Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB


AC MANDARA KENDARI (study kasus siswa tunanetra dan tunagrahita)

Nasrawaty

Abstrak

Permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana peran orang tua dalam pendidikan
siswa berkebutuhan khusus di SLB AC (tuna netra dan tuna grahita) Mandara
Kendari?Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peran orang tua dalam pendidikan
siswa berkebutuhan khusus di SLB AC Mandara Kendari.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah (1). Dari segi teoritis, penelitian
ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada Untuk menambah ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki peneliti. dan dapat memberi gambaran mengenai Peranan
orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus Dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peran
orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus.Dapat dijadikan sebagai bahan
acuan atau pembanding bagi penelitian lain yang relevan. (2). Dari segi praktis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas . Penelitian ini
berlokasi di SLB AC Mandara Kendari Kecamatan Kendari barat Kabupaten Kendari .
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang Peran orang
tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus . Informan dalam penelitian ini yaitu terdiri
dari 17 orang 6 orang informan kunci ( orang tua siswa) dan 11 orang informan pendukung (
kepala sekolah, guru, dan siswa SLB AC Mandara kendari). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu (1) teknik observasi, (2) teknik wawancara, (3) teknik dokumentasi.

Kata kunci:peran orang tua dalam pendidikan siswa berkebuthan khusus

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status
sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak yang mempunyai kelainan
sebagaimana di amanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya
diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan
khusus.
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan
individu dan perkembangan masyarakat. Khususnya pada anak penyandang disabilitas atau
anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik
perbedaan interindividual maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya
dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.Berkebutuhan khusus merupakanistilah yang
digunakan untuk menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam
konteks pendidikan. Ada perbedaanyang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan
khusus dengan luar biasa atau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih memandang pada
kebutuhan anak
Untuk mencapai prestasi dan mengembangkan kemampuannya secara optimal,
sedang pada luar biasa atau berkelainan adalah kondisi atau keadaan anak yang
memerlukan perlakuan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK (anak berkebutuhan khusus) antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku,
anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi
teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar,
karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif
(menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan
khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan
merupakan terjemahan dari children with special needs, ada satu istilah yang berkembang
secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari
diference ability. Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki
keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-
anak normal pada umumnya. Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia Diperkirakan
antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun menyandang ketunaan
atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus.
SLB (sekolah luar biasa) AC Mandara Kendari yang terletak di kompleks UHO lama,
kelurahan kemaraya adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar bagi siswa siswi penyandang disabilitas. pendidikan formal
banyak ditentukan oleh pelaksanaan kegiatan belajar, baik dikelas maupun di rumah. Untuk
meningkatkan kwalitas belajar mengajar siswa memerlukan cara belajar atau kebiasaan
belajar sejak dini, baik dilingkungan sekolah maupun dirumah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan perencanaan yang cukup sehingga dapat menmpengaruhi kegiatan belajar
siswa. Berdasarkan hasil pengamatan awal dengan orang tua siswa SLB Mandara Kendari
diperoleh informasi bahwa keinginan belajar siswa masih sangat kurang. Dan merekapun
cenderung kurang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga sangat
dibutuhkan peran aktif orang tuadalam menumbuh kembangkan partisipasi siswa dalam
proses belajar mengajar di rumah maupun di sekolah. Beranjak dari apa yang
dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Bagaimana
peran orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus di SLB (sekolah luar biasa)
mandara Kendari.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana peran orang tua dalam
pendidikan siswa berkebutuhan khusus di SLB AC Mandara Kendari

METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB AC Mandara Kendari Kecamatan Kendari Barat
Kabupaten Kendari. Dengan pertimbangan terdapat peran orang tua dalam pendidikan
siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November
2015.
Penelitian ini, menggunakan deskriptif kualitatif dengan fenomenologi yang menceritakan
dan menjelaskan pengalaman dan catatan perilaku serta aktifitas dari informan. Artinya data
yang di kumpulkan berasal dari pengalaman-pengalaman informan selama penelitian.
Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan
realita dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.Pengumpulan data pada
penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi yaitu peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung mengenai
bagaimana peran orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus di SLB AC
Mandara Kendari kecamatan Kendari Barat Kabupaten Kendari.
2. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan. Dalam
wawancara ini digunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis
berdasarkan permasalahan yang diteliti untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
peran orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

3. Dokumentasi Cara lain untuk memperoleh data dari responden adalah menggunakan
teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari
bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau
tempat, di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinnya.

