Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Universitas PGRI Madiun (Persatuan Guru Republik Indonesia)

VARIASI BAHASA PADA PEMENTASAN DRAMA CIPOA DAN SIDANG


PARA SETAN MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA TAHUN 2017

Lina Nuryani1), Agus Budi Santoso2), Dhika Puspitasari3)


1,2,3)
Universitas PGRI Madiun
1)
Email: linanuryani666@gmail.com;
2)
agusbudisantoso994@yahoo.co.id.;
3)
dhikapuspitasari@unipma.ac.id.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan Variasi Bahasa Pada Pementasan
Drama Cipoa dan Sidang Para Setan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun 2017. Selain itu, untuk mengetahui kesan Pemain Drama terhadap penggunaan
variasi bahasa pada pementasan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Pementasan
Drama yang dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2015 yang dipentaskan pada tahun 2017. Metode Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Tempat penelitian ini di Universitas PGRI Madiun yang
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli tahun 2018. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini berupa observasi, dokumen, dan wawancara.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa handy camp, alat perekam suara, dan daftar
pertanyaan wawancara. Teknik analisis data menggunakan content analisis melalui tahap
reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian
ini menunjukkan penggunaan variasi bahasa yang meliputi: (a) Variasi bahasa dari segi
penutur yang terdiri dari: (1) Dialek; (2) Kronolek; (3) Sosiolek, mencakup akrolek,
basilek, vulgar, slang, jargon, kolokial, dan ken; (b) Variasi bahasa dari segi keformalan
yang terdiri dari; (1) Ragam Beku/Frozen; (2) Ragam Resmi/Formal; (3) Ragam
Usaha/Konsultatif; (4) Ragam Santai/Casual; dan (5) Ragam Akrab/Intim. Kesan pemain
drama meliputi: (1) Gaya bahasa menarik; (2) Belajar logat dari beberapa bahasa (dialek);
dan (3) Bertambah kosakata dan pengetahuan mengenai variasi bahasa.

Kata kunci: Variasi Bahasa, Pementasan Drama, Cipoa, Sidang Para Setan

PENDAHULUAN bahasa sangat beragam, tetapi bahasa tetap


Bahasa merupakan hal yang tidak dapat memiliki fungsi sebagai alat komunikasi
dilepaskan dalam kehidupan manusia. dan interaksi antara manusia yang satu
Bahasa memiliki peran sebagai media dengan yang lainnya.
komunikasi baik secara lisan maupun Keberagaman bahasa (selanjutnya kita
tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, sebut sebagai variasi bahasa) yang ada di
bahasa digunakan manusia untuk Indonesia memiliki jumlah yang banyak.
berinteraksi dan bersosialisasi di Faktor utama yang meneyebabkan variasi
kehidupan bermasyarakat. Selain itu, bahasa tersebut adalah negara Indonesia
bahasa juga berfungsi untuk yang terbagai menjadi beribu pulau. Dari
mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap pulau tersebut akan melahirkan B1
manusia yang dituangkan dalam sebuah (bahasa ibu), yang tentunya berbeda di
karya sastra. Meskipun pada kenyataannya setiap pulaunya. Faktor lain yang menjadi

62 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


penyebab variasi bahasa seperti yang Bukan hanya sekedar memberikan teori
diungkapkan oleh Dewi (2012: 2) bahwa yang sangat mudah hilang dalam ingatan,
“Tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, tetapi memberikan sebuah pengalaman
dan jenis pekerjaan menjadi faktor penting yang tentunya akan lebih melekat pada
yang mempengaruhi variasi bahasa dalam ingatan mahasiswa. Dari pementasan
masyarakat.” drama tersebut akan dijadikan objek
Variasi bahasa tidak hanya terjadi penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa
pada masyarakat penutur yang digunakan Pada Pementasan Drama Cipoa dan Sidang
secara langsung dalam kehiduapan sehari- Para Setan Mahasiswa Pendidikan Bahasa
hari, tetapi juga dapat terjadi pada sebuah dan Sastra Indonesia Tahun 2017”.
karya sastra seperti naskah drama yang Berdasarkan latar belakang masalah di
telah dikemas dalam sebuah pementasan atas, maka penelitian ini akan menganalisis
drama. Pementasan dalam sebuah drama mengenai variasi bahasa yang digunakan
akan menghasilkan suatu kombinasi dialog pada Pementasan Drama Cipoa dan Sidang
yang dipadukan dengan adegan antara Para Setan mahasiswa Pendidikan Bahasa
pemain satu dengan pemain lainnya. Dari dan Sastra Indonesia. selain itu, juga untuk
dialog para pemain, tentu akan mengetahui kesan pemain drama mengenai
menggunakan bahasa sebagai media penggunaan variasi bahasa pada
interaksinya dan dari sinilah akan muncul pementasan drama yang telah dipentaskan
suatu variasi bahasa yang biasanya akan
ditemui dalam kehidupan bermasyarakat. KAJIAN TEORI
Pementasan drama Cipoa karya Putu 1. Pengertian Variasi Bahasa
Wijaya dan Sidang Para Setan karya Joko Menurut Mustakim (1994: 18
Umbaran yang telah dipentaskan oleh dalam Rokhman, 2013: 15) variasi
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra bahasa atau yang disebut sebagai
Indonesia pada bulan Desember tahun “ragam dalam konteks ini adalah variasi
2017 akan menjadi objek penelitian yang pemakaian bahasa yang berbeda-beda”.
menarik. Pada pementasan drama ini Dari pendapat ahli tersebut, dapat
terdapat variasi bahasa yang digunakan disimpulkan bahwa variasi bahasa
oleh para pemainnya dan muncul akibat merupakan varian-varian bahasa yang
status sosial, jenis kelamin, jenis memiliki pola umum bahasa induknya
pekerjaan, dan perbedaan umur dari peran dan dapat terjadi karena adanya
para pemain yang dikemas dalam suatu penggunaan oleh masyarakat dalam
konflik dalam pementasan drama tersebut. lingkup yang luas. Variasi bahasa akan
Variasi bahasa yang sangat mencolok semakin banyak apabila digunakan oleh
diantaranya variasi bahasa dari segi masyarakat bahasa yang terdiri dari
penutur seperti dialek sosial atau sosiolek berbagai tempat dengan berbagai
dan variasi bahasa dari segi keformalan perbedaan latar belakang sosial,
seperti ragam bahasa resmi, santai, dan budaya, tradisi, adat-istiadat,
akrab. pendidikan, agama, dan perbedaan-
Pementasan drama yang hampir perbedaan lainnya.
setiap tahun dipentaskan oleh mahasiswa 2. Jenis-Jenis Variasi Bahasa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Chaer dan Agustina (2014: 62)
Universitas PGRI Madiun tersebut menjadi membedakan variasi-variasi bahasa
objek yang menarik untuk diteliti. menjadi 4, yaitu variasi dari segi
Pementasan drama yang diadakan untuk penutur, variasi dari segi pemakaian,
memenuhi tugas mata kuliah Pengkajian variasi dari segi keformalan, dan variasi
dan Apresiasi Drama ini akan memberikan dari segi sarana. Dalam skripsi ini akan
pengalaman nyata kepada mahasiswa. digunakan dua jenis variasi antara lain:

