PRAKATA
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Contents
PROSES KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN JIWA ....................... 1
PENGKAJIAN..................................................................................... 2
DIAGNOSIS ....................................................................................... 7
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ............................................. 8
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN .................................. 10
EVALUASI ....................................................................................... 11
ANALISA PROSES INTERAKSI .............................................................. 13
Pengertian...................................................................................... 13
Tujuan ............................................................................................ 14
Komponen API ............................................................................... 14
Petunjuk Pengisian analisis Proses interaksi .................................. 16
FORMULIR PENGKAJIAN .................................................................... 23
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI .................................................................. 52
LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................. 52
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ......................................................... 55
DIAGNOSIS KEPERAWATAN ........................................................... 57
RENCANA INTERVENSI ................................................................... 58
EVALUASI ....................................................................................... 61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ................... 62
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ................................. 84
GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH ................................................... 84
LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................. 84
PENGKAJIAN .................................................................................. 87
iv
DIAGNOSIS ..................................................................................... 93
RENCANA INTERVENSI ................................................................... 94
EVALUASI ....................................................................................... 98
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ................... 99
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ......................... 120
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI ..................................................... 120
LAPORAN PENDAHULUAN ........................................................... 120
PENGKAJIAN................................................................................. 123
DIAGNOSIS .................................................................................. 125
RENCANA INTERVENSI ................................................................. 126
EVALUASI ..................................................................................... 129
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ................. 130
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI .................................................... 151
LAPORAN PENDAHULUAN ........................................................... 151
PENGKAJIAN................................................................................. 154
DIAGNOSIS ................................................................................... 158
RENCANA INTERVENSI ................................................................. 158
EVALUASI ..................................................................................... 160
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ................. 162
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ........................... 182
PROSES PIKIR : WAHAM ................................................................... 182
LAPORAN PENDAHULUAN ........................................................... 182
PENGKAJIAN................................................................................. 187
DIAGNOSIS ................................................................................... 191
RENCANA INTERVENSI ................................................................. 191
EVALUASI ..................................................................................... 194
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ................. 195
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ........................... 211
v
PENGKAJIAN
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medis
Format pengkajian dan petunjuk teknis pengisian
format pengkajian terlampir pada bagian akhir pokok bahasan
ini. Data tersebut dapat dikelompokkan menjadi data objektif
dan data subjektif. Data objektif adalah data yang didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh
perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara
lisan oleh pasien dan/atau keluarga sebagai hasil wawancara
perawat. ( yusuf, dkk, 2015 )
Jenis data yang diperoleh dapat sebagai data primer
bila didapat langsung oleh perawat, sedangkan data sekunder
bila data didapat dari hasil pengkajian perawat yang lain atau
catatan tim kesehatan lain. Setelah data terkumpul dan
didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa,
maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data
dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah yang
4
Koping keluarga
Respons pascatrauma
inefektif
DIAGNOSIS
EVALUASI
Pengertian
Analisis proses interaksi (API) adalah suatu alat kerja
yang dipakai oleh perawat untuk memahami interaksi yang
terjadi antara perawat dengan pasien. API ini adalah
merupakan alat untuk mengevaluasi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dalam Laporan
Pendahuluan Strategi Pelaksanaan (LPSP). Pada LPSP, perawat
sudah merencanakan berbagai pertanyaan untuk mengkaji
atau bahkan melaksanakan intervensi keperawatan. Sementara
itu, pelaksanaan kegiatan ini ditulis dalam analisis proses
interaksi ( yusuf, dkk, 2015 ).
Ketepatan diagnosis keperawatan yang ditemukan akan
dengan mudah dikoreksi dari hasil wawancara dan pengkajian
yang dilakukan dalam pelaksanaan fase kerja LPSP. Dari hal ini,
akan tergambar data yang ditemukan baik verbal maupun
nonverbal dan teknik wawancara yang diterapkan. Dengan
demikian, API dapat mengoreksi ketepatan diagnosis atau
intervensi yang diberikan.
Beberapa komponen yang harus ditulis dalam API
adalah komunikasi verbal, komunikasi nonverbal perawat dan
pasien, analisis berpusat pada perawat, dan analisis berpusat
pada pasien. Setelah itu, berikan alasan perawat melakukan
tindakan berupa komunikasi verbal dan nonverbal di atas,
14
Tujuan
1. Meningkatkan keterampilan komunikasi.
2. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan
pasien.
3. Mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan
perawat.
4. Memberi dasar pembelajaran, yang berarti bahwa API
merupakan alat untuk mengkaji kemampuan perawat
dalam berinteraksi dengan pasien dan menjadi data bagi
pembimbing klinik atau supervisor untuk memberi arahan.
5. Membantu perawat dalam penerapan proses keperawatan
( yusuf, dkk, 2015 ).
Komponen API
1. Komunikasi verbal perawat dan pasien.
2. Komunikasi nonverbal perawat dan pasien
3. Analisis berpusat pada perawat, yang merupakan
identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan
komunikasi yang dapat dilakukan perawat.
15
dst……
16
KESAN PERAWAT:
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
1. Inisial pasien
Tulis inisial bukan nama lengkap.
2. Status interaksi
Pertemuan keberapa dengan pasien atau pada fase apa saat
berhubungan dengan pasien.
3. Lingkungan
Tempat interaksi, situasi tempat interaksi, serta posisi
perawat dan pasien.
4. Deskripsi pasien
Penampilan umum pasien.
5. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi saat itu. Tujuan ini
berpusat pada pasien dan terkait dengan proses
keperawatan pasien.
6. Komunikasi verbal
Ucapan verbal perawat dan pasien (apa yang diucapkan
oleh perawat dan apa yang didengar pasien).
7. Komunikasi nonverbal
Sikap, gerakan, arah/pandangan mata, serta ekspresi wajah
17
Ancaman
Teknik Definisi Contoh Nilai Terapeutik Nonterapeutik
Ancaman
Teknik Definisi Contoh Nilai Terapeutik
Nonterapeutik
Klarifikasi Berupaya untuk “Saya tidak jelas Membantu Gagal
menjelaskan ke dalam dengan apa yang mengklarifikasi untuk
kata-kata ide atau Anda maksudkan. perasaan, ide, dan memastikan karena
pikiran pasien yang Dapatkah Anda persepsi pasien, mengasumsi bahwa
tidak jelas atau menjelaskannya serta mengerti.
meminta pasien untuk kembali” memberikan
menjelaskan artinya. kejelasan tentang
hubungan antara
perasaan, ide, dan
persepsi pasien
dengan tindakannya.
Refleksi Mengarahkan “Anda tampak tegang Memvalidasi Menstereotipekan
kembali ide, perasaan, dan cemas, apakah ini pengertian perawat respons pasien:
pertanyaan, dan isi berhubungan dengan tentang apa yang waktu dan
pembicaraan kepada pembicaraan Anda diucapkan pasien kedalaman perasaan
pasien. dengan ibu Anda dan menekankan yang tidak sesuai,
semalam?” empati, minat, dan ketidaktepatan
rasa hormat terhadap respons terhadap
pasien. pengalaman
kultural serta tingkat
pendidikan pasien.
Identifikasi tema Isu atau masalah “Saya perhatikan dari Memberikan Memberikan saran,
pokok yang timbul semua hubungan kesempatan kepada memberikan
berulang kali. yang Anda uraikan, perawat untuk jaminan, dan tidak
Anda selalu meningkatkan sebaik menyetujui.
dikecewakan oleh mungkin eksplorasi
pria. Menurut Anda dan pengertian
apakah ini yang pasien tentang
menjadi isu pokok?” pentingnya masalah
tersebut.
21
Ancaman
Teknik Definisi Contoh Nilai Terapeutik Nonterapeutik
Humor Pengeluaran energi Hal ini memberikan Dapat meningkatkan Penggunaan tanpa
melalui menikmati makna yang benar penghayatan pengecualian,
ketidaksempurnaan. baru untuk kata diri secara sadar merendahkan
“gugup” diucapkan merepresikan pasien, menyaring
dengan nada topik, untuk menghindari
bercanda. mengatasi keakraban
paradoksikal, nonterapeutik.
berlawanan,
dan
memberikan pilihan
baru merupakan
sublimasi yang dapat
diterima.
22
Bacaan
Depkes RI. 1998. Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa
dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada
Kasus di RSJ dan RS Ketergantungan Obat. Jakarta.
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS PASIEN
Initial: …………………….. (L/P) Tanggal Pengkajian : ……………………
Umur: …………………….. RM No. : ……………………
Informan : ………………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perubahan proses keluarga.
3. Respons pascatrauma.
4. Risiko tinggi kekerasan.
Masalah Keperawatan:
1. Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
2. Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
3. Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD: ………….. N : ……….. S: ……… P: ………
2. Ukur : TB: ………….. BB: ………
3. Keluhan Fisik : Ya Tidak
Jelaskan : ……………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh.
2. Hipotermia.
3. Hipertermia.
4. Defisit volume cairan.
5. Kelebihan volume cairan.
6. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
7. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
8. Perubahan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh.
9. Kerusakan menelan.
10. Perubahan eliminasi feses.
11. Perubahan pola eliminasi urine.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Jelaskan : ……………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:
1. Koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
2. Koping keluarga inefektif: gangguan koping.
3. Potensial untuk pertumbuhan koping keluarga.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
b. Identitas : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
c. Peran : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
d. Ideal diri : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
e. Harga diri : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
Masalah Keperawatan:
25
1. Pengabaian unilateral.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional.
3. Hubungan sosial:
a. Orang yang berarti: ……………………………………………………..
…………………………………………………………………………....
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
…………………………………………………………………………….
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
…………………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
2. Perubahan kinerja peran.
3. Kerusakan interaksi sosial.
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan:
……………………………………………………………………………
b. Kegiatan ibadah:
……………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan:
1. Distres spiritual.
STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti biasanya
Jelaskan : ………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi perubahan fungsi pernapasan.
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Inkoheren Gagap
Apatis Lambat Tidak mampu Membisu
memulai pembicaraan
Jelaskan : ……………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi.
3. Aktivitas motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
TIK Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan: 26
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Intoleransi aktivitas.
3. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
4. Alam perasaan:
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebih
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera. 4. Ketidakberdayaan.
2. Ansietas. 5. Ketidakmampuan.
3. Ketakutan. 6. Risiko tinggi membahayakan diri.
5. Afek:
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Kerusakan komunikasi.
3. Perubahan peran.
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Kerusakan komunikasi. 4. Risiko tinggi membahayakan diri.
2. Perubahan peran. 5. Risiko tinggi kekerasan.
3. Kerusakan interaksi sosial.
7. Persepsi:
Pendengaran Pengelihatan Perabaan
Pengecapan Penciuman
Masalah Keperawatan:
1. PSP: pengelihatan/pendengaran/kinetik/pengecap/perabaan/penciuman
8. Proses pikir:
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Fligh of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir
9. Isi pikir:
Obsesi Fobia Hipokondria
27
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham:
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap cedera.
2. Perubahan proses pikir.
11. Memori:
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek
Gg daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
2. Kerusakan interaksi sosial.
Jelaskan : …………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan proses pikir.
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal di luar28
dirinya
Jelaskan : ……………………………………………………………….…….
Masalah Keperawatan:
1. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
2. Risiko tinggi ketidakpatuhan.
3. Perubahan proses pikir.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Perubahan eliminasi feses.
3. Perubahan pola eliminasi urine.
4. Defisit aktivitas hiburan.
5. Risiko tinggi perubahan fungsi pernapasan.
b. Nutrisi:
Ya Tidak
• Apakah Anda puas dengan pola makan Anda?
• Apakah Anda memisahkan diri?
Jika ya, jelaskan alasannya: ………………………………………………
• Frekuensi makan per hari : …………….. kali
• Frekuensi kudapan per hari: …………….. kali
• Nafsu makan
• BB 29
• Diet khusus
Jelaskan : ……………………………………………………………….…….
