44496
Vol. 9, No. 2, April 2021
Abstrak
Kebakaran hutan dan lahan yang hampir setiap tahun terjadi pada musim kemarau di Kota Singkawang,
terutama disebabkan oleh faktor manusia. Kebakaran ini merupakan ancaman terhadap kelestarian hutan dan
lahan, ekonomi, sosial, lingkungan dan bahkan politik. Dampak bencana ini tidak bisa dibendung oleh satu
batas wilayah. Oleh karena masalah “tamu tahunan” ini harus dicegah dan ditanggulangi secara serius melalui
berbagai aktivitas. Dalam rangka membantu untuk merencanakan pengeleloaan dibidang lahan pertanian
khususnya lahan rawan kebakaran, dipandang perlu memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG). Untuk
membangun SIG diperlukan data utama yaitu data spasial (peta) dan data atribut (statistik). Kedua jenis data
harus tersedia secara bersama-sama untuk memberikan informasi yang akurat. Masalah yang muncul bagaimana
mentransformasikan kondisi real (real world) ke domain SIG, bagaimana manajemen datanya, dan bagaimana
membangun aplikasi SIG yang bermanfaat sebagai salah satu unsur penunjang dalam pengambilan keputusan.
Tujuan penelitian ini adalah terinventarisasi dan terdokumentasikannya data dan informasi pemetaan lahan
pertanian rawan kebakaran baik secara numerik maupun spasial, sehingga dapat mendukung penetapan strategi
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang berdaya guna dan berhasil guna. Serta tersajikannya data dan
informasi lahan pertanian rawan kebakaran dalam format yang accessible dan sesuai dengan standar baku
perpetaan di Indonesia, sehingga memberi kemudahan dalam sinkronisasi program antar sektor.
Kata kunci: Rawan Kebakaran, Sistem Informasi Geografis, Data Spasial, Data Atribut, Manajemen Data.
hutan dan lahannya sendiri, tetapi lebih jauh akan meningkatkan dan mengusahakan terciptanya suatu
mengakibatkan terganggunya proses pembangunan [3,4]. lingkungan yang sehat dan layak dengan perkembangan
Sementara ini kebakaran hutan dan lahan masih kota yang tertib dan teratur. Selain itu, maksud dari kajian
dianggap sebagai suatu musibah/bencana alam seperti ini sebagai masukan teknis bagi Pemerintah Kota
halnya gempa bumi dan angin topan, padahal kebakaran Singkawang dalam mengarahkan para petani untuk
hutan dan lahan berbeda dengan kejadian-kejadian mewujudkan lingkungan yang dikehendaki
bencana alam tersebut. Kebakaran hutan dan lahan dapat Secara teknis tujuan kajian ini adalah sebagai
dicegah/dikendalikan, karena kita telah mengetahui bahwa berikut:
apabila musim kemarau, daerah rawan kebakaran tidak 1) Terinventarisasi dan terdokumentasikannya data dan
diadakan pencegahan sudah dapat dipastikan akan terjadi informasi pemetaan lahan pertanian rawan kebakaran
kebakaran hutan/lahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, baik secara numerik maupun spasial, sehingga dapat
sudah saatnya pengendalian kebakaran hutan dan lahan mendukung penetapan strategi penanggulangan
ditangani secara terencana, menyeluruh, terpadu dan kebakaran hutan dan lahan yang berdaya guna dan
berkelanjutan [2,12,15,18]. berhasil guna.
Sebagian besar kebakaran hutan dan lahan berasal dari 2) Tersajikannya data dan informasi lahan pertanian
kegiatan pembakaran pada sistem pengolahan lahan di rawan kebakaran dalam format yang accessible dan
pedesaan. Pembukaan kawasan hutan untuk membuka sesuai dengan standar baku perpetaan di Indonesia,
suatu areal baru bagi tanaman pangan sudah lama sehingga memberi kemudahan dalam sinkronisasi
berlangsung. Setelah 2 atau 3 tahun ditanami tanaman program antara sektor.
pangan, lahan tersebut biasanya menjadi miskin hara dan Sasaran lokasi kegiatan meliputi seluruh wilayah lahan
ditinggalkan. Selanjutnya pembukaan kawasan hutan yang pertanian yang sering terjadi kebakaran setiap tahunnya,
lainnya terjadi lagi untuk maksud yang sama. Demikian yang terdapat di beberapa titik lahan pertanian dan hutan
terus-menerus, bahkan meningkat sejalan dengan di Kota Singkawang. Dengan hasil yang diharapkan
meningkatnya jumlah penduduk. tersusunnya data spasial lahan pertanian rawan kebakaran
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dan sehingga dapat menghasilkan informasi yang
khususnya di Kalimantan Barat dalam lima belas tahun komfrehensif mengenai kondisi dan distribusi lahan
terakhir menunjukkan trend yang semakin meningkat pertanian rawan kebakaran, sehingga dapat dimanfaatkan
frekuensinya dan dalam luasan yang makin meningkat, oleh instansi terkait dalam mengambil tindakan
sehingga menimbulkan kerugian ekonomi, sosial, penaggulangan dini kebakaran lahan pertanian yang ada di
lingkungan dan bahkan politis yang semakin besar. Kota Singkawang.
Kebakaran hutan dan lahan umumnya disebabkan oleh Dampak yang diperkirakan dapat dirasakan dari
faktor manusia, baik disengaja maupun tidak disengaja. pelaksanaan kegiatan ini adalah solusi dalam mengambil
Sangat sedikit kemungkinan akibat dari faktor alam (petir, kebijakan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan
gunung merapi dan lain-lain) [5,9,14]. pertanian dan hutan, serta arahan untuk malakukan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan tindakan dalam upaya mewujudkan Kota Singkawang
penanggulangan kebakaran hutan, mulai dari penyuluhan, bebas dari polusi udara.
kampanye, pendidikan lingkungan, penyediaan peralatan, Faktor-faktor terjadinya suatu kebakaran hutan dan
pelatihan dan pembentukan regu pemadam, dan bahkan lahan adalah karena adanya unsur panas, bahan bakar dan
pembentukan lembaga khusus pengendalian kebakaran udara/oksigen. Ketiga unsur ini dapat digambarkan dalam
hutan dan lahan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan di bentuk segitiga api. Pada prinsipnya, pengendalian
Indonesia lebih 90% disebabkan oleh faktor manusia, baik kebakaran hutan dan lahan adalah menghilangkan salah
disengaja maupun tidak disengaja (kelalaian), dan sangat satu atau lebih dari unsur tersebut.
sedikit yang disebabkan oleh faktor alam seperti akibat Kebakaran hutan dan lahan gambut selama musim
letusan gunung berapi, petir. Pada setiap daerah faktor kering dapat disebabkan atau dipicu oleh kejadian alamiah
kebakaran yang disebabkan oleh manusia sangat dan kegiatan atau kecerobohan manusia. Kejadian
bervariasi, aktivitas manusia yang terkait dengan alamiah seperti terbakarnya ranting dan daun kering
kebakaran hutan dan lahan antara lain: kegiatan konversi secara serta-merta (spontan) akibat panas yang
lahan (35%), perladangan liar (25%), pertanian (17%), ditimbulkan oleh batu dan benda lainnya yang dapat
kecemburuan sosial (14%), dan proyek transmigrasi (8%) menyimpan dan menghantar panas, dan pelepasan gas
[7]. Ada empat penyebab kebakaran langsung yaitu: api metana (CH4) telah diketahui dapat memicu terjadinya
digunakan dalam pembukaan lahan, api digunakan kebakaran. Meskipun demikian, pemicu utama
sebagai senjata dalam masalah konflik tanah, api terjadinya kebakaran adalah adanya kegiatan dan atau
menyebar secara tidak sengaja dan api yang berkaitan kecerobohan manusia, yang 90-95% kejadian kebakaran
dengan ekstraksi sumberdaya alam [6,13,16]. dipicu oleh faktor ini [17,24].
Maksud kajian ini adalah untuk menghasilkan Kebakaran ialah terbakarnya sesuatu yang
rumusan kebijakan yang diharapkan dapat menjadi menimbulkan bahaya atau mendatangkan bencana.
landasan penanganan kawasan pertanian yang rawan Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak
kebakaran di Kota Singkawang, untuk mencegah polusi dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena
udara sehingga terwujud Kota Singkawang sebagai kota kelalaian manusia. Sumber api alami ialah kilat yang
yang nyaman dan layak untuk hidup (Livable) serta menyambar pohon atau hangman, letusan gunung api
yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan perencanaan tata guna hutan/lahan, pemberian ijin bagi
antara ranting tumbuhan kering karena goyangan angin kegiatan, hingga pemantauan dan evaluasi.
yang menimbulkan panas atau percikan api [23,25,26]. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
Kebakaran hutan dan lahan yang hampir setiap tahun mencegah timbulnya api di antaranya:
terjadi pada musim kemarau di Kalimantan Barat 1) Penatagunaan lahan sesuai dengan peruntukan dan
khususnya Kota Singkawang, terutama disebabkan oleh fungsinya masing-masing, dengan mempertimbangkan
faktor manusia. Kebakaran ini merupakan ancaman kelayakannya secara ekologis dan ekonomis.
terhadap kelestarian hutan dan lahan, ekonomi, sosial, 2) Pengembangan sistem budidaya pertanian dan
lingkungan dan bahkan politik. Dampak bencana ini perkebunan, serta sistem produksi kayu yang tidak
tidak bisa dibendung oleh satu batas wilayah. Oleh karena rentan terhadap kebakaran, seperti pembukaan dan
masalah “tamu tahunan” ini harus dicegah dan persiapan lahan tanpa bakar (zero burning-based
ditanggulangi secara serius melalui berbagai aktivitas. land clearing), atau dengan pembakaran yang
Kebakaran hutan dan lahan tersebut harus dapat di terkendali (controlled burning-based land clearing).
“manage” dengan baik dalam rangka meminimalisir 3) Pengembangan sistem kepemilikan lahan secara jelas
jumlah kejadian dan nilai dampak negatif (kerugian) yang dan tepat sasaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
ditimbulkannya melalui kegiatan pencegahan, operasional menghindari pengelolaan lahan yang tidak tepat sesuai
dan penginformasian dalam suatu sistem managemen dengen peruntukan dan fungsinya.
terpadu yang dikelola oleh lembaga khusus pengendalian 4) Pencegahan perubahan ekologi secara besar-besaran
kebakaran sebagai leading agency. diantaranya dengan membuat dan mengembangkan
Pencegahan kebakaran menjadi kegiatan utama, pedoman pemanfaatan hutan dan lahan gambut secara
karena apabila kebakaran sudah melanda akan banyak bijaksana (wise use of peatland), dan memulihkan
menyita sumberdaya untuk mengatasinya dan kerugian hutan dan lahan gambut yang telah rusak.
besar akan menimpa. Upaya pencegahan kebakaran 5) Pengembangan program penyadaran masyarakat
dilakukan antara lain dengan membangun kesadaran terutama yang terkait dengan tindakan pencegahan
seluruh lapisan masyarakat agar peduli dalam upaya dan pengendalian kebakaran. Program ini diharapkan
pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui dapat mendorong dikembangkannya strategi
pendidikan, penegakan hukum dan pengembangan teknis pencegahan dan pengendalian kebakaran berbasis
pencegahan serta pembuatan kebijakan yang mendukung masyarakat (community-based fire management) [18].
upaya pencegahan kebakaran. 6) Pengembangan sistem penegakan hukum. Hal ini
Institusi pemerintah, swasta, LSM dan organisasi mencakup penyelidikan terhadap penyebab kebakaran
massa atau kelompok masyarakat (maupun perorangan) serta mengajukan pihak-pihak yang diduga
sebenarnya dapat meningkatkan perannya aktivitas menyebabkan kebakaran ke pengadilan.
bersama didukung pendanaan yang memadai dalam 7) 7. Pengembangan sistem informasi kebakaran yang
membangun masyarakat yang peduli terhadap pencegahan berorientasi kepada penyelesaian masalah. Hal ini
kebakaran hutan dan lahan melalui pola hubungan mencakup pengembangan sistem pemeringkatan
kerjasama fungsional dan koordinasi dalam wadah bahaya kebakaran (Fire Danger Rating System)
jaringan kerja kegiatan pencegahan dan penanggulangan dengan memadukan data iklim (curah hujan dan
kebakaran hutan dan lahan ini. kelembaban udara), data hidrologis (kedalaman muka
Jaringan kerja pengendalian kebakaran merupakan ir tanah dan kadar lengas tanah), dan data bahan
salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai kendala yang dapat memicu timbulnya api. Kegiatan ini
selama ini, dan merupakan hal strategis di dalam akan memberikan gambaran secara kartografik
mewujudkan sistem pengelolaan kebakaran hutan dan terhadap kerawanan kebakaran. Gambarannya dapat
lahan di Propinsi Kalimantan Barat dapat berjalan baik berupa peta bahaya kebakaran yang berhubungan
dan berkesinambungan dengan melalui beberapa aspek dengan kondisi mudahnya terjadi kebakaran, peta
yang mutlak keberadaannya. Pengelolaan atas kebakaran resiko kebakaran yang berkaitan dengan sebab
hutan dan lahan gambut meliputi upaya pencegahan dan musabab terjadinya kebakaran, dan peta sejarah
pengendalian. Kedua upaya itu harus dilakukan secara kebakaran yang penting untuk evaluasi
sistematis, serba-cakup (comprehensive), dan terpadu, penanggulangan kebakaran [15,17].
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan Dampak Kebakaran Lahan
(stakeholder). a. Dampak Terhadap Bio-Fisik
Tindakan pencegahan merupakan komponen b. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
terpenting dari seluruh sistem penanggulangan bencana c. Dampak Terhadap Lingkungan
termasuk kebakaran. Bila pencegahan dilaksanakan
dengan baik, seluruh bencana kebakaran dapat Pengendalian Kebakaran
diminimalkan atau bahkan dihindarkan. Pencegahan Kegiatan pengendalian kebakaran meliputi kegiatan
kebakaran diarahkan untuk meminimalkan atau mitigasi, kesiagaan, dan pemadaman api. Kegiatan
menghilangkan sumber api di lapangan. Upaya ini pada mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran
dasarnya harus dimulai sejak awal proses pembangunan seperti pada kesehatan dan sektor transportasi yang
sebuah wilayah, yaitu sejak penetapan fungsi wilayah, disebabkan oleh asap [13,16].
Kesiagaan dalam pengendalian kebakaran bertujuan
agar perangkat penanggulangan kebakaran dan dalam studi kemampuan lahan bagi pengembangan
dampaknya berada dalam keadaan siap digerakkan. Hal pertanian tertentu. Kemampuan tersebut berdasarkan
yang paling penting dalam tahap ini adalah membangun terpenuhinya kriteria mengenai jenis tanah, kandungan
partisipasi masyarakat di kawasan rawan kebakaran, dan hara, lereng, curah hujan dan sebagainya [11,21].
ketaatan para pengusaha terhadap ketentuan Dari uraian di atas tersimpul kemampuan SIG sebagai:
penanggulangan kebakaran. a. Bank Data terpadu (data lokasi geografis dan data
keterangan (tekstual) yang berkaitan).
Peraturan Yang Mendukung b. Sistem Informasi
Peraturan perundangan sangat penting dalam rangka c. Sistem Analisa Keruangan
pencegahan kebakaran hutan. Penegakan disiplin d. Sistem Administrasi/Manajemen Keruangan
penggunaan api sangat perlu dilakukan, terutama terhadap e. Sarana bantu pengambilan keputusan (decission
mereka yang cenderung melanggar. Masyarakat perlu support system).
diberi informasi dan dididik mengenai aturan-aturan
tersebut. Masih terdapat sejumlah kecil kelompok orang Pendekatan Pengembangan
yang karena kepentingannya sendiri cenderung melanggar Agar dalam waktu relatif singkat dapat terbentuk inti
atau tidak peduli dengan aturan penggunaan api di tempat- jaringan yang dapat diperlukan sebagai dasar bagi
tempat terlarang. Meskipun kelompok ini kecil, tapi pengembangan selanjutnya, sistem akan dikembangkan
seringkali mereka bisa menggagalkan upaya-upaya sebagai berikut:
pencegah kebakaran. Oleh karenanya penegakan hukum 1) Sistem Berdasarkan Rujukan Persil
tetap merupakan jalan satu-satunya untuk menjamin Sepanjang basis datanya mengandung data-data yang
berhasilnya kegiatan pencegahan yang ditujukan terhadap relevan, SIG sebagai sistem informasi dapat menjawab
orang-orang yang tidak peduli tersebut. pertanyaan-pertanyaan mengenai siapa, apa, bilamana,
Pengenaan sanksi hukum kadang-kadang dipandang dimana, dan berapa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
semata-mata sebagai penghukuman, padahal hal ini dapat adalah yang lazim dilontarkan oleh para eksekutif.
menjadi sarana bagi tujuan yang baik. Jika hukum Sebagai sistem administrasi, misalnya untuk Kantor
ditegakkan dan hukuman terhadap si pelanggar Pendaftaran Tanah, SIG dapat dipergunakan untuk
diumumkan, kemungkinan kejadian kebakaran dapat menampung data administratif mengenai persil, status
ditekan. Meski penegakan ketentuan hukum merupakan tanah, tanggal perolehan dan harganya, nomor
suatu bagian penting dari pencegahan kebakaran, hal ini sertifikat dan sebagainya. Untuk Pajak Bumi dan
sebaiknya dianggap sebagai suatu alat pendidikan yang Bangunan dapat pula disusun basis data yang
harus digunakan secara arif dan bijaksana. mencakup data pengelolaan administrasi perpajakan.
Peraturan perundangan harus direvisi, harus ada 2) Sistem Berdasarkan Rujukan Non-Persil (Geografis)
larangan untuk melakukan pembakaran yang Sektor pertanian setidaknya meliputi informasi
menyebabkan kabut asap yang signifikan seperti mengenai jenis dan luas sawah, jenis dan luas
pembakaran dilahan gambut, meskipun penggunaan api pengairan. sumber air, jenis dan luas tanaman
dalam situasi dan lokasi yang mungkin menimbulkan efek holtikultura, jenis dan luas perkebunan, serta potensi
lokal yang tidak diinginkan dari asap misalnya terhadap produksi masing-masing. Dengan pendekatan tersebut
asap dan transportasi, harus diatur. Berbagai dampak di atas, maka dapat dikembangkannya sekaligus dua
kebakaran dan kebakaran itu sendiri merupakan bagian jenis SIG, yakni SIG yang menggunakan persil/bidang
dari masalah kebijakan dan bahwa dalam keadaan tertentu tanah sebagai rujukan, dan SIG yang menggunakan
kebakaran mungkin merupakan cara pengelolaan lahan unit administrasi atau area penyebaran fenomena
yang tepat. Pengakuan terhadap kenyataan ini memiliki sebagai rujukan (rujukan geografis)
implikasi perundang-undangan. Perundang-undangan
Indonesia melarang semua pembakaran hutan dan lahan. Konsep Implementasi
Peraturan ini memfokuskan kebakaran sebagai masalah, Dalam hubungan itu pada tahap ini pembuatan peta
yang harus dicegah dalam segala situasi [17,22,27,28,29]. dasar merupakan kegiatan yang bersifat strategis dan
harus diprogramkan secara sistematis. Dalam rangka
Keterkaitan Peta Dengan Penanggulangan otonomi daerah, program ini makin penting untuk
Kebakaran Lahan diselenggarakan secara sistematis dan berkelanjutan.
Sistem Informasi Geografis yang memperpadukan Program diselenggarakan secara fotogrametris maupun
setiap catatan dengan lokasinya pada peta, jadi juga pada terestris. Agar dapat menunjang secara optimal program
lokasinya di bagian dunia nyata yang bersangkutan. Pada pengembangan jaringan SIG, selayaknya untuk perdesaan
dasarnya sistem ini sepanjang keterangan (tekstual) data- dengan cara fotogrametris melalui pemotretan udara skala
data yang bersangkutan dicatat dalam file basis datanya, 1:10.000 dan secara terestris untuk perkotaan.
maka dapat menjawab pertanyaan pihak manajemen yang Untuk keperluan Kehutanan dan Pertanian yang
meliputi: Siapa, apa, bilamana, dimana dan berapa [19]. memerlukan peta dasar dan peta tematik, perlu dipikirkan
Dengan perancangan basis data yang serasi SIG dapat penggunaan sistem pengadaan data yang memadukan
dipergunakan sebagai sarana manajemen. Selain itu, SIG sekaligus pemetaan topografi dan pemetaan tematik,
dapat pula digunakan sebagai sarana bantu pengambilan dengan sistem sensor yang mampu menghasilkan
keputusan yang mengandung implikasi keruangan, seperti informasi dalam jenis dan detail yang diperlukan. Pada
▪ Fungsional, yaitu sistem yang dibentuk bermanfaat mendokumentasikan hasil-hasil interview dengan
dalam memberikan informasi perencanaan pencegahan pengguna. Informasi yang didapat dari aktivitas
kebakaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan penaksiran kebutuhan ini secara langsung
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan pertanian mempengaruhi aktivitas perancangan sistem informasi
di Kota Singkawang. secara konseptual.
