Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Saifuddin, A.B., 2013).
Berdasarkan penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan 28%, pre-eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi masa
puerperium 8%, partus lama/macet 5%, abortus 5%, emboli obstetri 3%,
lain-lain 11% (DepKes RI, 2013). Untuk mengurangi kejadian kematian ibu
karena persalinan normal maka dapat dilakukan operasi bedah Sectio
Caesarea sebagai salah satu alternatif pilihan. Sectio Caesarea bukan hal
yang baru lagi bagi para ibu. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka
persalinan dengan Sectio Caesarea di Indonesia. Peningkatan persalinan
dengan Sectio Caesarea ini disebabkan karena berkembangnya indikasi
medis dan makin kecilnya risiko mortalitas pada Sectio Caesarea yang
didukung dengan kemajuan tehnik operasi dan anesthesia, serta ampuhnya
antibiotika dan kemotherapi (Mochtar, R., 1998)
WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan sectio caesarea
sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan. Di negara maju
seperti Britania Raya angka kejadian sectio caesarea sebesar 20% dan di
Amerika Serikat sebesar 23%. Di Indonesia sendiri, persentase sectio
caesarea cukup besar. Di rumah sakit pemerintah rata-rata persalinan dengan
sectio caesarea sebesar 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih
dari 30%. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7% - 55,3%
ibu melahirkan dengan proses Sectio Caesarea. Di daerah Jawa Timur,
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo sebagai Rumah Sakit rujukan
terbesar di Jawa Timur ditemukan bahwa angka kejadian persalinan dengan
Sectio Caesarea pada tahun 2012 adalah 1478 kasus (23,3%) dari 6335 total
persalinan (Yudoyono, 2012).
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada
infeksi yang disebabkanoleh bakteri (Permenkes,2011). Antibiotik
profilaksis adalah antibiotik yang digunakan bagi pasien yang belum terkena
infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya,
atau bila terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien.
Antibiotik profilaksis harus diarahkan terhadap organisme yang mempunyai
kemungkinan terbesar dapat menyebabkan infeksi, tetapi tidak harus
membunuh atau melemahkan seluruh patogen (Kementrian Kesehatan RI,
2011).
Antibiotik profilaksis dianjurkan pada persalinan bedah Sectio
Caesarea karena dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi yang
disebabkan oleh kuman pada saat operasi Sectio Caesarea (Lamont, et al.,
2011). Agen antibiotik profilaksis yang sering digunakan dalam persalinan
bedah Sectio Caesarea yaitu golongan Penisilin (Ampisilin) dan golongan
Sefalosporin Generasi I (Sefazolin). Antibiotik tersebut telah terbukti efektif
sebagai antibiotik profilaksis pada bedah Sectio Caesarea (Smaill and Gyte,
2010).
Tujuan dari pemberian antibiotik profilaksis adalah untuk mengurangi
insidensi infeksi luka pasca bedah. Di Amerika, kejadian infeksi pasca
bedah sesar cukup besar terjadi pada penggunaan tanpa antibiotik profilaksis
yaitu mencapai 50%, sedangkan dengan penggunaan antibiotik profilaksis
kejadian infeksi hanya sekitar 3% (Karahasan, et al., 2011). Antibiotik yang
diberikan kepada pasien bedah Sectio Caesarea bertujuan untuk mengurangi
jumlah koloni bakteri, mengurangi jumlah inokulum kontaminasi sehingga
menurunkan resiko infeksi atau sebagai terapi apabila sudah dalam keadaan
infeksi sebelumnya ( Mansjoer 2010 )
Secsio caesare merupakan suatu tindakan pembedahan yang tergolong
pembedahan bersih dan pemberian antibiotik profilaksis disarankan untuk
diberikan sebelum pembedahan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi yang disebabkan organisme pathogen yang bermultiplikasi di suatu
luka operasi yang disebabkan oleh flora normal kulit. Pemberian antibiotik
profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya resiko ILO (Infeksi Luka
Operasi) pada pasien yang belum terkena infeksi namun berpeluang besar
terhadap resiko infeksi (Liu et al., 2016). kesesuaian penggunaan antibiotik
profilaksis dapat menurunkan angka infeksi operasi dan menurunkan resiko
ILO Oleh karena itu, pilihan antibiotik, dosis antibiotik, waktu dan lama
pemberian antibiotik menjadi faktor penentu keberhasilan tindakan
pembedahan tersebut. Salah satu faktor penentu keberhasilan pelayanan
kefarmasian dan secara umum pelayanan kesehatan adalah penggunaan obat
yang rasional (Prasetya, 2013).
Rumah Sakit Umum padangan adalah rumah sakit tipe C yang
melayani berbagai macam pelayanan pembedahan. Semua pelayanan
pembedahan dilakukan di instalasi bedah sentral oleh dokter spesialis yang
berpengalaman dan ditunjang dengan peralatan yang memenuhi ketentuan
salah satunya adalah pelayanan pembedahan di bidang obstetri dan
ginekologi.
Rumah Sakit Umum padangan adalah rumah sakit tipe C merupakan
rumah sakit yang memiliki angka kejadian berbagai macam pembedahan
yang cukup besar,salah satunya adalah bedah Secsio Caesarea Menurut
catatan rekam medis pada tahun 2020 jumlah pasien kasus bedah Sectio
Caesarea terdapat 307 orang,dengan angka kejadian tiap bulan mencaapai
25 orang,dan selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai
gambaran penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien bedah Sectio
Caesarea tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian di rumah
sakit Umum Padangan khususnya untuk pasien yang menjalani bedah Sectio
Caesarea tentang profil penggunaan antibiotik profilaksis di RSUD
Padangan Bojonegoro.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien
bedah Sectio Caesarea di Intalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum
Padangan periode januari sampai april 2021?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui profil penggunaan antibiotika profilaksis Sectio
Caesarea di Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Padangan
periode januari sampai april 2021?
1.4 Manfaat penelitian
1 Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dalam terapi pemberian
antibiotik profilaksis pada pasien Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum
Padangan Bojonegoro terutama bagi klinisi dan instalasi farnasi di
Rumah Sakit Umum Padangan dalam pemberian obat bagi pasien .
2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rencana
pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Umum Padangan sehingga
dapat memenuhi kebutuhan obat pasien khususnya ketersediaan
antibiotika untuk terapi profilaksis pasien bedah Sectio Caesarea,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan .
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Saifuddin, A.B., 2013).

2.1.1 indikasi Sectio Caesarea (Rasjidi, 2009)

Sectio Caesarea diindikasikan sebagai berikut:

a.indikasi mutlak

Faktor mutlak untuk dilakukan SC dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang
pertama adalah indikasi ibu, antara lain:

-panggul sempit absolut

- kegagalan melahirkan secara normal karena kurang kuatnya stimulasi

- adanya tumor jalan lahir

- stenosis serviks, plasenta previa

- disproporsi sefalopelvik, dan ruptur uteri

Faktor mutlak untuk dilakukan SC dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang
kedua adalah indikas janin, antara lain:

- kelaianan otak

- gawat janin

- prolapsus plasenta

- perkembangan bayi yang terhambat


- mencegah hipoksia janin karena preeklamasi

b.Indikasi Relatif

Yang termasuk faktor dilakukan persalinan SC secara relatif, antara lain :

- riwayat sectio caesarea sebelumnya

- presentasi bokong

- distosia fetal distress, preeklamsi berat

- ibu dengan HIV positif sebelum inpartu atau gemeli

c. Indikasi Sosial

- ibu yang melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya

-ibu yang ingin sectio caesarea secara elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan

2.1.1 komplikasi secsio caesarea

Beberapa komplikasi yang paling banyak dari operasi adalah akibat tindakan
anastesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi
berlangsung, komplikasi penyulit, endometriosis, tromboplebitis, embolisme
dan perubahan bentuk serta letak rahim menjadi tidak sempurna
(Prawirohardjo, 2014).

2.2 Tinjauan tentang Antibiotik


2.3
2.3.1 Klasifikasi antibiotik (permenkes 2011)

1. Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

a. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri,seperti beta-


laktam(penisilin,sefalosporin,monobaktam,karbapenem,inhibitor,beta-
laktamase).basitrasin,dan vankomisin.
b. Memodifikasi atau menghambat sintesi, protein misalnya aminoglikosid,
Kloramfenicol,tetrasiklin,makrolida,(eritromisin,azitromisin,
klaritromisin)klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
c. Menhambat enzim-enzim esensial dalam metabolism folat,misalnya
trimethoprim dan sulfanamid.
d. Memperngaruhi sintesis atau metabolism asam nukleat,misalnya
kuinolon, nitrofurantoin.

2.3.2 penggolongan Antibiotik (AB)


1. Antibiotik beta laktat
a. Penisilin
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap
terutama kuman gram-positif (khususnya Cocci) dan hanya
beberapa kuman gram negatif. Penisilin termasuk antibiotik
spektrum-sempit,begitu pula Penisilin-V dan 12 analognya.
Contohnya Benzilpenisilin, Metisilin, Ampisilin, Amoksisilin,
Tikarsilin (Tjay &Rahardja, 2007).
b. Sefalosporin Sefalosporin termasuk antibiotik beta-laktam
dengan struktur, khasiat dan sifatnya banyak mirip Penisilin.
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman gram-
positif dan negatif termasuk E.Coli, Klebsiella, dan
Proteus.Contohnya Seftriakson dan Sefiksim ( Mary & Keogh,
2015).
c. Carbapenem merupakan golongan antibiotik betalaktam lain
yang struktur kimianya berbeda dengan penisilin dan
Sefalosporin. Mekanisme kerja dan spektrum bakteri mengikat
PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman.Berkhasiat
bakterisid , obat ini berspektrum sangat luas termasuk kuman
Grampositif dan gram-negatif. Sangat aktif terhadap kokus
grampositif termasuk Stafilokok, Streptokok, Pneumokok dan
E.faecali Contohnya Imepenem dan Meropenem (Mary &
Keogh, 2015).
2. Antibiotik golongan Aminoglikosida

Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak Bacilli


gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap Gonococci dan sejumlah
kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid , berdasarkan
dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada
ribosom di dalam sel. Contohnya Streptomisin, Kanamisin,
Gentamisin, Neomisin dan Framisetin (Mary & Keogh, 2015).

3. Antibiotik golongan Tetrasiklin

Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena


dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme
kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spektrum anti-bakterinya luas dan meliputibanyak cocci gram
positif dan gram negatif serta kebanyakan Bacilli kecuali
Pseudomonas dan Proteus. Contohnya tetrasiklin, Oksitetrasiklin,
dan Doksisiklin (.Mary & Keogh, 2015).

4. Antibiotik golongan Makrolida

Bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri gram-positif


danspektrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme kerjanya
melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga
sintesa proteinnya dirintangi. Biladigunakan terlalu lama atau
sering dapat menyebabkan resistensi. Contohnya: Eritromisin,
Roksitromisin dan Azitromisin (Mary & Keogh, 2015)

5. Antibiotik golongan Linkomisin

Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit


daripada makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan
anaerob. Berhubung efek sampingnya hebat kini digunakan bila
terdapat resistensi terhadap anti mikrobalain. Contohnya
Linkomisin (Mary & Keogh, 2015).

6. Antibiotik golongan Kuinolon

Senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada fase


pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-
gyrase kuman, sehingga 14 sintesis DNA-nya dihindarkan.
Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih
(ISK) tanpa komplikasi, sedangkan fluorkuinolon lebih luas
kawasan indikasinya berkat kadarnya dalam darah mencapai nilai
lebih tinggi. Contohnya Siprofloksasin dan Levofloksasin (Mary &
Keogh, 2015).

2.3.3 Antibiotik sebagai profilaksis


Profilaksis merupakan terapi pencegahan infeksi. profilaksis
sebenarnya dibagi menjadi dua yaitu profilaksis primer dan profilaksis
sekunder (supresi) atau eradiksi. Profilaksis primer dimaksudkan utuk
pencegahan infeksi awal, sedangkan profilaksis sekunder
dimaksudkan untuk pencegahan kekambuhan atau reaktivasi dari
infeksi yang sudah pernah terjadi. Profilaksis Eradiksi sendiri
ditujukan untuk mengeliminasi koloni organisme dengan tujuan untuk
menekan perkembangan infeksi. Penting untuk mengenali perbedaan
antara profilaksis dan terapi empirik. Profilaksis diindikasikan untuk
tindakan medis dengan tingkat infeksi yang tinggi, misalnya yang
melibatkan implantasi bahan prostetik, atau pada pasien di mana
terdapat kemungkinan terjadi infeksi serius. Antibiotik yang
digunakan sedapat mungkin harus efektif menghambat bakteri
patogen yang paling mungkin hadir dalam jaringan ketika sayatan
awal dilakukan. Konsentrasi terapeutik harus dipertahankan selama
prosedur tindakan medis berlangsung. Terapi empirik sendiri adalah
penggunaan antibiotik lanjutan setelah prosedur tindakan operasi
dilakukan didasarkan pada temuan intraoperatif. Terapi profilaksis
yang benar sebaiknya tidak menggunakan antimikroba spektrum luas,
dan masa terapi melampaui jangka waktu yang disarankan
(Permenkes,2011).
Tujuan pemberian antibiotik profilaksis ialah untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh infeksi luka operasi
(ILO) dengan pemilihan antibiotik profilaksis yang tepat, tepat waktu
pemberian, serta tepat rute pemberian. Idealnya sediaan antibiotik
yang digunakan untuk profilaksis pada operasi harus :
a. Penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO).
b.Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
c. menghambatan muncul flora normal resisten.
d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.(permenkes 2011).

2.3.4 Indikasi penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pembedahan.

Operasi / pembedahan dapat dikelompokkan kedalam empat kelas


berdasarkan kemungkinan terjadinya kontaminasi bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi post operasi.

Tabel 2.1 klasifikasi operasi dan penggunaan antibiotic

Kelas operasi definisi Penggunaan antibiotik


Operasi bersih

Anda mungkin juga menyukai