MODUL PERKULIAHAN
Ergonomi dan
Antropometri
SISTEM MANUSIA-PRODUK
Abstract Kompetensi
Mata kuliah Ergonomi dan Setelah mengikuti mata kuliah ini,
Anthropometri merupakan mata kuliah mahasiswa diharapkan dapat dan
teori yang terkait dengan mata kuliah mampu merancang secara ergonomis
lain seperti Desain Mebel, dan antropometris sesuai standar
Perancangan Interior, Konstruksi, dll nasional dan internasional dan
mengikuti tuntutan pasar.
Mahasiswa mampu menerapkan
ergonomi dan antropometri pada
system manusia dan produk
05
Program MK. Drs. Tunjung Atmadi SP, M.Sn
Studi Desain Interior W202100029
PENGANTAR
Desain Produk Sebagai Sistem
Faktor efektivitas, efisiensi dan kepuasan manusia merupakan kunci dalam meningkatkan
kedayagunaan dalam proses perancangan produk. Sebagai sebuah sistem, desain produk
yang ideal adalah yang menggabungkan berbagai komponen (desain) yang juga ideal.
Dengan membandingkan karakteristik komponen dan sistem kerja yang didesain dengan
komponen lainnya, seorang desainer produk dapat mengetahui peluang modifikasi sistem
interaksi tersebut untuk mencapai output desain produk yang ideal.
Dari sisi ergonomi pemahaman mengenai sekuens kerja sistem menjadi hal yang sangat
penting dalam proses perancangan (planning) sebuah desain. Desain produk yang ideal
hanya ada secara hipotetis, dan dalam prakteknya sulit untuk sepenuhnya diwujudkan.
Namun demikian, pemahaman terhadap ‘sistem’ akan mampu memberikan gagasan yang
luas tentang bagaimana seorang desainer produk dapat mengembangkan berbagai kreasi
dan inovasi yang lebih praktis secara terus menerus untuk mencapai karakteristik desain
2021 Ergonomi dan Anthropometri
2 Drs. Tunjung Atmadi SP, M.Sn
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
produk yang ideal. Untuk mencapai efektivitas kerja sistem, maka keakurasian analisis
fungsi, pola kerja, dan interaksi antara masing-masing komponen dalam sistem harus
diperhatikan.
Dari sisi ergonomi, tantangan dasar dalam mendesain produk sebagai sebuah sistem
terletak pada penentuan keseimbangan kerja yang dicapai antara sistem antarmuka produk
dengan penggunanya dengan sistem kerja mesin yang terisolasi. Dalam hal ini, kinerja
sistem mesin yang terisolasi tersebut haruslah dipandu oleh sistem display yang dapat
memberikan informasi yang secara hirarkis dimulai dari yang paling penting. Sehingga,
setiap proses kerja sistem mesin yang terisolasi mengalami perubahan, sebesar-besarnya,
kontrol dapat dilakukan oleh sistem yang ada di mesin tersebut hingga kinerjanya dapat
berlangsung menjadi stabil dan konstan.
Desain produk yang ideal adalah desain yang saat dioperasikan antara setiap sub-
sistemnya mampu bekerja secara seimbang. Keseimbangan dalam sistem kerja sebuah
desain produk hanya dapat berlangsung ideal saat beberapa komponen yang bekerja
bersama dalam satu fase pengoperasian atau lebih bekerja sesuai dengan hirarki dan
fungsinya masing-masing serta dapat berkoordinasi dalam sebuah alur kerja yang
berurutan. Tidak tumpang tindih.
Desainer produk harus memiliki kemampuan membaca dan memahami logika sistem agar
mampu mengembangkan desain yang berhasil. Dalam merancang fisik produk, seorang
desainer produk perlu terlebih dahulu memahami fungsi dari sistem kerja dan
pengoperasian produk yang akan dikembangkannya (baik itu sistem utama, maupun sub-
sub sistem penunjang lainnya), sehingga ia dapat mengoptimasikan kontrol manusia
terhadap sistem tersebut.
Desainer produk harus pula mengetahui berbagai tuntutan teknis dari masing masing
sistem, agar sistem tersebut dapat bekerja sesuai dengan output yang diinginkan pengguna.
Karena, manusia bukanlah mesin. Untuk itu, berbagai aspek yang menyangkut sisi psikis
dan fisik manusia harus menjadi suatu kesatuan dalam proses pengembangan setiap desain
produk. Hal yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam pengoperasian sistem dari setiap
produk manusia lebih banyak berinteraksi dengan ‘kulit’ nya saja sebagai suatu interface
unit. Sedangkan bagian dalam dari produk (baik itu komponen/sistem mekanik maupun
elektrik) saat penggunaan produk sehari hari relatif tidak mengalami kontak langsung
dengan manusia. Dalam sebuah produk, hal yang paling terlihat oleh pengguna adalah
tampilan, kesan visual produk dan tata letak komponen antarmukanya
Selanjutnya, aspek yang tidak terlihat namun justru menjadi sangat krusial adalah model
konseptual seperti apa yang desainer produk inginkan pengguna seharusnya berinteraksi
dengan sistem yang ia desain. Lalu, kenyataannya, seperti apa respons pengguna dan cara
mereka mengoperasikan produk tersebut. Ada tidaknya gap yang terjadi membuktikan
berhasil tidaknya desain. Aspek ergonomi yang tidak terlihat pada produk ada pada desain
sekuens pengoperasian dan layanan yang dapat diberikan masing-masing komponen (sub-
sistem) produk, integrasi dengan titik sentuh non-digital yang semuanya menjadi kunci
pengoperasian produk dikaitkan dengan utilitas, proposisi, tujuan, fungsi setiap layanan dari
sub-sistem tertentu. Terakhir, bagian yang paling tidak terlihat adalah desain platform-nya,
seperti: konsep arsitektur enjiniring/teknologi yang disematkan pada produk.
Dalam pengoperasian sistem dari setiap rancangan, manusia lebih banyak berinteraksi
dengan ‘kulit’ nya saja sebagai suatu antarmuka (interface unit). Sedangkan bagian dalam
dari setiap desain (baik itu komponen atau sistem enjiniringnya) dalam penggunaan sehari-
hari relatif tidak mengalami kontak langsung dengan manusia
Bidang keilmuan enjiniring, secara esensial mengembangkan teknologi sebagai tools untuk
mempermudah usaha/kerja manusia. Dari sisi manusia itulah profesi desain produk
bergerak menelaah berbagai sisi masalah pada suatu produk, sehingga hasil
pengembangan teknologi tersebut dapat dipergunakan manusia serta meningkatkan kualitas
hidupnya sesuai dengan harkatnya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada manusia, agar suatu sistem dapat berdaya
guna, ada dua, pertama, faktor kemampuan menduga, khususnya saat pengguna pertama
kali mencoba menggunakan/mengoperasikan suatu produk. Kedua, faktor kemampuan
belajar, daya pemahaman dan daya ingat pengguna dikaitkan dengan tingkat kesulitan
pengoperasian produk, khususnya untuk jeda lama.
Gambar: Contoh Rekomendasi Desain Dari Sisi Ergonomi terhadap Layout dan
Interior Agkutan Kota
Sumber: Pengantar Ergonomi Desain Produk, Penerbit: ADPII, 2021
1. Ernst Neufert, 1996, Data Architek, Terjemahan Sunarto Tjahjadi, Penerbit Erlangga
2. Julius Panero; Martin Zelnik, 2005, Human Dimension & Interior Space, Penerbit
Erlangga
3. Nurmianto, 2008, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, Prima Printing
Surabaya
4. Yannes Martinus Pasaribu; Andar Bagus Sriwarno; Andry Masri, 2021, Pengantar
Ergonomi Desain Produk, Penerbit: ADPII, 2021