Anda di halaman 1dari 13

UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET

(STUDI KASUS DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Pasal 1(11) UU No.10/1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7/1992


tentang Perbankan (UU Perbankan) sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.1

Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perkreditan, Drs. Thomas Suyatno,


mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang


diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

b. Tenggang waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi


dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk atau tingkat resiko yang akan dihadapi, yaitu tingkat resiko
yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan
antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di
kemudian hari, dan

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan Ke Satu, Pernada Media, Jakarta,
2005, Hal., 55

1
d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa.

Jadi sebagaimana diketahui dari pernyataan di atas bahwa unsur esensial dari
kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah
peminjam sebagai debitur.

Kemudian Perjanjian Kredit sendiri merupakan perjanjian pemberian kredit antara


pemberi kredit dan penerima kredit. Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati
antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian
kredit. Pasal 1313 Kitab UU Hukum Perdata (KUHPerdata) menyebutkan perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan
hukum antara dua pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan. Hubungan hukum
yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang dijamin oleh hukum atau
undang-undang. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. adalah salah satu bank
nasional penyedia layanan kredit.

Perjanjian kredit sendiri merupakan perjanjian yang mirip dengan perjanjian


pinjam uang menurut KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi “pinjam meminjam
adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang
lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis dalam pemakaian, dengan syarat
bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis
dan mutu yang sama pula”.

Ada yang mengatakan bahwa kredit tidak dikuasai KUHPerdata tetapi perjanjian
kredit memiliki identitas dan karakteristik sendiri. Meskipun perjanjian kredit tidak
diatur secara khusus dalam KUHPerdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak
boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam KUHPerdata
seperti ditegaskan sebagai berikut: Semua perjanjian baik yang mempunyai nama
khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus maupun yang tidak

2
dikenal dengan nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat
dalam Bab I dan Bab II.

Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih
merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-
bank di Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain
pihak, penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan.
Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh setiap bank. Apabila Bank menerima permohonan kredit dari
nasabah bank ataupun pihak lainnya, maka bank perlu melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap permohonan kredit tersebut, analisis yang dilakukan bank tersebut
meliputi:2

a. Character (watak);

b. Capacity (kemampuan);

c. Capital (modal);

d. Collateral (jaminan);

e. Condition (keadaan).

Dalam perjanjian ini tidak sedikit menemui masalah, salah satunya pada Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. itu sendiri, Bank BNI sebagai kreditor banyak
menemui masalah kredit bermasalah khususnya kredit macet, permasalahan ini
timbul karena adanya salah satu pihak yang tidak memenuhi hak dan kewajibannya
atau dapat dikatakan wanprestasi tersebut yang menyebabkan kredit bermasalah.
Wanprestasi yang dimaksud misalnya pada kreditur dimana jika kreditur tidak

2
Abdulkadir Muhamad, Segi Hukum Lembaga keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000, Hal., 82.

3
melakukan apa yang dijanjikan, maka ia melakukan wanprestasi, ia ingkar janji, atau
melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
dilakukannya.3

Kredit bermasalah sendiri digolongkan menjadi 3 yaitu kredit kurang lancar,


kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan
oleh setiap bank, khususnya pada tempat penulis melakukan studi kasus yaitu di PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., karena kredit macet itu sendiri akan
mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan sampai dapat mengakibatkan
berhentinya kegiatan usaha bank.

Kredit dikategorikan sebagai kredit macet apabila tidak memenuhi kriteria:

a. Kredit lancar, seperti:

1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga atau cerukan


karena penarikan, atau terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum
melampaui jangka waktu tertentu seperti yang ditentukan, biasanya dalam
jangka waktu 1-6 bulan (dalam kredit dengan angsuran di luar Kredit
Pemilikan Rumah maupun kredit dengan angsuran untuk KPR).

2. Kredit belum jatuh waktu, dan tidak terdapat tunggakan bunga, atau kredit
telah jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bunga, tetapi belum melampaui 3
bulan, atau kredit telah jatuh waktu dan telah dilakukan analisis untuk
perpanjangannya, tetapi karena kesulitan teknis jadi belum dapat
diperpanjang, atau terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya
belum melampaui 15 hari kerja (dalam kredit tanpa angsuran atau kredit
rekening koran).

3
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1998, Hal., 45.

4
3. Kredit yang diselamatkan, yaitu memenuhi kriteria lancar 1 dan 2 dan selama
1 tahun sejak timbulnya kewajiban membayar pokok dan bunga tidak ada
tunggakan.

b. Kredit kurang lancar:

1. Dalam kredit dengan angsuran di luar KPR, terdapat tunggakan angsuran


pokok yang

- Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi kredit dengan


masa angsuran kurang dan satu bulan, atau

- Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit dengan


masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan, atau

- Melampaui 6 bulan atau lebih, atau terdapat cerukan karena penarikan


yang jangka waktunya telah melampaui 15 hari kerja, tetapi belum
melampaui 30 hari kerja, atau

2. Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3


bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dan 1 bulan, atau melampaui
3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya
lebih dari 1 bulan.

3. Dalam kredit dengan angsuran untuk KPR, terdapat tunggakan angsuran


pokok yang telah melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 9 bulan.

4. Dan dalam kredit tanpa angsuran yaitu apabila kredit belum jatuh waktu, dan
terdapat tunggakan tunggakan bunga melampaui 3 bulan tetapi belum
melampaui 6 bulan, atau terdapat penambahan plafon atau kredit baru yang
dimaksudkan untuk melunasi tunggakan bunga, atau kredit jatuh waktu dan
belum dibayar tetapi melampaui 3 bulan, atau terdapat cerukan karena

5
penarikan yang jangka waktunya sudah melampaui 15 hari kerja, tetapi belum
melampaui 30 hari kerja.

5. Kredit yang diselamatkan, yaitu tidak memenuhi kriteria kredit Lancar nomor
3 dan tidak ada tunggakan, atau terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi
kriteria kurang lancar di atas, atau terdapat cerukan karena penarikan, tetapi
jangka waktunya telah melampaui 15 hari kerja dan belum melampaui 30 hari
kerja. 4

c. Kredit diragukan, yang memiliki kriteria tidak memenuhi kriteria lancar dan
kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa kredit masih
dapat diselamatkan dan agunannya masuh bernilai sekurang-kurangnya 75% dan
hutang peminjam termasuk bunganya, atau kredit tidak dapat diselamatkan tetapi
agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dan hutang peminjam.5

Atau dapat memenuhi kriteria diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan
semenjak masa penggolongan kredit diragukan belum terjadi pelunasan pinjaman
atau usaha penyelamatan kredit; atau penyelesaian pembayaran kembali kredit yang
bersangkutan telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang
Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan
asuransi kredit.6

Penyebab kredit bermasalah khususnya kredit macet dapat bersumber pada tiga
macam sumber, yaitu faktor intern bank kreditur, ketidaklayakan debitur, dan faktor-
faktor ekstern. Faktor intern bank yang dapat menyebabkan kredit macet adalah
seperti rendahnya kemampuan bank melakukan analisis kelayakan permintaan kredit
yang diajukan, lemahnya sistem informasi kredit serta pengawasan dan administrasi

4
Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mita Wacana Media, Jakarta, 2015, Hal.,
8
6
Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah, PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2008, Hal., 16

6
kredit, campur tangan pemegang saham bank dalam keputusan pemberian kredit,
serta pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna.

Kemudian adalah ketidaklayakan debitur yang menyebabkan kredit macet, debitur


dari bank sendiri terdiri dari dua kelompok, yaitu perorangan dan perusahaan atau
korporasi. Sumber dana pembayaran bunga dan angsuran kredit sebagian besar
debitur perorangan (consumer debtors) adalah penghasilan tetap mereka, seperti gaji,
upah honorarium, dan sebagainya. Setiap jenis gangguan terhadap kesinambungan
keuangan mereka sehingga menyebabkan ketidaklancaran pembayaran bunga
dan/atau cicilan kredit. Selain itu penyebab kredit macet perorangan yang lain adalah
gangguan terhadap diri pribadi debitur seperti misalnya kecelakaan, sakit, kematian,
perceraian.

Salah satu kasus kredit bermasalah yang terjadi di PT. BNI (Persero) Tbk yaitu,
nasabah Bank BNI 46 atas nama Tuan F melakukan pinjaman kredit di Bank BNI 46
kantor cabang utama kota Salatiga. Tuan F mengajukan kredit sebesar Rp 3,5 Milyar.
Tuan F mengajukan kredit tersebut guna menyelamatkan usaha pabrik keju miliknya
yang sedang mengalami masalah. Pemilik pabrik keju tersebut menjaminkan sebuah
kost yang terletak di daerah Kemiri Salatiga dimana kost itu berada dekat dengan
kampus 1 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dalam akta kepemilikan kost
itu tertulis kepemilikannya atas nama Tuan F sendiri. Dalam interview Tuan F
mengaku bahwa kost tersebut bernilai seharga Rp 4 Milyar.

Pihak bank menilai Tuan F memang beritikad baik dan bertujuan menyelematkan
usaha miliknya. Tidak hanya itu, pihak bank juga melakukan survey langsung ke
tempat usahanya dan melihat akta kepemilikan serta perijinan pabrik tersebut, tertulis
dalam akta dan perijinan pabrik itu memang pabrik milik Tuan F, setelah melewati
beberapa tahap analisis yang dimana pihak Bank rasa Tuan F sudah memenuhi
kriteria, selanjutnya Bank BNI menyetujui pengajuan kredit oleh Tuan F tersebut.

7
Tetapi sampai di tengah jalan Tuan F mulai mengalami macet dalam pembayaran
kredit yang diajukannya itu sampai 2 tahun lamanya. Ketika sudah terjadi kredit
macet, Bank BNI tetap melakukan penagihan, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali.
Menurut informasi yang dirangkum, pabrik keju tersebut sudah lama tutup dan tidak
beroperasi, dan fakta lain mengatakan bahwa pabrik keju tersebut bukan milik Tuan F
sendiri melainkan milik kakak dari Tuan F. Bank BNI juga melakukan beragam
upaya dalam menyelamatkan kredit Tuan F, salah satunya dengan menjual jaminan.
Tetapi setelah macetnya kredit tersebut, barulah diketahui bahwa kost yang
dijaminkan Tuan F tersebut hanya senilai Rp 3,2 Milyar dan Tuan F sendiri hanya
merupakan pengusaha sprei yang omset per bulannya tidak lebih dari Rp 1,5 Juta.

Seperti contoh kasus di atas, Robert H. Behrens dalam bukunya Commercial Loan
Officer’s Handbook (1994) disebutkan tiga faktor utama munculnya kredit korporasi
bermasalah, yaitu, salah urus (mismanagement), kurangnya pengetahuan dan
pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan, dan
penipuan (fraud). Oleh karena itu cepat atau lambat kredit yang diberikan kepada
perusahaan atau korporasi yang salah urus atau pemiliknya tidak berpengalaman
dalam bidang bisnisnya akan cenderung berkembang ke arah kredit bermasalah
khususnya kredit macet.

Tidak hanya dua faktor tadi terdapat juga faktor ekstern yang dapat menyebabkan
kredit macet, dalam seminar Penghapusan Kredit Macet : Problematika dan
Pemecahannya yang diselenggarakan di Jakarta, 30 Agustus 1996, DR. Erman
Munzir, Deputi Direktur Ban Indonesia mengutarakan empat faktor ekstern penyebab
kredit bermasalah khusunya kredit macet yaitu, kegagalan usaha debitur, menurunnya
kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit, pemanfaatan iklim persaingan
dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitur yang tidak bertanggung jawab, dan
musibah yang menimpa debitur.

8
Kredit bermasalah khususnya kredit macet yang terjadi akan memberikan dampak
yang tidak menguntungkan, salah satunya bagi bank pemberi kredit, kredit ini jika
dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah


dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam menyelesaikan


permasalahan kredit macet?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet
pada perjanjian kredit yang terjadi di bank ini.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan:

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum,


khususnya bidang hukum perbankan dalam kaitannya dengan perjanjian kredit
dan permasalahannya serta upaya penyelesaian dalam masalah tersebut.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam


hal memberikan informasi dan masukan bagi para pelaku perjanjian kredit
khususnya dalam permasalahan kredit macet.

9
E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah
penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode yang tepat supaya tujuan dari
penelitian itu dapat tercapai secara maksimal. Metode pada penelitian ini terdiri dari:

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian


hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti
bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan
penelitian ini diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat,
badan hukum atau pemerintah.

Penelitian hukum menurut Soerjono Soekanto merupakan suatu kegiatan


ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu,
yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum
tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di samping itu, juga diadakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebu, untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang
timbul di dalam gejala yang bersangkutan.7 Maka dari itu, penulis memilih
jenis penelitian ini mengkaji dan mencari jawaban tentang permasalahan yang
menjadi bahan penulis.

2) Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan


tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai

7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, Hal., 43

10
isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.8 Adapun pendekatan penelitian
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a) Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap


kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.9

b) Pendekatan Konseptual

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan


doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Peneliti akan
menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum,
konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu
yang dihadapi.10

3) Sumber Data

Untuk menyelesaikan isu mengenai masalah hukum pada penelitian ini


penulis memerlukan sumber-sumber data yang akan diperoleh dengan
menggunakan metode pengumpulan data berupa kasus yang kemudian diolah
melalui mempelajari dan menelaah kasus permasalahan kredit macet yang
pernah terjadi pada bank BNI kantor cabang kota Salatiga dengan pedoman
kepustakaan berupa buku-buku, atau literatur-literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini.

8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, Hal., 133
9
Ibid.
10
Ibid., Hal., 134

11
Selain itu penulis juga melakukan wawancara, yang dimana penulis akan
melakukan wawancara kepada nasabah yang melakukan pinjaman kredit
kepada PT. Bank BNI dan pernah mengalami permasalahan dalam
pengembaliannya meskipun tidak sampai dalam keadaan taraf macet dan
karyawan yang bekerja pada bank tersebut untuk mendapatkan data-data,
informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 bab, yang
rinciannya adalah sebagai berikut:

1) Bab I : Pendahuluan, yaitu gambaran umum yang dituangkan dalam latar


belakang masalah, kemudian dirumuskan menjadi pertanyaan sebagai
rumusan masalah, jawaban dari pertanyaan tersebut digunakan untuk
mencapai tujuan penelitian. Selanjutnya penulis menentukan metode
penelitian sebagai media pemecahan masalah yang telah dirumuskan pada
rumusan masalah. Kemudian diakhiri dengan sistematika pembahasan sebagai
peta bahasan penelitian.

2) Bab II : Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian serta Analisis, yaitu kajian
pustaka yang meliputi bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek
penelitian yang pernah dibuat dan didokumentasikan yang dimana digunakan
penulis untuk menganalisis objek penelitian. Hasil penelitian meliputi hasil
studi lapangan berdasarkan data yang dikumpulkan dari wawanacara dan
pengumpulan kasus yang penulis lakukan. Sedangkan analisis adalah
penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan
catatan lapangan dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

12
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh penulis maupun orang lain.

3) Bab III : Simpulan dan Saran, yaitu simpulan yang meliputi jawaban singkat
atas rumusan masalah yang telah ditetapkan. Sedangkan saran adalah usulan
atau anjuran kepada pihak-pihak terkait atau yang memiliki kewenangan lebih
terhadap tema yang diteliti demi kebaikan masyarakat atau penelitian di masa-
masa mendatang.

13

Anda mungkin juga menyukai