DC RESISTIVITY
Resistivity Mapping
Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi
resistivitas secara lateral
Pengukuran pada beberapa titik dg spasi elektroda tetap
Spasi elektroda diubah untuk memperoleh variasi lateral pada
kedalaman yg berbeda Nilai resistivitas diplot pada skala linier terhadap
lokasi pusat array di sepanjang profil.
P1 P2
𝐶2+𝑃1
x= 𝑎
2
400
300
Studi kasus resistivitas mapping pada karst
200
dengan konfigurasi wenner
100
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Resistivity Imaging
Resistivity imaging = Electrical Resistivity Tomography (ERT)
pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi resistivitas
secara 2-D atau 3-D
~ resistivity-mapping dg variasi spasi elektroda cukup banyak (n >>)
Resistivity Imaging
Semua konfigurasi
elektroda dapat
digunakan dalam
teknik ini, namun
setiap konfigurasi
memiliki sensitivitas
dan berbeda satu
sama lain.
Sensitivitas konfigurasi elektroda
Pemilihan Konfigurasi Elektroda
Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan konfigurasi elektroda
adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan jenis bawah
permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi, cakupan data
horizontal dan kuat sinyal.
Sensitivitas konfigurasi adalah suatu koefisien yang menggambarkan tingkat perubahan nilai
tahanan jenis bawah permukaan yang akan mempengaruhi potensial yang terukur.
Koefisien sensitivitas juga bergantung pada faktor geometri elektroda yang akan digunakan.
Kedalaman investigasi (penetrasi) adalah kemampuan konfigurasi elektroda dalam
memetakan kedalaman maksimum yang dapat ditembus. Untuk memperoleh kedalaman
maksimum yang dapat dipetakan, kalikan spasi elektroda “a” maksimum atau panjang
bentangan maksimum “L” dengan faktor kedalaman.
Cakupan data horizontal adalah kemampuan konfigurasi elektroda untuk menghasilkan
banyaknya data dalam arah lateral/horizontal, kemampuan ini sangat berguna dalam survei
2D (Loke, 2000).
Kuat sinyal adalah tingkat stabilitas tegangan yang dihasilkan oleh alat ukur tahanan jenis
terhadap peningkatan faktor geometri elektroda. Besarnya adalah berbanding terbalik
dengan faktor geometri yang digunakan.
Konfigurasi Elektroda
Konfigurasi Wenner adalah pilihan yang menarik untuk survei yang dilakukan di daerah yang
memiliki noise (karena kekuatan sinyalnya yang tinggi) dan juga jika diperlukan resolusi
vertikal yang baik.
Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah alternatif yang baik karena memiliki resolusi
horizontal dan vertikal yang baik, terutama jika memerlukan kekuatan sinyal yang baik.
Konfigurasi dipole-dipole mungkin menjadi pilihan yang lebih cocok jika resolusi horizontal
yang baik dan cakupan data banyak (dengan asumsi resistivity meter yang digunakan cukup
sensitif dan ada ground contact yang baik).
Jika memiliki sistem dengan jumlah elektroda yang terbatas, susunan pole-dipole dengan
pengukuran arah forward dan reverse mungkin merupakan pilihan yang cocok.
Untuk survei dengan jarak elektroda kecil dan membutuhkan cakupan horizontal yang baik,
susunan pole-pole mungkin menjadi pilihan yang cocok. Dalam array jarak jauh dengan noise
yang rendah, telah digunakan dengan jarak yang sangat besar karena kedalaman
investigasinya yang besar.
Resistivity Imaging
Teknik ini dapat digunakan secara manual dan
pengukuran secara otomatis tergantung pada
instrumen.
Sistem pengukuran otomatis
multi-electrode
multi-core cable
digital recording
P1 P2
𝐶2+𝑃1
x= 𝑎
2
Pseudosection data plotting
Untuk memplot data dari survei
imaging 2-D, metode kontur
pseudosection biasanya digunakan.
Lokasi horizontal dari titik
ditempatkan pada titik tengah dari
set elektroda yang digunakan untuk
melakukan pengukuran. Lokasi
vertikal titik plot ditempatkan pada
median kedalaman investigasi array
yang digunakan. Sebagai contoh,
titik data yang diukur dengan
elektroda 1, 2, 3 dan 4 diplot pada
titik tengah antara elektroda 2 dan
3 dalam diagram.
Pseudosection
Pseudosection memberikan
gambaran yang memperkiraan
distribusi resistivitas bawah
permukaan yang benar, karena
bentuk kontur tergantung pada jenis
array yang digunakan serta
resistivitas bawah permukaan yang
sebenarnya.
Pseudosection berguna sebagai
sarana untuk menyajikan nilai
resistivitas semu yang diukur dalam
bentuk gambar, dan sebagai
panduan awal untuk interpretasi
kuantitatif lebih lanjut.
2D Resistivity Forward Modeling by Res2DMod
Res2DMod adalah program forward modeling yang menghitung resistivitas
semu dari pseudosection model bawah permukaan 2D yang dibuat sendiri.
Inversi 2D
Setelah survei lapangan,
pengukuran resistansi biasanya
diubah menjadi nilai resistivitas
semu.
Tujuan inversi adalah untuk
mengubah nilai resistivitas semu
menjadi model penampang.
Untuk survei 2-D, konversi data
resistivitas semu ke model untuk
resistivitas bawah permukaan
dilakukan pada komputer
mikro menggunakan program
inversi otomatis.
Apa itu model 2D?
Model 2-D digunakan untuk menginterpretasikan data dari survei imaging
2-D. Model ini biasanya terdiri dari sejumlah besar sel persegi panjang.
Ukuran dan posisi setiap sel adalah tetap. Program inversi digunakan untuk
menentukan resistivitas sel dari nilai resistivitas semu yang diukur.
The least-squares optimization method
Metode optimalisasi smoothness-constrained least squares biasanya digunakan
dalam inversi resistivitas 2-D dan 3-D, menggunakan persamaan berikut.