BAB I
PENDAHULUAN
c. Degree of risk atau tingkat resiko yang akan dihadapi, yaitu tingkat resiko
yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan
antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di
kemudian hari, dan
1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan Ke Satu, Pernada Media, Jakarta,
2005, Hal., 55
1
d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa.
Jadi sebagaimana diketahui dari pernyataan di atas bahwa unsur esensial dari
kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditor terhadap nasabah
peminjam sebagai debitur.
Ada yang mengatakan bahwa kredit tidak dikuasai KUHPerdata tetapi perjanjian
kredit memiliki identitas dan karakteristik sendiri. Meskipun perjanjian kredit tidak
diatur secara khusus dalam KUHPerdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak
boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam KUHPerdata
seperti ditegaskan sebagai berikut: Semua perjanjian baik yang mempunyai nama
khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus maupun yang tidak
2
dikenal dengan nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat
dalam Bab I dan Bab II.
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih
merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-
bank di Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain
pihak, penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan.
Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh setiap bank. Apabila Bank menerima permohonan kredit dari
nasabah bank ataupun pihak lainnya, maka bank perlu melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap permohonan kredit tersebut, analisis yang dilakukan bank tersebut
meliputi:2
a. Character (watak);
b. Capacity (kemampuan);
c. Capital (modal);
d. Collateral (jaminan);
e. Condition (keadaan).
Dalam perjanjian ini tidak sedikit menemui masalah, salah satunya pada Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. itu sendiri, Bank BNI sebagai kreditor banyak
menemui masalah kredit bermasalah khususnya kredit macet, permasalahan ini
timbul karena adanya salah satu pihak yang tidak memenuhi hak dan kewajibannya
atau dapat dikatakan wanprestasi tersebut yang menyebabkan kredit bermasalah.
Wanprestasi yang dimaksud misalnya pada kreditur dimana jika kreditur tidak
2
Abdulkadir Muhamad, Segi Hukum Lembaga keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000, Hal., 82.
3
melakukan apa yang dijanjikan, maka ia melakukan wanprestasi, ia ingkar janji, atau
melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
dilakukannya.3
2. Kredit belum jatuh waktu, dan tidak terdapat tunggakan bunga, atau kredit
telah jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bunga, tetapi belum melampaui 3
bulan, atau kredit telah jatuh waktu dan telah dilakukan analisis untuk
perpanjangannya, tetapi karena kesulitan teknis jadi belum dapat
diperpanjang, atau terdapat cerukan karena penarikan, tetapi jangka waktunya
belum melampaui 15 hari kerja (dalam kredit tanpa angsuran atau kredit
rekening koran).
3
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 1998, Hal., 45.
4
3. Kredit yang diselamatkan, yaitu memenuhi kriteria lancar 1 dan 2 dan selama
1 tahun sejak timbulnya kewajiban membayar pokok dan bunga tidak ada
tunggakan.
4. Dan dalam kredit tanpa angsuran yaitu apabila kredit belum jatuh waktu, dan
terdapat tunggakan tunggakan bunga melampaui 3 bulan tetapi belum
melampaui 6 bulan, atau terdapat penambahan plafon atau kredit baru yang
dimaksudkan untuk melunasi tunggakan bunga, atau kredit jatuh waktu dan
belum dibayar tetapi melampaui 3 bulan, atau terdapat cerukan karena
5
penarikan yang jangka waktunya sudah melampaui 15 hari kerja, tetapi belum
melampaui 30 hari kerja.
5. Kredit yang diselamatkan, yaitu tidak memenuhi kriteria kredit Lancar nomor
3 dan tidak ada tunggakan, atau terdapat tunggakan tetapi masih memenuhi
kriteria kurang lancar di atas, atau terdapat cerukan karena penarikan, tetapi
jangka waktunya telah melampaui 15 hari kerja dan belum melampaui 30 hari
kerja. 4
c. Kredit diragukan, yang memiliki kriteria tidak memenuhi kriteria lancar dan
kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa kredit masih
dapat diselamatkan dan agunannya masuh bernilai sekurang-kurangnya 75% dan
hutang peminjam termasuk bunganya, atau kredit tidak dapat diselamatkan tetapi
agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dan hutang peminjam.5
Atau dapat memenuhi kriteria diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan
semenjak masa penggolongan kredit diragukan belum terjadi pelunasan pinjaman
atau usaha penyelamatan kredit; atau penyelesaian pembayaran kembali kredit yang
bersangkutan telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang
Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan
asuransi kredit.6
Penyebab kredit bermasalah khususnya kredit macet dapat bersumber pada tiga
macam sumber, yaitu faktor intern bank kreditur, ketidaklayakan debitur, dan faktor-
faktor ekstern. Faktor intern bank yang dapat menyebabkan kredit macet adalah
seperti rendahnya kemampuan bank melakukan analisis kelayakan permintaan kredit
yang diajukan, lemahnya sistem informasi kredit serta pengawasan dan administrasi
4
Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, Mita Wacana Media, Jakarta, 2015, Hal.,
8
6
Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah, PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2008, Hal., 16
6
kredit, campur tangan pemegang saham bank dalam keputusan pemberian kredit,
serta pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna.
Salah satu kasus kredit bermasalah yang terjadi di PT. BNI (Persero) Tbk yaitu,
nasabah Bank BNI 46 atas nama Tuan F melakukan pinjaman kredit di Bank BNI 46
kantor cabang utama kota Salatiga. Tuan F mengajukan kredit sebesar Rp 3,5 Milyar.
Tuan F mengajukan kredit tersebut guna menyelamatkan usaha pabrik keju miliknya
yang sedang mengalami masalah. Pemilik pabrik keju tersebut menjaminkan sebuah
kost yang terletak di daerah Kemiri Salatiga dimana kost itu berada dekat dengan
kampus 1 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dalam akta kepemilikan kost
itu tertulis kepemilikannya atas nama Tuan F sendiri. Dalam interview Tuan F
mengaku bahwa kost tersebut bernilai seharga Rp 4 Milyar.
Pihak bank menilai Tuan F memang beritikad baik dan bertujuan menyelematkan
usaha miliknya. Tidak hanya itu, pihak bank juga melakukan survey langsung ke
tempat usahanya dan melihat akta kepemilikan serta perijinan pabrik tersebut, tertulis
dalam akta dan perijinan pabrik itu memang pabrik milik Tuan F, setelah melewati
beberapa tahap analisis yang dimana pihak Bank rasa Tuan F sudah memenuhi
kriteria, selanjutnya Bank BNI menyetujui pengajuan kredit oleh Tuan F tersebut.
7
Tetapi sampai di tengah jalan Tuan F mulai mengalami macet dalam pembayaran
kredit yang diajukannya itu sampai 2 tahun lamanya. Ketika sudah terjadi kredit
macet, Bank BNI tetap melakukan penagihan, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali.
Menurut informasi yang dirangkum, pabrik keju tersebut sudah lama tutup dan tidak
beroperasi, dan fakta lain mengatakan bahwa pabrik keju tersebut bukan milik Tuan F
sendiri melainkan milik kakak dari Tuan F. Bank BNI juga melakukan beragam
upaya dalam menyelamatkan kredit Tuan F, salah satunya dengan menjual jaminan.
Tetapi setelah macetnya kredit tersebut, barulah diketahui bahwa kost yang
dijaminkan Tuan F tersebut hanya senilai Rp 3,2 Milyar dan Tuan F sendiri hanya
merupakan pengusaha sprei yang omset per bulannya tidak lebih dari Rp 1,5 Juta.
Seperti contoh kasus di atas, Robert H. Behrens dalam bukunya Commercial Loan
Officer’s Handbook (1994) disebutkan tiga faktor utama munculnya kredit korporasi
bermasalah, yaitu, salah urus (mismanagement), kurangnya pengetahuan dan
pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan, dan
penipuan (fraud). Oleh karena itu cepat atau lambat kredit yang diberikan kepada
perusahaan atau korporasi yang salah urus atau pemiliknya tidak berpengalaman
dalam bidang bisnisnya akan cenderung berkembang ke arah kredit bermasalah
khususnya kredit macet.
Tidak hanya dua faktor tadi terdapat juga faktor ekstern yang dapat menyebabkan
kredit macet, dalam seminar Penghapusan Kredit Macet : Problematika dan
Pemecahannya yang diselenggarakan di Jakarta, 30 Agustus 1996, DR. Erman
Munzir, Deputi Direktur Ban Indonesia mengutarakan empat faktor ekstern penyebab
kredit bermasalah khusunya kredit macet yaitu, kegagalan usaha debitur, menurunnya
kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit, pemanfaatan iklim persaingan
dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitur yang tidak bertanggung jawab, dan
musibah yang menimpa debitur.
8
Kredit bermasalah khususnya kredit macet yang terjadi akan memberikan dampak
yang tidak menguntungkan, salah satunya bagi bank pemberi kredit, kredit ini jika
dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet
pada perjanjian kredit yang terjadi di bank ini.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
2) Manfaat Praktis
9
E. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah
penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode yang tepat supaya tujuan dari
penelitian itu dapat tercapai secara maksimal. Metode pada penelitian ini terdiri dari:
1) Jenis Penelitian
2) Pendekatan Penelitian
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, Hal., 43
10
isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.8 Adapun pendekatan penelitian
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
a) Pendekatan Kasus
b) Pendekatan Konseptual
3) Sumber Data
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, Hal., 133
9
Ibid.
10
Ibid., Hal., 134
11
Selain itu penulis juga melakukan wawancara, yang dimana penulis akan
melakukan wawancara kepada nasabah yang melakukan pinjaman kredit
kepada PT. Bank BNI dan pernah mengalami permasalahan dalam
pengembaliannya meskipun tidak sampai dalam keadaan taraf macet dan
karyawan yang bekerja pada bank tersebut untuk mendapatkan data-data,
informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini.
F. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 bab, yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
2) Bab II : Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian serta Analisis, yaitu kajian
pustaka yang meliputi bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan objek
penelitian yang pernah dibuat dan didokumentasikan yang dimana digunakan
penulis untuk menganalisis objek penelitian. Hasil penelitian meliputi hasil
studi lapangan berdasarkan data yang dikumpulkan dari wawanacara dan
pengumpulan kasus yang penulis lakukan. Sedangkan analisis adalah
penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan
catatan lapangan dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
12
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh penulis maupun orang lain.
3) Bab III : Simpulan dan Saran, yaitu simpulan yang meliputi jawaban singkat
atas rumusan masalah yang telah ditetapkan. Sedangkan saran adalah usulan
atau anjuran kepada pihak-pihak terkait atau yang memiliki kewenangan lebih
terhadap tema yang diteliti demi kebaikan masyarakat atau penelitian di masa-
masa mendatang.
13