Anda di halaman 1dari 26

MODUL PERKULIAHAN

SEJARAH SENI
RUPA TIMUR
MASUKNYA PENGARUH BARAT
KE INDONESIA (BUDAYA INDIS)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
FTPD Desain Interior Kode MK Niken Savitri Anggraeni, S.Sn, M.Ds

Abstract Kompetensi
Menjelaskan tentang sejarah Mahasiswa mengetahui dan memahami
Masuknya pengaruh Barat ke Tentang masuknya pengaruh Barat ke
Indonesia serta kebudayaan yang Indonesia serta budaya yang timbul
terbentuk akibat dari hal tersebut karena hal tersebut.
Berikut dengan hasil karya seninya.
Masuknya Pengaruh Barat Ke Indonesia
(Budaya Indis)
Awal Kehadiran Belanda

Jauh sebelum kedatangan bangsa Belanda di kepulauan Indonesia, di Pulau Jawa


telah ada pendatang asal India, Cina, Arab, dan Portugis. Mula-mula orang-orang Belanda
itu hanya datang untuk berdagang, tapi belakangan malah menjadi penguasa.Jan
Pieterzoon coen, yang hadir di Batavia pada 1619, mendirikan kota Batavia yang diawali
dengan membangun gudang penyimpanan barang dagangannya (Pakhuiz), yang kemudian
diperkuat dengan perbentengan.

Budaya Indis adalah budaya hasil percampuran / akulturasi antara budaya Barat ( masa
kolonialisme Belanda ) dengan budaya lokal Indonesia. Wujud kebudayaan Indis dapat
dilihat antara lain berupa bangunan, produk rumah tangga, pakaian, transportasi, dsb.
Budaya Indis berakhir dengan masuknya penjajah Jepang yang terkenal anti Barat.

Contoh desain grafis pada masa itu

Istilah Indis berasal dari istilah Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda dalam Bahasa
Indonesia. Itulah nama suatu daerah jajahan pemerintah Belanda di Timur Jauh dank arena

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
itu sering disebut juga Nederlandsch Oost Indie. Menurut Pigeaud, orang Belanda pertama
kali datang ke Indonesia pada tahun 1619. Mereka semula berdagang tetapi kemudian
memonopoli lewat VOC dan akhirnya menjadi penguasa sampai datangnya Jepang pada
tahun 1942. Kehadiran orang-orang Belanda selama 3,5 abad di Indonesia memberikan
pengaruh pada segala macam aspek kehidupan.

Kata “Indis” berasal dari bahasa Belanda Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda, yaitu
nama daerah jajahan Belanda di seberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan di
kepulauan yang disebut Nederlandsch Oost Indie. Konsep Indis di sini hanya terbatas pada
ruang lingkup di daerah kebudayaan Jawa, yaitu tempat khusus bertemunya kebudayaan
Eropa (Belanda) dengan Jawa sejak abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-20.

Kebudayaan Indis adalah monumen estetis hasil budaya binaan (cultural construct) dan
imajinasi kolektif, serta ekspresi kreatif sekelompok masyarakat di Hindia Belanda yang
menggunakan dasar budaya Belanda dan Indonesia.

Kelompok masyarakat utama yang terhormat (mijnheer) disebut “signores”, dan


keturunannya disebut “sinyo”. Oleh orang pribumi, keturunan Belanda asli disebut “grad
satu” atau liplap”, sedangkan “grad dua” disebut “grobiak” dan “grad tiga” disebut “kasoedik”.
Dalam pengunaan istilah di masyarakat, kata grobiak dan kasoedik lama kelamaan hilang.

Faktor yang menentukan dalam perkembangan pola hidup gaya Indis ini antara lain :

- adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagai rakyat jajahan


- karena lahir sebagai keturunan Eropa dan Jawa
- keinginan untuk hidup lebih baik
- bekerja pada penguasa penjajah
- mendapat pendidikan atau jabatan yang tinggi

Bentuk perkawinan budaya tersebut bisa kita lihat dari contoh bentuk rumah di Jawa.
Rumah bergaya Indis sepintas tampak seperti bangunan tradisional dengan atap berbentuk
Joglo Limasan. Bagian depan berupa selasar terbuka sebagai tempat untuk penerimaan
tamu. Kamar tidur terletak pada bagian tengah, di sisi kiri dan kanan, sedang ruang yang
terapit difungsikan untuk ruang makan atau perjamuan makan malam. Bagian belakang
terbuka untuk minum teh pada sore hari sambil membaca buku dan mendengarkan radio,
merangkap sebagai ruang dansa.

Gaya hidup dan bangunan rumah Indis pada tingkat awal cenderung banyak
bercirikan budaya Belanda karena para pendatang bangsa Belanda pada awal datang ke
Indonesia membawa kebudayaan murni dari Belanda. Pengaruh budaya Barat terlihat pada

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
pilar-pilar besar, mengingatkan kita pada gaya bangunanParthenon dari zaman Yunani dan
Romawi. Pintu terletak tepat di tengah diapit dengan jendela-jendela besar pada sisi kiri dan
kanan.

Orang-orang Belanda, pemilik perkebunan, golongan priayi dan penduduk pribumi


yang telah mencapai pendidikan tinggi merupakan masyarakat papan atas, ikut mendorong
penyebaran kebudayaan Indis lewat gaya hidup yang serba mewah. Kebudayaan Indis
sebagai perpaduan budaya Belanda dan Jawa juga terjalin dalam berbagai aspek misalnya
dalam pola tingkah laku, cara berpakaian, sopan santun dalam pergaulan, cara makan, cara
berbahasa, penataan ruang, dan gaya hidup.

Karya Arsitektur
Landhuiz

Pada awalnya, orang-orang Belanda membangun gudang-gudang untuk menimbun


rempah-rempah di Banten, Jepara, dan Jayakarta. Dengan modal kuat Vereenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC) mendirikan gudang penyimpanan dan kantor dagang.
Sekelilingnya diperkuat benteng pertahanan, lalu sekaligus digunakan sebagai tempat
tinggal.

Setelah keadaan di luar kota aman, secara bertahap mereka berani bertempat
tinggal dan membangun rumah di luar tembok kota. Di samping itu para pejabat tinggi VOC
membangun rumah-rumah peristirahatan dan taman yang luas, yang lazim disebut landhuiz.

Gaya hidup semacam di landhuizen itu tidak dikenal di negeri Belanda. Mereka
kemudian memindahkan tempat tinggalnya ke permukiman baru di daerah pedalaman Jawa,
yang dianggap lebih baik dan sehat. Di sini mereka mendirikan rumah tempat tinggal dan
kelengkapannya yang disesuaikan dengan kondisi alam dan kehidupan sekeliling dengan
mengambil unsur budaya setempat. Pertumbuhan budaya baru ini pada awalnya didukung
oleh kebiasaan hidup membujang para pejabat Belanda. Larangan membawa istri (kecuali
pejabat tinggi) dan mendatangkan wanita Belanda ke Hindia Belanda memacu terjadinya
percampuran darah yang melahirkan anak-anak campuran dan menumbuhkan budaya dan
gaya hidup Belanda-Pribumi, atau gaya Indis. Arsitek landhuis terkenal antara lain Wolff
Schoemaker, DW Berrety, dan Cardeel

Ciri-ciri awalnya masih dekat sekali dengan bangunan yang ada di Belanda. Bentuk rumah
Landhuis :

 Tinggi dan memiliki banyak jendela.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
 Bilik-bilik berukuran luas dan banyak. Ini menunjukkan
bangunan landhuis dihuni oleh keluarga beranggota banyak
yang terdiri atas keluarga inti, dengan puluhan bahkan ratusan
budaknya.
 Bangunan tradisional dengan atap berbentuk Joglo Limasan.
 Bagian depan berupa selasar terbuka sebagai tempat untuk penerimaan tamu.
 Memiliki taman yang luas.

Atap berbentuk joglo limasan

Rumah landhuis yang berada di Pondok Gede

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Rumah landhuis dengan kolom Doric

Pada perkembangan selanjutnya, gaya Neo Klasik dipadukan ( bercampur ) dengan


arsitektur vernakular lokal disebabkan oleh iklim Indonesia yang tropis. Biasanya hal ini
terjadi pada rumah tinggal / villa. Awal abad ke-20, mulai muncul gaya-gaya Modern yang
bercampur dengan arsitektur vernakular.

Villa Isola, Bandung

Vila Isola merupakan perpaduan gaya Art Deco dengan pemahaman tradisi lokal (yaitu
dengan mengadopsi bentuk kepala Kala pada denah dan orientasi Utara-Selatan yang

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
mengacu pada aturan orientasi Jawa Kuno). Vila ini dirancang oleh C.P. Wolff Schoemaker
tahun 1932. Villa Isola adalah bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Kota
Bandung. Gedung ini dipakai oleh IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Bandung,
yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia-UPI). Villa Isola adalah bangunan
bergaya arsitektur Art Deco yang dibangun atas rancangan arsitek Belanda yang bekerja di
Hindia Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker.

Interior Villa Isola

Schoemaker berpendapat arsitektur yang tepat bagi Indonesia adalah arsitektur Modern
disesuaikan dengan Iklim tropis.

Ciri – ciri umum dari arsitekur Indis

Gaya Neo Klasik dan budaya lokal Indonesia yang bercampur dalam arsitektur Indis
umumnya dapat ditemukan pada tiang yang bergaya Neo Klasik dengan mengadopsi desain
Doric, Ionic, dan Korintia dari Yunani. Terdapat pula pediment ( bentuk segitiga pada atap )
yang merupakan ciri gaya klasik Yunani.Tipe bukaannya banyak memakai krepyak (ciri
arsitektur tropis Indonesia) sehingga dapat mengalirkan udara dengan baik. Beberapa
bangunan ada yang mengekspos kuda-kuda sebagai penunjang atap dan elemen estetis (
contoh aula Barat ITB ). Kerap kali ditemukan pula bangunan yang mempunyai halaman
yang luas. Hal ini mengadopsi budaya arsitektur Jawa yang kerap dimanfaatkan untuk
tempat berpesta, berdansa, serta upacara bagi orang-orang Belanda.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Bank Indonesia bergaya Neo Klasik dengan sentuhan local

Definisi arsitektur Indis menurut para arsitek Belanda

Ditemukan dua pendapat mengenai pandangan umum arsitektur yang sesuai dengan
kondisi Indonesia

a. Maclaine Pont, Thomas Carsten, dll


Melalui penggalian arsitektur Tradisional lalu dipertemukan Dengan teknik Modern
Barat.

Aula Barat ITB

Aula Barat ITB Mengadopsi gaya atap dari arsitektur “Sunda Besar” ( gabungan atap
arsitektur Sumatera & Jawa Barat )

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Kampus ITB yang mengadopsi gaya Sunda Besar

Konstruksi atap di aula barat ITB

b. Wolff Schoemaker, Aalbers, dll


Melalui infiltrasi budaya Barat Modern yang kemudian Disesuaikan dengan kondisi
Lokal ( alami & kultural )

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Villa Tiga Lokomotif

Vila Tiga Lokomotif Bandung merupakan tiga vila yang berdampingan di daerah
Dago. Mempunyai desain dengan desain atap datar ( desain Modern), strip windows
dengan kurvilinear.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Savoy Homann tempo doloe karya Van Es Jr, sebelum renovasi oleh Aalbers tahun 1936
dengan gaya Streamline Moderne .

Savoy Homann Bandung setelah renovasi oleh Aalbers. Memiliki bentuk kurvilinear,
terpengaruh ekspresionisme.

Banyak peninggalan seni bangunan bergaya Eropa bertebaran di Indonesia.


Misalnya bangunan benteng, istana, rumah tempat kediaman orang-orang Belanda ataupun
Portugis, dan bangunan gereja.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
a) Herman Thomas Karsten, banyak membuat rancang bangun bergaya Eropa
dipadukan dengan gaya tradisional. Salah satu hasil karyanya adalah bangunan
Museum Sonobudoyo – Yogyakarta

b) C. Citroen, berhasil merancang bangunan gedung “randhuis” atau kantor Balai Kota
di Surabaya pada tahun 1927, beberapa bangunan rumah kediaman yang tergolong
perumahan elite, serta bangunan gereja

c) W. Lemei, berhasil merancang bangunan kantor gubernuran di Surabaya yang


terkenal dan megah

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Perkembangan Arsitektur Indis

Arsitektur indis merupakan bentuk bangunan rumah tempat tinggal para pejabat
pemerintah Belanda yang memiliki ciri-ciri perpaduan antara bentuk bangunan Belanda dan
rumah tradisional Indosnesia.

Dalam Soekiman (2000), arsitektur Indis merupakan percampuran antara budaya


Belanda (Eropa) dengan budaya Jawa (lokal) yang terjadi akibat proses akulturasi yang
panjang. Arsitektur Indis merupakan pencerminan dari pola dan gaya hidup yang dianut oleh
sebagian kecil penghuni Nusantara pada masa Kolonial. Gaya hidup Indis mengalami masa
kejayaannya hingga awal abad 20, dimana pendukungnya bukan hanya orang Belanda saja,
tetapi golongan elit pribumi juga telah masuk dalam lingkaran budaya Indis. Arsitektur Indis
bagi orang-orang Belanda merupakan sebuah jawaban terhadap tantangan alam tropis
pulau Jawa.

Perkembangan Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dibagi atas 4 periode ( Helen


Jessup dalam Handinoto, 1996), yaitu :

1. Abad 16 sampai tahun 1800-an

Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia Belanda) di
bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda, VOC. Arsitektur Kolonial Belanda selama
periode ini cenderung kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda.
Bangunan perkotaan orang Belanda pada periode ini masih bergaya Eropa dimana
bentuknya:

- Cenderung panjang dan sempit


- Atap curam
- Dinding depan bertingkat bergaya Belanda di ujung teras
- Tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas, atau tidak beradaptasi dengan
iklim dan lingkungan setempat.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Museum Fatahillah dibangun tahun 1707 – 1710

2. Tahun 1800-an (awal abad ke 19) sampai dengan tahun 1902

Pada saat itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur tersendiri yang dikenal
dengan the Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang
melanda Eropa (terutama Prancis). Pada saat itu Gubernur Jendral Daendels membawa
pengaruh arsitektur ini ke Hindia Belanda dan hasilnya berbentuk gaya arsitektur Hindia
Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan dengan lingkungan lokal, iklim dan material
yang tersedia pada masa itu. Bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Neo Klasik
dikenal Indische Architectuur.

Karakteristik bangunan:

- Denah simetris, satu lantai,menggunakan atap perisai.


- Di dalamnya terdapat serambi tengah yang mejuju ke ruang tidur dan kamar-kamar
lainnya.
- Terdapat Pilar di serambi depan dan belakang (ruang makan)
- Terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan belakang
- Pilar menjulang ke atas ( gaya Yunani)

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
3. Tahun 1902-1920-an

Kaum Liberal Belanda pada masa antara tahun 1902 mendesak politik etis diterapkan
di tanah jajahan. Sejak itu pemukiman orang Belanda di Indonesia tumbuh dengan cepat.
Indishe Architectuur menjadi terdesak dan sebagai gantinya muncul standar arsitektur
modern yang berorientasi ke Belanda.

Perkembangan Arsitektur Sesudah Tahun 1900

Handinoto (1996: 163) menyebutkan bahwa, bentuk arsitektur kolonial Belanda di


Indonesia sesudah tahun 1900 merupakan bentuk yang spesifik. Bentuk tersebut
merupakan hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda pada waktu
yang bersamaan dengan penyesuaian iklim tropis basah Indonesia. Ada juga beberapa
bangunan arsitektur kolonial Belanda yang mengambil elemen-elemen tradisional setempat
yang kemudian diterapkan ke dalam bentuk arsitekturnya.

a) Art Nouveau
Art Nouveau adalahgaya seni arsitektur yang diterapkan pada seni-seni dekoratif yang
memuncak pada popularitas di pergantian abad 20 (1890-1905). Nama Art
Nouveau adalah bahasa Perancis untuk ‘seni baru’. Gaya ini ditandai dengan bentuk
organik, yang diilhami motif-motif bunga dan tanaman lain, dan juga sangat bergaya
bentuk-bentuk lengkung yang mengalir.

b) The Amsterdam School


Arsitektur Amsterdam School, yang pada awalnya berkembang disekitar Amsterdam,
berakar pada sebuah aliran yang dinamakan sebagai Nieuwe Kunst di Belanda. Nieuwe
Kunst adalah versi Belanda dari aliran “Art Nouveau” yang masuk ke Belanda (1892-
1904). Didalam dunia desain “Nieuwe Kunst” yang berkembang di Belanda, berpegang
pada dua hal yang pokok, pertama adalah ‘orisinalitas’ dan kedua adalah ‘spritualitas’.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
c) Gaya Arsitektur De Stijl
Gaya De Stijl dikenal sebagai neoplasticism, adalah gerakan artistik Belanda yang
didirikan pada 1917. Dalam hal ini, neoplasticism sendiri dapat diartikan sebagai seni
plastik baru. Mereka menganjurkan abstraksi murni dan universalitas dengan
pengurangan sampai ke inti bentuk dan warna; mereka menyederhanakan komposisi
visual ke arah vertikal dan horisontal, dan hanya digunakan warna-warna primer
bersamaan dengan warna hitam dan putih.

4. Tahun 1920-an sampai tahun 1940-an

Dalam Handinoto (1996) usaha yang paling menonjol dalam penyesuaian bangunan
dalam iklim tropis lembab adalah antisipasi terhadap :

- Ventilasi, diwujudkan dengan banyakanya pembukaan untuk aliran udara.


- Hujan dan matahari diantisipasi dengan membuat galeri sepanjang bangunan
sehingga apabila jendela terbuka akan terlindungi dari sinar matahari langsung
maupun tempias air hujan.
- Bangunan menghadap arah utara-selatan untuk menghindari sinar matahari langsung

Dalam mempelajari rumah tradisional, para arsitek Belanda menekankan agar desain
mereka bisa bersahabat dengan iklim dan kondisi lainnya. Dalam Sidharta (1997) beberapa
yang mereka jalankan didalam mendesain :

- Membuat beranda terbuka di depan, disamping atau disekeliling bangunan.


- Overhange yang lebar untuk melindungi dinding dan jendela dari sinar matahari
langsung atau hujan.
- Ketinggian dinding sekitar 4 meter
- Ventilasi alamiah yang cukup diatas pintu dan

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
jendela.
- Taman-taman tropis dengan pepohonan yang cukup.

Pasar Gede Hardjanagara sekarang digunaka sebagai Balai Kota Surakarta. Bangunan ini didesain
oleh arsitek Belanda, Ir. Thomas Karsten yang selesai pembangunannya tahun 1930.

Menurut Sidarta (1997) Arsitektur Indis sebenarnya berarti Arsitektur yang dibangun selama
waktu pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia antara abad 17 sampai tahun 1942 yang
dipengaruhi oleh arsitektur Belanda.

Perkembangan Arsitektur awal abad 20

Arsitektur Indis mencapai puncaknya pada akhir abad ke-19. Seiring dengan perkembangan
kota yang modern, lambat laun gaya Indis ditinggalkan dan berubah menjadi bangunan-
bangunan baru (nieuwe bouwen) yang bergaya art-deco sebagai gaya internasional.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Dengan iklim serta tingkat teknologi setempat. Wujud umum dari dari penampilan
arsitektur Niuwe Bouwen ini menurut formalnya berwarna putih, atap datar,
menggunakan gevel horizontal dan volume bangunan yang berbentuk kubus.

Gaya arsitektur Niewe Bouwen yang berada di Yogyakarta


(gambar kiri: Stasiun Yogyakarta; gambar kanan: pasar Beringharjo)

Berbagai Ragam Hias pada Bangunan Indis

Hiasan di atas atap rumah juga menjadi salah satu ciri budaya Indis. Di Jawa sendiri,
hiasan di bagian atap rumah kurang mendapat tempat, kecuali pada bangunan-bangunan
peribadahan (masjid, gereja, pura, dan candi). Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di
Indonesia sejak awal abad ke-16 mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan di antaranya
juga dalam hal hiasan kemuncak bangunan rumah.Di Belanda dengan iklimnya yang sangat
keras, penunjuk arah angin dahulu merupakan alat yang penting.

Umumnya rumah gaya Indis beragam hias sederhana. Seperti rumah-rumah di


Eropa, bangunan rumah di Negeri Belanda bagian depan (topgevels) dan kemuncak depan
(geveltoppen) mempunyai variasi hiasan yang bermacam-macam.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Elemen-elemen bangunan bercorak Belanda yang banyak digunakan dalam
arsitektur kolonial Hindia Belanda (Handinoto, 1996:165-178) antara lain:

a) gevel (gable) pada tampak depan bangunan

b) tower

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
20 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
c) dormer

d) windwijzer (penunjuk angin)


disebut juga windvaan, dalam bahasa Prancis disebut girovettes dan apabila dapat
berputar-putar disebut wire-wire

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
e) nok acroterie (hiasan puncak atap)dan cerobong asap semu, hiasan ini terbuat dari daun
alang-alang (stroo) sebagai prtotipe, kemudian dalam rumah gaya Indis dibentuk dengan
bahan dari semen.

f) geveltoppen (hiasan kemuncak atap depan)

g) ragam hias pada tubuh bangunan

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
h) balustrade (pagar kisi)

Kebudayaan Indis tersebut sampai saat ini dapat diketahui melalui berbagai sumber.
Sumber tersebut yaitu berita tertulis (baik karya orang Jawa, Belanda maupun eropa yang
lain) dan lainnya, peninggalan bangunan yang masih ada, sketsa, lukisan, hasil penelitian
alam, dokumen pejabat VOC, dokumentasi pemerintah dan fotografi (setelah ditemukan alat
potret).