63 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


A. Variasi dari Segi Penutur sebelum kemerdekaan dan
Jenis variasi bahasa dari segi bahasa Indonesia yang
penutur merupakan variasi bahasa digunakan masyarakat Indonesia
yang dipengaruhi oleh latar belakang setelah kemerdekaan.
penutur bahasa. Variasi bahasa dari 4) Sosiolek
segi penutur dibagi menjadi empat, Sosiolek atau dialek sosial
antara lain: adalah “variasi bahasa yang
1) Idiolek berkenaan dengan status,
Menurut Aslinda dan golongan, dan kelas sosial para
Syahyafya (2010: 17-18) idiolek penuturnya” (Chaer dan
merupakan variasi bahasa yang Agustina, 2014: 64). Chaer dan
bersifat individu. Pada dasarnya Agustina (2014: 66)
setiap individu memiliki idiolek membedakan variasi bahasa
yang berbeda dengan individu berkenaan dengan tingkat
lainnya. Perbedaan ini muncul golongan, status, dan kelas sosial
dari faktor kondisi fisik dan penuturnya menjadi beberapa
psikis yang tidak sama. variasi bahasa yang disebut
2) Dialek akrolek, basilek, vulgar, slang,
Menurut Chaer dan kolokial, jargon, argot, dan ken.
Agustina (2014: 62) dialek Rahma (2012: 9) menyatakan
merupakan “variasi bahasa dari bahwa akrolek adalah realisasi
sekelompok penutur yang bahasa yang dipandang lebih
jumlahnya relatif, yang berada bergengsi atau lebih tinggi dari
pada satu tempat, wilayah, atau varietas-varietas yang lain. Dari
area tertentu”. Dari kedua pendapat tersebut dapat
pengertian yang dikemukakan disimpulkan bahwa Kelompok
oleh ahli tersebut dapat diketahui masyarakat pengguna akrolek
bahwa dialek merupakan variasi tentu memiliki kedudukan yang
ujaran atau bahasa dari lebih terpandang dibanding
sekelompok masyarakat yang kelompok masyarakat lain.
memiliki ciri-ciri umum dalam Misalnya penutur bahasa Jawa
penggunaan bahasanya. Krama Inggil yang digunakan
3) Kronolek oleh kelompok masyarakat
Menurut Sumarsono (2010: kraton.
27) kronolek merupakan “ragam Basilek merupakan “variasi
bahasa yang didasarkan pada bahasa yang dianggap kurang
perbedaan (urutan) waktu, bergengsi atau dianggap lebih
misalnya ragam bahasa rendah” (Aslinda dan Syafyahya,
Indonesia tahun 1945-1950 yang 2010: 18). Basilek merupakan
berbeda dengan bahasa Indonesia kebalikan dari akrolek. Pengguna
pada tahun 1970-1980. Maksud variasi bahasa ini adalah
dari pengertian tersebut dapat sekelompok masyarakat biasa.
diterangkan bahwa kronolek Misalnya bahasa Jawa Krama
merupakan variasi bahasa yang Ndesa yang digunakan
digunakan oleh masyarakat masyarakat jawa dalam situai
bahasa pada jangka waktu resmi.
tertentu. Misalnya bahasa melayu Menurut Chaer dan Agustina (2014: 66)
dan bahasa daerah yang vulgar digunakan oleh kalangan yang
digunakan masyarakat Indonesia kurang terpelajar atau tidak berpendidikan.

64 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


Lebih lanjut Rahma (2012: 9-10) ungkapan-ungkapan ini tidak
menyebutkan bahwa bagi kalangan yang bersifat rahasia. Sehingga
kurang terpelajar dalam berbahasa masyarakat dapat mengetahui
cenderung langsung mengungkapkan bahasa jargon ini meskipun
maksudnya tanpa mempertimbangkan cukup sulit dalam mengartikan
bentuk bahasanya. Oleh karena itu, bahasa maksudnya.
yang digunakan adalah bahasa dengan Menurut Aslinda dan
kata-kata kasar. Syafyahya (2010: 19) ken
Slang merupakan variasi merupakan variasi bahasa
sosial yang hanya digunakan merengek-rengek atau pura-pura
oleh kelompok masyarakat yang biasanya digunakan oleh
tertentu yang tidak diketahui kalangan sosial rendah seperti
kelompok lain (Chaer dan pengemis. Pendapat lain
Agustian, 2014: 67). Dengan mengatakan bahwa ken biasanya
sifatnya yang rahasia, slang digunakan oleh para pengemis,
dapat juga disebut sebagai seperti tercermin dalam
bahasa yang muncul akibat ungkapan the cant of beggar
kesepakatan dari kelompok berarti ‘bahasa pengemis’”
pengguna bahasa tersebut. (Chaer dan Agustina, 2014: 19).
Misalnya sekelompok anak B. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
pramuka yang menggunakan Joos (1967 dalam Chaer dan
bendera semapore sebagai alat Agustina, 2014: 70) membedakan
atau media komunikasi mereka. variasi bahasa berdasarkan
Kolokial merupakan keformalan atas lima bagian, yaitu:
“variasi sosial yang digunakan 1) Gaya atau Ragam Beku/Frozen
oleh penutur dalam percakapan Menurut Chaer dan Agustina
sehari-hari” (Aslinda dan (2014: 70) “ragam beku adalah
Syafyahya, 2010: 18). Lebih variasi bahasa yang paling
lanjut Chaer dan Agustina formal, yang digunakan dalam
(2014: 67) mengatakan bahwa situasi-situasi khidmat dan
dalam percakapan sering pula upacara resmi”. Sesuai dengan
digunakan bentuk kolokial, namanya, ragam beku ini
seperti dok (dokter), dor memiliki pola dan kaidah yang
(mandor), ndan (komandan), telah ditetapkan dan tidak boleh
dan lain-lain. Dari contoh diubah.
tersebut semakin jelas bahwa 2) Gaya atau Ragam Resmi/Formal
kolokial merupakan bahasa Ragam resmi atau formal
percakapan dalam keseharian. merupakan “variasi bahasa yang
Menurut Chaer dan digunakan dalam pidato
Agustina (2014: 68) jargon kenegaraan, rapat dinas, surat-
adalah variasi sosial yang menyurat dinas, ceramah
digunakan secara terbatas oleh keagamaan, buku-buku
kelompok-kelompok sosial pelajaran, dan sebagainya. Dalam
tertentu. Dari pendapat-pendapat ragam resmi, pola dan kaidah
tersebut dapat diketahui karena bahasa ditetapkan sebagai suatu
sifatnya yang sangat terbatas, standar” (Chaer dan Agustina,
maka jargon akan sulit dipahami 2014: 70).
oleh masyarakat di luar 3) Gaya atau Ragam
kelompok tersebut. Namun, Usaha/Konsultatif

65 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


Ragam usaha atau ragam dan keluarga” (Aslinda dan
konsultatif merupakan “variasi Syafyahya, 2010: 20).
bahasa yang lazim digunakan 3. Pengertian Pementasan Drama
dalam pembicaraan biasa di Menurut Waluyo (2006: 35)
sekolah, dan rapat-rapat atau pementasan drama merupakan “karya
pembicaraan yang berorientasi kolektif yang dikoordinasikan oleh
kepada hasil atau produksi” sutradara, yaitu pekerja teater yang dengan
(Chaer dan Agustina, 2014: 71). kecakapan dan keahliannya memimpin
Lebih lanjut Aslinda dan aktor-aktris dan pekerja teknis dalam
Syafyahya (2010: 20) pementasan”. Pendapat lain menurut
menyatakan bahwa dalam Dewojati (2010: 255) pementasan drama
melakukan pembicaraan dengan merupakan penyajian drama di atas
ragam usaha ini, tidak perlu panggung yang menuntut aktor atau
dilakukan suatu perencanaan pemain untuk dapat membawakan
mengenai apa yang akan perannya dengan sempurna. Hal ini
diungkapkan. dimaksudkan karena kesuksesan sebuah
4) Gaya atau Ragam Santai/Casual pementasan drama salah satunya
Ragam santai atau casual dipengaruhi oleh keberhasilan para aktor
adalah “ragam bahasa yang membawakan perannya.
digunakan dalam situasi santai”
(Aslinda dan Syafyahya, 2010: METODE PENELITIAN
20). Chaer dan Agustina (2014: Metode penelitian yang digunakan
71) menyatakan bahwa ragam adalah penelitian kualitatif. Menurut
santai banyak menggunakan Bogdan dan Taylor (1975: 5 dalam
bentuk alergo, yang berarti Moeleong, 2012: 4) mendefinisikan
ujaran atau bentuk katanya metodologi kualitatif sebagai prosedur
dipendekkan. Selain itu, kosa penelitian yang menghasilkan data
kata yang digunakan dalam deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
ragam bahasa ini masih dipenuhi lisan dari orang-orang dan perilaku yang
unsur leksikal dialek dan unsur dapat diamati. Tempat penelitian ini adalah
bahasa daerah. di Universitas PGRI Madiun, tepatnya
5) Gaya atau Ragam dilaksanakan di Sanggar Bahasa dan ruang
Akrab/Intimate kelas Program Studi Pendidikan Bahasa
Menurut Sunahrowi (2007: 6) dan Sastra Indonesia. Waktu penelitian
gaya intimate biasanya ditandai akan dilaksanakan pada bulan April
dengan tidak adanya rintangan sampai dengan bulan Juli tahun 2018.
sosial diantara penuturnya. Sumber data dari penelitian ini ada
Misalnya percakapan anggota dua. Sumber data yang pertama adalah
keluarga, teman akrab, dan video Pementasan Drama berjudul Cipoa
pasangan suami istri mempunyai dan Sidang Para Setan. Sumber data
kecenderungan untuk kedua adalah Mahasiswa Pendidikan
mengungkapkan isi hatinya Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
dengan gaya intim. Pendapat lain 2015. Sumber data pertama berupa video
yang sejalan dengan pengertian pementasan yang kemudian akan
tersebut menyatakan bahwa ditranskrip dan dilakukan analisis dengan
ragam akrab merupakan “ragam teori yang sudah ditentukan. Sumber data
bahasa yang digunakan antara kedua adalah mahasiswa yang
teman yang sudah akrab, karib, melaksanakan pementasan drama tersebut.
Dalam pengambilan data akan dilakukan

66 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


dengan wawancara kepada beberapa (1ac.1.) Ae
mahasiswa yang memiliki peran penting Data Cipoa dengan kode
dan mendukung dalam pementasan drama (1ac.1.) diucapkan oleh tokoh
tersebut. Pekerja Tambang yang bernama Til.
Teknik pengumpulan data dalam Dialek dengan kode (1ac.1.) dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik Kamus Basa Jawa (2001: 5) berasal
observasi, dokumentasi, dan wawancara. dari kata ‘wae; bae’. Jika diartikan
Teknik Analisis data akan digunakan dalam bahasa Indonesia dialek bae
komponen analisis data menurut Miles dan memiliki arti ‘saja’ (Kawuryan,
Huberman (1984 dalam Sugiyono, 2010: 2006: 253) dan dialek wae memiliki
246-249) yang terbagi sebagai berikut: (1) arti ‘saja; cuma’ (Kawuryan, 571).
Data Reduction (data reduksi); (2) Data b. Kronolek
Display (penyajian data); (3) Conclusing Kronolek yang digunakan dalam
Drawing/Verification (penarikan Pementasan Drama Cipoa terdapat
kesimpulan dan verifikasi). Secara lebih 2 kronolek dan dalam Pementasan
rinci, teknik analisis data dalam skripsi ini Drama Sidang Para Setan terdapat
dipaparkan sebagai berikut: (1) Mereduksi 13 kronolek yang digunakan.
data video pementasan drama dan rekaman Berikut akan dianalisis mengenai
wawancara yang telah ditranskrip dalam perolehan data kronolek:
bentuk tertulis; (2) Menyajikan transkrip (2s.1.) Dont disturb!
video pementasan drama dan rekaman Data Sidang Para Setan dengan
wawancara yang telah direduksi; (3) kode (2s.1.) diucapkan oleh tokoh
Menganalisis serta membahas data video Setan Asem Krowok. Dialek
pementasan drama dan rekaman tersebut memiliki arti ‘jangan
wawancara beradasarkan kajian teori yang mengganggu!’, kata dont/don’t
digunakan. (4) Penarikan kesimpulan dan memiliki arti ‘jangan’ (Echols dan
verifikasi dari analisis yang telah Shadily, 1986: 194) dan kata disturb
dilakukan memiliki arti ‘mengganggu’ (Echols
dan Shadily, 1986: 190). Dialek
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut termasuk dalam kalimat
1. Variasi dari Segi Penutur perintah dan digunakan untuk
a. Dialek memberi pengumuman ataupun
Dialek yang digunakan dalam peringatan.
Pementasan Drama Cipoa dan Penggunaan bahasa asing
Sidang Para Setan digunakan 1 utamanya bahasa Inggris dalam
dialek yaitu bahasa Jawa dialek bersosialisasi merupakan ciri khas
standar. Dialek jawa yang penggunaan bahasa pada masa
digunakan dalam Dalam sekarang, berbeda pada masa
Pementasan Drama Cipoa terdapat sebelum reformasi yang
75 dialek Jawa dan dalam penggunaannya masih belum
Pementasan Drama Sidang Para populer. Bahasa Inggris yang telah
Setan terdapat 97 (termasuk 2 lagu diakui secara resmi sebagai bahasa
yang dihitung 2 dialek) dialek Jawa Internasional merupakan bahasa
yang digunakan. berikut ini yang dianggap lebih bergengsi,
merupakan salah satu dialek jawa sehingga anak muda, orang dewasa,
standar: bahkan orang tua dan anak kecil
pada golongan tertentu
menggunakan bahasa Inggris ketika
berbicara.

67 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


c. Sosiolek (Kawuryan, 2006: 424),
1) Akrolek termasuk dalam bahasa Jawa
Akrolek yang digunakan Krama dan biasanya digunakan
dalam Pementasan Drama Cipoa untuk mempersilakan
terdapat 2 akrolek dan dalam tamu/pelanggan agar segera
Pementasan Drama Sidang Para menikmati hidangan yang
Setan terdapat 13 akrolek yang diberikan. Data (3bc.1.)
digunakan. berikut analisis termasuk dalam variasi basilek
mengenai data akrolek: karena kata mangga merupakan
(3as.2.) For your bahasa Jawa Krama yang
information dianggap kurang bergengsi
Data Sidang Para Setan dalam penggunaannya.
dengan kode (3as.2.) diucapkan Penggunaan bahasa Jawa Ngoko
oleh tokoh Setan Sor Ringin dianggap lebih bergengsi karena
yang memiliki arti ‘Untuk lebih sering digunakan dan
informasi/pemberitahuan’ dianggap lebih akrab digunakan
(Echols dan Shadily, 1986: untuk berinteraksi/bersosialisasi
321). Dialek tersebut digunakan daripada bahasa bahasa Jawa
untuk mengawali suatu Krama yang dianggap terlalu
pembicaraan ketika akan kaku/formal.
menyampaikan informasi yang 3) Vulgar
dianggap penting. Akrolek Variasi bahasa vulgar yang
adalah realisasi bahasa yang digunakan dalam Pementasan
dipandang lebih bergengsi atau Drama Cipoa terdapat 31
lebih tinggi dari varietas- varaiasi bahasa vulgar dan
varietas yang lain (Rahma, dalam Pementasan Drama
2012: 9). Sesuai dengan Sidang Para Setan terdapat 25
pendapat tersebut, bahasa varaiasi bahasa vulgar yang
Inggris adalah bahasa yang digunakan. Berikut analisis dari
dianggap bergengsi pada masa data yang diperoleh.
sekarang. Lazimnya orang yang (3cc.4.) Heh, Pakai
dapat berbahasa Inggris adalah gundhulmu itu lo, dasar
orang-orang yang dianggap pemalas.
cerdas dan pintar. Data Cipoa dengan kode
2) Basilek (3cc.4.) diucapkan oleh tokoh
Basilek yang digunakan Juragan yang memiliki arti
dalam Pementasan Drama Cipoa ‘Heh, pakai kepalamu itu lo,
terdapat 1 basilek dan dalam dasar pemalas’. Kalimat
Pementasan Drama Sidang Para (percakapan) dalam data
Setan tidak terdapat Basilek. tersebut mengandung makian
Berikut analisis dari data yang bentuk frasa sehingga
diperoleh. mengakibatkan bahasa tersebut
(3bc.1.) Monggo menjadi vulgar. Menurut Triadi
(mangga) (2017: 5) terdapat dua bentukan
Data Sidang Para Setan yang digunakan untuk
dengan kode (3bc.1.) diucapkan membentuk frasa makian dalam
oleh tokoh Penjual Jamu. Dialek bahasa Indonesia, yakni dasar
tersebut dituliskan mangga bergabung makian, seperti dasar
memiliki arti ‘silakan’ sial, dasar kampungan, dan

68 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


makian plus mu, seperti orang yang mengerti mengenai
matamu, kakekmu. Makian pada latar belakang angka 13 yang
data (3cc.1.) sampai (3cc.6.) dianggap sial. Sehingga frasa
menggunakan nama anggota cilaka 13 dianggap sebagai
tubuh plus mu yang varaisi bahasa slang.
mengakibatkan kalimat dalam 5) Kolokial
percakapan tersebut Kolokial yang digunakan
mengandung makna yang tidak dalam Pementasan Drama Cipoa
sopan. terdapat 13 variasi bahasa
4) Slang kolokial dan dalam Pementasan
Slang yang digunakan Drama Sidang Para Setan
dalam Pementasan Drama Cipoa terdapat 11 variasi bahasa
terdapat 1 variasi bahasa Slang kolokial yang digunakan.
dan dalam Pementasan Drama (3ec.3.) Dor/Ndor
Sidang Para Setan tidak Data Cipoa dengan kode
terdapat variasi bahasa Slang. (3ec.3.) diucapkan oleh tokoh
Data yang diperoleh dari Tivri, Juragan, dan Pekerja
pementasan drama Cipoa akan Tambang yang bernama Dil.
dituliskan dengan kode (3dc). Kata dor berasal dari kata
Berikut analisis dari data yang Mandor, merupakan orang yang
diperoleh. mengepalai beberapa orang atau
(3dc.1.) Cilaka 13 kelompok dan bertugas
Data Sidang Para Setan mengawasi pekerjaan mereka
dengan kode (3dc.1.) diucapkan (KBBI, 2008: 872). Ketika
oleh tokoh Juragan. Kata digunakan dalam percakapan
‘cilaka/celaka’ memiliki arti seringkali berubah menjadi Dor
‘selalu mendapat kesulitan, atau Ndor.
kemalangan, kesusahan, dsb; 6) Jargon
malang; sial’ (KBBI, 2008: Variasi bahasa jargon yang
253), sedangkan ‘13’ ditemukan dalam Pementasan
merupakan nama bilangan yang Drama Cipoa dan Sidang Para
terdiri dari angka 1 dan 3. Setan meliputi 10 bidang
Menurut Chen (2015) dalam pekerjaan/profesi diantaranya;
Primbon Jawa, angka 13 (a) Pertambangan; (b)
membawa kesialan. Dalam ilmu Pendidikan; (c) Politik/
matematika, angka 13 tidak Pemerintahan/ Persidangan; (d)
habis dibagi kecuali oleh angka Pedagang; (e) Kesehatan/Medis;
1 dan 13. Dalam pembagian (f) Militer; (g) Pesulap; (h) Bela
kelompok selalu ada orang yang Diri; (i) Pariwisata; (j)
‘berlebih’ atau ‘sial’. Dari Perfilman.
pendapat tersebut dapat 7) Ken
disimpulkan bahwa Cilaka 13 Ken yang digunakan dalam
merupakan suatu ungkapan yang Pementasan Drama Cipoa
menandakan seseorang terdapat 5 data yang
mendapat musibah/kesialan. menunjukan penggunaan variasi
Slang merupakan variasi bahasa bahasa ken dan dalam
yang bersifat khusus dan Pementasan Drama Sidang Para
rahasia. Frasa cilaka 13 hanya Setan terdapat 2 data.
dapat diketahui oleh orang-

69 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


(3gc.4.) Juragan : “Halah, Alung, Data Cipoa dengan kode (2as.1.)
ayo cepat bawa menggunaan kata maka, bahwa, dan
pulang ke sesungguhnya pada awal kalimat,
rumah!” menandakan bahwa kalimat tersebut
Alung : “Haduh termasuk dalam ragam beku. Hal ini
Juragan,
kelamaan.
sesuai dengan pendapat Chaer dan
Sudah biasa Agustina (2014: 70) yang menyatakan
naik mobil. bahwa kalimat-kalimat yang dimulai
Disuruh bawa dengan kata bahwa, maka, hatta, dan
batu. Aku jadi sesungguhnya menandai ragam beku
merasa hina.” dari variasi bahasa tersebut. susunan
Data Cipoa dengan kode kalimat dalam ragam beku biasanya
(3gc.4.) mengandung keluhan panjang-panjang bersifat kaku; kata-
yang diungkapkan oleh Alung katanya lengkap.
karena disuruh membawa batu. b. Ragam Resmi/Formal
Kebiasaannya menggunakan Dalam Pementasan Drama Cipoa
mobil mengakibatkan Alung terdapat 1 data yang menunjukan ragam
merasa hina jika harus resmi/formal dan dalam Pementasan
membawa batu tanpa bantuan Drama Sidang Para Setan terdapat 4
apapun sehingga ia mengeluh data yang menujukan ragam
dibuktikan dengan penggunaan resmi/formal.
kata haduh. (2bc.1.) Pembawa : Yang
2. Variasi dari Segi Keformalan Acara terhormat
a. Ragam Beku/Frozen Bapak Dwi
Dalam Pementasan Drama Cipoa Rohman Soleh
....
tidak terdapat data yang menunjukan
Yang
ragam beku/frozen dan dalam terhormat
Pementasan Drama Sidang Para Setan Bapak dan Ibu
terdapat 2 data yang menujukan ragam Dosen ....
beku/frozen. Pertama-tama
(2as.1.) Pimpinan : “Maka marilah kita
Sidang bersujudlah, ucapkan rasa
semua syukur
penghuni Allah....
surga.”
Pimpinan : “Maka, Data Cipoa dengan kode (2bc.1.)
Sidang sesungguhn dan data Sidang Para Setan dengan
ya kode (2bs.1) merupakan pembukaan
ketahuilah,
dalam Pementasan Drama, dipandu oleh
bahwa
Tuhanmu
seorang pembawa acara dan dibawakan
lebih dalam situasi yang resmi. Penggunaan
mengetahui kalimat yang terhormat ..., pertama-
apa-apa tama marilah kita ..., merupakan
yang tidak kalimat standar yang digunakan dalam
kamu pidato-pidato resmi ataupun sebuah
ketahui.” acara resmi lainnya.

70 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


c. Ragam Usaha/Konsultatif d. Ragam Santai/Casual
Dalam Pementasan Drama Cipoa Dalam Pementasan Drama Cipoa
dan Sidang Para Setan akan ditunjukan terdapat 1 data yang menunjukan ragam
1 pambahasan dalam suatu percakapan. santai/casual dan dalam Pementasan
(2cc) Juragan : “Tidak boleh Drama Sidang Para Setan tidak
disentuh, terdapat data yang menujukan ragam
sebelum santai/casual
dibayar.” (2dc) Mandor : “Lo lo, hey,
Istri Juragan : “Nah, sudah
maksudnya waktunya
Tuan, ada istirahat to?”
uang, barang Tivri : “Iya, silahkan
boleh dibawa. istirahat.”
Tidak ada Mandor : “Oke, nanti
uang, Tuan tak tunggu di
tidak boleh warung e
comot apa- Mbok Jum.”
apa. Iya to Mandor : “Bayarin pake
Pak?” dengkulmu.”
Pembeli : “Kalian Pekerja Dil dan Nal : “Ha ha ha ha,
Kaya berdua ini sokor, makan
ngomong tu dengkul.”
apa? Tidak Pekerja Til : “Saya tu di
usah ece.”
khawatir, Semua Pekerja : (Menyanyi)
nanti ini saya “Istirahat,
bayar mari istirahat,
kontan.” sehabis kerja
Centeng 1 : “Emasnya kita melepas
asli Tuan.” penat. 1, 2, 1,
Pembeli : “Bagus. 2, 3, 4,
Kaya Sesuai janjiku Istirahat, mari
Juragan, aku istirahat,
bayar sehabis kerja
kontan.” kita melepas
penat.”
Data Cipoa dengan kode (2cc) Percakapan tersebut terjadi antara
merupakan percakapan antara seorang Pekerja Tambang dengan Mandor pada
Juragan Tambang Emas, yaitu Juragan saat istirahat. Pekerja tambang yang
dan Istri Juragan dengan Pembeli Kaya bernama Til meminta Mandor untuk
bersama Centengnya (Centeng 1). membayar saat ngopi di warung e Mbok
Termasuk dalam ragam usaha atau Jum, tetapi Mandor menolak. Pekerja
konsultatif karena percakapan tersebut tambang lainnya mengejek Pekerja Til.
berorientasi pada hasil, yaitu tentang Kemudian mereka bersama-sama
transakasi jual-beli emas dari hasil menyanyikan lagu saat akan pergi ke
pertambangan, ditunjukan dengan warung e Mbok Jum untuk ngopi dan
penggunaan kosakata bayar, uang, istirahat. Bahasa atau kosakata yang
barang, emas, bayar kontan, dan pada digunakan bercampur antara bahasa
penggalan percakapan “ada uang, Indonesia dengan bahasa daerah (Jawa)
barang boleh dibawa” pada data (2cc). seperti dhengkulmu, sokor, ece, dan
pada penggalan percakapan warung e

71 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


Mbok Jum. Selain itu juga terdapat wa la la la (kata yang diucapkan oleh
bentuk kata atau ujaran yang Istri Tivri saat akan terjatuh), e e e e
dipendekan (alergo) seperti kata tetapi (kata yang diucapkan Tivri saat
menjadi tapi, kata dahulu menjadi dulu, menangkap Istrinya yang akan terjatuh),
dan kata itu menjadi tu. buk (ibu), dan pak (bapak). Dalam
e. Ragam Akrab/Intime percakapan tersebut menunjukan bahwa
Dalam Pementasan Drama Cipoa pengetahuan Tivri dan istrinya sama,
terdapat 3 data yang menunjukan ragam mengenai akibat jika mereka tidak
akrab/intime dan dalam Pementasan berkata jujur dan keduanya pun
Drama Sidang Para Setan tidak sepaham untuk selalu berkata jujur.
terdapat data yang menunjukan ragam 3. Kesan Pemain Drama
akrab/intime. Kesan pemain drama dalam
(5c.3.) Istri Tivri : “Wa la la la.” Pemantasan Drama Cipoa dan Sidang
Tivri : “E e e e.” Para Setan Mahasiswa Pendidikan
Istri Tivri : “Lihat itu Pak, Bahasa dan Satra Indonesia Tahun 2017
ini akibatnya ini didapatkan dari 9 informan. Kesan
kalau kita jujur. dari pemain drama akan disimpulkan
Mereka semua
kaya raya. Kita
dan dibuktikan berdasarkan hasil
tetap miskin.” wawancara yang telah dilakukan.
Tivri : “Iya Buk iya, a. Gaya Bahasa Menarik
tapi hatiku Penggunaan gaya bahasa yang
tenang Buk, buat menarik dalam pementasan drama
apa kaya kalau Cipoa dan Sidang Para Setan dapat
banyak dosa.” dijadikan pembelajaran untuk
Istri Tivri : “Iya ya Pak, diterapkan dalam bertutur pada
nanti masuk kehidupan sehari-hari. Seperti yang
neraka.” diungkapkan oleh informan 1 yang
Tivri : “La, kan tau berperan sebagai Tivri dalam
kan.”
Pementasan Drama Cipoa. Kesan
pemain tersebut sebagai berikut:
Data Cipoa dengan kode (5c.3.)
“Jadi, apa yang diperoleh dari
merupakan pembicaraan antara
drama tersebut bisa di,
sepasang suami-istri termasuk ke dalam
diterapkan di kehidupan
ragam akrab/intime karena keduanya
sehari-hari. Jadi mungkin gaya
sudah sangat dekat, saling mengerti,
bahasa apa yang tepat kalau
dan memiliki pengetahuan yang sama.
kita berbicara dengan lawan
Ditunjukkan dengan ungkapan
bicara itu lebih, lebih tua dan
kejujuran yang disamapaikan Tivri
mungkin gaya bahasa yang
kepada istrinya pada penggalan
tepat kalau kita berbicara
percakapan, “Iya Buk iya, tapi hatiku
dengan orang yang umurnya
tenang Buk, buat apa kaya kalau
lebih muda gitu. Mungkin
banyak dosa.”, kemudian direspon oleh
pemilihan kata yang sopan
Istri Tivri, “Iya ya Pak, nanti masuk
gitu, dan pemilihan kata yang
neraka.”, dan jawaban terakhir yang
mungkin tidak perlu
diberikan Tivri “La, kan tau kan.”.
diucapkan.” (Informan 1,
Selain itu ragam akrab/intime
Wawancara pada 31 Mei 2018)
ditunjukan dengan penggunaan bahasa
yang tidak lengkap, pendek-pendek,
dan artikulasi yang tidak jelas.
Ditunjukkan dengan penggunaan kata
72 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018
Dari pendapat tersebut dapat beberapa bahasa daerah (dapat juga
disimpulkan bahwa dalam proses disebut sebagai dialek) maupun
latihan drama sampai saat bahasa resmi. Logat tersebut
pementasan drama banyak manfaat diantaranya logat bahasa Jawa,
yang diperoleh diantaranya, bahasa Madura, dan bahasa resmi
penggunaan gaya bahasa yang tepat yakni bahasa Indonesia.
saat berbicara dengan orang yang c. Bertambah Kosakata dan
usianya lebih muda atau lebih tua. Pengetahuan Mengenai Variasi
Selain itu, mampu membedakan Bahasa
tingkatan bahasa Jawa seperti Jenis-jenis dari variasi bahasa
ngoko alus, ngoko kasar, dan tentu akan menghasilkan kosakata
penerapannya dalam kehidupan baru yang pada umunya berbeda
sehari-hari. dengan kosakata dari jenis variasi
b. Belajar Logat dari Beragam bahasa lainnya. Seperti yang
Bahasa (Dialek) diungkapkan oleh informan 5 yang
Latar belakang status sosial dari berperan sebagai Pimpinan Sidang
setiap tokoh drama pada pementasan dalam Pementasan Drama Sidang
drama Cipoa dan Sidang Para Setan Para Setan.
menuntut para pemain untuk “Menurut saya kesan setelah
membawakan logat yang sesuai pementasan drama itu e kita jadi
dengan peran tokoh yang dibawakan lebih tahu beragam variasi
seperti logat Jawa, Madura, dan bahasa untuk memahami e
logat ketika menggunakan bahasa sebuah naskah itu sebaiknya kita
Indonesia, seperti yang diungkapkan harus memahami dulu kosakata-
oleh informan 3 yang berperan kosata yang lebih banyak agar
sebagai Pekerja Tambang bernama kita di dalam pementasan itu
Til pada Pementasan Drama Cipoa. mampu menggunakannya
“Kesan saya jadi lebih enak. dengan baik dan benar.”
Lebih enak cara (Informan 5, Wawancara pada
mengucapkannya. Cara tanggal 30 Mei 2018)
membawakan tokohnya. Cara
mengucapkan dialognya, jadi Dari pendapat tersebut dapat
lebih enak. La, mau buat bawa diketahui bahwa dengan adanya
ke logat sana, kan kita sudah pementasan drama, para pemain
sering di logat Jawa. Kalau mendapatkan ilmu baru mengenai berbagai
nggak sering di betawi kan variasi bahasa dan kosakata yang
kesusahan. Apalagi di Jawa itu digunakan, serta mampu mempelajari
kan nggak ada orang betawinya. berbagai karakter dari setiap tokoh yang
Mau observasikan nggak ada. diperankan.
Jadi lebih enak lah. Lebih
mendingan pakai bahasa Jawa SIMPULAN
daripada ke bahasa Betawi.” Variasi bahasa pada Pementasan
(Infroman 3, Wawancara pada Drama Cipoa dan Sidang Para Setan
30 Mei 2018) meliputi: (a) Variasi bahasa dari segi
penutur yang terdiri dari; (1) Dialek; (2)
Dari pendapat tersebut dapat Kronolek; (3) Sosiolek, mencakup akrolek,
diketahui bahwa dengan adanya basilek, vulgar, slang, jargon, kolokial, dan
pementasan drama, para pemain ken; (b) Variasi bahasa dari segi
dapat mempelajari logat dari keformalan yang terdiri dari; (1) Ragam

73 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


Beku/Frozen; (2) Ragam Resmi/Formal; Balai Bahasa Yogyakarta. 2001. Kamus
(3) Ragam Usaha/Konsultatif; (4) Ragam Basa Jawa (Bausastra Jawa).
Santai/Casual; (5) Ragam Akrab/Intim. Yogyakarta: Kanisius.
Rincian perolehan data dari setiap variasi
akan disimpulkan sebagai berikut. Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995.
Dialek yang digunakan dalam Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Pementasan Drama Cipoa dan Sidang Jakarta: Rineka Cipta.
Para Setan sejumlah 1 dialek yaitu dialek
Jawa standar dengan jumlah 150 dialek. Chen, Rose. 2015. Celaka, dua belas atau
Kronolek yang digunakan dalam tiga belas?.
Pementasan Drama Cipoa dan Sidang https://patahtumbuh.com/id/celaka-
Para Setan sejumlah 13 dialek. Sosiolek dua-belas-atau-tiga-belas?page=1. Di
yang digunakan dalam Pementasan Drama unduh pada tanggal 30 Juli 2018
Cipoa dan Sidang Para Setan sejumlah 7 Pukul 13.47 WIB.
sosiolek yang meliputi; (1) Akrolek
dengan jumlah 13; (2) Basilek dengan Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
jumlah 1 variasi; (3) Vulgar dengan jumlah Kamus Besar Bahasa Indonesia.
54; (4) Slang dengan jumlah 1 variasi; (5) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kolokial dengan jumlah 19; (6) Jargon
dengan jumlah 10 bidang pekerjaan/profesi Dewi, Amalia Kusuma. 2012. Variasi
diantaranya, Pertambangan, Pendidikan, Bahasa Dalam Interaksi Sosial
Politik/Pemerintahan/Persidangan, Warga Dukuh Ngares, Desa
Pedagang, Kesehatan/Medis, Militer, Kadireso, Kecamatan Teras,
Pesulap, Bela Diri, Pariwisata, Perfilman; Kabupaten Boyolali (Kajian
dan (7) Ken dengan jumlah 7. Sosiolinguistik).
Variasi bahasa dari segi keformalan http://eprints.ums.ac.id/19176/22/JU
terdapat 5 ragam bahasa yang digunakan. RNAL.pdf. di unduh pada tanggal 19
Dalam Pementasan Drama Cipoa dan April 2018 pukul 19:34 WIB.
Sidang Para Setan terdapat 2 data yang
menujukan ragam beku/frozen, 5 data yang Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama,
menunjukan ragam resmi/formal, 1 data Sejarah, Teori, dan Penerapannya.
yang menunjukan ragam santai/casual, 3 Yogyakarta: Gajah Mada University
data yang menunjukan ragam akrab/intime. Press.
Untuk ragam usaha/konsultatif ditunjukan
1 pambahasan dalam suatu percakapan. Echols, John M. dan Shadily, Hassan.
Kesan Pemain Drama dengan Penggunaan 1986. Kamus Inggris-Indonesia.
Variasi Bahasa Pada Pementasan Drama Jakarta: Gramedia.
Cipoa dan Sidang Para Setan meliputi; (1)
Gaya bahasa menarik; (2) Belajar logat Kawuryan, Mangandaru W. 2006. Kamus
dari beberapa bahasa (dialek); (3) Lengkap Jawa-Indonesia Indonesia-
Bertambah kosakata dan pengetahuan Jawa. Bantul: Bahtera Pustaka.
mengenai variasi bahasa.
Moleong, Lexy J.. 2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
REFERENSI Remaja Rosdakarya.
Aslinda dan Syafyahya, Leni. 2010.
Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rahma, Ayu Dewi Fiqria. 2012.
Refika Aditama. Penggunaan Bahasa Jawa
Mahasiswa Di Kos Mawar No. 4

74 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018


Santren, Gejayan, Depok, Sleman.
eprints.uny.ac.id/8162/3/BAB%202-
07205244088.pdf. Di unduh
padatanggal 09 Mei 2018 pukul
07:52 WIB.

Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik:


Suatu Pendekatan Pembelajaran
Bahasa dalam Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Sumarsono. 2010. Sosiolinguistik.


Yogyakarta: Sabda.

Sunahrowi. 2007. Variasi dan Register


Bahasa dalam Pengajaran
Sosiolinguistik.
https://insaniaku.files.wordpress.com
/2009/02/6-variasi-dan-register-
bahasa-.pdf. Di unduh pada tanggal
08 Mei 2018 pukul 20:14 WIB.

Triadi, Rai Bagus. 2017. Penggunaan


Makian Bahasa Indonesia
PadaMedia Sosial (Kajian
Sosiolinguistik).
openjournal.unpam.ac.id/index.php/
Sasindo/article/download/847/706.
Di unduh pada tanggal 29 Juli 2017
pukul 09.01 WIB.

Waluyo, Herman J. 2006. Drama: Teori


dan Pengajarannya. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widya.

75 Widyabastra, Volume 06, Nomor 1, Jun 2018

Anda mungkin juga menyukai