Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan mempunyai beberapa komponen yang mempengaruhi


pendidikan itu sendiri, di antaranya yaitu pendidik dan peserta didik. Berhasil atau
gagalnya pendidikan juga ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari
kemapanan ilmu pengetahuan, sikap, dan kemauan serta kemampuan pendidik
dalam menguasai objek pendidikan. Untuk keberhasilan suatu pendidikan,
diperlukan berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi
belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal
yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai
semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek
pendidikan.

Guru pada saat sekarang dikenal dengan istilah pendidik. Memiliki pesan
dalam dunia pendidikan. Menjadi pendidik profesional merupakan aktifitas yang
sangat mulia. Seorang pendidik tidak sekedar mencerdaskan peserta didiknya
dalam bidang kognitif dan efektif belaka, namun juga psikomotoriknya. Artinya
seseorang anak didik tidak hanya dbekali dengan beragam intelektual dan nilai
nilai yang ada namun juga mengupayakan agar anaj didik bisa mempraktikanya
sebagai amal shalih. Maka tidak heran jika seorang guru sering disebut dengan
pahlawan tanpa tanda jasa. Akan tetapi pada saat ini belum semua pemdidik
mampu merealisasikanya secara keseluruhan.

Karena pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan (pendidik dan


peserta didik) dalam keberhasilan pendidikan, dalam makalah ini akan dibahas
mengenai hakikat pendidik dan peserta didik dalam perspektif Islam serta
hubungan keduanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidik dalam pendikan MDT?
2. Bagaimana peserta didik dalam pendidikan MDT?

C. Tujuan
1. Mengetahui pendidik dalam pendidikan MDT
2. Mengetahui peserta didik dalam pendidikan MDT

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidik dalam Pendidikan MDT


1. Pengertian Pendidik

Dari segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik, pengertian ini
memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik
dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata seperti "teacher" yang diartikan
"guru" atau pengajar dan tutor yang berarti "guru pribadi" atau guru yang
mengajar di rumah. Selanjutnya dalam bahasa arab dijumpai kata"ustad,
muddaris, mu'alim, dan muaddib.1 Guru atau ustadz adalah pendidik yang
menjalankan proses pembelajaran secara langsung bersama santri dan
menjelaskan fungsi-fungsi pendidikan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan
sesuai keahlian dan kompetensi di bidang yang dikuasainya. Jumlah guru
disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan kurikulum Madrasah Diniyah
Takmiliyah dan kondisi nyata di lapangan.2

Beberapa kata tersebut secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik.


Karena seluruh kata tersebut mengacu kepada seseorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman pada orang lain.3

Mu’allim berasal dari kata ‘ilm yang berarti menagnkap sesuatu. Dalam setiap
‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi praktek. Al-Alim jamaknya ulama
atau Al-Mu’alimun, juga berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan
para ulama/ ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru.

Istilah Ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajarkan
bidang pngetahuan agama Islam. Ustadz juga bisa digunakan untuk memanggil
seseorang profesor, dimna maknanya bahwa seorang pendidik (guru) dituntut
untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengembangkan tugas.
1
M. Miftahululum Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: STAIN Pres,
2007), hal. 77.
2
Neneng Habibah dkk.., Gagasan Standarisasi Pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), hal.41.
3
Ibid, hal. 78.

3
Murabby berasal dari kata dasar rabb, Tuhan adalah sebagai rabb al-alamin
dan rabb al- nas, yakni yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam
seisinya termasuk manusia.

Mursyid bisa digunakan untuk pendidik (guru) dalam thariqah (tasawuf)


dimna pendidik harus berusaha menularkan penghayatan akhlak dan
kepribadiannya kepada peserta didiknya, baik yang berupa etos ibadahnya, etos
kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya yang serba lillahi ta’ala.

Mudariis berasal dari akar kata darasa-yadrusu-darsan wa durusun wa


dirasatan, yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadi usang,
melatih dan mempelajari. Selain itu ada pula sebagian ulama yang menggunakan
istilah al-mudaris untuk arti orang yang mengajar atau orang yang memberi
pelajaran.

Mu’adib berasal dari kata adab yang berarti moral, etika, dan adab atau
kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. 4

Adapun pengertian pendidik secara istilah ialah orang yang bertanggung


jawab terhadap upaya pengembangan jasmani dan rohani peserta didik agar
tercapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas
kemanusiaanya sebagai khalifah fil ardh.5

Pada dasarnya tugas pertama dan utama dalam mendidik adalah tanggung
jawab orang tua karena anak Sebagai generasi penerus, kebanggaan, dan investasi
orang tua setelah mereka meninggal. Karena keterbatasan dari orang tua, maka
pendidikan anaknya diserahkan kepada lembaga pendidikan seperti madrasah atau
sekolah.6

Di lembaga lembaga tersebut tingkat efektifitas dan efisiensi pendidikanya


akan lebik baik dari sebelumnya. Penyerahan pendidikan ke dalam lembaga
sekolah bukan berarti melepaskan tanggung jawab orang tua seutuhnya, akan
tetapi orang tua tetap mempunyai tanggung jawab dalam membina anak anaknya.
4
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012),
hal. 126-127.
5
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,2002), hal. 42.
6
Ibid, hal. 43.

4
2. Tugas Pendidik

Dalam islam tugas seorang pendidik dipandang suatu yang sangat mulia.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu. Pemabinaan akhlak yang mulia, dan
meluruskam perilaku yang buruk.7 Posisi ini menyebabkan islam menempatkan
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, lebih tinggi derajatnya
dibandimgkan dengan manusia yang lain.

Menurut Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan islam


adalah membimbing, mengenal kebutuhan peserta didik, menciptakan situasi yang
kondusif bagi kelangsungan proses pembelajaran, menambah dan
mengembangkan pengetahuan peserta didik.8 Selain itu menurut Al-Ghazali tugas
seorang pendidik adalah :

a. Pendidik sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan.


b. Pendidik sebagai sentral figur bagi murid.
c. Pendidik sebagai motivator bagi murid.
d. Pendidik sebagai seseorang yang memahami tingkat perkembangan
intelektual murid.
e. Pendidik sebagai teladan bagi murid.9
f. Menyayangi peserta didiknya.
g. Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberikan nasihat kepada para
peserta didiknya.
h. Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat
pemahaman peserta didiknya.
i. Guru mau mengamalkan ilmunya, sehingga yang ada adalah
menyatunya ucapan dan tindakan.10

7
Ibid, hal.88.
8
Ibid, hal. 89.
9
Abdul Mujib, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Mulia Grup, 2006),
hal. 91.
10
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), hal. 137-138.

5
Sesungguhnya seorang pendidik tidak hanya bertugas saja, tetapi pendidik
juga bertanggung jawab atas peserta didiknya, oleh karena itu tugas dan tanggung
jawab pendidik dalam pendidikan dapat di simpulkan menjadi tiga, yaitu :

1) Sebagai pengajar (intruksional)

Bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang


telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program
dilakukan.

2) Sebagai pendidik (educator)

Mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian


kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakanya.

3) Sebagai pemimpin (managerial)

Memimpin, mengendalikan diri sendiri, peserta didik, dan masyarakat yang


terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan. Pengorganisasian, pengontrnlan, dan partisipasi program pendidikan
yang berlaku.11

Sedangkan tanggung jawab seorang pendidik yaitu:

a. Pendidik wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didiknya.


b. Pendidik wajib menolong anak didik dalam perkembangannya agar
pembawaan buruk tidak berkembang dan pembawaan baik berkembang
subur.
c. Pendidik wajib memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa
berkarya dalam segala cabang pekerjaan.
d. Pendidik wajib tiap waktu mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik dalam usaha mencapai tujuan sudah cukup
baik.
e. Pendidik wajib memberikan bimbingan dan penyuluhan pada anak ketika
anak mengalami kesulitan.12
11
Ibid, hal. 92.
12
Ibid, hal. 136-137.

6
Sebagaimana tugas dan tanggung jawab yang diemban cukup berat oleh para
pendidik, sepatutnyalah dia dapat menjadikan dirinya sosok yang utuh dan tahu
dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Pendidik harus
mengenal Allah dan Rasul, serta memahami risalah yamg dibawa.Selain itu
seorang pendidik akan berhasil menjalankan tugas dan tanggung jawabnya jika
mempunyai kompetensi kompetensi yang menunjang, diantaranya yaitu:

1) Kompetensi personal religius

Kompetensi yang pertama adalah menyangkut kepribadian agamis artinya


pada dirinya melekat nilai nilai lebih. Misalnya nilai kejujuran, amanah, dan lain
lain.

2) Kompetensi sosial religius

Kompetensi ini menyangkut kepedulian terhadap masalah masalah sosial yang


selaras dengan ajaran dakwah islam. Misalnya : gotong royong, tolong menolong,
dan toleransi

3) Kompetensi profesional religius

Kompetensi ini menyagkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruan


secara profesional dalam arti mampu membuat keputusan atas beragamnya kasus
serta mampu mempertanggung jawabkanya.13

Guru pada Diniyah Takmiliyah dalam banyak hal tentunya sangat berbeda
dengan guru- guru mata pelajaran umum yang ada pada sekolah-sekolah formal,
non formal, maupun lembaga-lembaga kursus umum lainnya. Namun sayangnya,
kita kurang menyadari perbedaan tersebut, bahkan termasuk sang guru pada
Diniyah Takmiliyah itu sendiri. Ironisnya, guru-guru pada Diniyah Takmiliyah
seringkali memposisikan diri mereka seperti halnya guru-guru mata pelajaran
umum dalam proses pembelajarannya. Akibatnya, fondasi moralitas yang
dibangun menjadi rapuh dan tidak cukup kuat untuk membentengi peserta didik
dari berbagai perilaku negatif karena peserta didik hanya dicekoki dengan
hafalanhafalan materi pelajaran agama. Parahnya lagi, Guru-guru mata pelajaran

13
Ibid, hal. 96.

7
agama pada sekolah-sekolah umum pun menerapkan proses pembelajaran yang
sama sekali tidak jauh berbeda dengan guru-guru mata pelajaran umum yang
secara kaku terikat dengan target- target kurikulum baku, sehingga lengkaplah
sudah kegagalan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dalam
membangun moralitas bangsa.

Untuk tidak terjebak kembali pada kegagalan yang sama , maka guru-guru
pada Diniyah Takmiliyah dan juga guru-guru agama pada sekolah umum
hendaknya melakukan reintrospeksi dan re-orientasi terhadap fungsi dan peran
mereka. Hendaknya mereka menyadari bahwa peran mereka begitu mulia, yaitu
sebagai Sang pencerah Jiwa.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru mata
pelajaran agama dan juga guru-guru pada Diniyah Takmiliyah apabila ingin
berhasil dalam menjalankan perannya selaku Sang Pencerah :

1) Mata pelajaran agama bukanlah mata pelajaran umum. Mata pelajaran


agama harusnya dipandang sebagai kumpulan pesan-pesan Ilahiah yang
akan disampaikan kepada peserta didik.
2) Kumpulan pesan-pesan Ilahiah hanya mungkin bisa ditangkap secara
optimal oleh peserta didik apabila guru memberdayakan potensi otak dan
potensi qolb yang ada pada mereka. Harus diingat bahwa potensi qolb
inilah yang sebenarnya lebih berperan saat penanaman nilai-nilai Ilahiah
berproses dalam jiwa peserta didik.
3) Mengingat bahwa pesan-pesan Ilahiah ini sifatnya suci karena berasal dari
Yang Maha Suci, maka dalam proses pembelajarannya dibutuhkan upaya-
upaya pengkondisian tertentu, diantaranya : a. Dibangun suasana khidmat
didalam ruangan kelas ; b. Guru hendaknya mampu membangun suasana
hati yang terbebas dari dominasi perasaan- perasaan negatif saat di
ruangan kelas; c. Guru hendaknya terus berupaya membangun kesadaran
dalam hatinya bahwa Allah hadir dan mengamati apapun yang dia

8
sampaikan kepada peserta didik; d. Guru senantiasa berupaya membangun
suasana ikhlas saat proses pembelajaran berlangsung;
4) Menjadikan doa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas sang
guru dalam upaya mengoptimalkan proses pencerahan jiwa peserta didik
5) Memberikan tauladan yang baik bagi peserta didik
6) Tidak terikat secara membabi buta dengan target-target kurikulum yang
telah ditetapkan
7) Evaluasi hendaknya tidak terfokus pada aspek kognitif saja, melainkan
juga aspek afektif dan psikomotorik. Dalam prakteknya, di sekolah-
sekolah umum, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Namun, untuk materi pelajaran agama,
baik di sekolah umum maupun Diniyah Takmiliyah, aspek afektif dan
psikomotorik adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan, bahkan harus
menjadi pokok perhatian kita juga karena hal itu amat berkaitan dengan
kualitas keberagamaan peserta didik kedepan.

3. Sifat-sifat Pendidik

Pendidik merupakan model manusia yang ditiru, di contoh dan di teladani


jika terlanjur dan terpaksa melakukan kesalahan ia harus berani introspeksi diri,
minta maaf, kemudian memperbaiki kesalahanya. Para ahli pendidikan telah
banyak merumuskan sifat-sifat atau kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik antara lain :

1) Zuhud artinya pendidik tidak mengutamakan materi dan melakukanya


karena Allah semata. Seorang pendidik dalam islam hendaknya tidak
materialistis dalam terhadap dunia dan tidak mengukur segala sesuatu
dengan harta (materi), meskipun demikian tidak berarti tidak mau
menerima upah hasil kerjanya.
2) Ikhlas dalam pekerjaanya. Seorang pendidik dituntut memiliki
keikhlasan sebab keikhlasan merupakan salah satu sebab menuju
kesuksesan.

9
3) Bersifat pemaaf, sabar, dan mampu mengendalikan dirinya.
4) Seorang pendidik harus mencintai anak didiknya seperti ia mencintai
anaknya sendiri dan menikirkan keadaan merdka sebagaimana
memikirkan anaknya sendiri. Harus mampu mengetahui tabiat anak
didiknya dengan cara observasi, wawancara, melalui pergaulan dan
lain-lain.
5) Adil, yaitu tidak membedakan peserta didiknya antara satu dengan
yang lainnya.

Tenaga Pengajar merupakan salah satu faktor pendidikan yang amat


penting, ukuran Tenaga Pengajar yang baik adalah kompetensi dan profesional.
Tenaga Pengajar yang kompeten akan menuju kepada Pendidikan profesional
dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Problema yang terjadi pada Tenaga Pengajar di Madrasah adalah masih
terdapat tenaga Pengajar yang tidak ahli dan profesional dalam mengajarkan
pelajaran, serta masih terdapat di beberapa Madrasah Diniyah Tenaga Pengajar
yang hanya Lulusan SMA/Aliyah. Solusi dari permasalahan ini adalah membuat
sebuah peraturan yang mengharuskan Tenaga Pengajar di Madrasah Diniyah
harus lulusan Sarjana dan ahli dalam bidang agama tentunya.
4. Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah

1) Pengertian dan Fungsi

Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah (KKG M DT)


adalah suatu wadah bagi para guru kelas pada Madrasah Diniyah Takmiliyah
untuk mengembangkan diri dalam meningkatkan kompetensinya.

Organisasi ini bersifat independen yang dibentuk, dikelola dan


dikembangkan oleh guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah yang menjadi
anggotanya untuk tujuan peningkatan kompetensi dan profesionalisme sebagai
tenaga pendidik.

Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah berfungsi sebagai:

a. Forum silaturrahim antar guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah;

10
b. Sarana pengembangan profesionalitas guru kelas Madrasah Diniyah
Takmiliyah;

c. Forum komunikasi dan konsultasi guru kelas Madrasah Diniyah


Takmiliyah.

2) Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

Secara garis besar, Visi Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah


Takmiliyah (KKG MDT) adalah “menjadi wadah pengembangan dan peningkatan
kualitas guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam rangka mewujudkan
pembelajaran yang bermutu untuk mencapai tujuan pendidikan keagamaan
Islam”.

b. Misi

Visi tersebut dicapai melalui misi-misi sehagai berikut:

1) Menjalankan upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru


kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah;

2) Menjalin kerjasama produktif antar guru kelas Madrasah Diniyah


Takmiliyah, instansi pemerintah, swasta, serta pihak-pihak terkait
untuk memajukan pendidikan keagamaan

3) Mengadakan pendampingan dan pembimbingan sesama guru


dalam meningkatkan keterampilan proses pembelajaran;

4) Melakukan penelitian dan pengembangan untuk inovasi


pembelajaran keagamaan dan akhlak mulia.

c. Tujuan

Selanjutnya tujuan KKG MDT adalah sebagai berikut:

1) Membangun kebersamaan dan kesamaan karakteristik Madrasah Diniyah


Takmiliyah;

11
2) Meningkatkan peran dan posisi guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah
dalam pengembangan pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah;

3) Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi akademik guru kelas Madrasah


Diniyah Takmiliyah sehingga sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku;

4) Menumbuhkan daya kreasi dan inovasi guru kelas Madrasah Diniyah


Takmiliyah dalam pengembangan proses didaktik dan metodik;

5) Menumbuhkan semangat guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah untuk


meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran;

6) Menampung segala permasalahan pembelajaran yang dialami oleh guru


kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dan bertukar fikiran serta mencari solusi sesuai dengan karakteristik
Madrasah Diniyah Takmiliyah dan lingkungan;

7) Membantu guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam upaya


memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
Madrasah Diniyah Takmiliyah;

8) Membantu guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam memperoleh


infomasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan Madrasah
Diniyah Takmiliyah;

9) Membantu guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah berkerjasama dalam


meningkatkan kegiatan-kegiatan intra dan ekstrakurikuler Diniyah
Takmiliyah.

Ditetapkannya visi, misi dan tujuan tersebut adalah agar upaya-upaya


peningkatan kompetensi pedagogik, personal, sosial, dan profesional guru kelas
Madrasah Diniyah Takmiliyah dapat dijalankan secara aktif oleh guru yang
bersangkutan dengan cara memperkuat kerjasama internal maupun eksternal.

12
Dengan demikian, upaya-upaya yang dijalankan menjadi tepat sasaran, terukur
dan dapat terus dikembangkan secara berkesinambungan.

Secara lebih rinci, karena organisasi KKG MDT di tiap kecamatan bersifat
independen, maka visi, misi dan tujuan dapat dikembangkan lagi dan dituangkan
dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) masing-
masing.

3) Pembentukan dan Penyelenggaraan

Ketentuan pembentukan KKG MDT adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah (KKG MDT)


dibentuk di tingkat kecamatan oleh guru-guru kelas DTA;

b. Dalam proses pembentukan KKG MDT, guru-guru inisiator menetapkan


Madrasah Diniyah Takmiliyah inti sebagai pusat kegiatan;

c. Guru-guru inisiator melakukan penggalangan anggota yang sasarannya


adalah guru-guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah di kecamatan yang
bersangkutan;

d. KKG MDT dibentuk oleh anggota (guru kelas Madrasah Diniyah


Takmiliyah) dan disahkan oleh Kementrian Agama Kabupaten/Kota.

Penyelenggaraan KKG MDT dijalankan melalui pelaksanaan kegiatan-


kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru.
Oleh sebab itu, wilayah kerja organisasi ini meliputi hal-hal berikut:

a. Memberikan motivasi kepada guru-guru Madrasah Diniyah Takmiliyah


agar mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan;

b. Mengembangkan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kompetensi


meliputi aspek pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional guru kelas
Madrasah Diniyah Takmiliyah;

c. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru kelas Madrasah Diniyah


Takmiliyah yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran terutama yang

13
menyangkut bahan ajar, media dan metode pembelajaran di Madrasah
Diniyah Takmiliyah;

d. Memberikan pelayanan informatif dan konsultatif dalam mengatasi


permasalahan guru Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam kegiatan
pembelajaran.

4) Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan KKG MDT sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,


Sekretaris, Bendahara dan Ketua-ketua Bidang. Bidang-bidang yang
dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga menunjang kelancaran
program dan kegiatan organisasi.

Pengurus ditetapkan melalui Rapat Anggota dengan masa bakti (periode)


kepengurusan KKG MDT adalahg (tiga) tahun.