Budaya Indis telah memberikan pengaruh pada banyak hal di Nusantara, khususnya
di Jawa Timur tepatnya di kota Malang. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat terlihat pada
beberapa bentuk bangunan, seni lukis, sastra dan sebagainya.

Pengaruh Budaya Barat terhadap Kesenian

1) Seni Rupa

Pada masa VOC, terdapat peraturan yaitu setiap kapal yang melakukan ekspedisi pelayaran
ke Indonesia harus menyertakan pelukis-pelukis. Kedatangan mereka sangat berpengaruh
terhadap perkembangan seni lukis Indonesia terutama dalam hal gaya-gaya lukisan yang
dianut pelukis Eropa tersebut, misalnya aliran Kubisme, Ekspresionisme, Surialisme atau
Simbolisme. Adapun pelukis-pelukis terkenal dari Indonesia pada masa penjajahan Belanda,
antara lain Affandi, R. Saleh, dan Basuki Abdullah.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
23 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
A Q

Seni lukis karya Affandi (aliran ekspresionisme) Seni Lukis karya Bauki Abdullah(aliran Naturalisme)

Seni lukis karya Raden Saleh (aliran romantisme)

2) Seni Kerajinan

Pada tahun 1811, saat Raffles berkuasa, ia membuka kesempatan berbagai jenis kerajinan
rakyat, antara lain pengecoran logam, seni ukir, dan batik untuk dikembangkan sebagai
komoditi ekspor.Pada tahun 1909 pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah-sekolah
pertukangan di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Pemerintah Hindia Belanda juga
membuka sekolah Kerajinan ukir tanduk, anyaman, dan keramik di Ngawi, Jawa Timur.

3) Seni Sastra

Perkembangan seni sastra pada masa penjajahan di Indonesia berawal saat pemerintah
Hindia Belanda mengizinkan pendirian sekolah-sekolah dan mengizinkan penduduk pribumi
(meski hanya kalangan terbatas) untuk mengenyam pendidikan.

Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan politik etis, khususnya dalam
bidang pendidikan telah membuka kesadaran masyarakat dalam bidang membaca dan

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
24 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
menulis. Beberapa karya sastra dalam bentuk cerita bersambung atau roman pada waktu
itu, antara lain:

Sampul depan novel Max


Havelaar cetakan k3-5
(1881) karya Multatuli.

a) Hikayat Siti Mariah, karangan H. Mukti, merupakan cerita bersambung yang melukiskan
kehidupan sehari-hari;

b) Edward Douwes Dekker, seorang pengarang bangsa Belanda yang menggunakan nama
samaran Multatuli menerbitkan karya sastranya yang berjudul “Max Havelaar”. Buku
tersebut menggambarkan penderitaan masyarakat pribumi di bawah kekuasaan
pemerintahan penjajah Belanda. Tulisan tersebut dibuat berdasarkan pengalamannya
saat bertugas di Indonesia, sebagai asisten residen Lebak, Banten tahun 1856.

Pada tahun-tahun berikutnya muncul beberapa roman yang menyoroti tema kawin paksa,
yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, antara lain:
• Siti Nurbaya, karangan Marah Rusli (1922);
• Muda Teruna, karangan Muhammad Kasim (1922);
• Karam Dalam Gelombang Percintaan, karya Kedjora (1926);

4) Seni Pertunjukan

Pada masa penjajahan Belanda perkembangan seni pertunjukan, khususnya seni drama
modern diawali dengan adanya kelompok teater keliling “Teater Bangsawan” pada tahun
1870 yang berasal dari Penang, Malaysia. Saat mengadakan pentas di Jakarta rombongan
tersebut bubar dan semua peralatannya dibeli oleh Jaafar yang kemudian membentuk
rombongan baru yang dinamainya” Stamboel “. Di Deli, Sumatra utara telah berdiri teater
Indera Ratoe Opera.

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
25 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Djoko Soekiman (2011), Kebudayaan Indis, Komunitas Bambu, Jakarta


Yulianto Soemalyo, Arsitektur Kolonial di Indonesia, Jakarta

2012 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
26 Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai