajaan Islam seperti Baghdad,
Cordova, Kairo dan lain-lain. Universitas-universitas ini menjadi pusat pemikiran, penelitian,
penyebaran Ilmu dan pengetahuan yang terbesar, terlengkap dan termaju di zaman itu.

Menurut pengarang, penyebab kemunduran dan kejatuhan kebudayaan Islam yaitu


dari cara berpikir dan selalu mencari kekurangan. Pengarang mengutip pidato Ayum Khan di
Al Azhar yakni ‘kita tak usah meratapi kejatuhan kerajaan-kerajaan islam, tetapi yang harus
diratapi adalah kejatuhan umat Islam dalam berpikir dan mengadakan penelitian.’. Dengan
hilangnya kebebasan berpikir, maka hilang pula yang disebut dengan ijtihad, yaitu usaha
untuk mengadakan penafsiran kembali ayat-ayat Al-Quran demi kemaslahatan umat.

Pengarang mengatakan bahwa Islam mesti ikut berpikir kembali, sumbangan pikiran
apa yang dapat diberikannya sesuai dengan martabat manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini. Karena nya dimana sekarang sangat beragam agama, keyakinan, kepemimpinan,
kekuasaan dan sebagainya. Sehingga, jika ingin Islam memberi pengaruh besar pada dunia
saat ini, kita sebagai umat Islam harus mengubah pola piker menuju kemajuan. Dengan tata
cara hidup Islam, sebenarnya kita dapat memenuhi kepemimpinan dan pola piker zaman
sekarang ini. Namun, seiring berjalannya waktu semakin banyak manusia yang berkurang
dalam melakukan perintah agama, ibadah maupun upacara-upacara ritual agama yang lain.
Maka dari itu, umat Islam sendiri harus berani menghadapi dunia apabila tidak ingin menjadi
kaum terpencil. Dan disarankan, umat Islam memberi sumbangan dan pimpinan kepada
perkembangan kebudayaan, masyarakat dan manusia yang baru.

Pada bab kedua, yang di tulis oleh J.L Berggen dengan judul bab “Sejarah
Matematika di dunia Islam : Sebuah Penelusuran Bibliografis.”. Pada bab ini, dijelaskan
terkait pengaruh islam dalam dunia ilmu pengetahuan yakni matematika.

Pengarang mencari survey berdasarkan buku-buku ilmu pengetahuan pada abad 19.
Survey umum diambil pada Kennedy 1970 dan Kennedy 1968 namun terbatas hanya pada
periode Mongol dan Seljuk. Tujuan pengarang adalah memberikan tinjauan mengenai karya-
karya historis tentang matematika Islam sejak kemunculan buku Youschkevitch, serta
melengkapi tulisannya dengan merujuk pada bahan-bahan yang relevan terkait seluruh sains
matematika. Pengarang menyebutkan sebuah buku yang berjudul “Mathematics in Medieval
Islam” yang diterbitkan pada tahun 1985 oleh Springler-Verlag.

Pengarang menjelaskan terkait teori bilangan yang ditemui oleh orang Yunani seperti
Phytagoras dan lainnya. Namun, pada tahun 901 M, yaitu Tsabit Al-Qurra mengemukakan
teorema dalam karyanya yang berjudul “Kitab Al-A’dad Al-Mutahabbat” yang memberikan
metoda untuk menemukan bilangan-bilangan sekawan dengan mencari bilangan prima
tertentu. Para peneliti juga menemukan adanya teori-teori yang dianggap sebagai hasil kerja
para matematikawan Barat, sebagai contoh, adanya Teorema Wilson dalam karya Ibn-Al
Haytsam, dan sebagainya. Dengan adanya banyak penemuan matematika dari dunia Islam,
penilaian Youschkevitch 1976 bahwa “karya-karya matematikawan negeri Islam mengenai
teori bilangan amat sedikit memperlihatkan keorisinalan…” tak dapat lagi dipertahankan.

Kemudian pengarang membahas mengenai Aritmetika. Ada matematikawan Islam


yang bernama Al-Uqlidisi dimana ia adalah muslim pertama yang diketahui tentang pecahan
decimal. Namun, Rashed 1978 beranggapan bahwa Al-Uqlidisi tidak pernah serius dalam
penemuan fraksi desimal. Fraksi desimal hanyalah sebagian dari salah satu system artimetika
yang digunakan dalam Dar Al-Islam. Pengarang juga membahas Aljabar, persamaan-
persamaan tak tentu, kombinatoris, matematika rekreasional, geometri, trigonometri,
Matematika numeric, optik, dan Mekanika. Kesimpulan dari bab ini adalah bahwa otonomi
dan keorisinalan matematika dalam peradaban ini, di mana inovasi di bidang aritmetika dan
aljabar dulu tampaknya hanya disebabkan oleh pengaruh luar ternyata merupakan bagian
integral dalam batang tubuh matematika Islam. Sehingga menjadi tugas bagi para pelajar saat
ini untuk menerbitkan rangkaian karya tokoh-tokoh islam terdahulu.

Bab ketiga dikarang oleh Dr. Sir Muhammad Iqbal dengan judul bab “Mengkaji
Sosok Ilmuwan Muslim”. Terbentuknya bab ini karena beberapa pertanyaan sempat muncul
dibenak pengarang terkait kebudayaan islam yang telah menjadi wadah bagi kehidupan
sekelompok manusia tertentu. Pertanyaan yang timbul yakni apakah sains modern dilahirkan
oleh Barat saja (tanpa sumbangan dari kelompok lain)? Mengapa umat islam memusatkan
perhatiannya pada arsitektur namun mengabaikan seni musik dan seni lukis?

Kebudayaan Islam adalah kebudayaan termuda diantara seluruh kebudayaan di Asia.


Yang menjadi permasalahan bagi sejarahwan kebudayaan Islam ialah hampir tidak adanya
sarjana Arab yang ahli dalam sains-sains khusus. Sarjana-sarjana Eropa telah membuat karya-
karya yang bagus dalam bidang sejarah, filologi, agama dan kesusasteraan Muslim. Dalam
seni, seperti juga halnya dalam konsep-konsep sains khusus dan filsafat. Tetapi karena alasan
itu, para pengkaji kebudayaan Muslim masih sangat jauh dari pemahaman ruh kebudayaan
tersebut. Dan disamping ketidakpahaman kita akan konsep-konsep sains Muslim kadang-
kadang membawa kita kepada pandangan keliru tentang kebudayaan modern.
Pada bab keempat yaitu bab terakhir pada buku ini, dikarang oleh A.I Sabra dengan
judul bab “Apropriasi dan Naturalisasi Ilmu-Ilmu Yunani Dalam Islam: Sebuah Pengantar”.
Bab ini membahas mengenai instrumentalisme, yang harus dicatat adalah bukan interpretasi
kita terhadap ilmu, namun suatu pandangan khusus yang membatasi penelitian ilmiah pada
bidang yang sangat sempit, dan yang pada esensinya tidak progresif. Jika kita memuji
mengenai penentuan waktu dan kiblat, maka kita juga harus memuji terkait geometri dan
aljabar teoretis, dalam astronomi observasional dan teoretis dan dalam berbagai cabang ilmu
eksperimental, dan lain-lain.

Secara keseluruhan, buku ini membahas mengenai ilmu sains dalam islam dan
berbagai kebudayaan yang terbentuk setelah kemunduran dari kejayaan masa Islam. Buku ini
juga membuat kita mengingat betapa banyaknya ilmuwan-ilmuwan islam yang menemukan
berbagai macam ilmu baru pada zaman dulu, dan mengingatkan kita bahwa kita pernah
mengalami kemunduran total. Sehingga, haruslah timbul rasa bangga dari diri kita atas agama
kita sendiri, yaitu Islam.

Anda mungkin juga menyukai