Anda di halaman 1dari 4

MANAGEMEN TERNAK BABI

TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Hewan Produksi
Dosen Pengampu : Dr. Endang Yuni Setyowati, drh., M.Sc.Ag
Dr. Sauland Sinaga, S.Pt, M.Si

Disusun oleh :

Nur Ashiddiqi Mundiri 130210160040

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
Cara Meningkatkan Litter Size Babi

Berdasarkan sensus penduduk diperoleh data sekitar 237.641.326 orang


penduduk di Indonesia dan 29.568.464 orang diantaranya adalah non-Muslim atau
sebesar 12,44% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2014). Indonesia juga memiliki 5
ragam spesies dari 8 spesies babi yang terdapat di dunia ini (Rothschild et al. 2011).
Hal ini membuat daging babi menjadi berpotensi untuk memenuhi kebutuhan protein
utamanya protein hewani bagi beberapa penduduk di Indonesia. Namun dalam
memenuhi kebutuhan protein hewani utamanya daging babi perlu dilakukan
manajemen ternak babi yang baik agar memperoleh hasil dan produksi daging yang
maksimal. Banyaknya populasi tersebut dapat dijadikan salah satu sumber daging bagi
sekitar 13% penduduk Indonesia (Soewandi and Talib, 2015)

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meingkatkan litter size pada babi,
yaitu:

1. Seleksi Dara

Penyeleksian dara atau indukan bertujuan untuk memeroleh jumlah anak yang
berkualitas baik secara pertumbuhan, perkembangan, dan efisiensi dalam pembentukan
daging dari pakan yang dikonsumsi. Kriteria dara atau indukan babi yang baik, yaitu:
memiliki minimal 14 puting, tidak mempunyai cacat bawaan atau turunan, berasal dari
litter size yang tinggi dan dewasa kelamin muda, rangka yang besar serta struktur
tulang dan kaki yang baik, sehat, memiliki pertumbuhan yang baik.

2. Manajemen Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab
60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi induk, dan 80%
untuk keperluan babi fattening. Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi
terutama terdiri dari enam unsur pokok, yaitu karbohidrat, serat kasar, lemak, protein,
vitamin-vitamin, mineral dan air.

Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-
zat vitamin dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun
ada pula yang perlu dimasak. Ternak babi disamping membutuhkan makanan juga
membutuhkan air minum yang bersih setiap hari dan disediakan secara tak terbatas
dalam kandang sehingga babi dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.

a. Makanan induk dara/sow


Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas yang baik dengan
jumlahnya yang cukup. Ransum tidak boleh diberikan terlalu banyak pada
akhir menyusui karena dapat menyebabkan kegagalan kaki serta kematian
pada embrio (Prasetyo, Ardana and Budiasa, 2013).
b. Makanan setelah sapih
Babi diberikan ransum ad libitum dan pakan tinggi energi untuk
keseimbangan energy tubuh. Namun pakan harus rendah mineral Ca dan
Protein untuk mengurangi produksi susu setelah sapih. Diberikan juga 200
gr/ekor/hari dektrosa monohidrat dan tambahan premix mineral/ vitamin.

3. Kandang

Desain kandang juga harus dipertimbangkan dalam ternak babi. Terdapat


beberapa jenis kandang babi dan terdapat beberapa ketentuan, seperti:

a. Kandang dara

Kandang dara yang baik adalah kandang dara yang memiliki luas per ekornya
minimum 1 m2 untuk dara umur 8 –18 minggu dan untuk babi dara yang berumur 19 –
30 minggu sebesar 1,5 m2. Penerangan juga dibutuhkan selama 16—18 jam dengan
intensitas 100 Lux dari umur 19 minggu ke inseminasi. Jangan mencampur antara babi
dara dengan sow.

b. Kandang induk

Kandang indukan ini harus memadai baik secar luas, pencahayaan, serta
ketersediaan ventilasi. Luas dari kandang induk ini harus cukup untuk induk berbaring
agar dapat menyusui anaknya.

c. Kandang kawin

4. Hindari stress induk

Stress yang tinggi ini dapat menyebabkan kematian fetus dan penurunan
produksi susu pada saat induk menyusui anaknya.

DAFTAR ISI

BPS. 2014. Statistik Indonesiea: Statistical yearbook of Indonesia 2014. Jakarta


(Indonesia): Badan Pusat Statistik.
Prasetyo, H., Ardana, I. B. K. and Budiasa, M. K. (2013) ‘Studi Penampilan
Reproduksi (Litter Size, Jumlah Sapih, Kematian) Induk Babi pada Peternakan
Himalaya, Kupang’, Indonesia Medicus Veterinus, 2(3), pp. 261–268.
Rothschild MF, Ruvinsky A, Larson G, Gongora J, Cucchi T, Dobney K, Andersson
L, Plastow G, Nicholas FW, Moran C, et al. 2011. The genetics of the pig. 2nd
ed. Rothschild MF, Ruvinsky A, editors. London: CAB International.
Soewandi, B. D. P. and Talib, C. (2015) ‘Pengembangan Ternak Babi Lokal di
Indonesia’, Wartazoa, 25(1), pp. 39–46.

Anda mungkin juga menyukai