Anda di halaman 1dari 9

PERUBAHAN STRUKTUR TANAH PADA LAHAN BEKAS

TAMBANG

Disusun oleh:

M. Rafi Al Furqa'an P.S (1903016037)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
Nasional karena itu harus dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat dan
kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya. Salah
satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam adalah kegiatan
pertambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah satu sektor
penyumbang devisa negara yang terbesar.

Kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan terutama gangguan
keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar. Dampak lingkungan kegiatan
pertambangan : penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, erosi dan
sedimentasi, gerakan tanah atau longsor, terganggunya flora dan fauna,
terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk, serta perubahan iklim mikro
(Kailei et al., 2016).

1.2. Penjelasan Kata Kunci

Keberadaan lahan kawasan hutan pada saat ini makin tereduksi, untuk
memenuhi berbagai kepentingan. Salah satu diantaranya adalah adanya kebijakan
pemerintah pusat, melalui UU No. 4. Tahun 2009, yaitu memberikan wewenang
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengelola sendiri
wilayahnya. Kegiatan penambangan menyebabkan terjadinya perubahan total dari
suatu ekosistem. Kerusakan ekosistem berdampak pada penurunan fungsi,
produktivitas lahan maupun asosiasi kehidupan akan hilang dan sulit tergantikan
walaupun kegiatan penanaman kembali sudah dilakukan.

1.3. Manfaat Topik Ini Bagi Peningkatan Kesuburan Tanah dan Produksi
Tanaman

Agar meningkatkan kesadaran akan bahayanya dampak lahan bekas


tambang bagi lingkungan jika tidak direhabilitasi dengan serius
II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang


pertambangan mineral dan batubara dijelaskan pada pasal 1 ayat 1 bahwa
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Pada ayat 3 menjelaskan bahwa batubara adalah endapan senyawa
organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuhtumbuhan. Pada
ayat 5 menjelaskan bahwa pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan
karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan
aspal. Pada ayat 26 menjelaskan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya. Ayat 27 menyebutkan bahwa Kegiatan pascatambang, yang
selanjutnya disebut pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di
seluruh wilayah penambangan.

Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara


adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila
ditinjau dari segi pola kehidupan masyarakat sangat berhubungan langsung
dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber
energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-
besaran tanpa mengabaikan lingkungan 5 dapat mengakibatkan berbagai dampak
negatif yang terasa dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang
(Maryuningsih, 2015).

Penambangan menyebabkan perubahan bentang lahan dan kualitas tanah


hasil penimbunan setelah penambangan. Struktur tanah penutup rusak sebagai
mana sebelumnya, juga tanah lapisan atas bercampur ataupun terbenam di lapisan
dalam. Tanah bagian atas digantikan tanah dari lapisan bawah yang kurang subur,
sebaliknya tanah lapisan atas yang subur berada di lapisan bawah. Demikian juga
populasi hayati tanah yang ada di tanah lapisan atas menjadi terbenam, sehingga
hilang/mati dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Daya dukung tanah
lapisan atas pasca penambangan untuk pertumbuhan tanaman menjadi rendah
(Subowo, 2011)

Kerusakan lahan selama ini sering diangkat kepermukaan masyarakat


lebih banyak disebabkan oleh penebangan liar dan kebakaran hutan, dan jarang
sekali diangkat karena pertambangan. Pembukaan lahan ini semata-mata untuk
kepentingan eksplorasi bahan tambang ini sebenarnya lebih parah keadaanya dan
akan lebih banyak memerlukan teknik dan biaya dalam rehabilitasinya (Rustam,
2003).

