Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2021-2022


Mata : Kalam 1 (Akidah) Prodi : AFI dan IAT
Kulliah
SKS : 2 SKS Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juli 2020
Dosen : Hasyim Adnan, MA Waktu : 10.00-11.40 WIB
Semester : 7 (Tujuh) Sifat : Open book

Nama: Anwar Rafiudin


Prodi: Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Nim: 21.10.1.111.001

1. .Apa peran Akal dan nabi bagi manusia dalam perjalanannya menuju Tuhan?
2.Apakah kema'shuman itu bertentangan dengan akal sehat manusia?, Mengapa?, dan
sebutkan argumentasi2nya.
3.Menagapa harus ada hari kebangkitan? Dan jelaskan sifat2 khusus alam akherat dalam
pandangan akal!
4.Apakah tawassul itu? Dan apakah hal itu bertentangan dengan ketauhidan seseorang?
Mengapa? Jelaskan dengan argumentasinya!
5.Kenapa kenabian mesti berahir? Apa relasi kenabian dengan imamah( kepemimpinan)?
Jawaban:
1. Peran Akal pikiran diciptakan Tuhan menjadi Mi’yar (tolok ukur) dalam menentukan baik-
buruk, suci-najis dan mashlahah-mafsadah, Akal digunakan sebagai daya berpikir yang ada
dalam diri manusia, berusaha untuk sampai kepada diri Tuhan, dan Kemudian Nabi peran-
Nya memberi pengetahuan, sebagai memberi peringatan, kabar gembira serta hidayah untuk
ajaran yang Allah Swt berikan untuk menjadi pembimbing, selain itu dia juga murabbi yang
memberikan tarbiyah, kemudian memiliki sifat mukhlas dan maqam ketakwaan bisa
mengetahui semua hakikat perbuatan dan tidak pernah salah dalam menyampaikan wahyu.
2. Sama sekali tidak kontradiksi dengan akal yang sehat, Pertama, kemaksuman para
malaikat. Kedua, kemaksuman para Nabi. Ketiga, kemaksuman sebagian individu seperti:
para imam yang suci, atau seperti Siti Fatimah A.s. dan Siti Maryam a.s. Namun kami disini
akan lebih menekankan ikhwal kemakhsuman para Nabi.
Tentang kemaksuman para Nabi yang tidak berhubungan dengan risalah mereka, kita akan
membahas dua masalah. Pertama, kemaksuman para Nabi dari dosa dan maksiat yang
disengaja. Kedua, kemaksuman mereka dari kelalaian dan kelupaan. Dua masalah ini juga
akan kita bahas sehubungan dengan orang-orang selain para Nabi. Adapun masalah-masalah
yang berkaitan dengan para malaikat pada selain tahap penerimaan wahyu dan
penyampaiannya hanya dapat kita bahas dengan argumentasi akal apabila kita telah mengenal
hakekat malaikat itu sendiri. Namun, mengenal hakekat dan esensi malaikat, selain tidak
mudah, juga tidak sesuai dengan pembahasan di sini. Oleh karena itu, kami hanya cukup
menyebutkan dua ayat yang menunjukkan kemaksuman malaikat:
“Mereka (para malailkat) adalah hamba-hamba yang mulia yang tidak mendahului-Nya
dengan ucapan dan mereka melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya”. (Qs. Anbiya: 27),
dan“Sesungguhnya mereka (para malaikat) tidak bermaksiat kepada Allah terhadap apa yang
diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan”.
(Qs. At-Tahrim: 6).
Berikut Argumentasi kemaksuman Nabi-Nabi:
Pertama, maksud dari kemaksuman para Nabi atau selain mereka, bukan sekedar tidak
melakukan dosa.
Kedua, kemaksuman seseorang itu menuntutnya untuk meninggalkan berbagai perbuatan
yang dilarang ke atasnya, seperti perbuatan maksiat yang diharamkan dalam seluruh syariat,
dan perbuatan yang dilarang dalam syariat yang ia ikuti. Dengan demikian tidak terdapat
kontradiksi antara kemaksuman para Nabi dengan mengamalkan sebagian perbuatan yang
dibolehkan dalam syariatnya untuk pribadi mereka secara khusus, sekali pun itu diharamkan
dalam syariat-syariat yang sebelumnya atau diharamkan pada ajaran yang akan datang.
Ketiga, maksud dari maksiat yang seorang maksum tersucikan darinya ialah perbuatan yang
“haram” dalam istilah Fiqih, atau meninggalkan perbuatan yang “wajib” menurut istilah
Fiqih.
Dalil Akal atas Kemaksuman Para Nabi
Dalil akal yang pertama atas keterjagaan para Nabi dari maksiat ialah bahwa tujuan utama
diutusnya para Nabi itu ialah untuk memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia dan
membimbing mereka kepada hakikat kebenaran dan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh
Allah swt. ke atas mereka. Pada hakikatnya, para Nabi itu merupakan duta-duta Tuhan untuk
seluruh umat manusia. Mereka mempunyai tugas untuk memberikan hidayah kepada jalan
yang lurus. Apabila mereka sendiri tidak konsisten dengan ajaran Ilahi, atau bahkan
mengamalkan yang sebaliknya, yang menyalahi kandungan risalah yang mereka emban, atau
menyalahi ucapan yang mereka katakan dan pesan yang mereka berikan, pasti umat manusia
akan menilai bahwa perbuatan mereka tersebut sebagai penjelasan yang menyalahi ucapan
mereka sendiri. Dengan demikian, seorang pun tidak akan percaya lagi kepada ucapan
mereka. Akibatnya, tidak akan terealisasi secara sempurna tujuan diutusnya mereka.
3. Urgensi hari kebangkitan itu penting bagi kehidupan manusia dalam membentuk
kehidupannya, membuat program, target/tujuan, bukan hanya menyempurnakan diri untuk
hal-hal yang sifatnya materi/ duniawi, tetapi lebih cenderung menaati perintah tuhan dan
percaya adanya pahala dan dosa untuk tujuan ukhrawi, menyadari kesempurnaan manusia
tidak dicapai disini kesempurnaan maknawi, tidak ada buah dari hasil pencapaian, juga
keadilan tuhan mengetahui ada manusia yang berbuat baik dan ada pula berbuat buruk ,
ketika ada hari kebangkitan atau yaumul ba’ats akan menerima hasil dari perbuatannya,
kemudian karena Allah Swt mengetahui seluruh perbuatan manusia. dan sifat-sifat khusus
alam akherat dalam pandangan akal pertama, sifatnya abadi tidak mungkin sesuatu yang tidak
abadi, kedua alam akhirat itu harus memiliki kenikmatan murni dan bukan kenikmatan
bercampur penderitaan, kemudian azab murni tanpa sedikitpun kenikmatan tidak seperti di
dunia, ketiga akal mengetahui disana itu balasannya tidak terbatas untuk mencakup seluruh
manusia, seluruh-seluruh kebaikan manusia, azab juga harus ditampung semua, dari azab
terkecil samapai azab terbesar itu harus ada, dari mulai kenikmatan yang rendah sampai
kenikmatan tertinggi harus ada, disana harus luas, kemudian keempat di akhirat tempat
menerima balasan bukan lagi tempat taklif yang mana tidan ada kewajiban lagi, dan kelima di
akhirat tempat yang murni untuk kebahagiaan yang dipisah dengan penderitaan murni.
4. Pengertian tasalsul dalam hal ini adalah satu rangkaian yang tak terbatas dari sebab-sebab
dan akibat-akibat dimana tak akan pernah berhenti pada sebab pertama, dengan ungkapan
yang sederhana, tasalsul ialah wujud (A) yang merupakan akibat dari wujud (B) dan wujud
(B) sebagai akibat dari wujud (C) dan juga wujud (C) adalah akibat dari wujud (D) dan
seterusnya dan rangkaian ini terus berlanjut hingga tak terbatas dan tak berakhir. Berdasarkan
teori kemustahilan tasalsul, bentuk rangkaian seperti itu adalah batil.
Mengenai ketauhidan Jika Tuhan/Allah Swt bersifat baru, maka Allah membutuhkan pihak
lain yang membuatnya. Pembuatnya tentu membutuhkan pihak lain lagi yang membuatnya.
Dan begitu seterusnya. Inilah yang disebut dengan istilah mata rantai/hirarki yang tidak
berkesudahan (at-tasalsul).
5. Meskipun tiap nabi membawa pesan-pesan yang ternyata kandungannya hanya memiliki
perbedaan yang kecil, para nabi adalah pembawa pesan yang satu dan sama, dan mereka
memiliki satu aliran pemikiran yang sama.  Aliran pemikiran ini disuguhkan secara gradual
sesuai dengan kemampuan umat manusia, sampai mereka mencapai titik perkembangan
dimana aliran pemikiran ini bisa disuguhkan dalam bentuknya yang lengkap dan sempurna.
Ketika itulah kenabian berakhir.
Imamah Sebagai Penerus Risalah Pelanjut kenabian dan pembimbing selain nabi sebagimana
disebutkan sebelumnya adalah sebuah keharusan pula. Dan dalam mazhab ahlul bait, pelanjut
tersebut dikenal dengan imam, yang menjadi washi (penerima wasiat), khalifah (pengganti),
dan wali (pemimpin) setelah Nabi saw. Jadi imamah adalah konsep kepemimpinan yang
diyakini oleh umat syiah.

Anda mungkin juga menyukai