Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN

ACARA 1

Analisis pH

DISUSUN OLEH :

M. Rafi Al-Furqa’an P. S. (1903016037)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu persoalan yang sering dihadapi dalam ilmu tanah adalah
menetukan komposisi dari suatu zat atau campuran. Analisis kuantitatif
merupakan cara untuk menguji dan mengidentifikasi suatu zat dalam menentukan
banyaknya komponen-komponren zat yang terdapat dalam suatu sampel zat yang
kemudian ditetapkan atau dinyatakan sebagai kadar kuantitatif.

Ada beberapa cara yang lazim digunakan para ilmuwan dan manusia dalam
mengukur pH suatu larutan, diantaranya adalah dengan menggunakan indikator
universal atau kertas indikator pH, menggunakan pH meter, menggunakan kertas
lakmus ataupun melalui perhitungan dengan mengetahui konsentrasi suatu larutan
tersebut.
Cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti
dalam suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang
konsentrasinya diketahui adalah dengan cara titrasi. Analisis semacam ini yang
menggunakan volume larutan reaktan disebut analisis volumetri. Ada juga dalam
menentukan pH kita bisa menggunakan alat yang bernama pH meter, selain itu
juga bisa menggunakan indikator universal (Brady, 1999)

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan dan
menganaalisis pH larutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan

pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam


suatu larutan.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan . Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional (Chang, 2003)
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata
potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000
yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif"
(Devi, 2009).
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai
7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan
dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran
pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan,
rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan
teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah
(Devi, 2009).
III. METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

 Timbangan Analatik
 Botol plastik
 Horizontal Shaker
 pH Meter
 Tanah
 Aquadest

3.2. Cara Kerja

1. Timbang tanah yang sudah dihaluskan sebanyak 8 gram


2. Lalu tanah yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam botol plastik
3. Kemudian tambahkan aquadest sebanyak 20ml kedalam botol plastik tadi
4. Lalu kocok sampel menggunakan horizontal shaker selama 30 menit
dengan kecepatan 200 rpm
5. Kemudian setelah proses pengocokan, ukur sampel memnggunakan pH
meter
IV. PEMBAHASAN

Nilai pH Status
6,35 Agak masam

Semakin tinggi kadar ion hidrogen didalam tanah maka semakin rendah
nilai pH tanah tersebut dan tanah semakin masam.  Di Indonesia umumnya tanah
bereaksi masam dengan nilai pH rata-rata 4,0 – 5,5. Tanah yang bereaksi masam
seringkali menjadi penyebab utama menurunnya produktifitas berbagai jenis
tanaman. Tanah masam tersebar luas di Indonesia, yaitu pada tanah gambut dan
rawa-rawa yang terdapat di berbagai daerah seperti Riau, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Papua dan sebagian Pulau Jawa. Pada daerah-daerah tersebut curah hujan sangat
tinggi dan banyak terkandung bahan-bahan organik. Kita seringkali menganggap
bahwa tanah yang ber pH 6,0 – 6,5 cukup netral walaupun sebenarnya masih agak
asam. Pada rentang pH tersebut masih bisa ditolelir oleh sebagian besar tanaman.
Di daerah rawa-rawa sering ditemukan  tanh yang sangat masam dengan pH
kurang dari 3,0. Tanah tersebut sangat masam karena kandungan asam sulfat yang
sangat tinggi.

Penyebab tanah ber-pH rendah dan bereaksi masam adalah kurang


tersedianya unsur Kalsium (CaO) dan unsur Magnesium (MgO). Tanah gambut
selalu ber-pH rendah dan bereaksi masam, hal ini karena tanah gambut
mengandung bahan organik sangat tinggi. Sehingga aktifitas dekomposisi bahan
organik juga tinggi, dimana dalam proses tersebut selalu diiringi dengan
hilangnya unsur Kalsium (CaO) yang ada didalam tanah. Unsur Aluminium (Al),
Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) dalam jumlah yang berlebih juga dapat
mengakibatkan tanah bereaksi masam. Di daerah-daerah yang banyak
mengandung unsur-unsur tersebut selalu dijumpai tanah masam, seperti daerah
pertambangan nikel, besi dan tembaga. Tanaman biasa tumbuh pada tanah yang
ber-pH netral, maka jika pada pH masam tanaman dapat keracunan.
V. KESIMPULAN

Tanah masam menjadi penyebab utama turunnya produktivitas tanaman.


Tanah yang bereaksi masam akan menjadi racun bagi tanaman yang menjadikan
tanah yang memiliki pH rendah tidak ideal digunakan untuk lahan pertanian.
Tanah yang memiliki pH rendah adalah tanda bahwa tanah kekurangan unsur
kalsium dan unsur magnesium
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E dan Humiston., (1999), General Chemistry Principle and Structure, 4th
Edition, New York: John Willey & Sons,Inc.

Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Devi, M. 2009. Dahsyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai