Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA Ny. K

DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS

Disusun Oleh:

Nama : Agus Santi

NPM : 19004

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKKES Dr. Sismadi Jakarta
Tahun 2021/2022
JUDUL
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PADA Ny X DENGAN Dx MEDIS GASTRITIS

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Gastritis

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta


Kedokteran, Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang
mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisihal749) Gastritis merupakan keadaan peradangan atau
pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).
Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada
lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis
merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung
sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa
lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu
perut terasa perih dan mulas.

2. Etiologi Dx medic
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut
a. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
1. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide
merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol
3. Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
4. Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
7.Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu
dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan
salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.

b. Gastritis Kronik

Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada


dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis
kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
c. Gastritis infeksi

Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan


memberikan manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang
diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
1. H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu
merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson,
2007).
2. Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
3. Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
4. Infeksi virus (Wehbi, 2008).
d. Gastritis non-infeksi
1. Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi
refluks garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau
aspirin (Mukherjee, 2009).
2. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa
lambung (Wehbi, 2008).

8. Patofisiologi / pathway

Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan
terjadi :

Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.


Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung . Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan
mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.

Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika


mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi
penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung
maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang
akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang


berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang
dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi
atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi
intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis
serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser.
9. Manifestasi klinik/ Tanda dan gejala

1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium,


perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut
yaitu anemia

2. Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan,


hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan
keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
10. Pemeriksaan penunjang

1. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.


2. Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi
B12.
3. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

11. Penatalaksanaan medis

Tatalaksana pada pasien yang ditemukan terinfeksi Helicobacter pylori,


penatalaksanaan akan sedikit berbeda dengan yang tidak terinfeksi.
Antasida

Umumnya obat golongan antasida diberikan sebagai profilaksis. Obat ini tidak mahal
dan aman. Berikan antasida yang mengandung aluminium dan magnesium karena
dapat meredakan simptom gastritis dengan menetralisir asam lambung. Selain itu, ion-
ion aluminium akan menghambat kontraksi otot halus gaster dan menghambat
pengosongan lambung sehingga campuran obat ini digunakan untuk menghindari
perubahan-perubahan fungsi usus. Dosis antasida berisi aluminum
hidroksida/magnesium hidroksida/simetikon adalah:

 sediaan cair, 10-20 ml per oral 4 kali per hari, diminum satu jam sebelum atau 3 jam
sesudah makan

 sediaan tablet kunyah, 2-4 tablet per oral 4 kali per hari, tidak boleh melebihi 12
tablet/hari

H2 blockers
Obat golongan ini efektif menekan sekresi basal asam lambung, di mana pengeluaran
asam ini distimulasi oleh makanan dan sistem neurologis. Beberapa contoh obat ini
adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dannizatidine
Cimetidine:

Obat ini bekerja dengan menghambat pelepasan histamin pada sel-sel parietal gaster
sehingga terjadi penurunan sekresi asam lambung, volume lambung, dan konsentrasi
hidrogen.

 Pasien dengan nyeri ulu hati rasa terbakar (heart burn):

- berikan 200 mg per oral tiap 12 jam, untuk mencegah munculnya simtom
- berikan 200 mg oral dengan minum segelas air tepat sebelum atau 30 menit sebelum
makan

 Pasien dengan ulkus peptikum ringan

800 mg per oral malam hari sebelum tidur, atau 400 mg oral tiap 12 jam, atau 300 mg
oral tiap 6 jam

 Pasien dengan hipersekresi yang patologis

300 mg per oral tiap 6 jam bersama dengan makanan dan malam hari sebelum tidur

Proton Pump Inhibitors (PPIs)

Contoh obat golongan ini adalah omeprazole dan lanzoprazole. Obat ini adalah jenis
yang paling efektif dalam menghambat sekresi lambung. Namun, keamanan dan
efektifitas penggunaan jangka panjang lebih dari satu tahun masih belum jelas. Kerja
obat ini adalah dengan menghambat sekresi asam lambung, dan berdurasi panjang

Omeprazole:

Obat ini bekerja dengan menginhibisi pompa sel parietal ATPase sehingga sekresi
asam lambung menurun.

 Pasien dengan ulkus peptikum diberikan 40 mg oral per hari untuk 4-8 minggu

 Pasien dengan gastroesofageal refluks diberikan 20 mg oral per hari untuk 4 minggu


 Pasien dengan esofagitis erosif diberikan 20 mg oral per hari untuk 4-8 minggu,
dosis maintenance 20 mg oral per hari selama satu tahun
 Pasien dengan hipersekresi seperti pada sindrom Zollinger-Ellison diberikan 60 mg
oral per hari sampai ke dosis 360 mg per hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam

Dosis obat PPIs disarankan diturunkan apabila terjadi gangguan fungsi hepar,
khususnya pada dosis maintenance dalam penyembuhan esophagitis erosif.
Berobat Jalan pada Pasien yang Terinfeksi Helicobacter pylori
Pada pasien yang teridentifikasi terinfeksi Helicobacter pylori ada beberapa regimen
terapi yang bisa digunakan, yaitu :
 Regimen 1 :

- Bismuth 525 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Tetrasiklin 500 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Metronidazol 250 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari


-Proton Pump Inhibitor—Omeprazole, berikan 20 mg oral tiap 12 jam selama 10-14
hari

 Regimen 2

- Proton Pump Inhibitor—Omeprazole, berikan 20 mg oral tiap 12 jam selama 10 hari

- Amoksisilin 1000 mg oral tiap 12 jam untuk 10-14 hari, dan

- Claritromisin 500 mg oral tiap 12 jam untuk 10-14 hari

 Regimen 3

- Bismuth 525 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Tetrasiklin 500 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Metronidazol 250 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Ranitidine 150 mg oral dua kali per hari untuk 10-14 hari [19-21]

Bila pasien alergi terhadap derivat penisilin, maka dapat digunakan alternatif, seperti:

 Regimen alternatif 1

- Proton Pump Inhibitor (Omeprazole), 20 mg oral tiap 12 jam selama 10-14 hari

- Claritromisin 500 mg oral dua kali per hari untuk 10-14 hari

- Metronidazol 500 mg oral tiga kali per hari untuk 10-14 hari

 Regimen alternatif 2

- Bismuth 525 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Tetrasiklin 500 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Metronidazol 250 mg oral 4 kali per hari untuk 10-14 hari

- Ranitidine 150 mg oral dua kali per hari untuk 10-14 hari, atau Proton Pump
Inhibitor (Omeprazole), 20 mg oral tiap 12 jam selama 10-14 hari[20,22]
Follow-up terhadap eradikasi kuman Helicobacter pylori dilakukan setelah 4 minggu
selesai terapi.

12. Referensi

1. Ardiansyah, M. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

2. Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. (terjemahan Made Sumarwati & Nike Subekti). Jakarta: EGC

3. Ratu, A. R., & Adwan, G. M. (2013). Penyakit Hati, Lambung, Usus dan
Ambeien. Yogyakarta: Nuha Medika

4. Sulastri, Siregar, M.A., Siagian, A. (2012). Gambaran Pola Makan Penderita


Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar
Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download/1051, diunduh 05
Desember 2021

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1. Definisi kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar


manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk
segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh
berasal dari dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat
dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan
sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari – hari
dimakan oleh manusia (Andina Vita Susanto, Yuni Fitriana, 2017).

Bentuk – bentuk kebutuhan dasar manusia nutrisi (zat gizi) yaitu


yang terdiri dari karbohidrat, lemak protein, mineral, vitamin, dan air
(Hidayat Alimul Aziz, 2009). Macam- macam masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu seperti kekurangan nutrisi,
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung coroner, kanker, anoreksia nervosa (Haswita, Reni
Sulistyowati, 2017).
2. Anatomi fisiologi yang berhubungan dengan nutrisi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Fisiologi sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

3. Fisiologi proses nutrisi

Proses pencernaan makanan melibatkan berbagai organ dalam sistem


pencernaan, seperti lambung, hati, pankreas, empedu, dan usus. Setiap
organ tubuh tersebut memiliki fungsi dan perannya masing-masing saat
mencerna makanan.

Setelah dikunyah dan ditelan, makanan akan dicerna dan diserap


nutrisinya, sedangkan sisa-sisa makanan akan dibuang melalui tinja oleh
tubuh. Proses pencernaan ini bisa memakan waktu sekitar 24–72 jam.