Sumber Data Dan Penelitian


Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah manusia sebagai
instrumenkunci utama dalam penelitian kualitatifmerupakan peneliti itu sendiri. Peneliti
mengumpulkan beberapa macam data yang sesuai dengan fakta yang diamati sumber data
dari kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data tambahan seperti dari dokumen dan lain
sebagainya.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah orang tua siswa SLB Mandara
Kendari , Alasan ditetapkannya Orang tua siswa-siswi tersebut sebagai informan kunci
karena sebagai pelaku dan yang pelaku yang berperan dalam pendidikan siswa
berkebutuhan khususmenjalani proses pembelajaran.
Selain orang tua siswa SLB AC Mandara Kendari , peneliti juga akan mencari informan-
informan lain yang dianggap dapat melengkapi informasi yang dibutuhkan. Informan-
informan lain tersebut adalah siswa-siswi , guru-guru, Kepala Sekolah, dan yang lainnya

Fokus Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif sangat penting adanya fokus penelitian
karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dan
memegang peranan yang sangat penting dalam memandu serta menjalankan suatu
penelitian. fokus penelitian ini adalah peran orang tua dalam pendidikan anak berkebutuhan
khusus di SLB Mandara Kendari dilihat darifungsi orang tua sebagai berikut :
1. Sosialisasi Anak. Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan bekal
selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap
keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
2. Afeksi. Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa
cinta. penyebab utama gangguan emosional, perilaku dan bahkan kesehatan fisik
adalah ketiadaan cinta, yakni tidak adanya kehangatan dan hubungan kasih sayang
dalam suatu lingkungan.
3. Edukatif. Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik anak. Hal itu dapat dilihat
dari pertumbuhan sorang anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode seperti yang di
kemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono(2011: 334-343) dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Penelitian mengambil semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil
observasi, wawancara dan dokumen di lapangan.
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok sesuai dengan focus penelitian. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan menorganisasikan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya
sewaktu-waktu diperlukan.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Habermen
mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

Setelah data disajikan maka dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi data untuk
itu diusahakan mencari pola model, tema hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering
muncul dan sebagainya. Jadi dari data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Kesimpulan
data penlitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan
dan mungkin juga tidak, karena kesimpulan disini masih bersifat sementara dan akan
berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat yang akan mendukung tahapan pengumpulan data
berikutnya.

Teknik pengecekan Keabsahan Data


Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal yang
subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif. Alat
penelitian yang diadakan adalha wawancara dan obserfasi mengandung banyak kelemahan
ketikan dilakukan secara terbuka beberapa cara keabsahan data, yaitu dengan cara
pemeriksaan derajat kepercayaan . Tehnik ini dilaksanakan dengan jalan:
1. Keikut sertaan peneliti sebagai instrumen tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat
tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti sehingga memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan
inni dilakukan selama siswa SLB mengikuti pembelajaran di sekolah. Hal ini dilakukan
untuk memperdalam hasil dan mengecek kembbbali kebenaran data dilapangan.
2. Ketentuan pengamatan yaitu dimaksudkan untuk menemukan cirri-ciri unsur-unsur dan
situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci dengan demikianperpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
3. Teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk
keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding.
Teknik yang peling banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber
lainnya. Kecukupan referensi yakni bahan-bahan yang tercatat dan terekam dapat
digunakan sebagai patokan untuk menguji atau menilai sewaktu-waktu diadakan analisis
dan interprestasi. Dalam peneliti ini, mengunakan dua teknik triangulasi yakni triangulasi
dengan mengunakan sumber adalah untuk memandingkan apa yang dikatakan informan
dihadapan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan memandingkan apa yang
dikatakan informan yang satu dengan yang lain.

Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambarkan peran orang tua siswa berkebutuhan
khusus di SLB Mandara Kendari sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Sesuai
dengan proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, data-data disajikan
dalam suatu deskriftif kualitatif yang diperoleh dengan wawancara langsung terhadap
seluruh responden terkait peran orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus
Adapun peran yang dijalankan oleh orang tua dalam pendidikan siswa berkebutuhan khusus
di SLB AC Mandara Kendari dengan cara sebagai berikut :
Peran orang tua melalui Edukatif
Untuk mendukung proses belajar mengajar ini, dengan kondisi anak tunanetra,
orangtua juga harus belajar membaca tulis braille. Seperti yang diutarakan oleh informan
Neti Surianti ibu berumur 41 tahun ini ketika peneliti berkunjung kerumahnya dan
menanyakan perannya terhadap anaknya Yuni siswi tunanetra, ia mengatakan : “Biasa dulu
itu saya dan bapaknya yang bantu belajar bahkan saya juga harus mencoba belajar huruf
Braille agar bisa mengajarnya dan memeriksa pekerjaannya dirumah tapi sekarang karena
bapaknya sudah meninggal dan saya juga sibuk di puskesmas jadi kakaknya yang biasa
bantu tapi kalau saya sempat pasti saya juga membimbingnya”. (wawancara 4-10-2015),
Hal senada juga diutarakan oleh Wa Sarina orang tua siswi tunarungu yang dengan segala
kemampuannya Ia berusaha untuk bisa berbahasa menggunakan bahasa isyarat agar dapat
berkomunikasi dengan anaknya, Ia berkata : “Oh, kalau mau ajar dia harus bisa bahasa
isyarat makanya saya harus bisa berbahaasa isyarat juga supaya bisa ajar Uni belajar dia
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

dengan cara memperagakan misalnya saja pake bahasa tubuh atau sekarang dia bisami
juga pake abjad jari diajar di sekolah. Biasanya saya belikan buku-buku cerita yang ada
gambarnya supaya dia tau bentuk dan nama benda, binatang, tumbuhan dan lain-lain.
(Wawancara 5-10-2015
Dari uraian diatas Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu (individual
deferences) pada anak tunanetra, tunarungu, autis dan tunagrahita bervariasi sangat besar,
demikian juga pperan orang tua dalam membimbing anaknya hendaknya dapat memberikan
yang terbaik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Sehingga, dapat mengurangi
kesulitan-kesulitan belajar akademik (academic learing disabilities) yang ditunjukan pada
adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan, mencakup kegagalan dalam penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis, atau matematika.
Peran orangtua melalui Afeksi
Menurut M . S ya h l a n ( 2 0 0 2: 8 -1 2 ), anak merupakan hal yang sangat
berharga di mata siapapun, khususnya orang tua. Anak adalah perekat hubungan di
dalam keluarga, sehingga dapat dikatakan anak
memilikinilaiyangtakterhingga.Banyakfenomenamembuktikanorang
tuarelaberkorbandemikeberhasilananaknya. Tidakjarangditemukan
orangtuayangmenghabiskanwaktu,sibukbekerja semata-matahanya untuk kepentingan
anak.Apalagi anak yang memiliki keterbatasan atau berkebutuhan khusus seperti yang
diungkapkan oleh orangtua siswa-siswi SLB AC Mandara Kendari La Sitaka ayah nurjannah
mengatakan : “Yaah, kalau kesulitannya sudah tidak dijadikan beban lagi dek, kami
biasanya selalu memperhatikannya dan harus menuntunnya terus-menerus kalau kemana-
mana belum bisa sendirian jadi butuh kesabaran dari kami sekeluarga sangat sayang sama
dia”. (Wawancara 5-10-2015). lebih lanjut dikatakan oleh Ibu Suarti S.Pd ibu Nurlia Aswar
siswi tuna grahita : “Iya itu sudah pasti Keluarga harus sangat memperhatikan karena anak
begini tidak bisa dikasari tetapi dibimbing dengan kasih sayang”. (Wawancara 5-10-2015).
Berdasarkanuraiandiatasmakadapatdinyatakanbahwaperan orantua sangat
dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki
kekurangan fisik maupun psikis sehingga Perhatian dan kedekatan orang tua sangat
mempengaruhi keberhasilan
anakdalammencapaiapayangdiinginkan.Kedekatanantaraorangtuadananakmemilikimaknada
nperan yang sangatpentingdalamsetiapaspekkehidupankeluarga.
Peran orang tua melalui sosialisasi
Dewasa ini peran orang tua dan lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh
kembang anak dalam bergaul dengan orang lain.seperti yang dikatakan para orang tua
siswa-siswi berkebutuhan khusus di SLB Mandara Kendari dalam hal bersosialisasi sebagai
berikut
Suarti S.Pd (46 tahun ) “Kalau dirumah dia biasa bermain dengan kakaknya bahkan kalau
ada tamu yang datang biasanya dia ikut juga mengantarkan kue atau minuman tapi kalau
dilingkungan tetangga memang jarang dia keluar sendiri kecuali ditemani. (wawancara 5-9-
2015), agak berbeda dengan yang dilakukan oleh ibu Rosmiati dalam mengajarkan Indah
dalam bersosialisasi : “Saya memang dari kecilnya membiasakan dia bergaul dengan anak-
anak ttangga yang seumuran tapi selalu ditemani orang tua atau saudaranya karena dia kan
punya kekurangan takutnya nanti dia diejek atau menggannggu temannya”. (wawancara 10-
10-2015 ). Wa Murni Ibu Sindi Klaudia juga “saya itu biasakan sindi belajar malakukan
aktifitasnya sendiri supaya dia tidak selalu bergantung pada orang lain walaupun dia punya
kekurangan harus percaya diri dan akhirnya sekarang dia terbiasa bahkan kalau ada pesta
sindi biasa diundang menyanyi”. (wawancara 14-10-2015 ).
a. Tahap Kebesaran Hati
Hal yang manusiawi sekali bila setiap orangtua berkeinginan memiliki buah hati yang sehat
walafiat, tanpa satu kekurangan apapun. Bahasa awamnya adalah memiliki anak yang
“normal”, anak yang “sempurna”. Sehingga jika orangtua yang diberi anugerah anak yang
memiliki kebutuhan khusus. Pastilah perang batin, beribu andai, beribu pertanyaan,
perasaan bersalah dan sebagainya berkecamuk.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

