Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gout Artritis merupakan salah satu penyakit radang sendi. Gout artritis
dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama asam urat. Asam urat merupakan
hasil dari pemecahan purin didalam tubuh yang terdapat didalam darah dan urin.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat di dalam tubuh kita tentu
saja kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012) dalam (Ellin, 2018). Pemicu
peningkatan kadar asam urat salah satunya proses penuaan pada lansia. Menurut
WHO lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60 tahun. Lansia mengalami
proses penuaan dengan begitu secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh
terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin banyak distorsi metabolik dan
struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang
sering dialami lansia salah satunya asam urat. Perjalanan asam urat ditandai dengan
rasa nyeri pada kaki dan hasil pemeriksaan kadar asam urat lebih pada laki – laki
>7, sedangkan pada perempuan >5,7 (IP.Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018).
Penatalaksanaan asam urat salah satunya dengan menggunakan pemberian air
rebusan daun salam.
Data World Heatlh Organization (2007) penderita asam urat sekitar 230
juta, akan terus meningkat pada tahun 2020. Kejadian asam urat akan terus
meningkat baik pada negara maju maupun negara berkembang. Sedangkan jumlah
lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1% jiwa. Pada tahun 2018, jumlah penduduk lanjut
usia di Indonesia menjadi 24 juta jiwa dan di perkirakan pada tahun 2020,
jumlahnya mencapai 36 juta jiwa, Jika di lihat sebaran penduduk lansia menurut
provinsi, presentase lansia diatas 10% sekaligus paling tinggi ada di provinsi Jawa
timur (12,92%) (Diah, 2019). Dari data (Dinkes Banyuwangi, 2017) di ketahui
bahwa jumlah lansia pada tahun 2017 terdapat 182,096, tertinggi berada di
kecamatan Singojuruh sebanyak 7.392 lansia dan sasaran pra lansia dan lansia yaitu

[AUTHOR NAME] 1
10.481 total lansia yang berada di Kabupaten banyuwangi adalah 71%. Penderita
asam urat di Indonesia sebanyak 11,9% dan di Jawa Timur sebanyak 26,4%
(Kemenkes RI, 2013). Penderita asam urat di banyuwangi sebanyak 16.225 orang.
Pendapat ini sesuai dengan laporan hasil penelitian bahwa penderita asam urat di
Sulawesi Selatan dari waktu ke waktu semakin meningkat, menunjukan asam urat
menyerang 10% pada laki-laki dan 4% pada perempuan (Dinaria, 2015) dalam
(Ellin, 2018). Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan di Desa Gambor
menunjukan dari 134 lansia yang aktif posyandu 65 lansia yang memiliki kadar
asam urat berlebih.
Faktor penyebab asam urat meliputi usia, obesitas, pola makan tinggi purin,
konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan yang meningkatkan asam urat,
cedera sendi dan stress. Dampak dari kadar asam urat yang berlebih menyebabkan
nyeri terutama pada malam hari atau pagi hari bangun tidur, kesemutan, bengkak,
panas dan kemerahan pada sendi yang terserang (Ode, 2012) dalam (Ellin, 2018).
Kadar asam urat yang tinggi dan tidak dilakukan pengobatan akan menimbulkan
asam urat kronik. Masyarakat akan melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan dan dilakukan pemeriksaan asam urat menggunakan fotometer maupun
stick apabila dampak yang dirasakan sudah mengganggu dalam aktivitas sehari-
hari. Daun salam mengandung flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat
dalam darah dan menghindari gejala inflamasi (Dinaria, 2015) dalam (Ellin, 2018).
Dengan flavonoid dalam air rebusan daun salam bermanfaat untuk megurangi kadar
asam urat dalam darah dan dapat mengurangi rasa nyeri pada kaki yang biasa
timbul ketika terjadi peningkatan kadar asam urat (Agoes, 2010) dalam (Ellin,
2018).
Pengobatan asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi seperti
allopurinol, ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non farmakologi
seperti tempuyung, daun salam, daun sendok, daun seledri dan sambiloto (Sustrani,
Alam & Hadibroto 2004) dalam (Ellin, 2018). Penggunaan terapi farmakologi
secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping pada tubuh, oleh karena itu
diperlukan alternatif lain yang akan lebih efektif dan terjamin keamananya untuk

[AUTHOR NAME] 2
tubuh. Sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat daun salam untuk
mengurangi kadar asam urat yang terdapat dalam darah yang dapat digunakan
sebagai terapi non farmakologi. Daun salam selain digunakan untuk bumbu dapur
juga dapat di manfaatkan sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan asam
urat dalam darah. Efektivitas akan dirasakan dengan pemberian air rebusan daun
salam selama 7 hari sebanyak 1 kali perhari.
Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara pada tanggal 15 februari 2018
dengan sebagian lansia yang aktif dalam posyandu dan mengalami peningkatan
kadar asam urat belum mengetahui manfaat daun salam untuk menurunkan kadar
asam urat. Sehingga dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia”.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Gambor Kecamatan
Singojuruh Kabupaten Banyuwangi ?

1.3 Tinjauan Pustaka


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat
1.3.2 Tujuan Khusus
 Teridentifikasinya kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian air
rebusan daun salam di Desa Gmbor
 Teridentifikasinya kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian air
rebusan daun salam pada di Desa Gambor
 Teranalisisnya pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Gambor.

[AUTHOR NAME] 3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada perkembangan ilmu
keperawatan khususnya tentang keperawatan medikal bedah untuk
menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan menggunakan pengobatan
non farmakologi pemberian air rebusan daun salam.
1.4.2 Manfaat praktis
 Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas
Pemberian air rebusan daun salam pada lansia dengan asam urat dapat
digunakan untuk pengobatan non farmakologi.
 Bagi lansia di tempat penelitian
Air rebusan daun salam dapat digunakan lansia sebagai obat non
farmakologi dalam upaya menurunkan kadar asam urat.
 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi referensi tambahan
untuk pengembangan pengetahuan dalam pendidikan dan perlengkapan
bahan pustaka tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.
 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat
lansia dengan gout.

[AUTHOR NAME] 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi lansia
Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang
yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi
merupakan tahap akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan
penurunan kemampuan tubuh (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
2.1.2 Batasan lanjut usia
Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap
sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) dalam (Elin,
2018), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.
2.1.3 Proses Menua
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa
manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler,
pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia. Menua merupakan tahap
tubuh dalam mencapi titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut di
karenakan berkurangnya jumlah sel –sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan
mengalami penurunan fungsi secara bertahap (Padila, 2013) dalam (Ellin,
2018).

[AUTHOR NAME] 5
Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga akan mengalami
penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh
terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan struktural
yang disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018).
Beberapa jenis penyakit degeneratif yang akan dialami lansia meliputi
hipertensi, diabetes mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.
2.1.4 Teori-teori Proses Menua
Banyak definisi yang menjelakan tentang proses menua. Proses menua
bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang berbeda-beda,
terjadi pada usia yang beda, memiliki gaya hidup yang berbeda-beda pula
dan tidak ada faktor yang dapat mencegah proses menua (Padila, 2013)
dalam (Ellin, 2018). Teori-teori penuaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Teori biologis
Menurut Ellin (Chapter, 2009) Teori biologis mencakup beberapa hal
meliputi:
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-
sel tubuh lelah.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan tubuh terhadapa radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri.
g. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif

[AUTHOR NAME] 6
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel- sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
j. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang
tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan
hilangnya fungsi sel.
k. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang akan
membelah setelah sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan social
Menurut Ellin (2009) teori kejiwaan social meliputi :
a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah lansia yang
aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (Didengagement Theory)
Teori menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia, seseorang

[AUTHOR NAME] 7
akan berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan social
dan akan lebih menarik diri.
2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan
menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan moral spiritual, yang semuanya
saling berkaitan antara satu bagian dengan yang lainnya. Lansia perlu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, padahal dalam
kenyataannya semakin tua maka akan semakin sulit beradaptasi (Padila,
2013) dalam (Ellin, 2018). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di
otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5 – 10% (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
b. Sistem persyarafan
Berat otak menurun 10 – 20%. Gangguan yang terjadi karena
penurunan sistem persyarafan meliputi: hubungan persyarafan
menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress, pengecilan syaraf
panca indra sehingga terjadi berkurangnya penglihatan,
berkurangnya pendengaran, saraf pencium dan perasa mengecil,
kurang sensitif terhadapa sentuhan, kulit lebih sensitif terhadap
perubahan suhu yang terjadi (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
c. Sistem Pendengaran
Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga dalam. Terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, terjadinya
pengumpulan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran

[AUTHOR NAME] 8
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak menyebabkan gangguan
penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, berkurangnyanya lapang pandang,
menurunya daya membedakan warna biru atau hijau (Padila, 2013)
dalam (Ellin, 2018).
e. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan
menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (Bandiyah,
2009) dalam (Ellin, 2018).
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur
tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat
metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
g. Sistem respirasi
Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
menurunya aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan elastisitas,

[AUTHOR NAME] 9
kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun,
alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O²
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak
terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia
(Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
h. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun
adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra pengecap
(±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun,
peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi
melemah, liver makin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
berkurangnya aliran darah (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
i. Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki
testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur–angsur, dorongan seksual menetap
sampai usia diatas 70 tahun yaitu kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara teratur
membantu mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu cemas
karena merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, terjadi
perubahan–perubahan warna (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
j. Sistem gastourinaria

[AUTHOR NAME] 10
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan terkecil dari
ginjal yang disebut nefron, kemudian mengecil dan nefron menjadi
atrofi, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, vesika
urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah, kapasitasnya
menurun menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika
urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatkan retensi urin, atrovi vulva dan vagina,
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
sampai tua (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
k. Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak
rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah, berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya aktifitas tiroid,
menurunnya BMR (basal metabolic rate), dan menurunnya daya
pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya
sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan
testeron (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
l. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–bentuk sel epidermis),
menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan pegmentasi kulit,
kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat dari
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh, kuku kaki
bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat

[AUTHOR NAME] 11
berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang
bercahaya (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018) .
m. System muskuluskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang
tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot
berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan massa dan
kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan fosa akibat
penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density
(cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan
jari–jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan
menjadi rapuh, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin
serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot
kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh
(Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018).
2. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan
3. Kenangan
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–
jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan
kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
4. IQ (Intellegentian Quantion )
IQ (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor terjadinya perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan–teanan dari faktor waktu (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin,

[AUTHOR NAME] 12
2018).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan
karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini
akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan
metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui
tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia
(Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018). Perubahan kognitif yang di alami
lanjut usia adalah demensia, dan delirium.
5. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial
seperti (Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018):
a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial
(income berkurang), status (dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala faselitasnya), teman/kenalan
atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of
mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)
meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
g. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan sehingga
mengalami kekurangan ekonomi.

[AUTHOR NAME] 13
i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
teman dan famili serta pasangan.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri

2.2 Konsep daun salam


2.2.1 Defenisi
Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan
nama ilmiah Syzygium polyantha Wight (Tersono, 2006) dalam (Ellin,
2018). Menurut falsafah jawa tanaman salam mempunyai makna yang
tersirat, filosofi yang dapat diambil dari pohon salam berarti keselamatan.
Ciri-ciri biologi pohon salam: pohon salam tumbuh tegak lurus setinggi >25
meter, daun salam berwarna hijau dengan ujung tajam, memiliki bunga
berwarna putih dan wangi yang tumbuh di dahan yang tidak berdaun, buah
pohon salam berukuran kecil dan berwarna kehitaman. Tanaman salam
mudah dibudidayakan di berbagai jenis tanah (Mardiana, 2013) dalam
(Ellin, 2018).
Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari
batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun salam merupakan
bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Daun salam dikenal
masyarakat untuk penyedap masakan. Masyarakat menggunakan daun salam
untuk memasak dengan memasukan beberapa lembar daun salam segar
maupun kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih beraroma
harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat digunakan
sebagai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit berbahaya
contohnya stroke, kolesterol, radang lambung kencing manis dan juga
termasuk asam urat (Agoes, 2010) dalam (Ellin, 2018).
2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis
Daun salam memiliki bau yang wangi sehingga banyak masyarakat
yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain untuk

[AUTHOR NAME] 14
pengobatan daun salam juga juga dapat digunakan sebagai tanaman herbal.
Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa digunakan
sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang, namun yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Putra, 2016)
dalam (Ellin, 2018). Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal
untuk kolesterol, gout artritis, diabetes mellitus, hipertensi, gastritis, dan
diare. Oleh badan POM, daun salam telah ditetapkan sebagai salah satu dari
sembilan tanaman yang digunakan sebagai tanaman herbal yang telah diuji
secara klinis untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut
Mardiana (2013) beberapa sifat kimia dan efek farmakologis meliputi:
1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur
kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin,
antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretik sehingga
memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi
sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan pada tulang.
2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas pada tubuh.
3. Kandungan zat tanin pada daun salam menurunkan tekanan darah tinggi.
4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan rasa
nyeri ketika berjalan.
2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan
Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering
dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Menurut buku
Profesor Hembing dalam Handayani (2013) tentang tumbuhan berkhasiat
pohon salam (Syzygium Polyanthum) terutama daunnya bisa mengatasi
gangguan asam urat, kolesterol, radang, lambung, diare dan masih banyak
lagi. Manfaat daun salam untuk kesehatan meliputi:
1. Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia
Senyawa yang mampu menurunkan kadar nitrigliserida adalah niasin,
serat, tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi

[AUTHOR NAME] 15
dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat
penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka daun
salam dapat dipakai sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar
trigliserida pada manusia (Harismah & Chusniatun, 2016).
2. Menurunkan kadar LDL
Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sesuai dosis yang
diberikan karena daun salam mengandung senyaawa aktif quercetin yang
terkandung dalam flavonoid selain sbagai antioksidan dapat juga
menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum sehingga jumlah Apo-
B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan pembentuk LDL,
sehingga menurunkan LDL karena jumlah Apo-B mengalami penurunan
(Harismah & Chusniatun, 2016).
3. Menurunkan kadar asam urat
Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan sebagai
diuretik (zat peluruh) dan penghilang rasa nyeri (analgetik). (Tersono,
2006).

2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional


Menurut Agoes (2010) dalam (Ellin, 2018) daun salam dapat
berkhasiat sebagai obat. Cara mengolah daun salam untuk pengobatan
beberapa penyakit :
1. Asam urat
Sediakan 7-15 lembar daun salam, rebus menggunakan air sebanyak 700
cc , panaskan hingga mendidih dan air tersisa 200 cc. Rasa rebusan daun
salam agak manis dengan khas bau salam. Dapat diminum dalam
keadaan hangat maupun dingin. Minum selama 7 hari untuk hasil yang
efektif.
2. Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak 200 cc
selam 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Konsumsi dalam keadaan

[AUTHOR NAME] 16
dingin.
3. Kencing manis
Cuci 7-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan 1
gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus sebelum
makan. Lakukan 2 kali sehari.
4. Menurunkan kolesterol
Cuci 10-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan 1
gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus di malam hari.
Lakukan setiap hari.
5. Menurunkan tekanan darah tinggi
Cuci 7-10 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan 1
gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin setengah gelas.
6. Maag/gastritis
Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak
500 ml selama 15 menit. Tambahkan gula secukupnya setelah dingin
minum airnya. Lakukan setiap hari hingga rasa perih dan penuh di
lambung hilang.
7. Mabuk alkohol
Cuci 1 genggam buah salam masak kemudian tumbuk sampai halus.
Peras hasil tumbukan, minum airnya sekaligus.
8. Kudis/gatal-gatal
Untuk pengobatan luar, ambil daun, kulit, batang atau akar seperlunya.
Tumbuk hingga halus kemudian balurkan ke bagian tubuh yang
mengalami gatal-gatal.
2.3 Konsep asam urat
2.3.1 Defenisi
Gout berasal dari kata “Gutta” yang berarti tetesan. Gout salah satu
penyakit arthritis (radang sendi). Gout adalah penyakit kelainan
metabolisme purin dimana terjadi produksi purin secara berlebihan sehingga
terjadi penumpukan purin di dalam darah secara berlebihan. Peningkatan

[AUTHOR NAME] 17
produksi asam urat menyebabkan peradangan pada sendi hingga
pembengkakan (Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018). Gangguan
metabolisme purin menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi yang
selanjutnya akan mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tak
sempurna. Kurang lebih 20-30% penyakit asam urat terjadi akibat sintesa
purin dalam jumlah yang besar dan sekitar 75% akibat kelebihan produksi
asam urat tetapi pengeluarannya tidak sempurna (Suiraoka, 2012) dalam
(Ellin, 2018).
Asam urat merupakan hasil dari katabolisme purin. Purin merupakan
kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolism purin.
Secara ilmiah purin terdapat didalam tubuh setiap manusia dan pada semua
makanan dari sel hidup baik berupa tanaman contohnya sayur, buah, kacang-
kacangan dan hewan contohnya daging, jeroan, ikan sarden (Ode, 2012)
dalam (Ellin, 2018). Asam urat dimiliki setiap tubuh manusia karena setiap
proses metabolisme menghasilkan asam urat, tetapi asam urat di dalam
darah tidak boleh berlebihan. Asam urat yang berlebih disebabkan pemicu
contohnya makanan tinggi purin. Bahaya yang timbul dari asam urat
berlebih : gangguan ginjal, jantung koroner, diabetes mellitus dan radang
sendi (Suriana, 2014) dalam (Ellin, 2018).
Pada orang yang normal jumlah pool asam urat sekitar 1000 mg
dengan kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal
natrium urat didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil laboratorium klinis,
kadar asam urat normal pada wanita 2,4-5,7 mg/dl dan pada pria 3,4-7,0
mg/dl. Pada anak-anak kadar asam urat berkisar 3,0-4,0 mg/dl namun
setelah memasuki masa pubertas kadar asam urat pada anak prian mencapai
5,2 mg/dl (Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018).
2.3.2 Etiologi
Menurut Suiraoka (2012) berdasarkan patofisiologi, peningkatan kadar
asam urat terjadi akibat :

[AUTHOR NAME] 18
1. Produksi asam urat berlebih
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan kecepatan
biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel DNA dan
RNA. Peningkatan asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan kaya
protein dan purin atau asam nukleat berlebihan pada jeroan, makanan
laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan sel yang rusak
akibat obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat pada olahraga
berlebihan dan kelainan darah juga akan menyebabkan peningkatan
kadar asam urat (Suiraoka, 2012).
2. Pembuangan asam urat berkurang
Asam urat akan meningkat dalam darah jika pembuangannya
terganggu. Sekitar 90% penderita asam urat mengalami gangguan ginjal
dalam pembuangan asam urat. Penderita asam urat akan mengeluarkan
asam urat 40% lebih sedikit dari orang normal.
Secara normal pengeluaran asam urat akan meningkat jika kadarnya
meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau pembentukan
purin. Dalam tubuh terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam
urat menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau terjadi gangguan pada
enzim urikinase akibat proses penuaan atau strees maka terjadi hambatan
pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik. Hambatan
pembuangan asam urat juga terjadi akibat gangguan fungsi ginjal
(Suiraoka, 2012).
3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang.
Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi
fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada kelainan
tersebut akan diproduksi asam laktat yang berlebihan sehingga
pembuangan asam urat akan menurun karena terjadi kompetisi antara
asam laktat dengan asam urat, keadaan seperti ini akan memperparah
asam urat. Kekurangan glukosa 6-fosfat menyebabkan mengalami asam
urat sejak bayi atau asam urat dini (Suiraoka, 2012).

[AUTHOR NAME] 19
Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan asam urat kombinasi diatas.
Alkohol yang berlebihan mengandung purin tinggi sehingga meningkatkan
produksi asam urat, selain itu alkohol mengandung asam laktat tinggi
sehingga menghambat pembuangan kadar asam urat. Faktor penyebab lain
yang dapat menimbulkan kadar asam urat dalam darah meningkat, yaitu :
1. Faktor keturunan
2. Pola makan tinggi protein dan purin
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit
5. Penggunaan obat-obatan tertentu
6. Penggunaan antibiotik secara berlebihan
7. Obesitas
8. Faktor lain seperti stress, cedera sendi dan hipertensi.
2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat
Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan
diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut
Dalimartha (2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kadar asam urat :
1. Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)
Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya Kristal
MSUM (Monosodium Urat Monohidrat) pada cairan sendi.
2. Kadar asam urat darah
Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam
dalam mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut
sering kali kadarnya ditemukan dalam batas normal.
3. Ekskresi asam urat urin per 24 jam
Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting
untuk menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung
purin dan alkohol. Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat

[AUTHOR NAME] 20
melalui ginjal.
4. Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.
2.3.4 Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2 macam mencakup :
1. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui. Diduga berkaitan
dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang mengganggu sistem
metabolisme yang mengakibatkan tubuh tidak mampu mengeluarkan
asam urat dan terjadi penumpukan asam urat di dalam tubuh (Ode,
2012).
2. Penyakit gout sekunder
Penyebab gout sekunder antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi yaitu makanan tinggi purin. Penyebab lain
adalah obesitas, obat-obatan, penyakit kulit, diabetes mellitus (Ode,
2012) dalam(Ellin, 2018).
2.3.5 Gejala yang timbul apabila kadar asam urat didalam darah berlebih
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan
nyeri luar biasa pada malam maupun pagi hari.
2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang
Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik atau radang sendi.
Terjadi karena penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendiaan ,
sehingga bagian persendian yang akan mudah terserang asam urat. Menurut
Suriana (2014) organ-organ pesendian yang mudah terserang asam urat
antara lain : ujung jari, ibu jari, sendi lutut, pergelangan kaki, punggung
kaki, siku dan lutut.
2.3.7 Faktor resiko
Faktor resiko asam urat akan meningkat setealah memasuki usia lebih
dari 40 tahun. Hormon esterogen pada wanita membantu pengeluaran kadar

[AUTHOR NAME] 21
asam urat, sehingga wanita menopause memiliki faktor resiko terjadi
peningkatan kadar asam urat sama dengan pria. Faktor resiko lain seperti
gaya hidup, obesitas, alkohol juga dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah (IP.Suiraoka, 2012).
2.3.8 Pencegahan
Penyakit asam urat pada umumnya sulit dicegah tetapi beberapa faktor
pencetusnya dapat dihindari. Usaha terbaik yang dapat dilakukan dengan
makan tidak berlebihan. Jika sudah terlanjur menderita gangguan asam urat
sebaiknya membatasi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan contohnya
makanan tinggi purin.
Menurut Saraswati (2009) dalam IP.Suiraoka (2012) pengelompokan
makanan berdasarkan kandungan purinnya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A : makanan yang mengandung purin tinggi (150—800
mg/100 gram bahan makanan): hati, ginjal,otak, jantung, paru-paru,
jeroan, udang, kerang, tape, abon daging, alkohol serta makanan dalam
kaleng.
2. Golongan B : makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram bahan makanan) : kerang-kerangan, kacang-kacangan, bayam,
kembang kol, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.
3. Golongan C : makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50
mg/100 gram bahan makanan) : keju, susu, telur, sayuran dan buah-
buahan.
2.3.9 Upaya penanganan awal
Asam urat tinggi tidak mengancam jiwa, tetapi akan beresiko negatif
terhadap kesehatan tubuh, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit
lain. Penanganan awal pada asam urat perlu dilakukan mengingat dampak
negatif yang akan ditimbulkan. Menurut Suriana (2014) apabila tubuh
merasakan tanda-tanda kadar asam urat dalam darah tinggi perlu tindakan
penanganan awal yang meliputi :
1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan menjaga pola makan agar

[AUTHOR NAME] 22
tidak memicu naiknya kadar asam urat.
2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi
terapi non-farmakologi, antara lain :
a. Pemberian air rebusan daun salam
3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu ketat.
4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada
ginjal.
5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.
6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan
dokter.
2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam
urat pada lansia
Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme yang dimiliki oleh semua
orang. Asam urat dalam tubuh kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012) dalam
(Ellin, 2018). Asam urat yang berlebih akan menimbulkan penyakit. Penyembuhan
asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Daun
salam adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai terapi non
farmakologi dengan cara merebus 10-15 lembar daun salam dengan air 700 cc gelas
biarkan mendidih samapi tersisa 200 cc, setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas
setiap hari. Daun salam mengandung flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai
peluruh kencing (diuretik). Sebagai diuretik salam mampu memperbanyak
produksi urine pada tubuh sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah
melalui urine.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yankusuma & putri (2016) tentang
pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat di Desa
Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2016 dengan
jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita asam urat di Desa
Malanggaten sebanyak 20 orang. Sampel sebanyak 12 orang sesuai dengan kriteria
inklusi dengan teknik sampling dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian

[AUTHOR NAME] 23
tersebut menyatakan ada pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar
asam urat.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinaria (2015) tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause. Jenis
penelitian yang digunakan inferensia kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan
menggunakan pre-eksperimen dengan rancangan one group prepost and posttest
design. Seluruh wanita menopause yang menderita asam urat sebanyak 45 orang di
kelurahan gundi sebagai populasi dalam penelitian . Sampel yang digunakan dalam
penelitian sebanyak 16 orang dengan menggunakan teknik sampling menggunakan
purposive sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian dengan lembar
observasional. Hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pemberian air rebusan
daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause.
Menurut Tersono (2006) menjelaskan manfaat daun salam sebagai diuretik
(peluruh kencing) dan analgetik (penghilang nyeri), sebagai diuretik daun salam
mampu memperbanyak produksi urin sehingga menurunkan kadar asam urat darah
yang dikeluarkan melalui urin. Sebagai analgesik, daun salam mampu
menghilangkan rasa sakit saat berjalan.

[AUTHOR NAME] 24
BAB III

3.1 KERANGKA KONSEP


FAKTOR YANG MENINGJATKAN KADAR ASAM URAT
BERDASARKAN PATOFISIOLOGIS :
UPAYA PENANGANAN ASAM
URAT : 1. PRODUKSI ASAM URAT BERLEBIHAN
2. PEMBUANGAN ASAM URAT BER KURANG
DIET ASAM URAT PERLU
3. KOMBINASI PRODUKSI ASAM URAT
DILAKUKAN YAITU DENGAN
BERLEBIH DAN PEMBUANGAN BERKURANG
MENJAGA POLA MAKAN AGAR
TIDAK MEMICU NAIKNYA KADAR
ASAM URAT

KADAR ASAM URAT DITURUKAN


SECARA PERLAHAN DENGAN
MENGONSUMSI TERAPI NON
FARMAKOLOGI : PEMBERIAN AIR LANSIA YANG TERDIRI DARI USIA
REBUSAN DAUN SALAM 50-55 TAHUN

HINDARI MELAKUKAN DIET ASAM


URAT TERLALU KETAT

PERBANYAK KONSUMSI AIR PUTIH


UNTUK MENGURANGI MENGALAMI KADAR ASAM URAT DARAH.
GANGGUAN PADA GINJAL
KADAR ASAM URAT NORMAL :
RUTIN MELAKUKAN
PEMERIKSAAN KADAR ASAM LAKI-LAKI :3,4-7,0 mg/dl
URAT 25
PEREMPUAN : 2,4-5,7 mg/dl[AUTHOR NAME]
TETAP TURUN MENINGKAT

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian
untuk pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi hasil akurasi
(Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018). Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian eksperimental yaitu penelitian yang memberikan
perlakuan kepada objek yang dapat mengendalikan variabel secara tegas yang
menyatakan ada hubungan sebab akibat (Hidayat, 2017) dalam (Ellin, 2018).
Desain dalam penelitian ini adalah analitik pre-eksperimental. Pre
eksperimental adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan
sebab-akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam manipulasi terhadap
variabel bebas (Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018).

4.2 Rancangan penelitian


Rancangan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam penelitian yang
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
akurasi dari hasil penelitian (Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah one- group

[AUTHOR NAME] 26
pre-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi dua kali yang
pertama sebelum di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah dilakukan
intervensi (Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018). Penelitian ini menganalisis
pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat
pada lansia studi di Posyandu Lansia Desa Gambor.

Rancangan penelitian dalam penelitian dapat dilihat pada table


One-group pre-post test design

Subjek Pre Perlakuan Post

K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan :
K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat)
O : observasi kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam
I : intervensi (pemberian air rebusan daun salam)
OI : observasi kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam
(Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018)

4.3 Waktu dan tempat penelitian


4.3.1 Waktu penelitian
Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan
penusunan laporan skripsi yang dimulai dari bulan JULI 2021. Pengambilan
data dilaksanakan pada bulan Juli 2021
4.3.2 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Sipungguk yang
termasuk dari Wilayah Kerja Puskesmas Salo.

[AUTHOR NAME] 27
4.4 Populasi, sampel dan sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden,
mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-
obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia
Desa Gambor sebanyak 33 orang.

4.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek dalam
penelitian melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan (Nursalam, 2017).
Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar sampel menggunakan
rumus sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N (d )
Keterangan :
n = besar sampel
N= besar populasi
d = tingkat signifikan (d=0,05)
jadi untuk menghitung besar sampel dalam penelitian adalah :
N
n=
1+ N (d )2
33
n= 2
1+ 33(0,05)
33
n=
1+ 33(0,0025)2
33
n=
1+ 0,0825

[AUTHOR NAME] 28
33
n=
1,0825
n = 30,48
n = 30
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lanjut usia 60-74 tahun
bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar
asam urat di Posyandu Lansia Desa Gambor sebanyak 30 orang.
4.4.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis simple random
sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan menuliskan nama
responden dalam kertas kemudian diambil secara acak. den dalam kertas
kemudian diambil secara acak

[AUTHOR NAME] 29
Kerangka kerja

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Rancangan Penelitian
Analitik Pra-eksperimental dengan One-group pre-post test design

Populasi
Semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia
Desa Sepanyul sebanyak 33 orang

Sampel
Sebagian lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30
orang.

Sampling
Simple random sampling

Pengumpulan data
Dengan mengukur kadar asam urat pada
[AUTHOR NAME] 30
responden

Pra Pengukuran kadar Perlakuan Pemberian air Post Pengukuran kadar


asam urat sebelum rebusan daun salam asam urat setelah
sebanyak 1 pemberian air
Gambar 4.5 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa gambor.

[AUTHOR NAME] 31

Anda mungkin juga menyukai