5) Tim Pengembang KKG MDT dan MGMP MDT

Materi-materi yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang


diselenggarakan oleh KKG MDT maupun MGMP MDT selain menjadi
kewenangan anggota untuk mengembangkannya juga diperkuat oleh modul yang
dibuat oleh kelompok kerja yang dibentuk oleh Kemeterian Agama, yaitu Tim
Pengembang KKG MDT/ MGMP MDT.

Tugas pokok tim ini adalah untuk:

a. Mengembangkan materi dan modul pelatihan yang dijalankan oleh KKG


MDT dan MGMP MDT.

b. Mensosialisasikan kebijakan-kebijakan Kementerian Agama yang terkait


dengan KKG MDT dan MGMP DT.

c. Melakukan studi yang terkait dengan pengembangan organisasi KKG


MDT dan MGMP MDT.

d. Membantu guru-guru dalam pembentukan maupun pengembangan


kegiatan KKG MDT dan MGMP MDT.

14
Tim ini ada di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten dan kota. Komposisi
keanggotaannya terdiri dari perwakilan:

a. Kementerian Agama (Pusat/Wilayah/Kabupaten/ Kota) dan Dinas


Pendidikan setempat untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota;

b. lnstrtuktur dan ahli;

c. Organisasi atau perkumpulan Madrasah Diniyah Takmiliyah; dan;

d. Kepala dan guru Madrasah Diniyah Takmiliyah terpilih.14

B. Peserta Didik dalam Pendidikan MDT


1. Pegertian Peserta Didik

Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi


pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan pendidikan
yang berorientasi pada kompetensi diberbagai bidang untuk menghadapi
globalisasi.15 Di dalam MDT istilah peserta didik disebut juga sebagai santri, ialah
sebagai sasaran proses pembelajaran, santri mutlak kebaradaannya dalam proses
pembelajaran pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT).16

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang


belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Disini peseta didik merupakan makhluk Allah yang
memiliki fitrah jasmani amupun rohani yang belum mencapai taraf kematanan
baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi
ruhaniyah ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan fikiran yang
dinamis dan perlu dikembangkan. 17

14
Kementrian Agama, Pedoman Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah, 2013, hal 7-13.
15
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta:Amzah,2016), hal. 118.
16
Neneng Habibah dkk.., Gagasan Standarisasi Pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), hal.41.
17
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012)
hal 139.

15
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan
Islam tentang hakikat manusia. Secara substantif, manusia memiliki dua dimensi,
lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniah). Keduanya merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Kedua dimensi manusia tersebut didesain oleh Allah
sebaik-baik model dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan. potensi yang
dimiliki manusia bersifat educable; dapat dan harus dididik agar berkembang
aktual. Jika semua potensi itu dididik dengan baik maka akan memungkinkan
manusia mencapai tingkat kemampuan yang luar biasa. Sebaliknya, jika dibiarkan
tanpa arah, manusia akan terbelakang.18

Berikut ini akan diuraikan pengertian peseta didik dari sudut pandang
penddikan Islam, yaitu:Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau sedang
belajar. Muta’allim erat kaitannya dengan mu’allim karena mu’allim adalah orang
yang mengajar.Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan
orang yang dipelihara.Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara sopan santun
atau orang yaang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi.19

Dari hal tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain
(pendidik) untuk membantu mengarahkan serta mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Potensi yang dimilki tidak akan tumbuh dan berkembang secara
optimal tanpa bimbingan pendidik. Karena itu, pendidik perlu pemahaman secara
konkrit tentang peserta didik. Untuk itu, perlu diperjelas beberapa diskripsi
tentang hakikat peserta didik serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap
mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan engan pendidikan orang
dewasa, baik dalam aspek metode mengajar, materi yang diajarkan,sumber
bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.

18
Moh. Raqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Printing Cemerlang, 2009), hal 59.
19
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012),
hal 139-140.

16
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi
perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk
diketahui agar aktivitas pendidikan Islam diesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya dilalui oleh peserta didik.
Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta didik
ditentukan oleh faktor usiadan periode perkembangan atau pertmbuhan
potensi yang dimilikinya.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harusdipenuhi.
Diantara kebutuhan berikut adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa
aman, harga diri, realisasi diri, dan sebagainya. Kesemua itu penting
dipahami oleh pendidik agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik.
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual,
baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana
ia berada. Hal ini perlu dipahami karena menyangkut bagaimana
pendekatan yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap
dan perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus
mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok.
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan
rohani. Unsur jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki latihan dan
pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur
rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk
mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan
untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional.
Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan
akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu prosees pendidikan
Islam hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh.
Singkatnya, pendidikan Islam tidak hanya tidak hanya mengutamakan
pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek secara integral
dan harmonis.
f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidik

17
adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa melepas
tugas kemanusiaannya.20
2. Sifat-sifat Peserta Didik

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak
langsung. Al-Ghazali merumuskansifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik,
yaitu sebagai berikut:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibanding masalah ukhrowi.
c. Bersifat rendah hati dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentinganpendidiknya.
d. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.
f. Belajar dengan bertahap dengan mulai pelajaran yang mudah
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya.
h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritakan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

Selain itu, peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali bin Abi Tholib
dalam ungkapannya, “Ingatlah, engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu keculi
dengan enam syarat, aku akan menjelaskan padamu dengan jelas, yaitu
kecerdasan (akal), motivasi atau kemauan yang keras, sabar, alat (sarana),
petunjuk guru, dan teru-menerus (kontinu) atau tiak cepat bosan dalam mencari
ilmu.”21

3. Tugas Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang


diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan
20
Samsur Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers,2002), hal. 41-42.
21
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 105-106.

18
kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang
perlu dipenuhi peserta didik adalah:

a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia


menuntut ilmu.
b. Hendaklah tujuan belajar ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat
keutamaan.
c. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu
diberbagai tempat.
d. Wajib menghormati pendidiknya.
e. Belajar dengan sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.22

Selanjutnya Al-Abrasyi menyatakan bahwa tugas peserta didik adalah:

a. Membersihkan sifat buruk sebelum belajar.


b. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai
fadhilah.
c. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari
ilmu ke tempat yang jauh sekalipun.
d. Wajib menghormati pendidik
e. Jangan melakukan aktivitasi ketika belajar kecuali atas izin dan petunjuk
pendidik
f. Memaafkan guru jika ia bersalah, terutama dengan menggunakan
lidahnya.
g. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan tekun dalam belajar.
h. Saling mengasihi antar sesama peserta didik
i. Bergaul dengan baik dengan guru-gurunya.
j. Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun jadwal
belajar dengan baik guna meningkatkan kedisiplinannya.
k. Menghargai ilmu dan bertekad untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.

22
Samsur Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers,2002), hal. 171.

19
Semua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik,
sekaligus dijadikan sekaligus pegangan dalam menuntut ilmu.23

Menurut Ahmadi, ada beberapa tugas peserta didik dalam pendidikan


Islam, yaitu:

a. Memahami dan menerima keadaan jasmani.


b. Memoeroleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
c. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan orang dewasa.
d. Mencapai kematangan emosional.
e. Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial
f. Mencapai kematangan intelektual
g. Membentuk pandangan hidup.

Menurut Imam Al-Gazali peserta didik memiliki kewajiban, yaitu:

a. Peserta didik memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat
buruk, sebab ilmu itu bentuk peribadatan hati, shalat ruhani dan
pendekatan batin kepada Allah.
b. Peserta didik menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniyawi dan
seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya.
c. Peserta didik tidak membusungkan dada terhadap orang alim (guru),
melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarlan
nasihatnya.
d. Peserta didik tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji,
melainkan bersedia mempelajarinya hingga tahuakan orientasi dari disiplin
ilmu tersebut.
e. Peserta didik dalam usahanya mendalami suatu disiplin ilmu tidak
dilakukan secara sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan
memprioritaskan yang terpenting.
f. Peserta didik tidak melangkah mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia
benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya.

23
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), hal. 141-142.

20
g. Peserta ddik hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
dapat memperoleh ilmu yang paling mulia.
h. Peserta didik relasi ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju,
sehingga dapat memilih dan memilah ilmu mana yang harus
diprioritaskan. 24

Pendidikan madrasah diniyah takmiliyah memiliki peran dalam


penanaman nilai-nilai Islam lebih dini pada peserta didik. Sehingga anak didik
mampu membedakan perilaku baik dan buruk yang berkembang di masyarakat.
Membentuk kepribadian Islami dengan pondasi yang kuat melalui penanaman
nilai-nilai keimanan dan memberikan Tsaqafah Islamiyah (Wawasan Islami).
Sehingga mereka mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui
ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, materi lainnya juga akan diberikan
adalah dasar-dasar ilmu bahasa Arab. Di samping itu, dengan adanya jenjang
pendidikan ini diharapkan pendidikan Islam akan kembali solid dalam
memberdayakan umat Islam di Indonesia yang sedang menuju pada masyarakat
industrial dengan berbagai tantangan etos kerja, profesionalisme dan moralitas.
Dengan demikian, pendidikan Madrasah Diniyah sangatlah dibutuhkan
masyarakat sebagai pengontrol dan penguasaan dalam mengarungi arus
globalisasi. Dan diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi
semua pihak dalam lingkungan dunia pendidikan, terutama lingkungan dunia
pendidikan Islam khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

4. Standar Peserta Didik


Diniyah Awaliyah
a. Jenjeng Kelas I, II, III, IV
b. Syarat Masuk Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
- Minimal Kelas III SD
- Untuk yang kelas belum kelas III SD ( Barukelas II SD ) ada ketentuan
:Sudah bisa membaca Al qur’an, Sudah bisa membaca dan menulis, Test
tertulis.

24
Ibid, hal 142-143.

21
Diniyah Wustha
a. Jenjang kelas : I dan II
b.  Syarat masuk Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustha :
- Tamat Diniyah Awaliyah Wustha,
- Usia SMP,
- Lulus Test ujian masuk

Diniyah Ulya
a. Jenjang kelas : I dan II
b. Syarat masuk Madrasah Diniiyah Takmiliyah Ulya
- Tamat Diniyah Wustha
- Usia SLTA
- Lulus Test ujian masuk

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pengembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar tercapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya sebagai khalifah fil ardh.
2. Tugas pendidik dalam pendidikan islam adalah membimbing, mengenal
kebutuhan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi
kelangsungan proses pembelajaran, menambah dan mengembangkan
pengetahuan peserta didik. Selain itu menurut Al-Ghazali tugas seorang
pendidik adalah :
a. Pendidik sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan.
b. Pendidik sebagai sentral figur bagi murid.
c. Pendidik sebagai motivator bagi murid.
d. Pendidik sebagai seseorang yang memahami tingkat perkembangan
intelektual murid.
e. Pendidik sebagai teladan bagi murid
f. Menyayangi peserta didiknya.
g. Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberikan nasihat kepada para
peserta didiknya.
h. Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat
pemahaman peserta didiknya.
i. Guru mau mengamalkan ilmunya, sehingga yang ada adalah
menyatunya ucapan dan tindakan
3. Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah (KKG MDT) adalah
suatu wadah bagi para guru kelas pada Madrasah Diniyah Takmiliyah untuk
mengembangkan diri dalam meningkatkan kompetensinya. Di dalam KKG
MDT tersebut terdapat visi, misi, tujuan, pembentukan dan penyelenggaraan,
struktur kepengurusan dan juga tim pengembag KKG MDT yang telah
ditentukan dan ditetapkan.

23
4. Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan
Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi diberbagai bidang untuk menghadapi
globalisasi. Di dalam MDT istilah peserta didik disebut juga sebagai santri,
ialah sebagai sasaran proses pembelajaran, santri mutlak kebaradaannya dalam
proses pembelajaran pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT).

24
B. Saran

Para pengelola Madrasah Diniyah Takmiliyah harus membenah diri


walaupun kendala terus ada, tidak harus menunggu Perda Madrasah Diniyah
Takmiliyah lolos minimal manajemen, pembelajaran dan pendidik (ustadz) kita
benahi.

Dengan terselesaikannya makalah ini, pemakalah berharap agar makalah


ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

25

Anda mungkin juga menyukai