Anda di halaman 1dari 4

NAMA: Ida Hidayatu Solehah

Rayaon : AL IMAM

REVIEW BUKUP PENGANTAR FILSAFAT ISLAM

Buku yang saya analisis kali ini berjudul Pengantar filsafat ismam ( klasik, Moderen, dan
konterporer) yang ditulis oleh Dr. Zaprulkhan, S.Sos.I.,M.SI. Menurut saya penulisan judul
sudah informatif dan mudah dipahami oleh pembaca. Fokus pada pembahsan yang di sampaikan
pada judul sudah jelas , karena penulisan sudah gamblang dalam pemaparan fokus pada
pembahsan seperti apa filsafat ismam klasik, Moderen, dan konterporer.

Disisni penulis menjalsakan mengenai bawasamya filsafat islam sejatinya merupakan


profekti yang berupaya melakukan penyempurnaan terhadap kapasitas akal, mental, sekaligus
jiwa manusia secara terus menerus. Dengan demikian filsafat islam mempu membawa
pencerahan terhadap fakultas intelektual, emosional, mental, sekaligus sepritual yang berada
dalam diri manusia.

Bab satu, dalam buku ini, berupaya menguraikan akar historis filsafat Islam, pengertian
filsafat Islam, polemik tentang filsafat Islam, perjumpaan filsafat Islam dengan tradisi pemikiran
lain, dan perihal bentuk autentisitas filsafat Islam dari pergumulan intelektual tersebut Bab ini
dimaksudkan sebagai pengantar agar mahasiswa dapat merasakan cita rasa autentisitas wacana
filsafat Islam.

Bab dua lebih memfokuskan pada persoalan para filsuf muslim dieksplorasi sekilas
pemikiran-pemikiran fundamental dari Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Sedangkan pada
konteks wilayah Islam bagian Barat, akan dipaparkan mengenai konsep-konsep filosofis Ibnu
Bajjah, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd. Bab ini pun dimaksudkan sebagai pengantar agar para
mahasiswa dapat mengenal garis besar pemikiran filosofis yang diwakilkan oleh sebagian filsuf
muslim di kedua wilayah tersebut.

Sebagai implementasi dari bab sebelumnya, bab tiga menampil kan filsafat rasionalisme
Islam atau epistemologi burhani dalam perspektif Abed al-Jabiri. Bab ini berusaha memotret
perihal akar historis episteme burhani dan pembaurannya dengan dunia pemikiran Arab, metode
burhani Aristotelian, serta perihal format aplikasinya oleh sebagian filsuf muslim Timur dan
Barat, serta tawaran Jabiri untuk menghidupkan kembali semangat rasionalisme kritis Ibnu
Rusyd.

Bab empat mengeksplorasi filsafat ketuhanan melalui perspektif Badiuzzaman Said


Nursi, ilmuwan sekaligus sufi besar abad ke 20 M dari Turki. Dalam bab ini, akan dieksplorasi
secara sekilas mengenai wacana eksistensi Tuhan dalam perspektif filsafat secara umum,
kemudian memfokuskan pandangan Nursi mengenai hakikat ketuhanan dan pembuktian
eksistensi Tuhan yang meliputi dalil ontologis, kosmologis, teleologis, dan intuitif secara
argumentatif. Mengangkat filsafat ketuhanan melalui perspektif Said Nursi bukanlah tanpa
tujuan. Di samping pemikiran Nursi belum begitu akrab bagi masyarakat kita, argumentasi yang
ia suguhkan dalam tataran tertentu memang cukup unik: mampu menyentak fakultas intelektual
sekaligus menjernihkan lensa spiritual kita.

Bab lima mendiskusikan filsafat manusia dalam perspektif al-Qur'an. Bab ini akan
melihat bagaimanakah manusia secara semantik yang mencakup relasi ontologis, relasi
komunikatif beserta komunikasi nonlinguistik dan komunikasi linguistik, relasi Tuhan-hamba,
dan relasi etik; bagaimana pendekatan tematik yang berupaya menelisik istilah-istilah kunci
dalam al-Qur'an, serta diakhiri konklusi untuk menarasikan paradigma al-Qur'an mengenai
manusia yang secara ideal meniscayakan integrasi holistik dalam bentuk amal shalih sebagai
sintesis imaniah akliah

Sedangkan bab enam berupaya melakukan eksposisi tentang filsafat mistikal. Dalam
konteks ini, fenomena pengetahuan dan pengalaman mistik akan ditinjau secara filosofis, baik
dari aspek ontologis, epistemologis, maupun aksiologisnya, beserta beberapa sampel mengenai
pengetahuan mistik Dalam hal ini, harus ditegaskan bahwa wacana filsafat mistikal, atau bisa
disebut pula dengan wacana wacana sufisme, merupakan ranting kecil dari sebuah pohon besar
yang bernama filsafat Islam Dalam bab enam ini pula, secara implisit telah mewakili
perbincangan mengenai epistemologi irfani atau intuitif.

Selanjutnya, bab tujuh akan menguraikan filsafat pendidikan Islam melalui perspektif
ilmuwan ternama muslim Pakistan, Fazlur Rahman Pemikiran pendidikan Islam Fazlur Rahman
perlu dihadirkan, karena ia menawarkan sistem pendidikan Islam yang bersifat integral holistik
dan masih sangat relevan untuk menjawab problematika dunia pendidikan Islam kita dewasa ini.
Bab ini akan menyoroti perihal sekilas pengertian pendidikan dari para ilmuwan muslim,
termasuk pandangan Fazlur Rahman, menyoroti berbagai problematika dunia pendidikan
sekaligus keilmuan dalam dunia Islam, melihat kontribusi Fazlur Rahman mengenai pendidikan
Islam yang ideal, serta diakhiri dengan konklusi sebagai catatan apresiasi positif sekaligus kritik
konstruktif terhadap pemikiran pendidikan Fazlur Rahman.

Kemudian, bab delapan memperbincangkan filsafat politik Islam Bab ini akan
mengeksplorasi hubungan antara agama Islam dan negara secara global, yang hingga kini
setidaknya ada tiga paradigma Pertama, paradigma yang mengatakan bahwa Islam tidak ada
hubungannya dengan negara, karena Islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau
pemerintahan. Menurut aliran ini, secara historis wilayah Nabi Muhammad terhadap kaum
mukmin adalah wilayah risalah yang tidak dicampuri oleh tendensi pemerintahan. Paradigma
kedua, yang menganggap bahwa Islam merupakan agama yang paripurna, yang mencakup
segala-galanya, termasuk masalah negara atau sistem politik.

Paradigma ketiga, menolak pendapat bahwa Islam mencakup segala-galanya dan juga
menolak pandangan bahwa Islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan Penciptanya
semata. Aliran ini berpendapat bahwa Islam memang tidak mencakup segala galanya, melainkan
mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat termasuk
bernegara. Oleh karena itu, dalam bernegara, umat Islam harus mengembangkan dan
melaksanakan nilai-nilai dan etika etika yang diajarkan secara garis besar oleh Islam. Karenanya,
bab ini akan memotret perihal pandangan ketiga paradigma tersebut dengan menampilkan
beberapa tokohnya yang representatif, dan dengan menggunakan pendekatan analisis kritis-
komparatif.

Sementara itu, bab sembilan membahas filsafat sains (perspektif) Islam Bab ini akan
mendiskusikan filsafat sains Islam dengan menggunakan tiga perkakas struktur fundamental
filsafat ilmu, yaitu dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ketiga struktur fundamental
filsafat ilmu tersebut akan disoroti dari perspektif Islam dalam perbincangan filsafat sains
melalui sudut pandang umuwan saintis muslim, seperti Mehdi Gholsani, Osman Bakar, Naquib
al-Attas dan lainnya. Tulisan ini diakhiri dengan sebuah konklusi berupa imbauan untuk
menumbuhkembangkan semangat kajian filosofis saintifik kepada umat Islam kontemporer.

Sebagai pamungkas pada bab terakhir kita akan membicarakan filsafat sejarah perspektif
Islam dengan mengangkat pemikiran sejarah Ibnu Khaldun, sebagai Bapak Sosiolog Modern
Filsafat sejarah kritis Ibnu Khaldun amat penting kita bahas, karena Ibnu Khaldun mampu benar
benat mewacanakan filsafat sejarah yang bersifat ilmiah, modern, inovatif, kritis, sekaligus
proyektif bagi kehidupan yang penuh harapan pada masa depan. Tidak berlebihan jika kontribusi
filsafat sejarahnya bukan hanya diakui di dunia Timur melainkan juga diamint oleh dunia Barat
dan Eropa. Oleh karenanya, bab akhir ini akan memotret perihal latar belakang kehidupan Ibnu
Khaldun, pengertian sejarah secara umum dan dalam perspektif Ibnu Khaldun, kritik sejarah
Ibnu Khaldun, bentuk filsafat sejarah kritis Ibnu Khaldun, dan diakhiri dengan sebuah konklusi
tentang keprihatinan belum berlanjutnya tradisi kajian filsafat sejarah kritis yang dirintis oleh
Ibnu Khaldun.

Kelebihan dan Kelebihan Buku

Buku ini mampu memberikan pemahan dan pengetahuan mengenai filsafat Islam, Jadi
pembaca yang belum tau bagaimana dan apa itu filsafat kemudia mendapatkan pengetahuan
tenteng filsafat islam. Namun sayang masih ada beberapa kekurangan dalam buku ini di
antaranya mengenai tanda baca dan pengetikan yang belum tepat masih ditemukan dalam buku
ini. Banyaknya kata-kata asing yang tidak bisa dipahami oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai