Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASI FISIK

“MIKROMERITIK”
           

DI SUSUN OLEH

1. Anes adi putra NIM (01.19.057)


2. Siti nuraini. NIM (01.019.061)
3. Riska silvana rohmawati. NIM (01.19.062)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA

KEDIRI

2020
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tugas makalah
yang diemban kepada kelompok kami dapat terselesaikan. Adapun judul dari makalah ini
adalah “ Mikromeritik ” Sebelumnya Kami berterima kasih karena Dosen Mata kuliah Fisika
Farmasi karena telah mempercayakan kami untuk mengerjakan makalah ini .

Dalam membuat makalah ini Saya menggunakan metode diskriptif, yaitu suatu metode
dimana Saya memaparkan, menjelaskan, serta merangkum rumusan masalah menjadi suatu
sajian yang nantinya dapat menjadi sumber referensi bagi teman-teman Mahasiswa
sekalian. Kami juga melengkapi makalah ini dengan berbagai fitur gambar dengan tujuan
agar dapat lebih mendapatkan suasana yang menarik. Makalah ini kami ambil dari berbagai
sumber. Baik itu buku maupun internet. Teman-teman sekalian bisa melihatnya dalam
Daftar Pustaka.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan.
Maka dari itu, apabila dalam makalah ini terdapat kekeliruan sudilah kiranya memberikan
kepada kami saran & kritik.

Bojonegoro, 20 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i

Kata Pengantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PEMBUKAAN

Latar Belakang.......................................................................................... 1.1


Maksud dan tujuan percobaan................................................................... 1.2
Prinsip percobaa......................................................................................... 1.3

BAB II TINJAU PUSTAKA

Teori umum................................................................................................ 2.1


Alat dan Bahan........................................................................................... 2.2
Prosedur dan cara kerja.............................................................................. 2.3
Data dan hasil pengamatan........................................................................ 2.4
Perhitungan................................................................................................ 2.5

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

Daftar Pustaka....................................................................................................... 1.1


BAB  I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam meracik suatu bentuk sediaan obat, tentunya ada beberapa faktor atau aspek yang
perlu diperhatikan agar sediaan yang dihasilkan bisa sesuai, salah satunya adalah bentuk
keseragaman ukuran partikel. Ukuran partikel dari bahan obat merupakan penentu untuk beberapa
sifat zat. Hal ini berlaku baik untuk bahan yang berada dalam kondisi berbentuk serbuk atau bubuk
maupun yang diracik dalam bentuk sediaan tablet, granular, salep, suppositoria dan emulsi.

Pada tahun - tahun terakhir ini, perhatian lebih banyak tercurah pada aspek biofarmasi.
Ukuran partikel misalnya, pengaruh kecepatan melarut obat sukar larut melalui ukuran partikelnya,
yang berkaitan erat dengan kerja pembebasan obat dan reabsorbsi.

Ukuran partikel inilah yang nantinya bisa menentukan suatu efek dari obat tersebut
melalui beberapa tahap perjalanannya di mulai dari fase farmakokinetik, khususnya pada proses
disolusi atau pelepasan obat dari bentuk sediaan dan pada proses absorbsi dari obat itu sendiri, fase
farmakodinamik dan fase biofarmasi. Maka dari itu diperlukan ilmu yang mempelajari tentang
ukuran partikel itu sendiri, ilmu tersebut dinamakan mikromeritik oleh  Dalla Valle. Dalam
mikromeritik, metode yang digunakan adalah  metode mikroskopis optik, metode ayakan dan
metode sedimentasi atau pengendapan. Metode yang akan digunakan dalam praktikum kali ini
adalah metode ayakan (Alfred, 1993).

Dengan adanya mikromeritik setidaknya seorang ahli farmasi bisa memahami bagaimana
cara mengukur diameter partikel dari suatu sediaan, apalagi jika ukuran partikelnya sangat
mikroskopis setelah memalui proses pengayakan tentunya akan  sangat susah untuk mengukur
diameter partikelnya.

1.2  Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pengukuran partikel suatu zat dengan menggunakan
metode pengayakan

1.2.2 Tujuan Percobaan

                  Mengukur diameter partikel zat dengan  metode pengayakan

1.3 Prinsip Percobaan

            Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada
ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor mesh terendah ke nomor mesh
tertinggi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Ilmu dan teknologi partikel kecil disebut mikromeritik oleh Dalla Valle. Pengetahuan
dan  pengendalian ukuran serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi, ukuran
dan juga luas permukaan dari suatu partikel juga dapat dihubungkan secara berarti pada sifat kimia,
fisika dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat
mempengaruhi pelepasan dari bentuk - bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal
dan topikal (Alfred, 1993).

Mikromeritik adalah ilmu atau teknologi untuk mengukur keseragaman ukuran partikel.
Dalam mikromiretik yang tersedia untuk menentukan ukuran partikel, diantaranya ada 3 metode
utama yang sering digunakan dalam bidang farmasi yang merupakan ciri dari suatu prinsip khusus,
yaitu :

1.      Metode mikroskopis optik.

Mikroskopis optik adalah metode yang digunakan untuk mengukur partikel


dengan  ukurannya yang berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. Sediaan yang diukur
partikelnya menggunakan metode ini yaitu suspensi dan emulsi. Menurut metode mikroskopis,
suatu emulsi atau suspensi, diencerkan dan dinaikkan pada suatu slide. Di bawah mikroskop
tersebut, pada tempat dimana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan
ukuran partikel tersebut. Hasil yang terlihat dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di
mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang
sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur (Alfred, 1993).

Dalam metode mikroskopis pengukuran diameter rata - rata dari sistem diperoleh dengan
pengukuran partikel secara acak sepanjang garis yang ditentukan. Partikel yang tersusun secara acak
diatur diameternya dengan frekuensi yang sama dalam berbagai arah, sehingga partikel tersebut
dianggap sebagai partikel yang berbentuk bola dengan diameter yang sama. Untuk memperoleh
data yang statistik minimal harus diukur 200 partikel pada serbuk. Pengukuran biasanya dengan
menggunakan mikroskopik mempunyai data pisah yang bagus. Alat optik mikroskopik harus
mempunyai jarum penunjuk yang digerakkan dengan kalibrasi mikrometer sekrup (Robert, 2013).

Kerugian dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi
dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh
untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Untuk jumlah yang di ukur
menggunakan metode ini harus sekitar (300 – 500) partikel untuk mendapatkan suatu perkiraan
yang baik (Alfred, 1993).

2.      Metode Ayakan

Metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi oleh The National
Bureau of Standards. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel – partikel yang lebih kasar.
Tetapi jika digunakan dengan sangat hati – hati, ayakan – ayakan tersebut bisa digunakan untuk
mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan nomor  235). Menurut metode U.S.P. untuk
menguji kehalusan serbuk suatu massa atau sampel tertentu diletakkan diatas suatu ayakan yang
cocok dan digoyangkan secara mekanis. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu
tertentu, dan bahan yang melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta
dikumpulkan, kemudian ditimbang. Cara lain adalah dengan menetapkan partikel-partikel pada
ukuran rata – rata aritmatik (hitung) atau geometris dari kedua ayakan tersebut (Alfred, 1993).

Metode ayakan merupakan metode yang paling sederhana untuk mengukur ukuran rata –
rata partikel. Ayakan dapat dibuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu, dimana lubang
dinyatakan dalam ukuran inci untuk mendapatkan analisis yang lebih rinci. Pada cara ini, ayakan
disusun bertingkat dimulai dari ayakan yang paling kasar diletakkan paling atas pada mesin
penggerak dilanjutkan sampai pada ayakan paling halus yang diletakkan paling bawah. Suatu sampel
ditimbang dan ditaruh diatas ayakan dan digerakkan dengan mesin penggerak. Sisa dari sampel yang
tertinggal pada setiap ayakan diambil dan kemudian ditimbang. Sampel yang diukur partikelnya
menggunakan metode ini contohnya granul – granul tablet (Alfred, 1993).

3.       Metode sedimentasi/pengendapan

Pada metode ini ditentukan kecepatan mengendapnya suatu partikel dalam


ketergantungannya terhadap ukuran, bobot jenis dan bentuknya dalam bidang gaya berat (analisis
pipet, timbangan sedimentasi, fotosedimentimeter) atau dalam bidang gaya sentrifugal.

Pentingnya mempelajari mikromeritik adalah :

a.       Menghitung luas permukaan

b.      Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat

c.       Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara oral, suntikan dan topikal
d.      Pembuatan obat bentuk emulsi dan suspensi

e.       Stabilitas obat (tergantung ukuran patikel).

Metode umum untuk menentukan luas permukaan dengan dua cara yaitu :

1.    Metode absorbsi, partikel – partkel dengan luas permukaan spesifik besar merupakan absorben
yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas dari larutan. Absorbsi dan deasorbsi dari gas nitrogen
pada sampel serbuk tersebut diukur dengan suatu detektor konduktivitas panas jika suatu campuran
helium dan nitrogen dilewatkan melalui suatu sel yang mengandung serbuk tersebut.

2.    Metode permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu cairan, melalui suatu
sumbat dari serbuk kompak adalah luas permukaan dari serbuk tersebut. Makin besar luas
permukaan per gram serbuk, makin besar pula tahanan untuk mengalir. Selanjutnya, permeabilitas
untuk suatu tekanan yang diberikan turun sepanjang sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan
luas permukaan spesifik.

2.2 Alat dan Bahan


Alat :

1. Ayakan no OPN 45,50,70,120


2. Sendok Tanduk
3. Timbangan Elektrik
4. Sikat Tabung
5. Kertas Perkamen
6. Hair Dryer

Bahan :

1. ZnO
2. Talcum
3. Asam Benzoat
4. Laktosum
5. Alcohol 70

2.3. Prosedur dan Cara Kerja

1. Bersihkan alat dan bahan terutama ayakan dengan menggukan


alcohol 70%
2. Susun ayakan dari nomor opnterkecil sampai nomor opn terbesar
3. Timbang Zno, Talcum, Asam Benzoat, Laktosum masing-masing 10
g
4. Tuang sampel ke atas ayakan pertama satu persatu
5. Goyang ayakan selama 5 menit
6. Timbang kembali sampel yang tertinggal pada masing masing
pengayak
7. Catat berat sampel yang tertinggal
8. Hitung diameter rata-rata dari sampel

2.4 Data dan Hasil Pengamatan

Diameter Persen
Nomor Bobot
Pengamatan Rata-Rata Tertinggal N x d
OPN Tertinggal
(µm) (d) (n)
45 355 1,53 15,30% 5.431,5

  50 300 1,39 16,41% 4.923

  70 212 2,55 36,01% 7.634,12


120 125 3,63 80,13% 10.016,25
ZnO
28.004,8
∑ 9,1 147,85%
7
45 355 0,66 6,60% 23,43
  50 300 0,07 0,75% 2,25
  70 212 1,95 21,03% 44,5836
Talcum 120 125 5,47 74,72% 93,4
∑ 8,15 103,10% 163,6636
45 355 6,91 69,10% 245,305

  50 300 0,25 8,09% 28,315

Asam 70 212 0,31 10,91% 23,1292


Benzoat
120 125 0,75 29,64% 37,05
∑ 7,92 117,74% 333,7992
45 355 1,19 11,90% 42,245
50 300 2 22,70% 68,1
Laktosum 70 212 2,51 36,85% 78,122
120 125 2,68 62,32% 77,9
∑ 8,38 133,77% 266,367
2.5 Perhitungan

Keterangan :

DIn= Diameter panjang rata-rata

n    = % berat tertinggal

d    = Diameter lubang ayakan

1. ZnO

2. Talcum
3. Asam benzoat

4. Laktosum
No Sampel DIn DIn literatur
1 ZnO  1,89 µm
2 Talcum 1,58 µm
3 Asam Benzoat 2,70 µm
4 Laktosum 1,99 µm
BAB III

PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode pengayakan (shieving).

                       Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari


nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh
yang paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-
partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor
ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki
ukuran partikel kecil.

                            Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa sampel


ZnO yang persen tertinggalnya paling rendah pada nomor ayakan 45
sedangkan persen tertinggalnya yang paling tinggi pada no ayakan 120,
pada Talcum persen tertinggalnya paling rendah pada nomor ayakan 50
dan yang persen teringgalnya yang paling tinggi pada nomor ayakan 120,
pada Asam Benzoat persen tertinggalnya yang paling rendah pada ayakan
nomor 50 dan persen tertinggalnya yang paling tinggi pada ayakan nomor
45 dan untuk laktosum persen tertinggalnya yang paling rendah pada
ayakan nomor 45 dan prsen tertinggalnya yang paling tinggi pada ayakan
nomor 120.

BAB IV

KESIMPULAN
            Dari data yang diperoleh  umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan
dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal
ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini
merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat.
Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka
semakin kasar zat tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh data :

1. ZnO

 Nomor ayakan 45 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen


zat yang tertinggal 15,30%
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen
zat yang tertinggal 16,41%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen
zat yang tertinggal 36,01%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen
zat yang tertinggal 80,13%

2. Talcum

 Nomor ayakan 45 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen


zat yang tertinggal 6,60%
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen
zat yang tertinggal 0,75%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen
zat yang tertinggal 21,03%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen
zat yang tertinggal 74,72%

3. Asam Benzoat

 Nomor ayakan 45 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen


zat yang tertinggal 69,10%
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen
zat yang tertinggal 8,09%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen
zat yang tertinggal 10,91%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen
zat yang tertinggal 29,64%

4. Laktosum
 Nomor ayakan 45 memiliki ukuran diameter rata-rata 355 ; persen
zat yang tertinggal 11,90%
 Nomor ayakan 50 memiliki ukuran diameter rata-rata 300 ; persen
zat yang tertinggal 22,70%
 Nomor ayakan 70 memiliki ukuran diameter rata-rata 212 ; persen
zat yang tertinggal 36,85%
 Nomor ayakan 120 memiliki ukuran diameter rata-rata 125 ; persen
zat yang tertinggal 62,32%
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi    III. DEPKES  RI : Jakarta


Lolok, Nike Herpianti 2017.  Penuntun praktikum Farmasi Fisika I.  Kendari Martin, A. 1990. Farmasi fisik.
Indonesia University Press Jakarta.
Martin Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika Edisi Ketiga. Universitas Indonesia : Jakarta

Sinko.J.P.  2006. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika.EGC : Jakarta


Zulfikar.2010.Pengayakan.(online).(http://www.chem-is try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/pegayakan/, diakses Minggu, 13 Mei Lihat
versi web

Anda mungkin juga menyukai