Penambangan batubara khususnya atau penambahan bahan galian dari


perut bumi seharusnya tidak merusak lingkungan daerah yang ditambang.
Pemanfaatan sumber daya alam harus ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup
(Tala’olu et al, 1995).
III. PEMBAHASAN

Sistem penambangan batubara di Indonesia umumnya dilaksanakan


dengan cara-cara tambang terbuka (open pit mining) dengan metoda gali-isi
kembali (back filling methods) yang disesuaikan dengan kondisi cadangan dan
kualitas struktur geologi batubara yang ada. Penerapan cara penambangan terbuka
disesuaikan dengan perhitungan cadangan batubara yang berlapis-lapis dengan
kemiringan,sedangkan metode back filling berfungsi sebagai upaya untuk
memperkecil luasan lahan yang terbuka karena kegiatan pertambangan,sehingga
kegiatan penimbunan seiring dengan pergerakan tambang aktif berjalan (Adman,
2012).

Tambang terbuka lebih sering dilakukan karena pemindahan tanah dan


batuan penutup (overburden) lebih murah pembiayaannya jika dibandingkan
dengan penggalian terowongan bawah tanah. Tambang terbuka merupakan suatu
tipe tambang jalur dimana bahan galian berada jauh di dalam tanah dan terjadi
pada tambang batubara dan dapat terjadi pada setiap kegiatan penggalian dan
konstruksi dan terdapat juga dampak yang khusus terjadi pada kegiatan tambang
batubara (Adman, B. 2012). Pemakaian alat-alat berat pada kegiatan
penambangan batubara juga diketahui dapat mengakibatkan terdapatnya
lubanglubang besar bekas galian yang kedalamannya mencapai 3 sampai 4 meter
(Hasibuan, 2006).

Dampak penting yang mungkin timbul pada penambangan batubara pada


tahap pra penambangan adalah terbukanya lahan akibat pembukaan lahan (land
clearing). Hal ini akan menimbulkan dampak lanjutan seperti berkurangnya daya
tahan lahan terhadap erosi, perubahan karakteristik infiltrasi yang akan
mempengaruhi pengisian (recharge) air tanah, perubahan unsur/komponen neraca
air, perubahan bentuk bentang lahan dan tata guna lahan, serta penurunan kualitas
akibat dari erosi. Pada tahap penambangan dampak penting yang muncul adalah
terjadinya perubahan bentang alam akibat pengupasan atau penggalian tanah
pucuk, tanah penutup dan batubara. Kemungkinan terjadinya air asam tambang
jika air limpasan bereaksi dengan lapisan tanah penutup yang berpotensi
membentuk asam, kemungkinan terjadinya longsoran pada penimbunan tanah
penutup baik diluar areal tambang maupun bekas tambang (Rustam, 2003).

Penggunaan alat berat dalam kegiatan penambangan dapat mengakibatkan


pemadatan tanah, sehingga menurunkan porositas, permeabilitas dan kapasitas
penahan air tanah. Masalah yang dijumpai dalam mereklamasi lahan bekas
tambang adalah masalah fisik, kimia (berupa nutrisi maupun keracuanan hara) dan
biologi. Kegiatan pertambangan mempengaruhi solum tanah dan terjadinya
pemadatan tanah, mempengaruhi stabilitas tanah dan bentuk lahan. Pada proses
akhir penambangan batasan tanah secara alamiah sudah tidak jelas lagi karena
dalam proses penimbunan kembali tidak dapat dibedakan hubungan genetis antara
bahan induk, overburden dan top soil. Lahan bekas penambangan umumnya
mengalami dampak penurunan kesuburan tanah, khususnya kandungan bahan
organik tanah (Kodir, 2017).

Hancurnya struktur tanah timbunan juga menurunkan stabilitas tanah,


merubah distribusi pori tanah yang berperanan penting dalam memegang air,
merusak saluran-saluran pori tanah yang berperanan penting dalam meresapkan
air ke dalam tanah, dan meningkatkan potensi terjadinya erosi.
Hilangnya/terbenamnya tanah lapisan atas yang subur akan menurunkan daya
dukung tanah untuk pertumbuhan tanaman. Hilangnya tanah lapisan atas
mengakibatkan sifat fisik (aerasi, permeabilitas dan stabilitas agregat) lebih buruk
dan hasil tanaman semusim lebih rendah dibandingkan dengan tanah utuh (Laura
et al., 2014).
Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 18
tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang, reklamasi adalah
kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai peruntukannya.

Kegiatan penambangan bahan-bahan yang mengandung mineral sulfida


seperti batubara dapat memicu pembentukan asam. Penggalian menyebabkan
terangkatnya bahan-bahan sulfidik tersebut ke permukaan sehingga oksidasi
terhadap mineral sulfida seperti pirit akan melepaskan asam-asam sulfat yang
berdampak pada penurunan pH tanah secara drastis.Menurunnya pH akan
meningkatkan kelarutan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan (Rochani
dan Retno, 1997).

Oleh karenanya, dampak lingkungan akibat penambangan dapat berupa


penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, erosi dan sedimentasi, gerakan
tanah dan longsoran, gangguan terhadap flora dan fauna, gangguan terhadap
keamanan dan kesehatan penduduk serta perubahan iklim mikro. Selain itu air
asam tambang dikenal sebagai masalah lingkungan utama dalam pertambangan
batubara. Pencemaran air baik air permukaan maupun air tanah dalam juga dapat
terjadi akibat penambangan batubara (Adman, 2012).

Kondisi kerusakan lahan pascatambang menjadi kerusakan fisik, kimia


dan biologi. Kondisi Fisik Lahan Profil tanah normal terganggu akibat
pengerukan, penimbunan dan pemadatan alat-alat berat. Hal ini mengakibatkan
buruknya sistem tata air dan aerasi yang secara langsung mempengaruhi fase dan
perkembangan akar. Tesktur dan struktur tanah menjadi rusak sehingga 16
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menampung air dan nutrisi. Lapisan tanah
tidak berprofil sempurna, sehingga akan berpengaruh dalam membangun
pertumbuhan tanaman yang kondusif. Pengaruh angin cukup serius pada
permukaan tanah yang tidak stabil, di mana tanah dapat diterbangkan, tertutup
oleh tanah, biji-bijian terbang dan dipindahkan ke areal tumbuh yang tidak
diinginkan. Bahan material yang digunakan selama pertambangan akan
membatasi infiltrasi air sehingga akan mengurangi produksi asam dan erosi.
Akibat pemadatan tanah menyebabkan pada musim kering tanah menjadi padat
dan keras. (Adman, B. 2012).
IV. KESIMPULAN

Sistem rehabilitasi pada lahan bekas tambang di Indonesia khususnya,


harus menjadi pekerjaan utama yang harus serius untuk dilakukan pasca kegiatan
penambangan. Perbaikan struktur tanah memang bukan hal yang mudah untuk
dilakukan, tapi akan jadi masalah bagi lingkungan bila tidak diatasi dengan serius.
DAFTAR PUSTAKA

Kodir.H, Hartono.D.M, Haeruman.H, and Mansur.I. 2017. Integreted post mining


landscape for sustanable land use:A case study in South Sumatera,
Indonesia. Sustainable Environment Research. 27 : 203-213.

Laura J, Chris. S, Moran. J, Barrett. D.J, Soares. B.S, Filho. 2014. Processes of
land use change in mining regions. Journal of Cleaner Production. 84:494-
501.https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.03.084Get rights and content.

Kailei, Pan. H, and Lin. C. 2016. A landscape approach towards ecological


restoration and sustainable development of mining areas. Ecological
Engineering. 90:320-325.
https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.2016.01.080Get
rights and content.

Subowo, G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan Dan Upaya


Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas
SumberdayaLahan Dan Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan.Vol. 5
No. 2:83-94.

Adman, B. (2012). Potensi Jenis Pohon Lokal Cepat Tumbuh Untuk Pemulihan
Lingkungan Lahan Pascatambang Batubara. Thesis Universitas
Diponegoro Semarang

Adman, B. 2010. Kajian Teknik Reklamasi dan Jenis Tanaman Revegetasi


Terhadap SifatFisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Lahan Eks. Tambang
Batubara. Laporan Hasil Penelitian.

Rochani, S., and D. Retno. 1997. Acid Mine Drainage : General Overview and
Strategis to Control Impacts. Indonesia Mining J. 3(2): 36-42.

Anda mungkin juga menyukai