PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru pada saat sekarang dikenal dengan istilah pendidik. Memiliki pesan
dalam dunia pendidikan. Menjadi pendidik profesional merupakan aktifitas yang
sangat mulia. Seorang pendidik tidak sekedar mencerdaskan peserta didiknya
dalam bidang kognitif dan efektif belaka, namun juga psikomotoriknya. Artinya
seseorang anak didik tidak hanya dbekali dengan beragam intelektual dan nilai
nilai yang ada namun juga mengupayakan agar anaj didik bisa mempraktikanya
sebagai amal shalih. Maka tidak heran jika seorang guru sering disebut dengan
pahlawan tanpa tanda jasa. Akan tetapi pada saat ini belum semua pemdidik
mampu merealisasikanya secara keseluruhan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidik dalam pendikan MDT?
2. Bagaimana peserta didik dalam pendidikan MDT?
C. Tujuan
1. Mengetahui pendidik dalam pendidikan MDT
2. Mengetahui peserta didik dalam pendidikan MDT
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa pendidik adalah orang yang mendidik, pengertian ini
memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik
dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata seperti "teacher" yang diartikan
"guru" atau pengajar dan tutor yang berarti "guru pribadi" atau guru yang
mengajar di rumah. Selanjutnya dalam bahasa arab dijumpai kata"ustad,
muddaris, mu'alim, dan muaddib.1 Guru atau ustadz adalah pendidik yang
menjalankan proses pembelajaran secara langsung bersama santri dan
menjelaskan fungsi-fungsi pendidikan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan
sesuai keahlian dan kompetensi di bidang yang dikuasainya. Jumlah guru
disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan kurikulum Madrasah Diniyah
Takmiliyah dan kondisi nyata di lapangan.2
Mu’allim berasal dari kata ‘ilm yang berarti menagnkap sesuatu. Dalam setiap
‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi praktek. Al-Alim jamaknya ulama
atau Al-Mu’alimun, juga berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan
para ulama/ ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru.
Istilah Ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajarkan
bidang pngetahuan agama Islam. Ustadz juga bisa digunakan untuk memanggil
seseorang profesor, dimna maknanya bahwa seorang pendidik (guru) dituntut
untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengembangkan tugas.
1
M. Miftahululum Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: STAIN Pres,
2007), hal. 77.
2
Neneng Habibah dkk.., Gagasan Standarisasi Pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), hal.41.
3
Ibid, hal. 78.
3
Murabby berasal dari kata dasar rabb, Tuhan adalah sebagai rabb al-alamin
dan rabb al- nas, yakni yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam
seisinya termasuk manusia.
Mu’adib berasal dari kata adab yang berarti moral, etika, dan adab atau
kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. 4
Pada dasarnya tugas pertama dan utama dalam mendidik adalah tanggung
jawab orang tua karena anak Sebagai generasi penerus, kebanggaan, dan investasi
orang tua setelah mereka meninggal. Karena keterbatasan dari orang tua, maka
pendidikan anaknya diserahkan kepada lembaga pendidikan seperti madrasah atau
sekolah.6
4
2. Tugas Pendidik
Dalam islam tugas seorang pendidik dipandang suatu yang sangat mulia.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu. Pemabinaan akhlak yang mulia, dan
meluruskam perilaku yang buruk.7 Posisi ini menyebabkan islam menempatkan
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, lebih tinggi derajatnya
dibandimgkan dengan manusia yang lain.
7
Ibid, hal.88.
8
Ibid, hal. 89.
9
Abdul Mujib, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Mulia Grup, 2006),
hal. 91.
10
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), hal. 137-138.
5
Sesungguhnya seorang pendidik tidak hanya bertugas saja, tetapi pendidik
juga bertanggung jawab atas peserta didiknya, oleh karena itu tugas dan tanggung
jawab pendidik dalam pendidikan dapat di simpulkan menjadi tiga, yaitu :
6
Sebagaimana tugas dan tanggung jawab yang diemban cukup berat oleh para
pendidik, sepatutnyalah dia dapat menjadikan dirinya sosok yang utuh dan tahu
dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Pendidik harus
mengenal Allah dan Rasul, serta memahami risalah yamg dibawa.Selain itu
seorang pendidik akan berhasil menjalankan tugas dan tanggung jawabnya jika
mempunyai kompetensi kompetensi yang menunjang, diantaranya yaitu:
Guru pada Diniyah Takmiliyah dalam banyak hal tentunya sangat berbeda
dengan guru- guru mata pelajaran umum yang ada pada sekolah-sekolah formal,
non formal, maupun lembaga-lembaga kursus umum lainnya. Namun sayangnya,
kita kurang menyadari perbedaan tersebut, bahkan termasuk sang guru pada
Diniyah Takmiliyah itu sendiri. Ironisnya, guru-guru pada Diniyah Takmiliyah
seringkali memposisikan diri mereka seperti halnya guru-guru mata pelajaran
umum dalam proses pembelajarannya. Akibatnya, fondasi moralitas yang
dibangun menjadi rapuh dan tidak cukup kuat untuk membentengi peserta didik
dari berbagai perilaku negatif karena peserta didik hanya dicekoki dengan
hafalanhafalan materi pelajaran agama. Parahnya lagi, Guru-guru mata pelajaran
13
Ibid, hal. 96.
7
agama pada sekolah-sekolah umum pun menerapkan proses pembelajaran yang
sama sekali tidak jauh berbeda dengan guru-guru mata pelajaran umum yang
secara kaku terikat dengan target- target kurikulum baku, sehingga lengkaplah
sudah kegagalan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan dalam
membangun moralitas bangsa.
Untuk tidak terjebak kembali pada kegagalan yang sama , maka guru-guru
pada Diniyah Takmiliyah dan juga guru-guru agama pada sekolah umum
hendaknya melakukan reintrospeksi dan re-orientasi terhadap fungsi dan peran
mereka. Hendaknya mereka menyadari bahwa peran mereka begitu mulia, yaitu
sebagai Sang pencerah Jiwa.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru mata
pelajaran agama dan juga guru-guru pada Diniyah Takmiliyah apabila ingin
berhasil dalam menjalankan perannya selaku Sang Pencerah :
8
sampaikan kepada peserta didik; d. Guru senantiasa berupaya membangun
suasana ikhlas saat proses pembelajaran berlangsung;
4) Menjadikan doa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas sang
guru dalam upaya mengoptimalkan proses pencerahan jiwa peserta didik
5) Memberikan tauladan yang baik bagi peserta didik
6) Tidak terikat secara membabi buta dengan target-target kurikulum yang
telah ditetapkan
7) Evaluasi hendaknya tidak terfokus pada aspek kognitif saja, melainkan
juga aspek afektif dan psikomotorik. Dalam prakteknya, di sekolah-
sekolah umum, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Namun, untuk materi pelajaran agama,
baik di sekolah umum maupun Diniyah Takmiliyah, aspek afektif dan
psikomotorik adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan, bahkan harus
menjadi pokok perhatian kita juga karena hal itu amat berkaitan dengan
kualitas keberagamaan peserta didik kedepan.
3. Sifat-sifat Pendidik
9
3) Bersifat pemaaf, sabar, dan mampu mengendalikan dirinya.
4) Seorang pendidik harus mencintai anak didiknya seperti ia mencintai
anaknya sendiri dan menikirkan keadaan merdka sebagaimana
memikirkan anaknya sendiri. Harus mampu mengetahui tabiat anak
didiknya dengan cara observasi, wawancara, melalui pergaulan dan
lain-lain.
5) Adil, yaitu tidak membedakan peserta didiknya antara satu dengan
yang lainnya.
10
b. Sarana pengembangan profesionalitas guru kelas Madrasah Diniyah
Takmiliyah;
a. Visi
b. Misi
c. Tujuan
11
2) Meningkatkan peran dan posisi guru kelas Madrasah Diniyah Takmiliyah
dalam pengembangan pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah;
12
Dengan demikian, upaya-upaya yang dijalankan menjadi tepat sasaran, terukur
dan dapat terus dikembangkan secara berkesinambungan.
Secara lebih rinci, karena organisasi KKG MDT di tiap kecamatan bersifat
independen, maka visi, misi dan tujuan dapat dikembangkan lagi dan dituangkan
dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) masing-
masing.
13
menyangkut bahan ajar, media dan metode pembelajaran di Madrasah
Diniyah Takmiliyah;
4) Struktur Kepengurusan
14
Tim ini ada di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten dan kota. Komposisi
keanggotaannya terdiri dari perwakilan:
14
Kementrian Agama, Pedoman Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran Madrasah Diniyah Takmiliyah, 2013, hal 7-13.
15
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta:Amzah,2016), hal. 118.
16
Neneng Habibah dkk.., Gagasan Standarisasi Pendidikan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), hal.41.
17
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012)
hal 139.
15
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan
Islam tentang hakikat manusia. Secara substantif, manusia memiliki dua dimensi,
lahir (jasmaniah) dan batin (ruhaniah). Keduanya merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan. Kedua dimensi manusia tersebut didesain oleh Allah
sebaik-baik model dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan. potensi yang
dimiliki manusia bersifat educable; dapat dan harus dididik agar berkembang
aktual. Jika semua potensi itu dididik dengan baik maka akan memungkinkan
manusia mencapai tingkat kemampuan yang luar biasa. Sebaliknya, jika dibiarkan
tanpa arah, manusia akan terbelakang.18
Berikut ini akan diuraikan pengertian peseta didik dari sudut pandang
penddikan Islam, yaitu:Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau sedang
belajar. Muta’allim erat kaitannya dengan mu’allim karena mu’allim adalah orang
yang mengajar.Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan
orang yang dipelihara.Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara sopan santun
atau orang yaang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi.19
Dari hal tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain
(pendidik) untuk membantu mengarahkan serta mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Potensi yang dimilki tidak akan tumbuh dan berkembang secara
optimal tanpa bimbingan pendidik. Karena itu, pendidik perlu pemahaman secara
konkrit tentang peserta didik. Untuk itu, perlu diperjelas beberapa diskripsi
tentang hakikat peserta didik serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:
a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya
sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap
mereka dalam proses pendidikan tidak disamakan engan pendidikan orang
dewasa, baik dalam aspek metode mengajar, materi yang diajarkan,sumber
bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.
18
Moh. Raqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Printing Cemerlang, 2009), hal 59.
19
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012),
hal 139-140.
16
b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi
perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk
diketahui agar aktivitas pendidikan Islam diesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya dilalui oleh peserta didik.
Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta didik
ditentukan oleh faktor usiadan periode perkembangan atau pertmbuhan
potensi yang dimilikinya.
c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harusdipenuhi.
Diantara kebutuhan berikut adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa
aman, harga diri, realisasi diri, dan sebagainya. Kesemua itu penting
dipahami oleh pendidik agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik.
d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual,
baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana
ia berada. Hal ini perlu dipahami karena menyangkut bagaimana
pendekatan yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap
dan perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus
mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok.
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan
rohani. Unsur jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki latihan dan
pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur
rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk
mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan
untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional.
Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan
akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu prosees pendidikan
Islam hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh.
Singkatnya, pendidikan Islam tidak hanya tidak hanya mengutamakan
pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek secara integral
dan harmonis.
f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidik
17
adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa melepas
tugas kemanusiaannya.20
2. Sifat-sifat Peserta Didik
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak
langsung. Al-Ghazali merumuskansifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik,
yaitu sebagai berikut:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibanding masalah ukhrowi.
c. Bersifat rendah hati dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk
kepentinganpendidiknya.
d. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.
f. Belajar dengan bertahap dengan mulai pelajaran yang mudah
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya.
h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritakan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
Selain itu, peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali bin Abi Tholib
dalam ungkapannya, “Ingatlah, engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu keculi
dengan enam syarat, aku akan menjelaskan padamu dengan jelas, yaitu
kecerdasan (akal), motivasi atau kemauan yang keras, sabar, alat (sarana),
petunjuk guru, dan teru-menerus (kontinu) atau tiak cepat bosan dalam mencari
ilmu.”21
18
kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang
perlu dipenuhi peserta didik adalah:
22
Samsur Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers,2002), hal. 171.
19
Semua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik,
sekaligus dijadikan sekaligus pegangan dalam menuntut ilmu.23
a. Peserta didik memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat
buruk, sebab ilmu itu bentuk peribadatan hati, shalat ruhani dan
pendekatan batin kepada Allah.
b. Peserta didik menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniyawi dan
seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya.
c. Peserta didik tidak membusungkan dada terhadap orang alim (guru),
melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarlan
nasihatnya.
d. Peserta didik tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji,
melainkan bersedia mempelajarinya hingga tahuakan orientasi dari disiplin
ilmu tersebut.
e. Peserta didik dalam usahanya mendalami suatu disiplin ilmu tidak
dilakukan secara sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan
memprioritaskan yang terpenting.
f. Peserta didik tidak melangkah mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia
benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya.
23
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), hal. 141-142.
20
g. Peserta ddik hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
dapat memperoleh ilmu yang paling mulia.
h. Peserta didik relasi ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju,
sehingga dapat memilih dan memilah ilmu mana yang harus
diprioritaskan. 24
24
Ibid, hal 142-143.
21
Diniyah Wustha
a. Jenjang kelas : I dan II
b. Syarat masuk Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustha :
- Tamat Diniyah Awaliyah Wustha,
- Usia SMP,
- Lulus Test ujian masuk
Diniyah Ulya
a. Jenjang kelas : I dan II
b. Syarat masuk Madrasah Diniiyah Takmiliyah Ulya
- Tamat Diniyah Wustha
- Usia SLTA
- Lulus Test ujian masuk
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pengembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar tercapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaanya sebagai khalifah fil ardh.
2. Tugas pendidik dalam pendidikan islam adalah membimbing, mengenal
kebutuhan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi
kelangsungan proses pembelajaran, menambah dan mengembangkan
pengetahuan peserta didik. Selain itu menurut Al-Ghazali tugas seorang
pendidik adalah :
a. Pendidik sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan.
b. Pendidik sebagai sentral figur bagi murid.
c. Pendidik sebagai motivator bagi murid.
d. Pendidik sebagai seseorang yang memahami tingkat perkembangan
intelektual murid.
e. Pendidik sebagai teladan bagi murid
f. Menyayangi peserta didiknya.
g. Guru tidak boleh mengabaikan tugas memberikan nasihat kepada para
peserta didiknya.
h. Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat
pemahaman peserta didiknya.
i. Guru mau mengamalkan ilmunya, sehingga yang ada adalah
menyatunya ucapan dan tindakan
3. Kelompok Kerja Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah (KKG MDT) adalah
suatu wadah bagi para guru kelas pada Madrasah Diniyah Takmiliyah untuk
mengembangkan diri dalam meningkatkan kompetensinya. Di dalam KKG
MDT tersebut terdapat visi, misi, tujuan, pembentukan dan penyelenggaraan,
struktur kepengurusan dan juga tim pengembag KKG MDT yang telah
ditentukan dan ditetapkan.
23
4. Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan
Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi diberbagai bidang untuk menghadapi
globalisasi. Di dalam MDT istilah peserta didik disebut juga sebagai santri,
ialah sebagai sasaran proses pembelajaran, santri mutlak kebaradaannya dalam
proses pembelajaran pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT).
24
B. Saran
25