b. Tahap Kesadaran
Biasanya barulah kemudian orangtua berada pada sebuah tahapan kesadaran akan
pentingnya pendidikan bagi anaknya yang memiliki kebutuhan khusus. Tahapan-tahapan itu
berbeda masanya pada tiap orangtua. Ada yang cepat sekali melewatinya, tetapi ada yang
lambat melewatinya, bahkan beberapa kasus orangtua mengabaikan semua hal dan
memilih bersikap apatis. Cepat atau lambatnya orangtua melewati tahapan tersebut, banyak
berdampak kepada tumbuh kembang anak juga dalam hal pemenuhan hak anak dalam
pendidikan.
Beberapa kasus, karena lambatnya dari tahapan yang dilalui oleh orangtua,
berdampak kepada “kecacatan sekunder” yang tidah harus terjadi. Bisa dimisalkan seperti,
pada anak tunanetra, konsep “berjalan” tidak dimiliki dengan begitu saja. Anak tidak bisa
melihat contoh dari “berjalan” itu apa. Keterlambatan penanganan dari orangtua, bisa
berakibat anak lambat berjalan atau tidak bisa dalam kemampuannya mandiri di
masyarakat, atau peran yang dapat dilakukan masyarakat.
Peran orangtua melalui fungsi religious
Dalam pendidikan Agama , orangtua memiliki fungsi sebagai guru pertama sebelum
sang anak dilepas kepada guru di sekolahnya. Orangtua terlebih dahulu harus membekali
mereka dengan pemahaman yang benar, memberikan semangat dalam belajar dan
menuntut ilmu, mengarahkan kepada ilmu-ilmu syari’at yang bermanfaat. Seorang ayah dan
ibu tidak boleh mengarahkan anaknya hanya untuk mempelajari ilmu dunia, melainkan
akhiratnya, sebaliknya ia harus mengarahkan anaknya untuk mempelajariilmu yang akan
mendekatkan anaknya kepada Allah dan kecintaan kepada kehidupan akhiratnya.
Hal tersebut tergambar ketika peneliti menanyakan : “Bagaimana perannya terhadap
pendidikkan agama bagi anaknya” Neti Surianti itu dari kecilnya sering kasih dengar
ceramah sambil saya bantu jelaskan dengan bahasa yang dia mengerti, dan saya juga
ajarkan cara sholat, berpuasa bahkan sekarang Yuni kalau keluar rumah selalu menutup
aurat (memakai jilbab)”. (wawancara 4-10-2015). La Sitaka orang tua siswi tunanetra “Kalau
soal agama dan sopan santun saya dan mamanya tak pernah berhenti menasehatinya,
biasanya kalau waktu sholat saya suruh dia sholat dan dia pun sampai sekarang rajin
mengerjakannya bahkan kalau bulan puasa dia selalu tarwih di mesjid dengan kakanya.
(wawancara 5-10-2015). Wa Murni Ibu sinndi siswi tunanetra “Dari dulu itu saya suka suruh
dia sholat tapi sampai sekarang jarang dikerjakan juga, hanya saya bersyukur sekali karena
sejak masuk SMPLB dia sudah pakai jilbabmi kalau keluar rumah padahal dulu setengah
mati disuruh biar bapaknya yang suruh dia tidak dengar. (wawancara 14-10-2015). Suarti
S.Pd ibu Nurlia Aswar “Kalau soal itu bukan Cuma saya tapi kami sekeluarga selalu
menasehati Lia sopan santun dan mengawasinya, saya juga selalu mengajarkan cara
berpakaian yang baik menurut agama, cara sholat dan dia pun mengikutinya. (wawancara 5-
10-2015).
Terkait dengan adab dan sopan santun dalam berpakaian maka orang tua harus
membiasakan anaknya untuk selalu menutup aurat, berpakaian yang sesuai dengan syariat
dan menghindari pakaian-pakaian yang dilarang. Zakiyah Daradjat berpendapat, “Tidak
dapat dipungkiri betapa pentingnya pendekatan agama dalam rangka membangun manusia
seutuhnya. Tidak dapat dibayangkan membangun manusia tanpa agama. Kenyataan
membuktikan bahwa dalam masyarakat yang kurang mengindahkan agama (atau bahkan
anti agama), perkembangan manusianya pincang. Hal ini berlaku di negara-negara
berkembang maupun di negara maju. Ilmu pengetahuan tinggi, tapi akhlaknya rendah.
Kebahagiaan hidup tidaklah mudah dicapainya. Agama menjadi penyeimbang, penyelaras
dalam diri manusia sehingga dapat mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaa
rohaniyah.” Daradjat, 1995 : 65).