Selain jenis dan jumlah makanan, lamanya proses pencernaan


makanan juga tergantung pada jenis kelamin, metabolisme, dan kondisi
medis tertentu, misalnya pada penderita masalah pencernaan atau
gangguan penyerapan nutrisi. Berikut ini adalah tahapan proses
pencernaan dan penyerapan makanan yang terjadi di dalam tubuh:

1. Penghalusan makanan di mulut


Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Saat makanan dikunyah di dalam mulut,
kelenjar liur akan memproduksi air liur guna menghaluskan makanan. Air liur
mengandung enzim amilase yang berfungsi untuk mengolah karbohidrat menjadi
glukosa dan energi.
Setelah makanan selesai dikunyah, lidah akan mendorong makanan yang sudah halus
ke belakang mulut menuju esofagus atau kerongkongan. Selanjutnya, makanan akan
dibawa menuju lambung.
2. Pemecahan makanan di lambung
Di dalam lambung, makanan dan minuman akan bercampur dengan enzim
pencernaan dan asam lambung untuk dipecah dan dihaluskan kembali hingga
bertekstur cair atau menyerupai pasta yang lembut.
Asam lambung juga berfungsi untuk membasmi kuman dan virus makanan atau
minuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Setelah selesai dicerna di
lambung, otot lambung akan mendorong makanan agar bergerak ke usus halus.

3. Pemecahan nutrisi di usus halus


Usus halus melanjutkan proses pencernaan menggunakan enzim yang dikeluarkan
oleh pankreas dan empedu dari hati. Enzim ini bertugas untuk memecah protein,
lemak, dan karbohidrat dari makanan. Selain itu, bakteri di usus kecil juga
memproduksi enzim untuk mencerna karbohidrat.

4. Penyerapan nutrisi di usus kecil


Setelah makanan dipecah, dinding usus kecil kemudian menyerap air dan nutrisi dari
makanan ke dalam aliran darah. Sementara itu, sisa-sisa makanan yang tidak dicerna
atau diserap akan dibawa ke usus besar.

5. Pemadatan sisa makanan di usus besar


Tugas utama usus besar adalah menyerap air dan nutrisi yang tersisa dari sisa
makanan, sehingga menjadi lebih padat dan membentuk tinja.
Tinja kemudian disimpan di rektum hingga didorong dan dikeluarkan bersamaan
dengan racun, limbah, dan cairan berlebih dari dalam tubuh melalui anus saat buang
air besar.
Air dan serat yang cukup merupakan dua faktor penting yang mendukung kelancaran
proses pencernaan dan penyerapan makanan.
Oleh karena itu, agar proses pencernaan berjalan lancar, Anda perlu cukup minum air
putih minimal 8 gelas per hari dan memperbanyak konsumsi makanan berserat,
seperti sayur dan buah-buahan.
Anda juga perlu rutin melakukan pemeriksaan ke dokter guna memantau kondisi
kesehatan, termasuk kesehatan saluran cerna Anda.
Jika memiliki masalah dalam proses pencernaan makanan dan mengalami diare,
konstipasi, malabsorpsi, atau kurang gizi, Anda bisa memeriksakan diri
ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi

Setelah dikunyah dan ditelan, makanan akan dicerna dan diserap nutrisinya, sedangkan


sisa-sisa makanan akan dibuang melalui tinja oleh tubuh. Proses pencernaan ini bisa
memakan waktu sekitar 24–72 jam.
Selain jenis dan jumlah makanan, lamanya proses pencernaan makanan juga tergantung
pada jenis kelamin, metabolisme, dan kondisi medis tertentu, misalnya pada penderita
masalah pencernaan atau gangguan penyerapan nutrisi.
Berikut ini adalah tahapan proses pencernaan dan penyerapan makanan yang terjadi di
dalam tubuh:

1. Penghalusan makanan di mulut


Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Saat makanan dikunyah di dalam
mulut, kelenjar liur akan memproduksi air liur guna menghaluskan makanan. Air
liur mengandung enzim amilase yang berfungsi untuk mengolah karbohidrat
menjadi glukosa dan energi.
Setelah makanan selesai dikunyah, lidah akan mendorong makanan yang sudah
halus ke belakang mulut menuju esofagus atau kerongkongan. Selanjutnya,
makanan akan dibawa menuju lambung.

2. Pemecahan makanan di lambung


Di dalam lambung, makanan dan minuman akan bercampur dengan enzim
pencernaan dan asam lambung untuk dipecah dan dihaluskan kembali hingga
bertekstur cair atau menyerupai pasta yang lembut.
Asam lambung juga berfungsi untuk membasmi kuman dan virus makanan atau
minuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Setelah selesai dicerna di
lambung, otot lambung akan mendorong makanan agar bergerak ke usus halus.

3. Pemecahan nutrisi di usus halus


Usus halus melanjutkan proses pencernaan menggunakan enzim yang dikeluarkan
oleh pankreas dan empedu dari hati. Enzim ini bertugas untuk memecah protein,
lemak, dan karbohidrat dari makanan. Selain itu, bakteri di usus kecil juga
memproduksi enzim untuk mencerna karbohidrat.

4. Penyerapan nutrisi di usus kecil


Setelah makanan dipecah, dinding usus kecil kemudian menyerap air dan nutrisi
dari makanan ke dalam aliran darah. Sementara itu, sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna atau diserap akan dibawa ke usus besar.
5. Pemadatan sisa makanan di usus besar
Tugas utama usus besar adalah menyerap air dan nutrisi yang tersisa dari sisa
makanan, sehingga menjadi lebih padat dan membentuk tinja. Tinja kemudian
disimpan di rektum hingga didorong dan dikeluarkan bersamaan dengan racun,
limbah, dan cairan berlebih dari dalam tubuh melalui anus saat buang air besar.
Air dan serat yang cukup merupakan dua faktor penting yang mendukung
kelancaran proses pencernaan dan penyerapan makanan.
Oleh karena itu, agar proses pencernaan berjalan lancar, Anda perlu cukup minum
air putih minimal 8 gelas per hari dan memperbanyak konsumsi makanan berserat,
seperti sayur dan buah-buahan.
Anda juga perlu rutin melakukan pemeriksaan ke dokter guna memantau kondisi
kesehatan, termasuk kesehatan saluran cerna Anda.
Jika memiliki masalah dalam proses pencernaan makanan dan mengalami diare,
konstipasi, malabsorpsi, atau kurang gizi, Anda bisa memeriksakan diri
ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.

5. Gangguan kebutuhan nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan
nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, kanker,dan
anoreksia nervosa. Kekurangan Nutrisi Kekurangan nutrisi merupakan keadaan
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (Normal) atau resiko
penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis:
a) Berat badan 10-20% di bawah normal
b) Tinggi badan di bawah ideal
c) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
d) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
e) Adanya penurunan albumin serum
f) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
b) Disfagia karena adanya kelainan persyarafan
c) Penurunan absopsi nutrisi akibat penyakit chorn atau intoleransi laktosa
d) Nafsu makan menurun
C. Proses Keperawatan pada Gangguan Kebutuhan Nutrisi
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1. Riwayat sakit dan kesehatan

a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut


sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya,
awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang
berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan
riwayat pemakaian obat.

Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik


terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.

3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat


kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

b. Pengkajian kebutuhan dasar


nyaman

Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respons psikologik)

3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya
karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan
dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

5. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung
pada volume sirkulasi / oksigenasi).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.

8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis
/ hipertensi portal)
2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.


2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan
muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

3. Perencanaan

No. Diagnosa Intervensi Rasional


1. Nyeri (akut) Terapi herbal:  Memastikan kondisi
berhubungan  Menanyakan riwayat aman bagi pasien
dengan inflamasi alergi  Memastikan obat
mukosa lambung.  Jaga privacy pasien yang di pilih tepat
 Menyiapkan obat sesuai  Memberi dan
otder meningkatkan
 Jika obat berbentuk pengetahuan pasien
tablet / kapsul bantu
Tujuan:
menuangkan obat ke
Setelah dilakukan .
dalam tempof op St
tindakan
 Jika obat berbentuk air
keperawatan
maka membuka tutup
komplementer
botol dan meletakkan
-Nyeri klien
tutup botol dengan posisi
berkurang atau
label berada di sebelah
hilang.
atas. Memegang
- Skala nyeri
berkurang. obat/sendok obat pada
- Klien dapat relaks. posisi sejajar mata,
Keadaan umum
klien Mengatur
baik.

Anda mungkin juga menyukai