Masalah Keperawatan:
1. Risiko tinggi terhadap infeksi.
2. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
c. Tidur:
Ya Tidak
• Apakah ada masalah?
• Apakah Anda merasa segar setelah bangun tidur?
• Apakah ada kebiasaan tidur siang?
• Apa yang menolong anda untuk tidur …………………………………...
• Waktu tidur malam, jam:……………, Waktu bangun, jam: …………....
Beri tanda “✓” sesuai dengan keadaan pasien:
•
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Somnabulisme Berbicara dalam tidur
Jelaskan : ……………………………………………………………….……..
Masalah Keperawatan:
1. Gangguan pola tidur.
Jelaskan : ……………………………………………………….……….…….
Masalah Keperawatan:
1. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
2. Ketidakpatuhan.
3. Konflik pengambilan keputusan.
Jelaskan : ….…………………………………………………………….…….
Masalah Keperawatan:
1. Perilaku mencari bantuan kesehatan.
5. Apakah pasien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi
Ya Tidak 30
Jelaskan : ….…………………………………………………………….…….
Masalah Keperawatan:
1. Sindroma disuse.
Masalah Keperawatan:
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan. 5. Ketidakmampuan.
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan. 6. Gangguan konsep diri.
3. Perubahan pola eliminasi urine. 7. Konflik peran orang tua.
4. Ketidakberdayaan. 8. Sindroma stres relokasi.
Masalah Kolaboratif:
1. PK: efek merugikan terapi obat-obatan. 3. PK: efek merugikan terapi anti depresan.
2. PK: efek merugikan terapi anti ansietas. 4. PK: efek merugikan terapi anti psikotik.
………………………, …………………….
Mahasiswa,
…………………………….
32
PETUNJUK TEKNIS
PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. Identitas
1. Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan
dan kontak dengan pasien tentang: nama perawat,
nama pasien, panggilan perawat, panggilan pasien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan.
2. Usia dan No. RM dapat dengan melihat rekam medis
3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
II. Alasan Masuk
Tanyakan kepada pasien/keluarga pertanyaan berikut.
1. Apa yang menyebabkan pasien/keluarga datang ke RS
saat ini?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi
masalah ini?
3. Bagaimana hasilnya?
III. Faktor Predisposisi
1. Tanyakan kepada pasien/keluarga apakah pasien pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu, bila ya, beri
tanda “✓” pada kotak “Ya” dan bila tidak, maka beri
33
keluarga/kelompok/masyarakat.
2) Ke mana saja pasien dalam melaksanakan
tugas/peran tersebut.
d. Ideal diri, tanyakan hal sebagai berikut.
1) Harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran.
2) Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, masyarakat).
3) Harapan pasien terhadap penyakitnya.
e. Harga diri, tanyakan hal berikut.
1) Hubungan pasien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi No. 2a, b, c, dan d.
2) Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Hubungan sosial
a. Tanyakan pada pasien siapa orang terdekat dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara,
serta minta bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada pasien kelompok apa saja yang
diikuti dalam masyarakat.
c. Tanyakan pada pasien sejauhmana ia terlibat dalam
kelompok di masyarakat.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
37
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan, tanyakan hal berikut.
1) Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama
yang dianut
2) Pandangan masyarakat setempat tentang
gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah, tanyakan hal berikut.
1) Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan
kelompok.
2) Pendapat pasien/keluarga tentang kegiatan
ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
perawat/keluarga.
a. Datar: tidak ada perubahan roman muka pada saat
ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b. Tumpul: hanya bereaksi jika ada stimulus emosi
yang kuat.
c. Labil: emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai: emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. Interaksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan
observasi perawat dan keluarga.
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung
sudah jelas.
b. Kontak mata kurang: tidak mau menatap lawan
bicara.
c. Defensif : selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
d. Curiga : menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya
pada orang lain.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
41
7. Persepsi
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali
menghidung sama dengan penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi dan frekuensi gejala yang
tampak pada saat pasien halusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan masalah yang
ada.
8. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi pada saat wawancara.
a. Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi
sampai dengan tujuan pembicaraan.
b. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tetapi
tidak sampai dengan tujuan pembicaraan.
c. Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada
hubungannya antara satu kalimat satu dengan
kalimat lainnya dan pasien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu
topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang
tidak logis, dan tidak sampai pada tujuan.
e. Blocking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa
gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan pasien pada saat
wawancara.
42
sebagai berikut.
a. Mengingkari penyakit yang diderita: tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
pertolongan.
b. Menyalahkan hal-hal di luar dirinya: menyalahkan
orang lain/lingkungan yang menyebabkan kondisi
saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada pasien dan keluarga tentang hal
berikut.
a. Apa, bagaimana, kapan, dan ke mana perawatan
lanjut.
b. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki
(keluarga, teman, institusi, dan lembaga pelayanan
kesehatan) dan cara penggunaannya.
8. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan tentang kemampuan pasien dalam hal
berikut.
a. Merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan
b. Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu,
mengepel).
c. Mencuci pakaian sendiri.
d. Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
9. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan pasien dalam hal berikut.
a. Belanja untuk keperluan sehari-hari.
b. Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan
berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,
kendaraan umum.
c. Aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah (bayar
50
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
- Defisit Perawatan Diri
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Objektif :
Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai
dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor.
57
Ketidakmampuan berpakaian/berhias
ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai,, tidak bercukur (laki-laki),
atau tidak berdandan (wanita).
Ketidakmampuan makan secara
mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan
sendiri, makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
Ketidakmampuan BAB/BAK secara
mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.
Sumber : FITRI. N, 2015
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pohon Masalah
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara
mandiri.
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara
baik.
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
2. Tindakan keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri,
Anda dapat melakukan tahapan tindakan berikut.
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga
kebersihan diri.
b. Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan.
59
BAK.
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK.
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang perawatan diri.
2. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan
cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus melakukan
tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan
melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan dirinyameningkat. Tindakan yang dapat
Anda lakukan antara lain sebagai berikut.
a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi
stigma.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan
diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga
perawatan diri pasien.
d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri
pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam
merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
61
EVALUASI
1. Pasien dapat menyebutkan hal berikut.
a. Penyebab tidak merawat diri.
b. Manfaat menjaga perawatan diri.
c. Tanda-tanda bersih dan rapi.
d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak
diperhatikan.
2. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri
dalam hal berikut.
a. Kebersihan diri
b. Berdandan
c. Makan
d. BAB/BAK
3. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan
perawatan diri.
a. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri
b. Keluarga ikut serta mendampingi pasien dalam
perawatan diri ( yusuf, dkk, 2015)
62
3. Tujuan Khusus/SP 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan
kriteria sebagai berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat.
b. Menujukkan rasa senang.
c. Klien bersedia menjabat tangan.
d. Klien bersedia menyebutkan nama.
e. Ada kontak mata.
63
2. Kerja
“Berapa kali Ibu membersihkan diri dalam sehari?”
“Apakah Ibu suka berdandan?”
“Alat apa yang Ibu gunakan pada saat makan,
menggunakan tangan atau sendok?”
“Apakah Ibu selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin
BAB/BAK?”
“Apakah Ibu tahu pentingya kebersihan diri?”
66
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang atau tidak dengan obrolan tadi?”
Evaluasi objektif
“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba
Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan
cara menjaga kebersihan diri?”
Rencana tindak lanjut
“Kalau Ibu sudah tahu cara membersihkan diri, nanti
saat jam 17.00 coba Ibu praktikkan penjelasan saya
tadi.”
67
Jelaskan:................................................................................................
3. Kebutuhan sehari-hari.................................................................
a. Makan
[ ] Bantuan minimal .........................................................
[ ] Bantuan total ...............................................................
b. BAB/BAK
[ ] Bantuan minimal...........................................................
[ ] Bantuan total ...............................................................
c. Berpakaian / berhias
68
Orientasi:
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini? Bagaimana
kalau saat ini kita mendiskusikan tentang kemampuan Tina dalam
melakukan kegiatan sehari-hari selama 15 menit di sini, Tina
setuju?”
Kerja:
o Pengkajian mandi/kebersihan diri
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina
sudah mandi hari ini? Menurut Tina apa kegunaan
mandi? Apa yang membuat Tina tidak bisa merawat
diri? Menurut Tina apa manfaatnya kita menjaga
kebersihan diri? Menurut Tina jika kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri, masalah apa yang bisa
muncul?”
o Pengkajian berpakaian
“Apa yang Tina lakukan agar tidak kedinginan setelah mandi?
Kapan Tina mengganti pakaian? Berapa hari sekali Tina
mengganti pakaian? Apa menfaat mengganti pakaian? Apa
kerugian bila tidak mengganti pakaian? Bagaimana cara memakai
dan melepaskan pakaian? Di mana tempat mengambil pakaian
bersih dan meletakkan pakaian kotor?”
69
o Pengkajian makanan
“Berapa kali makan dalam sehari? Apa saja yang harus
dilakukan sebelum makan? Di mana tempat kita makan?
Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan
setelah makan?”
Terminasi:
Orientasi:
“Selamat pagi Tina? Apakah masih ingat tanda-tandanya bersih?
Selama setengah jam ini kita akan membicarakan bagaimana
caranya mandi, menggosok gigi, keramas, berpakaian, dan
menggunting kuku yang benar. Selanjutnya ... kita akan coba
mempraktikkan cara-cara yang telah kita diskusikan ini. Siap ...?
Kerja:
“Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana? Sebelum
mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekai. Tina perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, sabun, dan
sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan
membimbing Tina melakukannya.
71
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti
pakaian?”
“Coba Tina sebutkan lagi bagaimana cara-cara mandi yang baik
seperti yang sudah Tina lakukan tadi?”
“Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan Tina
terkait dengan kemampuan Tina dalam merawat diri.”
Kerja:
“Apa yang Bapak lakukan setelah selesai mandi?”
“Apakah Bapak bisa menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir?”
“Bagaimana cara Bapak memakai baju? Berapa kali dalam sehari
Bapak mengganti baju?”
“Apakan Bapak sering bercukur? Berapa kali bercukur?”
“Untuk menyisir rambut sebaiknya dilakukan setiap selesai
mandi.Pakailah sisir yang bersih dan tidak tajam. Coba bapak
praktikkan ... ya bagus!”
“Tampaknya kumis dan janggut Bapah sudah panjang. Mari pak
dirapikan! Ya, bagus!”
(Catatan: janggut dicukur bila klien tidak ingin memelihara
janggut).
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering.
Berganti pakaianyang sehat adalah 2 kali dalam sehari. Sekarang
coba Bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu.”
Terminasi:
“Bagaiman perasaan Bapak setelah berdandan?”
“Coba sekali lagi Bapak sebutkan cara berdandan yang baik.”
“Selanjunya Bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai
baju seperti tadi ya!”
“Minggu depan kita latihan makan yang baik. Nanti kita akan
makan bersama. Saya akan datang jam 10 pagi.”
73
Orientasi:
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Ibu hari ini?
“Sesuai janji kita hari ini, kita akan latihan berdandan agar Ibu
tampak rapid an cantik.”
Kerja:
“Bagaimana cara Ibu berdandan? Apakah dengan menyisir
rambut? Bagaimana cara Ibu menyisir rambut?’
“Apa kebiasaan Ibu dalam berdandan/berpakaian?”
“Apaka Ibu biasa memakai bedak?”
“Nah sekarang kita praktik ya, mulai dengan mengganti pakaian.
Ya, bagus. Sekarang menyisir rambut... ya ... bagus sekali ...,
lanjutkan dengan merias muka. Ya bagus. Ibu sekarang sudah
tampak cantik.”
“Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya dilakukan dua kali
dalam sehari kemudian menyisir rambut setelah mandi. Memakai
bedak dilakukan setelah mandi.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar berdandan?”
“Untuk berdandan caranya bagaimana?”
“Hari-hari berikutnya saya harap Ibu sudah bisa berdandan
dengan baik.”
“Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang
baik.”
Orientasi:
“Selamat pagi Ibu Asih? Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
“Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari?”
“Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita
latihan selama satu jam... langsung di ruang makan ya..!
Kerja:
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Di
mana Bu Asih makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari
kita praktikkan!”
“Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambl makanan. Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan Bu Asih yang pimpin! Bagus...”
“Mari kita maka... saat makan kita harus menyuap makanan
dengan pelan-pelan. Ya, mari kita makan...”
“Setelah makan kta bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya,
betul... dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bu Asih setelah kita makan bersama-sama.”
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Hari-hari berikutnya saya beharap Ibu Asih melakukan cara tad
dengan baik.”
75
Orientasi:
“Selamat pagi Tono? Bagimana perasaan Tono hari ini?”
“Sesuai dengan janji kita, selama setengah jam ini kita akan
membicarakan tentang cara BAB/BAK yang baik.”
Kerja:
“Di mana biasanya Tono BAB/BAK?”
“Benar Tono, BAB/BAK yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi,
atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak BAB/BAK di sembarang tempat ya...”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono
membashnya?”
“Sudah bagus ya Tono yang perlu diingat saat Tono membasuh
adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang
bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa
di tubuh Tono.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Tono setelah kita membicarakan
tentang cara BAB/BAK yang baik? Setelah kita
membersihkan anus apa yang sebaiknya kita lakukan?
Untuk selanjutnya saya berharap Tono dapat
melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”
Orientasi:
“Selamat pagi Pak Joko?”
“Saya Dewi, perawat yang merawat anak Bapak, Andi.”
“Bagaimana perasaan Pak Joko hari ini? Apa pendapat Bapak
tentang anak Bapak, Andi?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tantang masalah yang Andi alami
dan bantuan apa yang Bapak bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Berapa lama?”
Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh Andi dalam merawat diri?”
“Perilak yang ditunjukkan Andi itu dikarenakan gangguan jiwanya
yang membuat klien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri
sendiri.”
“Kalau Andi kurang motivasi dalam merawat diri apa yang Bapak
lakukan?”
“Pak Joko perlu juga dalam memperhatikan alat-alat kebersihan
78
diri yang dibutuhkan oleh Andi seperti handuk, baju ganti, sikat
gigi, sampo, dan alat kebersihan lainnya. Bapak juga perlu
mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui
apakah Andi sdah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam
melakukannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Pak Joko setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak Joko sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan
dalam membantu Andi dalam merawat diri?”
Dalam seminggu ini cobalah Bapak mendampingi dan membantu
Andi saat membersihkan diri.”
“Minggu depan saya akan datang kembali sekitar jam 10.00 pagi,
untuk mendiskusikan hasil yang sudah dicapai Andi”
Sumber : FITRI. N, 2015
79
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
82
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
83
BACAAN
Fitria, N 2012. Prinsip Dsar dan Aplikasi Laporan Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika
84
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
Rentang respon
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
1. Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan
fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh
(akibat tumbuh kembang atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan
fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Harga diri
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut.
d. Persaingan antara keluarga.
e. Kesalahan dan kegagalan berulang.
f. Tidak mampu mencapai standar.
88
3. Ideal diri
a. Cita-cita yang terlalu tinggi.
b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Ideal diri samar atau tidak jelas.
4. Peran
a. Stereotipe peran seks.
b. Tuntutan peran kerja.
c. Harapan peran cultural
5. Identitas diri
a. Ketidakpercayaan orang tua.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.
Faktor Presipitasi
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
Perilaku
1. Citra tubuh
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
tertentu.
b. Menolak bercermin.
89
3. Kerancuan identitas
a. Tidak ada kode moral.
b. Kepribadian yang bertentangan.
c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri.
f. Kerancuan gender.
g. Tingkat ansietas tinggi.
h. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i. Masalah estimasi.
4. Depersonalisasi
Mekanisme Koping
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara
dari krisis, seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
91
Objektif:
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tiak mampu.
Pandangan hidup yang pesimitis.
Tidak menerima pujian.
Penurunan produktivitas.
Penolakan terhadap kemempuan diri.
Kurang memperhatikan perawatan diri.
Berpakaian tidak rapi.
Berkurang selera makan.
93
DIAGNOSIS
Pohon masalah
Isolasi Sosial
Core Problem
Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan
koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan
dengan perubahan penampilan peran.
RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan
diagnosis yang ditemukan. Pada rencana intervensi berikut
memberikan gambaran pada gangguan konsep diri, yaitu harga
diri rendah.
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan
setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang
negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang
dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang
masih dapat digunakan saat ini setelah mengalami
bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi
96
sesuai kemampuannya.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
dan perubahan setiap aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya
setelah pelaksanaan kegiatan.
6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki
pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan
kemampuan yang dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam
melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan pasien
dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan
perubahan perilaku pasien.
EVALUASI
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap
kemampuannya melakukan aktivitas
Sumber ; Yusuf, dkk 2015
99
Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien sedang duduk diatas tempat tidur sambil
menunduk.Tidak mau melihat dan bercakap-cakap
dengan klien lain yang sedang duduk sisamping tempat
tidurnya.
Klien masuk ke rumah sakit karena menolak untuk
bergaul dengan orang lain.Hal itu terjadi sejak bapaknya
meninggal dunia dua tahun yang lalu.
Klien sering mengatakan bahwa dialah penyebab
kmatian bapaknya,karena dia tidak mampu menjaganya
dengan baik.Kien mengatakan seandainya dulu dia
menyelesaikan pendidikan Akpernya pasti akan mampu
merawat bapaknya.Klien mengatakan bahwa dia adalah
anak yang bodoh dan tidak berguna bagi keluarga.Klien
mengatakan dia tidak seperti kakaknya yang mempunyai
banyak keahlian. Bahkan untuk menjaga bapaknya yang
sakit saja dia tidak mampu.
100
3. TUK/SP 1
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Klien mampu menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
2. Kerja
Pertanyaan
“Coba N ceritakan apa yang menyebabkan nyonya
/bapak N tidak mau bergaul dengan orang lain?
Apa yang menyebabkan nyonya /bapak N merasa
bersalah?
Apa yang mnyebabkan nyonya /bapak N merasa sangat
bodoh?
Bagaimana kemampuan nyonya/bapak N seperti
kemampuan Akademik lainnya selain Komputer?
3. Terminasi
Pernyataan :
“Bagaimana keadaan nyonya/bapak N setelah kita
Bercakap-cakap dan latihan mengaji tadi?
Ternyata masih banyak kemampuan nyonya/ bapak N
yang bisa dilakukan di rumah sakit ini yang sudah
nyonya/bapak N Praktikkan dengan baik sekali.
Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan ini di jadwal
harian nyonya/bapak N.
Menurut nyonya /bapak N jam berapa mau
dimasukkan? Bagus sekali,berarti jam 05.30 setelah salat
subuh dan 18.30 setelah salat Magrib ya.Baiklah,
bagaimana kalau dua jam lagi saya datang dan kita
melatih kemampuan nyonya/bapak N yang kedua yaitu
menanam bunga. Tempatnya di sini saja ya
nyonya/bapak N.”
1. Keluhan utama....................................................................................
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ............................
3. Konsep diri
- Gambaran diri ........................................................................
- Ideal diri .................................................................................
- Harga diri ...............................................................................
104
-
Identitas .................................................................................
-
Peran......................................................................................
Jelaskan :................................................................................
Masalah keperawatan : .........................................................
4. Alam perasaan
Berikan tanda [√] pada kolom yang sesuai dengan
data pada klien !
[ ] sedih .............................................................................................
[ ] putus asa ......................................................................................
[ ] ketakutan ......................................................................................
[ ] gembira berlebihan ......................................................................
Jelaskan :.............................................................................................
Masalah keperawatan : ......................................................................
5. Interaksi selama wawancara
Berikan tanda contreng pada kolom yang sesuai
dengan data pada klien !
[ ] bermusuhan .................................................................................
[ ] tidak kooperatif ............................................................................
[ ] mudah tersinggung.......................................................................
[ ] kontak mata kurang......................................................................
[ ] defensif .........................................................................................
[ ] curiga ............................................................................................
Jelaskan :.............................................................................................
Orientasi:
“Assalammualaikum, perkenalkan nama saya suster. . . ,dari
puskesmas. . . ,Apakah kita bisa berkenalan? Bagaimana
kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit? Di mana?”
Kerja:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Adakah yang
Bapak /Ibu pikirkan? Bagaimana kalau Bapak/Ibu
menceritakannya pada saya? Saya siap mendengarkannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang tadi?
Baiklah kita ketemu lagi minggu depan untuk berbincang-
bincang tentang kemampuan dan aspek positif yang masih
di miliki Bapak/Ibu?”
Kerja:
“Apa saja kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan tiap hari? Menurut
Bapak/Ibu kegiatan apa yang sebenarnya ingin Bapak /Ibu lakukan
tetapi belum dapat dilakukan saat ini? Dapatkah Bapak/Ibu
menyebutkannya? Bagaimana dengan kegiatan memasak atau
merapikan rumah? Baik sekali Pak/Bu, sudah dapat menyebutkan
kegiatan sehari-hari yang sebenarnya dapat Bapak/Ibu lakukan.”
“Bagaimana tanggapan keluarga saat Bapak/Ibu melakukan
kegiatan tersebut? Bentuk dukungan apa yang Bapak/Ibu harapkan?
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu dengan adanya dukungan dari
keluarga? Ya ternyata! Bapak/Ibu harus bersyukur keluarga sangat
mendukung Bapak/Ibu!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang kegiatan yang Bapak/Ibu masih dapat lakukan? Baiklah kita
akan bertemu kembali minggu depan untuk membicarakan tentang
beberapa kegiatan lainnya yang dapat dilakukan Bapak/Ibu pada
waktu yang akan datang. Bagaimana kalau bertemu jam 10 pagi?”
Kerja:
“Bagaimana kegiatan Bapak/Ibu tiap hari mulai dari bangun pagi
sampai malam?Coba ceritakan ap saja yang dilakukan?
Bagaimanana perasaannya setelah Bapak/Ibu melakukan kegiatan
tersebut? Baik sekali apa yang sudah Bapak/Ibu lakukan! Menurut
pendapat Bapak/Ibu apakah kegiatan-kegiatan tersebut
kemampuan baik Bapak/Ibu? Apakah kemampuan tersebut dimiliki
semua orang? Adakah sebenarnya kegiatan yan gmasih ingin
Bapak/Ibu lakukan selain yang sudah dibicarakan tadi?”
“Baiklah dari beberapa kegiatan tersebut manakah yang dirasakan
lebih nyaman bagi Bapak/Ibu untuk mengerjakannya? Menurut
pendapat Bapak/Ibu adakah bantuan yang diharapkan dari
keluarga? Dapatkah Bapak/Ibu menceritakan adanya faktor
pendukung atau mungkin penghambat dalam melakukan kegiatan
tersebut?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaanya? Ternyata banyak kegiatan yang dapat
dilakukan Bapak/ibu. Bagaimana kalau kita bertemu kembali minggu
depan untuk membicarakan bagaimana Bapak/Ibu dapat memilih
beberapa kegiatan yang sudah Bapak/Ibu kemukakan tadi?”
109
Kerja:
“Bagaimana kalau Bapak/Ibu kembali menyebutkan apa saja
kegiatan yang Bapak/Ibu dapat lakukan? Bagaimana kalau dari 10
kegiatan tersebut Bapak/Ibu tetapkan yang akan Bapak /Ibu
tetapkan yang akan Bapak/Ibu lakukan terlebih dahulu? Bagaimana
jika 5 kegiatan yang ini dulu? Merapikan tempat tidur saya lihat
sudah mulai Bapak/Ibu lakukan sendiri, atau mungkin kegiatan lain
yang ingin dipilih Bapak/Ibu? Manakah kegiataan yang perlu dibantu
keluarga? Baik sekali apa yang sudah Bapak/Ibu tetapkan sebagai
kegiatan yang akan dilakukan.”
Terminasi:
“Baiklah kita akan lanjutkan bincang-bincang ini pada minggu depan
dengan mulai melatih 5kegiatan tadi. Bagaimana Pak/Bu, setuju?
Bagaimana kalau waktunya 25 menit karena nanti kita akan
llatihan?”
Kerja;
“Menurut Bapak/Ibu, kita akan melakukan latihan yang mana dulu
dari 5 kegiatan ini. Bagaimana kalau 2 kegiatan terlebih dahulu yang
diltihkan? Bagaimana kalau Bapak/Ibu menyebutkan 1 kegiatan
beserta langkah-langkahnya,dan begitu selanjutnya.Bagaimana
Bapak/Ibu menyebutkan dan saya bantu mencatatnya.Baik! Ternyata
cukup banyak langkah-langkah kegiatan yang Bapak/Ibu masih
ingat.’’
“Coba bagaimana kalau Bapak/Ibu domenstrasikan kegiatan
pertama ini! Baiklah bagaimana kalau dicoba latihan kegiatan kedua
setelah Bapak/Ibu istirahat dulu.’’
Terminasi;
“Bagaimana Pak/Ibu persaannya setelah melakukan kegatan tadi?
Baiklah Pak/Bu bagaimana kalau kita ketemu lagi Rabu depan,jam
10 pagi? Kita lanjutkan percakapan tentang rencana kegiatan dan
latihan kegiatan lainnya.’’
Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu! Bagaimana keadaannya pagi ini!
Bapak/Ibu hari ini terlihat segar !Bagaimana kalau hari ini
kita melanjutkan diskusi kemarin tentang jadwal rencana
kegiatan yang sudah Bapak/Ibu latihkan? Bersediakah
Bapak/Ibu jika kita melakukannya selama 20 menit?
Bapak/Ibu ingin kita diskusikan di mana?’’
Kerja:
“Bagaimana kalau Bapak/Ibu yang menyebutkan dan
saya bantu mencatatnya. Baik!Ternyata cukup banyak
aktivitas yang Bapak/Ibu lakukan! Bagaimana Pak/Bu
sudah ada daftar aktifitas yang Bapak /Ibu dapat
lakukan. Sepertinya Bapak/Ibu terlihat bersemangat ingin
segera melakukannya . Bagaimana jika kita
mendiskusikan daftar kegiatan ini dengan keluarga?
113
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu dengan tersusunnya
beberapa kegiatan ini? Baiklah kita akan bertemu kembali
minggu depanuntuk melanjutkna pembicaraan kita
tentang beberapa kegiatan lainnya yang dapat dilakukan
Bapak/Ibu padawaktu yang akan datang. Bersediakah
Bapak/Ibu ? Bagaimana kaalau bertemu jam 10 pagi?’’
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluaga diharapkan dPt merawat klien dengan harga
diri redah kronis di rumah dan menjadi sistim pendukung
yang efektif bagi klen.
Tujuan
a. keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi
kemampuan yang dimilik.
b. keluarga memfaslitasi aktivitas klien yang sesuai
kemampuan.
c. keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan lathan yang telah dilakukan.
d. kelarga mampu menilai perkembangan perubahan
kemamuan klien.
Tindakan keperawatan
a. Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan
yang dimiliki klien.
b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien agar
menunjukkan kemampuan yang dimiliki
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien dalam
melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan klien oleh
perawat .
114
Kerja;
“Perlu saya jelakan bahwa Ibu X sudah berlatih melakukan kegiatan
‘A’ dan ‘B’ (misalnya merapikan atau memelihara kebersihan diri
seperti mandi),bagaimana kalau Bapak/Ibu membantu
mengingatkannya? Jika Ibu X melakukannya berikan
pujian.Bapak/Ibu bagaimana kalau kita juga membantu Ibu X
menyiapkan alat-alat yang di perlukan. Bagaimana menurut
Bapak/Ibu apakah ada kegiatan lain yang sebenarnya perlu di
latihkan oleh Ibu X?’’
Terminasi:
“Bagaimana Pak/Bu perasaannya setelah membicarakan peran
keluarga Ibu X? Bagaimana jika saya dan Bapak/Ibu bersama-sama
memantau kegiatan Ibu x berikutnya? Baiklah minggu depan kita
bertemu kembali untuk mendiskusikannya?”
Sumber : FITRI. N, 2015
115
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
118
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
119
BACAAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
Isolasi Sosial
Adaptif Maladaptif
PENGKAJIAN
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Isolasi sosial.
2. Harga diri rendah kronis.
3. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi.
4. Koping indvidu tidak efektif.
5. Koping keluarg
6. a tidak efektif.
7. Intoleransi aktivitas.
8. Defisit perawatan diri.
9. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
124
Objektif:
Kurang spontan.
Apatis (acuh terhadap lingkungan).
125
DIAGNOSIS
Isolassi sosial.
Pohon Masalah
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
126
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan
hal berikut.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan
pasien.
2) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan
nama dan nama panggilan yang Anda sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda akan
lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya di mana.
5) Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi
yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila
memungkinkan.
127
EVALUASI
1. Evaluasi kemampuan pasien
a) Pasien menunjukkan rasa percayanya kepada saudara
sebagai perawat dengan ditandai dengan pasien mau
bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan program
yang saudara usulkan kepada pasien.
b) Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak
mau bergaul dengan orang lain, kerugian tidak mau
bergaul, dan keuntungan bergaul dengan orang lain.
c) Pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap.
2. Evaluasi kemampuan keluarga
Keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran
yang Anda berikan.
Proses Keperawatan
1. Kondisi
3. TUK/SP 1
Membina hubungan saling percaya.
Menyadari penyebab isolasi sosial.
Mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Membina hubungan saling percaya.
131
2. Kerja
“Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak suka bergaul dengan
orang lain?”
“Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap
Bapak/Ibu atau ada alasan lain?”
“Apakah ruginya kalau tidak punya teman?”
“Menurut Bapak/Ibu, apakah keuntungan kalau kita banyak
teman?”
“Nah kita sudah mengetahui penyebab Bapak/Ibu tidak
mau bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya teman,
dan untunganya punya teman?”
3. Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu setelah kita berdiskusi
mengenai penyebab Bapak/Ibu tidak mau bergaul
dengan orang lain beserta keuntungan dan
kerugiannya?”
134
Evaluasi Objektif
“Bisakah Bapa/Ibu menceritakan kembali tentang
keuntungan dan kerugian bergaul dengan orang lain?”
Rencana Tidak Lanjut
“Bagaimana Bapak/Ibu. Apakah Bapak/Ibu ingin belajar
bergaul dengan orang lain?”
Kontrak yang akan Datang
a. Topik: “Bagaimana kalau besok kita belajar megenai
cara-cara bergaul dengan orang lain”.
b. Tempat: “Dimana nanti bercakap-cakap? Bagaimana
Kalau di sini saja?”
c. Waktu: “Bapak/Ibu inginnya jam berapa? Bagaimana
kalau jam 13.00, setelah Bapak/Ibu makan siang?”
Masalah keperawatan:
...................................................................................................
135
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu ...!”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari?”
“Baiklah, kita sekrang akan mendiskusikan tentang
bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan orang disekitar
ini. Bapak/Ibu ingin berapa lama kita berdiskusi? mau di
mana?”
Kerja:
“Dengan siapa Bapak/Ibu tinggal serumah? Siapa yang
paling dekat dengan bapak/Ibu?’
“Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak dekat dengan orang
lain?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak/Ibu lakukan saat
bersama keluarga?”
“Bagaimana dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika
begaul dengan orang lain?”
“Apa yang menghambat Bapak/Ibu dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan orang lain?”
136
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita
bercakap-cakap?”
“jadi apa saja tadi yang membuat Bapak/Ibu tidak senang
bercakap-cakap dengan orang lain?”
(Perawat merangkum beberapa alasan penyebab klien
tidak mau berinteraksi dengan orang lain melalui
percakapan yang telah di lakukan).
“Coba dalam dua hari ini Bapak/Ibu mengingat lagi hal-hal
yang membuat Bapak/Ibu tidak ingin bercakap-cakap
dengan orang lain.”
“Dua hari lagi saya akan kembali, jam..., dan nanti kita akan
berdiskusi tentang keuntungan bergaul dengan orang lain
dan cara bergaul dengan orang lain.:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu setelah berkenalan hari ini?”
“Coba Bapak/Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan
orang lain?”
“Dalam seminggu ini, coba Bapak/Ibu bercakap-cakap dengan
teman-teman yang ada di sini yang selama ini belum
dikenal!”
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-
bincang tentang pengalaman Bapak/Ibu bercakap-cakap
dengan teman-teman baru, waktunya seperti sekarang ini,
tempatnya di sini saja ya!”
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu
hari ini?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah tidak mau
bergaul dengan orang lain yang dialami oleh anak Bapak/Ibu
dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya? Berapa
lam waktu yang Bapak/Ibu inginkan? kalau satu jam?”
Kerja:
“Masalah yang dialami oleh anak Bapak/Ibu disebut isolasi
sosial. ini adalah salah satu gejala penyakit yang juga
144
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
149
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
150
BACAAN
Fitria, N 2012. Prinsip Dsar dan Aplikasi Laporan Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika
151
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu
obyek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi
sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada ( yusuf, dkk, 2015 ).
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal
orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang muncul adalah
halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas
yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
155
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik
otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk
sel kortikal dan limbik
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.
Faktor Presipitasi
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang
yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
156
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan
gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi
realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir,
afektif persepsi, motorik, dan sosial.
bekerja.
Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri
(mandi,berhias, makan, atau
toileting).
Objektif:
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tiak mampu.
Pandangan hidup yang pesimitis.
Tidak menerima pujian.
Penurunan produktivitas.
Penolakan terhadap kemempuan
diri.
Kurang memperhatikan
perawatan diri.
Berpakaian tidak rapi.
Berkurang selera makan.
Tidak berani menatap lawan
bicara.
Lebih banyak menuunduk.
bicara lambat dengan nada suara
lemah.
158
DIAGNOSIS
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Pohon Masalah
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
159
merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda
dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta
cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi
langsung di hadapan pasien
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah
Anda lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut.
1. Pasien mempercayai kepada perawat.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan
hal berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang
dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di
rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap
161
terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat
pasien
162
Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya
tadi malam? Ada keluhan tidak?
Kontrak
a. Topik : “Apakah Ibu tidk keberatan untuk ngobrol
dengan saya? Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol
apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara
165
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang tidak denagnlatihan tadi?”
Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba
Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi?”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau
bayangan itu agar tidak muncul lagi.”
Rencana tindak lanjut
“Kalau bayang dan suara-suara itu muncul lagi, silakan
Ibu coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat
jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian klien)
Kontrak yang akan datang
a. Topik : “Ibu bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi
tentang caranya berbicara dengan orang lain saat
bayangan dan suara-suara itu muncul?”
b. Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana
kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
c. Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita
ngobrol besok dimana ya, apa masih di sini atau cari
tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum, ...?
168
1. Persepsi : Halusinasi
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pada
klien!
[ ] Pendengaran
[ ] Penglihatan
[ ] Perabaan
[ ] Pengecapan
[ ] Penghidu
Jelaskan :
Isi halusinasi
:......................................................................................................
Waktu terjadinya
:.....................................................................................................
Frekuensi halusinasi
:......................................................................................................
Respons Klien
:......................................................................................................
Masalah Keperawatan :
.........................................................................................................
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari
ini? Apakah Bapak/Ibu masih mendengar suara-suara seperti yang
kita diskusikan minggu lalu? Sesuai janji saya sebelumnya, hari ini
kita akan belajar salah satu cara untuk mengendalikan suara-suara
yang muncul, yaitu dengan menghardik. Kita akan beratih selama
setengah jam di sini. Apakah Bapak/Ibu setuju?”
Kerja :
“Begini Bapak/Ibu, untuk mengendalikan diri ketika suara itu
muncul bisa dilakukan dengan cara menghardik suara-suara
tersebut. Caranya sebagai berikut, saat suara-suara itu muncu,
langsung Bapak/Ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba Bapak/Ibu peragakan! Nah
begitu, ... bagus! Coba lagi! Ya bagus Bapak/Ibu sudah bisa.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah memperagakan latihan
171
tadi? Kalau muncul suara-suara itu silakan coba cara yang tadi
sudah diperagakan! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?
(Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien). Kita ketemu lagi
minggu depan, saya akan kembali untuk latihan cara yang lain.
Selamat pagi Bpk/Ibu!”
Orientasi :
“Selamay pagi Bapak/Ibu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah Bapak?Ibu sudah
menerapkan cara yang kita latih? Bagus! Sesuai janji kemarin, kita
hari ini akan latihan cara kedua untuk mengontrol halusinasi, yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 30
menit disini. Apakah Bapak/Ibu siap?”
Kerja :
“Salah satu cara untuk mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bapak?Ibu mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu. Contohnya begini :
... tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang di rumah, misalnya anak Bapak/Ibu
katakana: Nak, ayo ngobrol dengan Bapak/Ibu. Bapak/Ibu sedang
dengar suara-suara. begitu Bapak/Ibu. Coba Bapak/Ibu lakukan
seperti saya tadi lakukan. Ya, Bagus!”
Terminasi :
“Bagaiman perasaan Bapak/Ibu setelah latihan ini? Selain
menghardik, cobalah cara yang kedua ini jika Bapak/Ibu mengalami
halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
172
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah suah dipakai kedua
cara yang kita latih kemarin? BAgaimana Hasilnya? Bagus! Sesuai
janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi, yaitu membuat jadwal kegiatan Bapak/Ibu
dari bangun pagi sampai tidur malam. Ini blanko yang bisa
Bapak/Ibu pakai. Kita akan mengerjakannya selama 1 jam. Di sini
ya Bapak/Ibu.”
Kerja:
”Coba Bapak/Ibu tuliskan kegiatan yang dilakukan dari bangun
pagi samai tidur malam. Caranya Bapak/Ibu tulis dulu jam di kolom
yang pertama kemudian kegiatan Bapak/Ibu di kolom Kedua.
Contohnya begini: jam 05.00 Ibu bangun, kemudian salat Subuh. Ya
begitu. Coba Bapak/Ibu teruskan. Ya bagus teruskan sampai tidur
malam. Ya, bagus, Bapak/Ibu sudah selesai menulis kegiatan Ibu
dari bangun sampai tidur lagi. Sekarang jam 10.00 jadwalnya
menyapu halaman, mari kita latihan!” (Beri contoh dan latih klien
mengerjakannya dengan benar, berikan pujian atas keberhasilan
klien).
Terminasi:
“Bagaiman perasaan Bapak/Ibu setelah membuat jadwal ini? Kita
mulai melakukan kegiatan sesuai jadwal. Bapak/Ibu juga harus buat
jadwal enam hari berikutnya. Jadi sudah berapa cara yang bisa
dilakukan untuk mencegah munculnya halusinasi? Bagus! Minggu
depan saya ke sini lagi, Bapak/Ibu sudah punya jadwal lengkap
173
untuk satu minggu dan kita akan diskusi bagaimana cara minum
obat yang teratur agar dapat mengontrol halusinasi. Selamat pagi
Bapak/Ibu.”
Orientasi:
“Selamat pagi bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai tiga
cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik, Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang mendiskusikan tentang obat-obatan
yang Bapak/Ibu minum. Kita akan diskusi selama 30 menit. Di sini
saja ya Bapak/Ibu.”
Kerja:
“Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya perbedaan setelah minum
obat secara teratur?Apakah suara-suara berkurang/hilang? Minum
obat sangat penting supaya suara-suara yang Bapak/Ibu dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
Bapak/Ibu minum? (Perawat menyiapkan obat klien). Ada tiga
macam obat yang harus Bapak/Ibu minum Pertama yang berwarna
oranye (CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara-suara, yang
kedua warnanya putih (THP) gunanya untuk melemaskan badan
agar tidak kaku dan lebih rileks, dan yang terakhir berwarna merah
jambu (HP) gunanya untuk menenangkan pikiran. Ketiganya
diminum tiga kali sehari setelah makan, jam 07.30, 13.00, dan
19.30. Kalau suara-suaranya sudah hilang, Bapak/Ibu harus tetap
meminum obatnya. Nanti akan saya konsultasikan dengan dokter,
174
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita diskusi tentang
program pengobatan untuk Bapak/Ibu/ Coba sebutkan lagi obat apa
saja yang harus Bapak/Ibu minum? Berapa kali diminum?
Bapak/Ibu harus teratur minum obat ini! Jika ada gejala-gejala
yang tidak biasa misalnya mata melihat keatas, kaku-kaku otot,
tangan tremor, atau ada bagian-bagian tubuh yang bergerak
sendiri, Bapak/Ibu jangan panic. Itu semua karena pengaruh obat.
Hubungi saya atau puskesmas. Nanti kami akan datang. Minggu
depan kita akan bertemu lagi. Kita akan mengevaluasi apakah
suara-suara yang Bapak/Ibu dengar masih sering muncul atau
sudah hilang. Selamat siang Bapak/Ibu!”
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu! Saya ..., perawat yang merawata anak
Bapak/Ibu.”
175
Kerja:
“Kalau anak Bapak/Ibu mengalami halusinasi apa yang dilakukan?
Bagaimana pengaruhnya terhadap anak Bapak/Ibu? Apakah
halusinasinya berkurang?”
Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa
mengatasi halusinasinya. Cara-cara tersebut meliputi: Jangan
membantah pernyataan anak bapak/Ibu atau mendukungnya.
Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri
tidak mendengar atau melihatnya. Tolong Bapak/Ibu mengawasi
kegiatan anaknya! Saya sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk
menerapkan tiga cara untuk mengatasi halusinasi yaitu menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakuka kegiatan yang
terjadwal. Tolong Bapak/Ibu memantau pelaksanaan ketiga cara
tersebut. Berikan pujian dan dorongan untuk melaksanakannya!
Jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun, karena kalau melamun
halusinasinya akan muncul lagi. Bantu anak Bapak/Ibu minum obat
secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Bila
tanda-tanda halusinasinya mulai muncul, ajaklah anak Bapak/Ibu
bercakap-cakap!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi empat cara yang dapat membantu
anak Bapak/Ibu untuk mengatasi halusinasinya!”
“Dalam seminggu ini cobalah cara-cara tadi Bapak/Ibu terapkan!”
“Minggu depan saya akan ke sini ntuk melatih Bapak/Ibu
berkomunikasi dengan anak Bapak/Ibu. Saya akan datang sekitar
jam 10.00 pagi.”
Sumber : FITRI. N, 2015
177
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
180
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
181
BACAAN
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika
182
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
3. Rentang Respons
PENGKAJIAN
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu
pasien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai
kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan
mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang
lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat,
sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah
188
DIAGNOSIS
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan
harga diri rendah
Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
192
EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan
kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya
sesuai kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan pasien
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan
patuh
Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan ia memiliki toserba, sibuk bisnis, dan
ingin mendirikan partai. Klien selalu mengulang-ulang
kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar mandir
dan tidak peduli dnegan lingkungan sekitarnya.
2. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
3. Tujuan Khusus/SP 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan
criteria sebagai berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat.
b. Menunjukan rasa senang.
c. Bersedia berjabat tangan.
d. Bersedia menyebut nama.
e. Ada kontak mata.
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat.
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang
dihadapinya.
196
1. Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ]
Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Blocking
[ ] Kehilangan asosiasi [ ]
Pengulangan Bicara
2. Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Dipersonalisasi [ ] Ide
Terkasit
[ ] Hiprokondria [ ] Pikiran
Magis
[ ] Waham
[ ] Agamaa
[ ] Curiga
[ ] Somatik
[ ] Nihilistik
[ ] Kebesaran
[ ] Siar Pikir
[ ] Sisip Pikir
[ ] Kontrol Pikir
Berikan tanda (√) pada kolom yagn sesuai dengan
data pasien !
Terminasi:
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan
saya?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali kerumah B dua hari yang
akan datang?”
“Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“Dimana eanknya kita bercakap-cakap nanti?”
“Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya b?”
“Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa
saja hobi atau kegemaran B?”
202
Kerja :
“ Apa saja hobi B?”
“Wah..., rupanay B pandai menari seudati ya, tidak semua orang
bias menrai seudati loh B”
“Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari
seudati, siapa yang dulu mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah... bagus sekali tarian seudati B.”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari
seudati tersebut....”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu B mau menari seudati?”
“Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan B setelah bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan B?”
“Setelah ini coba B mulai latihan menari seudati sesuai dengan
jadwal yang telah kita buat ya dan coba B ingat-ingat apa saja
obat yang selama ini B minum.”
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B
minum, setuju?”
203
Orientasi :
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu
sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana B sudah ingat apa saja obat yang selama ini B
minum?”
“Sesuai janji dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama B mau kita berbicara?”
Kerja :
“ B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya
juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya orange namanya
CPZ, yang putih ini namanya THP, dan yagn merah jambu ini
namanya HLP, semuanya ini harus B minum 3 kali sehari, setiap
jam 7 pagi, 1 siang, 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk
mengatasinya B bias mengisa-isap es batu.”
“Bila terasa mata berkunag-kunang, B sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu.”
“Sebelum minum obat ini, B lihat dulu label di kotak obat. Apakah
benar namanB tertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum,
jam berapa sajaharus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar.”
“B, obat-obat ini harusj diminum secara teratur dan kemungkinan
besar B minum dalam waktu ayng lama. Sebaiknya B tidak
menghentikan sendniri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang B minum?”
“Setelah ini coba B minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan
tadi.”
204
Orientasi :
“Assalamualaikum Pak/Ibu, sesuai dengan janji saya dua hari yang
lalu sekarang saya akan dating lagi.”
“Bagaimana Pak/Bu, apakah sekarang B sudah minum obat secara
teratur?”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau
sekarang kita membicarakan tentang bagaimana cara merawat B
dirumah?”
“Diaman kita mau berbicara dan berapa laam Bapak dan Ibu mau
kita berbicara?”
Kerja :
“ Pak/Bu sebaiknya Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir dalam
menghadapi sikap B yang selalu mengaku-ngaku sebagais eorang
nabi. Hal itu yang harus Bapak dan Ibu lakukan adalah setiap kali
anak Bapak dan Ibu berkata seperti itu, Bapak dan Ibu dapat
menanggapinya dengan: Bapak /Ibu mengerti B merasa bahwa B
adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu untuk
mempercayainya karena setahu Bapak/Ibu nabi sudah tidak ada
lagi, bias kita lanjutkan pembicaraan kita tentang kemampuan-
kemampuan yang pernah B miliki?”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan
yang diinginkan B, misalnya : Bapak/Ibu percaya B punya
kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada Bapak/Ibu. B
punya kemampuan ...” (sebutkan kemampuan yang pernah dimiliki
oleh anak!).
“Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” (Jika anak bersedia
mencoba keluarga dapat member pujian).
205
“Lalu Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan
hal-hal yang baik ya.”
“Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh keluarga yang berinteraksi
dengan B.”
“Pak/Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang,
sehingga dapat tidur nyenyak.”
“Obat ini harus diminum secara teratursetiap hari dan jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena akan
menyebabkan B kambuh lagi.”
(libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat
kepada klien.)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan B apak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap
tentang cara merawat B dirumah?”
“Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa ayng sudah saya
jelaskan tadi dan tolong bantu B untuk minum obat sesuai yang
saya ajarkan tadi.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak Ibu dan Bapak, misalnya: mengaku sebagai
seorang nabi terus-menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi saya
di Puskesmas ..., atau hubungi nomor ini:...”
206
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
209
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
210
BACAAN
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan : Salemba
Medika
211
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah utama
Prilaku kekerasan
3. Rentang Respons
Keterangan :
1. Asertif : individu dapat menyebabkan merah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenagan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemuklan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkkapkan
perasaan nya
4. Agresif : prilaku yang menyertai marah terdapat
dorongan untuk menuntut tapi masih terkontrol
213
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor
216
Stres
Cemas
Marah
Depresi
Agresif/mengamuk
psikosomatik
GAMBAR 10.2 Konsep Marah (Beck, Rawlins, Williams, 1986: 447 dikutip oleh Keliat dan Sinaga,
1991:8)
217
PENGKAJIAN
Faktor Pedisposisi
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah
merupakan hasil dari dorongan insting (instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai
hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai
dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan
ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan
respons seksual. Selain itu, mengatur sistem informasi
dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan
melakukan interpretasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang
logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
219
olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan.
Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang
diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi.
Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat
menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif
lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk
berespons terhadap marah yang sehat.
Faktor Presipitasi
221
DIAGNOSIS
Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri,orang lain dan lingkungan
Regimen terapeutik
inefektif
koping keluarga
tidak efektif
berduka disfungsional
222
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
RENCANA INTERVENSI
Ancaman
Risiko Perilaku Kekerasan
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap
kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan
saat ini dan masa lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan.
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan pada saat marah secara:
1) verbal,
224
merawat pasien.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, serta perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien
yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti
melempar atau memukul benda/orang lain
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku
kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan.
e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
Strategi Penahanan
Manajemen Krisis
1. Identifikasi pemimpin tim krisis.
2. Susun atau kumpulkan tim krisis.
3. Beritahu petugas keamanan yang diperlukan.
4. Pindahkan semua pasien dari area tersebut.
5. Siapkan atau dapatkan alat pengekang (restrains).
6. Susun strategi dan beritahu anggota lain.
7. Tugas penanganan pasien secara fisik.
8. Jelaskan semua tindakan pada pasien, “Kami harus
mengontrol Tono, karena perilaku Tono berbahaya pada
Tono dan orang lain. Jika Tono sudah dapat mengontrol
perilakunya, kami akan lepaskan”.
9. Ikat/kekang pasien sesuai instruksi pemimpin (posisi yang
nyaman).
10.Berikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.
11.Jaga tetap kalem dan konsisten.
12.Evaluasi tindakan dengan tim.
13.Jelaskan kejadian pada pasien lain dan staf seperlunya.
14.Secara bertahap integrasikan pasien pada lingkungan
Pengasingan
Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari
orang lain di tempat yang aman dan cocok untuk tindakan
keperawatan. Tujuannya adalah melindungi pasien, orang lain,
dan staf dari bahaya. Hal ini legal jika dilakukan secara
227
Pengekangan
Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan
fisik pasien, serta melindungi pasien dan orang lain dari cedera.
Indikasi antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan mengontrol perilaku.
2. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh obat atau teknik
psikososial.
3. Hiperaktif dan agitasi.
EVALUASI
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan
gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, serta akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara teratur sesuai jadwal, yang meliputi:
1) secara fisik,
2) secara sosial/verbal
3) secara spiritual,
4) terapi psikofarmaka.
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku
kekerasan.
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung
229
Proses keperawatan
1. Kondisi
Klien tampak mondar mandir, berbicara sambil mengepal
kan tinju, pandangan mata tajam, wajah merah dan
tegang, serta sesekali tanpak memukul- mukul dinding.
2. Diagnosis keperawata
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Membina hubungan saling percaya
Menyebutkan penyebab dari pelaku marah yang
ditampilkan
Menyebutkan prilakuyang biasa dilakukan jika marah
Terhindar dari cedera
4. Tindakan keperawatan
Membina hubungan saling percaya
a. Mengucap kan salam setiap kali berinteraksi dengan
klien
b. Berkenalan dengan klien meliputi nama dan nama
panggilan yang saudara sukai serta nama dan nama
panggilan klien
231
1. Orientasi
”selamat pagi pak, perkenalkan nama saya suster.......,saya
yang akan merawat bapak hari ini. Nama bapak siapa
senang nya dipanggil apa ?” (mengulurkan tangan sambil
tersenyum menunjukkan sikap terbuka).
“saya perhatikan bapak mondar mandir sambil memukul–
mukul dinding bisa kita berbincang bincang sekarang
232
2. Kerja :
“Sekarang bapak sudah bisa mulai menceritakan apa yang
menyebabkan bapak mukul mukul dindning apa yang
bapak rasakan saat ini ?” (dengarkan ungkapan kemarahan
klien dan tetap bersikap empati. selama klien
mengungkapkan kemarahan nya.
3. Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah berada diruangan ini
?”
“sekarang bapak bisa menenangkan diri diruangan ini
sambil bapak pikirkan hal lain yang bisa membuat bapak
kesal/ marah.
“saya akan kembali 15 menit lagi untuk melihat kondisi
bapak, dan jika kondisi bapak lebih tenang saya akan
mengajarkan cara menghilangkan perasaan kesal/marah
supaya bapak tidak dimasukkan keruangan ini lagi .”
“Bagaimana pak setuju?”.
1. aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. aniaya seksual [ ] [ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. kekerasan dalam keluarga [ ] [ ] [ ] [ ] [ ][ ]
5. Tindakan kriminal [ ] [ ] [ ][ ] [ ][ ]
Berikan tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data
pada klien!
6 . aktivitas motorik
[ ] lesu [ ] tegang [ ] gelisah [ ] agitasi
[ ] tik [ ] grimasen [ ] tremor [ ] kompulsif
Berikan tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan data
yang ada pada klien !
Kerja
“apa yang menyebabkan bapak memukul istri bapak dan
memecah kan perabotan dirumah ?apa yang bapak rasa kan
sebelum bapak memukul ibu dan memecah kan barang
barang dirumah ?apa perubahan yang terjadi pada dirri bapak
sebelum memukul ibu dan memecahkan barang barang
dirumah ? apakah bapak merasakan kesal kemudian dada
bapak bapak berdebar debar , mata molootot,rahang terkatup
rapat , dan tangan terkepal sebelum bapak memukul ibu dan
memecahkan barang –barang? Apakah ada tanda /hal lain
yang bapak rasakan sebelum bapak memukul dan
memecahkan barang –barang .apa yang bapak rasakan ketika
bapak marah? Apakah bapak merasakan dada berdebar-debar
,mata melotot,atau dada bapak berdebar-debar ?setelah
235
Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang
dengan saya ?bagaimana kalau saya datang kembali kerumah
bapak dua hari yang akan datang?jam berapa sebaiknya saya
datang kembali dimana enaknya kita bercakap-cakap nanti
nya? Bagaiamana kalau nanti kita ber bincang-bincang tentang
cara menyalurkan marah secara fisik? Nah selama dua hari
tidak bertemu ini coba bapak pikirkan bagaimana menurut
bapak cara menyalurkan marah secara fisik.”
Orientasi
“assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua hari
yang lalu sekarang saya datang Lagi apakah bapak sudah
memikirkan kira kira bagaimana caranya menyalurkan marah
secara fisik? Bagaimana kalau kita bicarakan cara tersebut
sekarang dimana enaknya kita berbincang bincang tentang
hal tersebut berapa lama bapak mau kita berbincang bincang
tentang hal tersebut?”
Kerja
“kalau tanda tanda marah yang bapk sebutkan dua hari yang
lalu seperti mata melotot dada berdebar-debar dan perasaan
kesal hal pertam yang bisa bapak lakukan adalah memukul
mukul kasur dan bantal kedua, bapak bisa menarik nafas
dalam untuk menyalurkan perasaan perasaan tadi.
nah....coba sekarang kita kekamar disana nanti akan saya
236
Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara menyalurkan marah secara fisik? Coba bapak
sebutkan lagi cara –cara memukul kasur dan bantal serta
latihan tarik napas dalam tadi! Setelah ini coba bapak lakukan
latihan memukul kasur dan bantal dan tarik napas dalam
sesuai dengan jadwal yang sudah kita buat tadi.dua hari lagi
saya akan kembali mengunjungi bapak ya? bagaimana kalau
waktunya seperti sekarang ini saja, bapak setuju? nanti kita
akan membicarakan tentang cara bicara yang baik bila sedang
marah, setuju?”
Kerja
“pak kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk
dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marah nya, bisa
pukul bantal atau guling atau jika tidak reda juga dan bapak
masih kesal dengan orang yang menyebabkan bapak marah,
coba ketemu dengan orang yang bersangkutan kemudian
sampaikan dengan kata-kata yang sopan, jelas maksudnya,
dan tidak menyalahkan.atau bila bapak merasa dipaksa oleh
orang lain untuk melakukan sesuatu padahal bapak tidak
mau maka coba bapak sampaikan juga penolakan nya
dengan cara yang sopan, tidak menggurai, dan berikan
penjelasan mengapa bapak mengambil sikap demikian?”
terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang
cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada
seseorang yang telah membuat bapak kesal?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara menyalurkan marah dengan
mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat
bapak kesal!”
“besok,insyaalah saya akan mengunjungi bapakk lagi ya.”
“bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja,bapak
setuju?”
“setelah ini coba bapak bertemu dengan seseorang dirumah
sakit ini yang pernah membuat bapak kesal sesuai jadwal
yang telah kita buat tadi.”
“nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah bapak,setuju pak?
238
Orientasi
“assalamualaikam pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang
sudah lalu sekarang saya datang lagi, bagaimana pak, sudah
dilakukan latihan tarik napas dalam,pukul kasur dan bantal
serta bicara yang baik? apa yang dilakukan setelah dilakukan
secara teratur? bagaimana kalau kita latihan cara lain untuk
menyalurkan marah bapak, yaitu dengan ibadah? dimana
enaknya kita berbincang–bincang tentang hal tersebut?
berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang tentang hal
tersebut?”
Kerja
“pak,kalau bapak sedang marah coba bapak langsung
dudukdan tarik napas dalam jika tidak reda juga marahnya
rebahkan badan lalu rileks,jika tidak reda juga ambil air wudu’
lalu salat, bagaimana kalau bapak mencoba cara ini?
bagaimana kalau sekarang kita buat jadwal salatnya bapak?”
Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara menyalurkan marah melalui melakukan ibadah?
coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak
.lakukan bila bapak merasa marah.dua hari lagi saya akan
mengunjungi bapak lagi ya? bagaimana kalau waktu nya
seperti sekarang ini saja, bapak setuju tidak? setelah ini coba
bapk tunaikan salat sesuai jadwal yang telah kita buat
tadi.nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
239
Orientasi
“assalamualaikum pak,sesuai dengan janji saya dua hari yang
lalu sekarang saya datang lagi. bagaimana pak, sudah sudah
dilakukan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang
baik serta salat dan baca doanya? Apa yang dirasa kan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagaimana kalau sekarang
kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar?
Dimana enak nya kita berbincang- bincang tentang hal
tersebut? Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang
tentang hal tersebut?sekarang saya akan jelaskan tentang
penting nyaminum obat
Kerja;
“bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran
menjadi lebih tenang dan tidur nya juga tenang. obat nya ada
tiga macam pak yang warna nya 0rage nama nya
cpz, yang putih nama nya THP,yang merah jambu nama nya
HLP,semua nya harus bapak minum 3 kali sehari, yaitu pada
jam 7 pagi,jam 1 siang dan jam 7 malam, bila nanti setelah
minum obat mulut bapak terasa kering, untuk mengatasinya
bapak bisa mengisap ngisap es batu, bila tersa berkunang-
kunang, bapak sebaik nya istrahat jangan beraktifitas dulu,
sebelum minum obat ini bapak lihat dulu lebel dikotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disana, berapa dosis yang
harus diminum dan berapa saja harus diminu, baca juga
apakah nama obat nya sudah benar?”
240
Orientasi
“assalamualaikum pak perkenalkan nama saya ....saya perawat
dari pukesmas ....saya yang akan merawat bapak hari ini.nama
ibu siapa ,senang nya dipanggil apa? Bisa kita bincang bincang
sekarang apa yang menyebabkan bapak marah dan cara
mengatasi nya? Berapa lama ibu mu kita bincang bincang ?
dimana enak nya kita bincang-bincang bu?
Kerja:
“bu,marah suatu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalur
kan dengan benar akan membahayakan diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan, yang menyebabkan suami ibu marah dan
mengamuk adalah kalau dia direndahkan. Kalau nanti wajah
suami ibu nampak tengang dan marah, lalu kelihatan gelisah,
itu artianya bapak sedang marah, dan biasanya setelah itu ia
akan melampiaskannya dengan membanting banting prabot
rumah tangga. Bila hal ter sebut terjadi sebaiknya ibu tetap
tenang,bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan
jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas
dan pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak. Bila bapak
masih marah dan mengamuk juga segera bawa puskemas atau
rumah sakit jiwa setelah sebelumnya difiksasi dulu. Jangan
lupa minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu,
lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan jelaskan alasan
mengikat yaitu agar bapak tidak mencedrai diri sendiri ,orang
lain, dan lingkungan. Nah bu. Ibu sudah lihat kan apa yang saya
ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul.
Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengigatkan jadwal latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat, kalau bapak bisa
melakukan latihannya dengan baik jangan berikan pujian ya
bu.’’
241
Terminasi
’’bagaimana parasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
cara merawat bapak? Coba ibu sebutbutkan lagi cara merawat
bapak! Setelah ini coba ibu igatkan jadwal yang telah dibuat
unuk bapak ya bu. Kalau bapak marahnya sampai memukul
atau merusak barang, segara hubungi segera hubungi saya di
puskesmas atu nomor ini0814xxxxxxx, karna dalam kondisi
seperti itu bapak sudah butuh bantuan lebih lanjut.’’
BACAAN
Fitria, N 2012. Prinsip Dsar dan Aplikasi Laporan Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika
243
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
246
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
247
LAPORAN PENDAHULUAN
Masalah Utama
Resiko Bunuh diri
Keterangan
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai
pengharapan, yakin, dan kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi
pada rentang yang masih normal dialami individu yang
mengalami perkembangan perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas
yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat
mengarah kepada kematian, seperti perilaku merusak,
250
PENGKAJIAN
Pengkajian tingkah laku bunuh diri temasuk aplikasi
observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk
mendeteksi tanda spesifik dan rencana spesifik. Perawat harus
mengkaji tingkat risiko bunuh diri, faktor predisposisi,
presipitasi, mekanisme koping, dan sumber koping pasien.
Beberapa kriteria untuk menilai tingkat risiko bunuh diri
seperti pada tabel berikut
Faktor Resiko
1. Menurut Hatton, Valente, dan Rink 1977 ( dikutip oleh
Shiver, 1986)
Perilak Intensitas
No. Risiko
u/ Rendah Sedang Berat
Gejal
1 Cemas a Rendah Sedang Tinggi atau panik
2 Depresi Rendah Sedang Berat
3 Isolasi/menarik diri Perasaan depresi yang Perasaan tidak berdaya, Tidak berdaya, putus asa,
samar, tidak menarik putus asa, menarik diri. menarik diri, protes pada
diri. diri sendiri.
4 Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada Baik pada beberapa Tidak baik pada semua
semua aktivitas. aktivitas. aktivitas.
5 Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
6 Strategi koping Umumnya konstruktif. Sebagian konstruktif. Sebagian besar destruktif.
7 Orang penting/dekat Beberapa Sedikit atau hanya satu -
8 Pelayanan psikiater Tidak, sikap positif. Ya, umumnya Bersikap negatif terhadap
yang lalu memuaskan. pertolongan.
9 Pola hidup Stabil Sedang (stabil–tidak Tidak stabil
stabil)
10 Pemakai alkohol dan Tidak sering Sering Terus-menerus
obat
11 Percobaan bunuh diri Tidak atau yang tidak Dari tidak sampai Dari tidak sampai berbagai
sebelumnya fatal. dengan cara yang agak cara yang fatal.
fatal.
Faktor Perilaku
1. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program
pengobatan yang dilakukan (pemberian obat). Pasien
dengan keinginan bunuh diri memilih untuk tidak
memperhatikan dirinya.
253
2. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan
diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan
diri dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang
lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
3. Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan
nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan
secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lebih lama lagi atau mungkin juga mengomunikasikan
secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi
wasiatnya, dan sebagainya.
b. Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan
pada diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau terabaikan Orang yang melakukan
upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
254
Faktor Lain
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
pasien destruktif diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut
(Stuart dan Sundeen, 1995)
1. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/
menyakitkan.
b. Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunuh diri,
memberikan barang berharga sebagai hadiah, catatan
untuk bunuh diri.
c. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
d. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
2. Petunjuk gejala
a. Keputusasaan.
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak
berharga.
c. Alam perasaan depresi.
d. Agitasi dan gelisah.
e. Insomnia yang menetap.
f. Penurunan berat badan.
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari
255
lingkungan sosial.
3. Penyakit psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya.
b. Kelainan afektif.
c. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
f. Kombinasi dari kondisi di atas.
4. Riwayat psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan
yang baru dialami.
d. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus
hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman
terhadap krisis disiplin).
e. Penyakit medis kronis.
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
5. Faktor-faktor kepribadian
a. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
b. Kekakuan kognitif dan negative
c. Keputusasaan.
d. Harga diri rendah.
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
256
6. Riwayat keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau
keduanya
Faktor Predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh
diri? Banyak pendapat tentang penyebab dan atau alasan
termasuk hal-hal berikut.
1. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi
stres.
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan
yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
5. Tangisan minta tolong.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara
lain sebagai berikut (Cook dan Fontaine, 1987).
1. Penyebab bunuh diri pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
b. Situasi keluarga yang kacau.
c. Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik
257
d. Gagal sekolah.
e. Takut atau dihina di sekolah.
f. Kehilangan orang yang dicintai.
g. Dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja.
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain.
e. Kehilangan orang yang dicintai.
f. Keadaan fisik.
g. Masalah dengan orang tua.
h. Masalah seksual.
i. Depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.
a. Self ideal terlalu tinggi.
b. Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan
dan kasih sayang orang tua.
d. Kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
258
di atas 45 tahun.
Status perkawinan yang
tidak harmonis.
DIAGNOSIS
Pohon Masalah.
Effec Bunuh Diri
RENCANA TINDAKAN
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis keperawatan
risiko bunuh diri.
1. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
2. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba
bunuh diri, maka Anda dapat melakukan tindakan berikut.
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat
dipindahkan ke tempat yang aman.
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya
pisau, silet, gelas, tali pinggang.
c. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah
meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat.
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda
akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan
bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
2. Tindakan
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien
serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat
menjauhi barang-barang berbahaya di sekitar pasien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering
263
melamun sendiri.
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum
obat secara teratur.
1. Tujuan
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah
yang baik
2. Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan
bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara berikut.
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan
perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya
264
EVALUASI
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau
267
Proses Keperawatan
1. Kondisi
Memiliki ide untuk melakukan tindakan bunuh diri
/mengakhiri kehidupan
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
Bersikap impulsif.
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh)
Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Berbicara tentang kematian tentang dan menanyakan
tentang dosisyang mematikan.
Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
2. Diagnosis Keperawatan
Risiko bunuh diri
3. TUK/SP 1
klien tetap aman dan selamat.
Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Klien dapat meningkatkan harga diri.
269
4. Tindakan keperawatan
Melakukan kontrak pengkajian dengan klien.
Menemani klien terus menerus.
Menjauhkan semua benda yang membahayakan
klien.
Memastikan bahwa klien benar – benar telah
meminum obatnya ,jika klien mendapatkan obat.
Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa
Saudara akan melindungi klien sampai klien tidak
mempunyai keinginan bunuh diri.
Mesdiskusikan tentang cara mengatasi keinginanan
bunuh diri.
Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh
diri.
Kontrak
“Saya yang akan merawat Bapak di ruangan hari ini dan
saya akan membantu menyelesaikan masalah yang bapak
hadapi.”
a. Topik: “Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang – bincang
tentang hal atau perasaan yang menyebabkan Bapak ingin
mengakhiri kehidupan bapak.”
b. Tempat: “Bapak A mau dimana kita bercakap – cakap,
bagaimana bila di ruang duduk.
c. Waktu: “ mau berapa lama kita bercakap-cakap saat
ini?Bagaimana bila 15 menit?”
2. Kerja
“Apakah Bapak pernah berniat untuk bunuh diri?”
“Apakah Bapak pernah mencoba bunuh diri? Dengan cara
apa? Apa Bapak rasakan saat itu?”
“Apa yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan yang
ingin mengakhiri kehidupan bapak?”
“Bapak tampaknya membutuhkan pertolongan karena
Bapak punya keinginan untuk bunuh diri, untuk itu saya
akan menemani Bapak disini.”
“saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak untuk
memastikan tidak ada benda yang membahayakan Bapak.”
271
2. Terminasi
Evaluasi subjectif
“Bagaimana perasaan pak Asetelah kita bercakap-
cakap?Apakah Bapak merasa ada mamfaatnya kita
berbincang –bincang saat ini? Apakah saat inikeinginan
bunuh diri itu ada?”
Evaluasi objectif
“Bapak masih ingat cara mengatasi keinginan bunuh diri?
272
1.Keluhan utama.....................................................................
2.Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ………………
3. Konsep diri: Harga diri........................................................
(Umumnya klien mengatakan hal – hal negatif tentang
dirinya,yang menunjukkan Harga diri yangb rendah)
4.Alam perasaan
273
Kerja:
“Bagaimana perasaan A setelah bencana itu terjadi? Apakah
dengan bencana tersebut A merasa paling menderita di dunia
ini? Apakah A merasa kehilangan kepercayaan diri? Apakah A
merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada
orang lain? Apkah A merasa bersalah atau mempersalahkan
diri sendiri? Apakah A sering kesulitan berkonsentrasi ?
Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri; ingin bunuh
diri, atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba
untuk bunuhb diri,?Apakah sebabnya,Bagaimana
caranya?Apa yang A rasakan.
275
Terminasi:
Terminasi di lakukan setelah tindakan keperawatan untuk
melindungi klien selesai di lakukan. Data yang di dapat
berdasarkan komunikasi berdasarkan di atas di
dokumentasikan pada kartu berobat klien di puskesmas.
Contoh pendokumentasiannya adalah sebagai berikut.
Data : Klien A mengungkapkan bahwa dirinya merasa telah
kehilangan segalanya setelah mengalami bencana tsunami. A
merasa dirinya tidak berharga karena tidak mampu menoong
keluarganya dari bencana tersebut. A menyatakan niatnya
untuk mengakhiri hidupnya dan pernah beberapa kali
mencoba bunuh diri dengan cara meminum racun serangga.
276
Orientasi:
“Assalamualaikum, A.”
“Melihat kondisi A yang membutuhkan pertolongan
segara,maka saya perlu menemani A terus menerus di sini
sampai ada petugas kesehatan lain yang akan membawa A ke
rumah sakit.”
Kerja :
“Saya perlu memeriksa seluruh isis kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan
A.”
“Setelah hampir setengah jam saya menemani A, apakah saat
ini A masih memiliki keinginan untuk bunuh diri.”
“Nah A, karena A tanpaknya masih memiliki keinginan yang
kuat untuk mengakhiri hidup, maka saya tidak akan
membiarkan A sendiri.”
“sambil menunggu mobil yang akan membawa A kerumah
sakit, saya mau tanya, apakh A hari ini sudah minum obat ?
kalau belum, saya akan membantu A untuk minum obat.”
278
Terminasi :
“petugas kesehatan yang akan membawa A ke rumah sakit
sudah datang, mulai sekarang A akan di rawat di rumah sakit,
sampai dinyatakan boleh pulang.”
“kalau A butuh pertolongan jangan malu untuk meminta
bantuan kepada perawat yang ada drumah sakit.”
“Walaupun A akan dirawat di rumah sakit oleh perawat lain ,
saya akan trus memantau keadaan A, Saya juga akan terus
merawat A ketika kembali lagi ke rumah, sampai saya benar-
benar yakin A aman dan tidak melakukan Y
Kerja :
“Bapak/Ibu, karena kondisi A sedang labil dan dapat
melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan hidupnya
sewaktu – waktu seperti mencoba bunuh bdiri,maka kita
semua perlu mengawainya A terus menerus. Saya harap
Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi A, pokoknya jika dalam
kondisi serius seperti ini A tidak boleh di tinggal sendirian
sedikitpun. Bapak / Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan
barang – barangyang dapat di gunakan A untuk bunuh diri
,seperti tali tambang, silet, pisau, atau ikat pinggang ,semua
280
Terminasi :
“Bapak / Ibu petugas rumah sakit sudah datang.bapak / Ibu
perlu menemani A kerumah sakit.kita berpisah dulu sekarang
,tetapi tolong ingat apa yang kita bicarakan tadi tentang
pentingnya melindungi A.setelah A kembali dari rumah sakit,
saya akan mengunjungi Bapak / Ibu untuk melanjutkan
perawatan A di rumah.
Kerja:
“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul?
Kalau keinginana itu muncul, maka untuk mengatasinya A
harus langsung minta bantuan kepada keluarga atau teman.
Jadi A jangan sendirian di rumah ya ...... .
Terminasi :
“Bagaiamana perasaan An setelah kita bercakap – cakap? Bisa
sebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus A.
Kalau masih ada persaan /dorongan bunuh diri,tolong panggil
anggota keluarga yang lain. Minggu depan kita akan bertemu
lagi untuk membicarakan tentang hal – hal yang patut kita
syukuri.”
282
Orientasi:
“ Assalamualaikum A! Bagaiamana perasaan A hari ini?
Seperti janji kita kemarin, maka hari ini kita akan membahas
tentang rasa syukur atas
Pemberian Tuhan. Mau berapa lama? Dimana ?”
Kerja:
Keluarga masih membutuhkan A. Coba A ceritakan hal – hal
yang A rasakan, baik itu yang menyenangkan maupun yang
283
Terminasi:
“Bagaiamana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Bisa
sebutkan kembali apa saja yang A patut syukuri dalam hidup
ini? Bagus A. Seperti biasa minggu depan kita akan bertemu
lagi untuk membahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah.”
Orientasi:
“Assalamualaikum. A. Bagaimana perasaan A hari ini? Hari ini
kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara nengatasi
masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Dimana.”
Kerja.
“Apakah A selalu memiliki keinginan bunuh diri? Apakah A
memiliki cara lain untuk mengatasi msalah? Oh jadi
sebenarnya ada beberapa cara lain untuk mengatasi masalah.
Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masingn –
masing cara tersebut. Mari kita pilih cara yang paling
menguntungkan untuk mengatasi masalah! Menurut A cara
yang mana? Ya, saya setuju. A bisa mencobanya!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan A, setelah kita bercakap – cakap? Cara
apa yaang akan A gunakan dalam mengatasi masalah? Coba
dalam satu minggu ini, A menyelesaika dengan cara yang di
pilih A tadi. Minggu depan kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman A menggunakan cara A pilih."
285
Orientasi:
“Assalamualaikum, Bapak / ibu.:
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala
bunuh diri dan cara melindungi anggota keluarga yang ingin
bunuh diri. Di mana kita akan diskusi. Berapa lama Bapak /
ibu punya waktu untuk diskusi?”
288
Kerja:
“Apa yang Bapak / ibu ketahui tentang tanda dan gejala
bunuh diri?
“ Bapak / ibu sebaiknya benar –benar memperhatikan
munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya
orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tand
melalui percakapan misalnya. ‘Saya tidak ingin hidup
lagi,segalanya akan lebih baik tanpa saya. Kalau Bapak/ibu
memperhatikan tanda dan gejala tersebut.
Maka Bapak/ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari dari
yang bersangkutan. Pengawasan terhadap A harus di
tingkatkan, jangan biarkan A sendirian di rumah atau jangan
dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda
dan gejala tersebut, lalu keluarga juga menemukan alat – alat
yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya segera
lakukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan
tindakan tersebut.”
“Tetapi kalu sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya
bapak atau ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak
dapat diatasi, segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius
kembali kerumah, Bapak/ibu perlu membantu agar anggota
keluarganya terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh
289
diri.”
Terminasi:
“Bapak /ibu dapat ulangi kembali cara-cara merawat anggota
keluarga yang ingin bunuh diri? Ya, bagus. Kita dapat
melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang
apa saja yang telah Bapak/ibu lakukan untuk merawat
anggota keluarga yang sakit. Bagaimana Bapak/ibu setuju?
Kalu demikian sampai bertemu lagi minggu depan di sini.”
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
293
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
Dosen Pembimbing
( )
294
BACAAN
Fitria, N 2012. Prinsip Dsar dan Aplikasi Laporan Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika
295
PENGERTIAN NAPZA
Zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan
masyarakat luas dengan istilah narkoba adalah berasal dari
kata narkotik dan bahan adiktif. Istilah tersebut kemudian
berkembang menjadi napza, yang merupakan kependekan dari
narkotik, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik
adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan
digunakan sebagai analgesik (pengurang rasa sakit) pada
bidang kedokteran. Psikotropika adalah obat-obatan yang efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, biasanya
digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Bahan adiktif
adalah bahan yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Pemakai dapat merasa
tenang, merasa segar, bersemangat, menimbulkan efek
halusinasi, dan memengaruhi suasana perasaan pemakai. Efek
inilah yang sering dimanfaatkan pemakai saat ia merasa kurang
percaya diri, khawatir tidak diakui sebagai kawan, melarikan
diri dari permasalahan, atau bahkan hanya untuk sekedar
rekreasi (bersenang-senang) ( YUSUF, DKK, 2015 ).
Tanpa disadari, narkoba sekali digunakan akan
menimbulkan keinginan mencoba lagi, merasakan lagi, dan
mengulang terus sampai merasakan efek dari obat-obatan
296
Golongan Jenis
Opioid Morfin, heroin (puthao), candu, kodein,
aKanabi petidin.
Ganja (mariyuana), minyak
s
Kokai hasish. kokain, daun
Serbuk
nAlkoho koka.
Semua minuman yang mengandung ethyl alkohol, seperti brandy,
l bir, wine,
whisky, cognac, brem, tuak, anggur cap orang tua, dan lain-lain.
Sedatif– Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid, nipam,
Hipnotik
MDA (Methyl Dioxy mandrax.
Amfetamin, benzedrine,
Amphe dexedrine
tamine)
MDMA (Methyl Dioxy Ekstas
Meth i
Amphetamine)
Halusinoge LSD, meskalin, jamur,
n kecubung.
Glue (aica aibon), aceton, thinner,
Solven &
Inhalasia
Nikoti N2O.
Terdapat dalam
n
Kafein tembakau.
Terdapat dalam
dan lain- kopi.
lain
300
Kondisi intoksikasi
1. Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja.
2. Perilaku agresif berhubungan dengan intoksikasi sedatif
hipnotik, alkohol.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
intoksikasi sedatif hipnotik, alkohol, opioida.
302
TINDAKAN
d. bong,
e. botol dengan pipa yang berbentuk unik,
f. lintingan uang kertas atau balok-balok serupa gelas
kubus yang tengahnya berlubang.
2. Waspadai jika saudara atau teman memperlihatkan ciri-ciri
sebagai berikut.
a. Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok.
b. Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan
dan malam suka begadang.
c. Selera makan berkurang.
d. Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari
bertemu anggota keluarga lainnya karena takut
ketahuan, dan menolak makan bersama.
e. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga
lainnya, dan mulai suka berbohong.
f. Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan.
3. Kenali penggunaan bahasa yang sering digunakan di antara
bandar dan pengguna napza, antara lain sebagai berikut.
a. 4-dimensi : Pakai serentak empat macam, yaitu
ganja, ekstasi, shabu, dan alkohol.
b. Afo : Aluminium foil
c. Amper : Amplop
d. B.D. : Bandar
e. badog : Takaran yang banyak untuk sekali
306
pakai.
f. Bebe/barbuk : Barang bukti
g. Bokul : Beli
h. Bong : Alat untuk sedot putaw
i. Gap : Tertangkap, ketahuan
j. Gaw/O : Gram, satu gram
k. Getrek : Polisi
l. Junkies : Pemakai putaw
m. Kertim : Kertas timah
n. Ngedrag : Shabu di atas aluminium foil,
dibakar, lalu asap dihirup melalui
bong.
o. Ngetrip : Tripping
p. Nyabu : Memakai shabu
q. Nyepet : Pakai putaw dengan suntikan
r. O.D. : Overdosis
s. Pakaw : Pakai putaw
t. Paket : Kemasan berisi putaw
u. Parno : Takut, curiga berlebihan karena shabu.
v. Pedaw/badai : Mabuk karena putaw
w. Pumping/spidol/ tombak/insul : Suntikan
x. Relaps : Memakai napza lagi
y. Sakaw : Sakit putus putaw
z. Seperempti : Seperempat gram
307
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
310
NAMA :
NIM :
C TERMINASI
8 Evaluasi respon klien
9 Rencana tindak lanjut
Kontrak yg akan datang (Topik,
10
tempat, waktu)
TOTAL =
BACAAN
Deborah Antai-Otong. 1995. Psychiatric Nursing: Biological and
Behavioral Concepts. W.B. Saunders Company,
Phildelphia.
PENGERTIAN
KELUARGA MASYARAKAT
SEJAHTERA
5. Kepadatan penduduk
a. Daya saing semakin ketat.
b. Hukum alam akan terjadi pertengkaran.
Sumber ; Yusuf, dkk 2015
MPKP
1
Rumah
Frekuensi Sakit Jiwa Biaya
Kebutuhan PICU
2 CLMHN
Keswa di RSU
Tinggi Rendah
Kualitas Pelayanan yang Dibutuhkan
APLIKASI CMHN
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang
komprehensif mencakup tiga tingkat pencegahan yaitu sebagai
berikut.
Pencegahan Primer
1. Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa
2. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan
jiwa, serta mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum
mengalami gangguan sesuai Area keperawatan kesehatan
jiwa masyarakat ini mencakup seluruh kasus yang terjadi
pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus
318
Pencegahan Sekunder
1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder
adalah deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa
serta penanganan dengan segera
2. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan
jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial
dan gangguan jiwa.
4. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai
berikut.
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara
memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti
masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan
langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Melakukan pengkajian dua menit untuk
memperoleh data fokus (format terlampir pada
modul pencatatan dan pelaporan).
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan
kecemasan dan depresi, maka lanjutkan
pengkajian dengan menggunakan pengkajian
keperawatan kesehatan jiwa
321
Pencegahan Tersier
1. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa.
2. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/
323
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan
hasil pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan
kesehatan jiwa) maupun yang berisiko mengalami gangguan
326
Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan
standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup
tindakan psikoterapeutik yaitu:
1. penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam
membina hubungan dengan pasien;
2. pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa;
3. perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari)
meliputi kebersihan diri (misal, mandi, kebersihan
rambut, gigi, perineum), makan dan minum, buang air
besar dan buang air kecil;
4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
lingkungan dan terapi keluarga;
5. tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor
efek samping).
Dalam menyusun rencana tindakan harus
dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu diagnosis
keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga
tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien
maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan
pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas. ( yusuf,
dkk, 2015 ).
328
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja
sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam
melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan
pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi
kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan
329
BACAAN
Yusuf, Ah. Fitryasari PK, R, dan Nihayati, H.E, 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta Selatan :
Salemba Medika