KESIMPULAN
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat Peran
orangtua
Peran orangtua melalui fungsi religious
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

Dalam pendidikan Agama , orangtua memiliki fungsi sebagai guru pertama sebelum
sang anak dilepas kepada guru di sekolahnya. Orangtua terlebih dahulu harus membekali
mereka dengan pemahaman yang benar, memberikan semangat dalam belajar dan
menuntut ilmu, mengarahkan kepada ilmu-ilmu syari’at yang bermanfaat. Seorang ayah dan
ibu tidak boleh mengarahkan anaknya hanya untuk mempelajari ilmu dunia, melainkan
akhiratnya, sebaliknya ia harus mengarahkan anaknya untuk mempelajariilmu yang akan
mendekatkan anaknya kepada Allah dan kecintaan kepada kehidupan akhiratnya.
Hal tersebut tergambar ketika peneliti menanyakan : “Bagaimana perannya terhadap
pendidikkan agama bagi anaknya” Neti Surianti itu dari kecilnya sering kasih dengar
ceramah sambil saya bantu jelaskan dengan bahasa yang dia mengerti, dan saya juga
ajarkan cara sholat, berpuasa bahkan sekarang Yuni kalau keluar rumah selalu menutup
aurat (memakai jilbab)”. (wawancara 4-10-2015). La Sitaka orang tua siswi tunanetra “Kalau
soal agama dan sopan santun saya dan mamanya tak pernah berhenti menasehatinya,
biasanya kalau waktu sholat saya suruh dia sholat dan dia pun sampai sekarang rajin
mengerjakannya bahkan kalau bulan puasa dia selalu tarwih di mesjid dengan kakanya.
(wawancara 5-10-2015). Wa Murni Ibu sinndi siswi tunanetra “Dari dulu itu saya suka suruh
dia sholat tapi sampai sekarang jarang dikerjakan juga, hanya saya bersyukur sekali karena
sejak masuk SMPLB dia sudah pakai jilbabmi kalau keluar rumah padahal dulu setengah
mati disuruh biar bapaknya yang suruh dia tidak dengar. (wawancara 14-10-2015). Suarti
S.Pd ibu Nurlia Aswar “Kalau soal itu bukan Cuma saya tapi kami sekeluarga selalu
menasehati Lia sopan santun dan mengawasinya, saya juga selalu mengajarkan cara
berpakaian yang baik menurut agama, cara sholat dan dia pun mengikutinya. (wawancara 5-
10-2015).
Dapaat dilihat dari peranannya melalui edukatif yang sangat peduli terhdap pendidikan
anaknya yang mengalami keterbatasan fisik maupun mental. Orang tua senantiasa
memberikan yang terbaik bagi anaknya tunanetra, tuna rungu, autis dan tunagrahita seperti
membimbing dalam proses belajar dirumah dengan ikut serta belajar Braille/bahasa isyarat,
mengantar ke sekolah setiap hari, serta memenuhi segala kebutuhan pendidikannya.
Peran orangtua juga dapat dilihat dari peranannya melalui sosialisasi dan afeksi,
orangtua memiliki kesabaran dalam mengajarkan cara berinteraksi kepada keluarga, teman-
teman, dan seluruh masyarakat sehingga anaknya yang memiliki kekurangan tidak pernah
merasa malu untuk bersosialisasi kepada masyarakat pada umumnya. Sehingga, mereka
memiliki kepercayaan diri terutama semangat dalam menempuh pendidikan yang nantinya
akan menunjang perkembangan akademi untuk mengapai harapan dan cita-cita siswa dan
siswi penyandang disabilitas.
Demikian juga fungsi religious Dari sini peranan orang tua , pengajaran dan pendidikan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni,
keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika agama yang lurus.
Oleh karenanya untuk membentuk kepribadian tersebut diperlukan suatu tahapan,di
antaranya dengan membentuk kebiasaan serta latihan-latihan yang cocok dan sesuai
dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebutakan membentuk
sikap tertentu pada anak, yang lambat laun, sikap itu akan bertambah jelas dan kuat,
akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masukmenjadi bagian dari pribadinya.
Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana telah disimpulkan diatas maka
disarankan:
1. Kepada pemerintah khususnya kementrian pendidikan, agar memperhatikan akan
kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus terutama siswa-siswi yang berada di
SLB di seluruh Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya.
2. Kepada pihak sekolahkhususnya SLB , agar bisa mengadakan Bimbingan belajar dan
latihan keterampilan untuk bekal masa depan penyandang disabilitas.
3. Kepada orang tua agar selalu sabar ketika menghadapi anak berkebutuhan khusus yang
memerlukan pelayanan khusus dan senantiasa mendorong anaknya untuk belajar
sungguh-sungguh di rumahdan di sekolah , serta menyediakan fasilitas belajar yang
mendukung perkembangan pendidikan bagi anaknya.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 Nomor 1 Januari 2016

4. Kepada siswa dan siswi pennnyandang disabilitas hadapilah segala ketentuan Tuhan
Yang Maha Esa agar tidak putus asah dengan kekurangan yang dimiliki teruslah
berusaha dan berdoa untuk mengapai cita-cita dan yakinlah semua akan indah pada
waktunnnya.

Daftar Pustaka
Arifin, Z. 2991. Evaluasi Intruksional.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ahmadi, Abu. 1994. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Agustian, 2001. Belajar dan Pembelajaran. A-Ruzz Media. Yogyakarta.
Baihaqi & Sugiarmin. Memahamni dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama.
2006.
Chaplin, 1992. Tuntutan Metodelogi Belajar. Grasindo. Jakarta
Chalke, S. Tips Menjadi Orang Tua Arif, Positif, dan Inspiratif. Jogjakarta: Garailmu. 2009.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Rosdakarya.
Bandung.
Departemen Agaa RI,Metodologi Penelitian Agama Islam(Jakarta:Departemen
Agama,2002), 46.
Djamaro. Bahri. Saiful. 2002. Psikologi belajar. Renika cipta. Bandung Gunawan. 2004.
Upaya optimalispasi kegiatan belajar mengajar. Rosdakarya. Bandung.
Hadis, Abdul. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Alfabeta. 2006.
Hasan. 1994. Dimensi psikologi pendidikan. Alikhlas. Bina aksara. Surabaya.
Idris, z. Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan. Grsindo. Jakarta.
Muh. Uzer Lisman dan Lilis Satiawati. L. 1993. Upaya Optimalisasi Keguruan Belajar
MengajarRemaja. Rosda Karya. Bandung.
MulYono, 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PustakaPelajar. Jakarta.
Muhibbin Syah,Psikologi Dengan Pendekatan Baru(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,1999),92.
Noor Eva Turshina, Kebiasaan belajar siswa di SMA Negeri 3 Malang(Malang: Universitas
Negeri Malang,2010)
Nurihsan, Juntika. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama.
2011.
Oemar. H. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran Bumi Aksara. Jakarta.
Pohan, M.Imran. Masalah Anak dan Anak Bermasalah. Jakarta: CV Intermedia.
Pelayanan Bimbingan Konseling (Kediri:tp,2004),16.
Sujanto, Agus, Lubis Halem, & Hadi, Taufik. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
1980
Slameto, 1998. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Jakarta
Smith, Chris Dukus. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Indeks. 2009.
Team Musyawarah Guru Bimbingan Dan Konseling, Buku Kerja Siswa
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien (Yogyakarta:Liberty,1995),III:192.
Tiel, Julia Maria. Anakku Terlambta Bicara. Jakarta: Prenada. 2009
9

Anda mungkin juga menyukai