▪ Sustainable, artinya sistem yang dibentuk mampu 6) Perancangan Konseptual Aplikasi
untuk terus berkembang sesuai dengan kebutuhan Perancangan konseptual Aplikasi Sistem Informasi
aktivitas pembangunan ekonomi. pada mulanya merupakan suatu perancangan basisdata.
▪ Compatible, yaitu sistem yang dikembangkan harus Aktivitas ini mencakup pemodelan formal (persiapan
memiliki kecocokan dengan sistem dan perangkat model data) basisdata Sistem Informasinya dan
kerja yang sudah ada, serta memilki kecocokan secara tingkatan awal dari aktivitas perencanaan basisdata.
umum dengan sistem-sistem informasi lain yang telah Perencanaan basisdata merupakan aktivitas yang
ada pada instansi. paling penting di dalam pengembangan Sistem
▪ Mudah dan user friendly, sistem yang dikembangkan Informasi. Aktivitas ini dimulai dari pengenalan
harus mudah dimengerti dan dioperasionalkan kebutuhan mengenai data-data di dalam penaksiran
khususnya oleh calon pengguna. kebutuhan, updating dan pemeliharaan data dan
▪ Handal, sistem informasi ini juga harus memuat akhirnya penyimpanan data sesuai dengan jadwalnya
kemampuan-kemampuan atau fungsi-fungsi informasi [1]. Perancangan konseptual ini meliputi:
yang dibutuhkan. • Perancangan Sistem dan Prosedur: Berdasarkan
▪ Layak dari segi biaya, artinya dalam hasil survey, analisis sistem dan prosedur,
pengembangannya harus disesuaikan dengan dilakukan pembuatan rancangan dan menyusun
kemampuan daerah dalam penyediaan hardware dan konsep sistem dan prosedur.
software pendukung sistem, termasuk juga perawatan • Perancangan Konsep: Pada tahap ini akan disusun
sistem. suatu konsep sistem yang terintegrasi dan terdiri
2) Proses Pembentukan Sistem Informasi dari klasifikasi data, model-model aplikasi.
▪ Identifikasi karakteristik sumber daya alam yang
meliputi kondisi geografis, topografi, curah hujan, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis tanah, sumber daya air dan sumber daya lainnya GIS (Geographic Information System) sampai saat ini
▪ Identifikasi karakteristik sumber daya manusia yang yang mampu melakukan visualisasi secara efektif
meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan mengenai kondisi geografis yang akurat, kejadian bencana
penduduk dan mata pencaharian. kebakaran, ataupun perkiraan ancaman kebakaran yang
▪ Pemetaan lokasi Lahan Pertanian Rawan Kebakaran akan terjadi. Informasi spasial tersebut akan sangat
beserta informasinya membantu fire manager di dalam melakukan identifikasi
▪ Perancangan Model Sistem Informasi, termasuk sistem dan perencanaan, pencegahan, persiapan, respon serta
database keruangannya. restorasi.
3) Perangkat Kerja Peta rawan kebakaran merupakan model spasial yang
Perangkat kerja yang digunakan pada kegiatan digunakan untuk mempresentasikan kondisi di lapangan
penyusunan sistem informasi lahan pertanian rawan terkait dengan resiko terjadinya kebakaran hutan dan
kebakaran Kota Singkawang dibedakan menjadi lahan. Model ini dibuat menggunakan aplikasi GIS untuk
hardware, dan software komputer, disamping tenaga memudahkan proses overlay antar faktor-faktor penyebab
ahli dan operator pelaksana (brainware) yang menjadi kebakaran. Karenanya, memahami faktor-faktor penyebab
konseptor dan pelaksana perancangan desain sistem. dan perilaku kebakaran hal yang sangat utama di dalam
4) Metodologi Umum Pengembangan Sistem Informasi melakukan pemodelan ini.
Siklus pengembangan sistem dimulai Penilaian (Scoring) dilakukan dengan menggunakan
denganpenaksiran kebutuhan-kebutuhan (needs hasil analisa dari penyebaran hotspot selama musim
assessment), dimana fungsi-fungsi sistem informasi kemarau panjang, yang lebih menarik dan relevan bagi
beserta kebutuhan data diidentifikasi. Informasi ini fire manager untuk bahan pertimbangan musim kebakaran
didapat dengan beberapa cara antara lain dengan selanjutnya. Hasil analisa frekuensi hotspot dari berbagai
berdiskusi dengan pengguna sistem yang potensial. faktor tersebut selanjutnya di klasifikasi ke dalam
Baru kemudian, survei kebutuhan yang dilakukan beberapa kelas nilai (misalnya 1-5). Sedangkan
berdasarkan informasi yang didapat dan perencanaan pembobotan (weighting) dilakukan dengan menggunakan
detil pengembangan sistem informasi diformulasikan. penilaian berdasarkan pengetahuan serta kondisi yang
5) Penaksiran Kebutuhan terjadi di lapangan (expert judgement). Faktor dengan
Penaksiran kebutuhan dirancang untuk menghasilkan pengaruh lebih besar memdapatkan pembobotan yang
dua jenis informasi penting jumlah fungsi-fungsi lebih besar dibandingkan factor lainnya. Dalam hal ini
sistem informasi yang diperlukan dan daftar master pengaruh penutupan lahan dianggap lebih besar
data. Kedua jenis informasi ini diekstrak dari disbanding faktor lainnya, mengigat selain terkait dengan
sekumpulan deskripsi aplikasi sistem informasi, daftar data vegetasi, penutupan lahan juga terkait dengan
data penting, dan deskripsi proses-proses manajemen. penggunaan lahan, seperti pertanian, perkebunan, Hutan
Selain itu, akan digunakan formulir standard untuk Tanaman Industri, dan lain-lain.
IV. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1) Kebakaran hutan dan lahan yang hampir setiap tahun
terjadi pada musim kemarau di Kota Singkawang,
terutama disebabkan oleh faktor manusia.
2) Penyebab kebakaran lahan adalah sebagai berikut:
• Pembukaan lahan dengan cara pembakaran,
masih dilakukan karena lebih mudah, murah dan
Gambar 9 Peta Lahan Pertanian Rawan Kebakaran Kecamatan cepat
Singkawang Barat • Fenomena alam berupa musim kemarau panjang
(Sambaran petir pada hutan yang kering karena
musim kemarau yang panjang).
• Terdapat lahan gambut yang cukup rentan 7) Kebakaran yang terjadi di lahan gambut sebagian
terhadap api. besar terjadi di lahan yang tidak dikelola oleh
• Kepedulian masyarakat masih rendah masyarakat. Kebakaran sebagian besar berawal dari
• Aksesibilitas kelokasi kebakaran sulit dijangkau kawasan hutan dan semak belukar, namun pelaku
• Sumber air tidak tersedia ataupun penyebab kebakaran belum diketahui
• Sarana dan prasarana Pemadam Kebakaran dengan pasti. Kebakaran yang berasal dari lahan
Hutan terbatas masyarakat masih sangat jarang terjadi, jika pun ada
• Belum semua instansi berperan aktif secara maka kebakaran yang ditimbulkan tidak begitu luas.
optimal 8) Keterlibatan masyarakat dalam melakukan
pengendalian kebakaran lahan dan hutan semakin
• Kecerobohan manusia antara lain membuang
berkembang. Kebiasaan “handep hapakat” (gotong
puntung rokok secara sembarangan dan lupa
royong) masih melekat kuat dalam kehidupan
mematikan api di perkemahan.
bermasyarakat tetap digalakkan.
• Tindakan yang disengaja seperti untuk
membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
DAFTAR PUSTAKA
• Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada
daerah tanah gambut yang dapat menyulut [1] Abdul Kadir, (2010), Mudah Mempelajari Database My SQL, Andi
kebakaran di atas tanah pada saat musim Offset, Yogyakarta.
kemarau. [2] Adinugroho WC, Suryadiputra INN, SaharjoBH, SiboroL. (2005)
Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut.
3) Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan Proyek Climate Change, Forestsand Peat lands in Indonesia.
sebagai bentuk upaya pencegahan kebakaran, Bogor: Wetlands International–Indonesia Programme dan
diantaranya: Wildlife Habitat Canada (WHC).
[3] Andria AY. (2009). Keterkaitan Faktor Biofisik dan Penguasaan
• Deteksi Dini dan Peringatan Dini Lahan Hutan dengan Kerawanan Kebakaran Hutan dalam
• Pelatihan Keterampilan Penanggulangan Perspektif Penataan Ruang (Studi Kasus pada Wilayah
Karhutla bagi kelompok masyarakat ± 30-60 Hutan Tanaman Industri di Jambi) [tesis]. Bogor: Institut
Orang/tahun dan peningkatan SDM bagi Pertanian Bogor.
[4] Anonim, (1998). Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Dampak,
petugas Pemprov, Pemkab/Pemkot Faktor dan Evaluasi. Kantor Menteri Negara Lingkungan
• Peningkatan koordinasi dan kerjasama antara Hidup – UNDP. Jakarta.
Pemprov dengan Pemkab/Pemkot [5] Anonim, (1998). Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Rencana
• Membuat Peta Kerawanan KARHUTLA Tindak Penanggulangan Bencana. Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup – UNDP. Jakarta.
• Patroli/Pengawasan Daerah Rawan KARHUTLA [6] Anonim, (2003). Rencana Strategis Pengendalian Kebakaran Hutan
• Menginstruksikan kepada perusahaan dan Lahan Kalimantan Timur Tahun 2004 – 2008. UPTD
perkebunan dan Kehutanan untuk tidak Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan
Propinsi Kalimantan Timur. Samarinda.
melakukan pembakaran serta membina [7] Anonim, (2003). Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan Terpadu
masyarakat yang berada diwilayah kerjanya. di Kalimantan Timur. Makalah pada Pelatihan Kebakaran
4) Keterjangkauan masyarakat lokal terhadap lahan Hutan dan Lahan di Jayapura, Propinsi Papua). Tidak
sudah semakin kecil, sehingga sebagian besar dipublikasikan.
[8 ]Ajriansyah Putra, Ambar Tri Ratnaningsih, Muhammad Ikhwan,
masyarakat mengoptimalkan pemanfaatan lahan (2018), Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
yang ada. Semakin kecilnya keterjangkauan tersebut, Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi
disebabkan: (a) luasan lahan non gambut hingga Kasus: Kecamatan Bukit Batu, Kab. Bengkalis), Wahana
bergambut < 1,5 meter berkisar 10-15% dari luas Foresta, Jurnal Kehutanan, Vol 13, Nomor 1 Januari 2018.
[9] Arianti,Iin. (2006). Pemodelan Tingkat dan Zona Kerawanan
wilayah desa; (b) status kepemilikan lahan sudah Kebakaran Hutan dan Lahan Menggunakan SIG di SubDas
semakin kukuh; (c) nilai lahan sudah tergolong Kapuas Tengah Provinsi Kalimantan Barat. Bogor: Institut
tinggi; (d) batas-batas wilayah desa yang semakin Pertanian Bogor.
jelas; dan (e) penegakan sanksi bagi penembangan [10] Chokkalingam, U. (2004). Fire Causes in East Kalimantan. Centre
for International Forestry Research (Bahan Presentasi pada
hutan dan pembakaran lahan. Konferensi Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan di
5) Pemahaman masyarakat lokal terhadap kebakaran di Samarinda Mei 2004.
lahan gambut masih relatif lemah. Pemahaman [11] Dydik Setyawan, Yuli Priyana, Agus Anggoro Sigit, (2014),
masyarakat masih berkisar fenomena kebakaran di Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan
Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem
permukaan (surface fire), sementara fenomena Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten
kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran tajuk Situbondo Provinsi JawaTimur, Fakultas Geografi Universitas
(crown fire) jauh dari pemahaman mereka. Muhammadiyah Surakarta.
6) Pemahaman masyarakat terhadap dampak kebakaran [12] FWI/GFW, (2001) Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor.
Indonesia : Forest Watch Indonesia. Washington D.C. :
lahan gambut juga relatif lemah. Bagi masyarakat, Global Forest Watch.
dampak kebakaran gambut hanya berkisar masalah [13] Gandasasmita K. (2010) Pengembangan Geo indikator untuk
asap dan tanah yang mengeras. Sedangkan Pengelolaan Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan. Workshop:
dampaknya terhadap kerusakan ekosistem dan Pengembangan Indikator Geoindikator Untuk Pengelolaan
Resiko Bencana, Lingkungan dan Penataan Ruang di
biodiversitas serta perubahan lingkungan global Indonesia, Bogor 01 Des 2010.
belumbanyakdipahami.