Anda di halaman 1dari 3

19 Jam

Langit itu sangat tidak suka memahami atau bahkan


mempelajari tentang manusia, Bintang.
Sebab memusingkan, berbelit-belit, dan terlalu banyak
berevolusi serta berkembang biak tiada habis.
Namun jika jiwanya adalah Bintang, Langit rela
menghabiskan 19 jamnya dalam sehari untuk
memecahkan teka-tekinya atau bahkan menyayanginya.
Kenapa 19 jam? (Kerena kita saja sering tidur jam 11
malam, jadi waktu tidur saya jadi 5 jam, itu pun bisa
saja lebih sedikit karena biasa bangun kurang dari jam
4).
19 jam karena Langit perlu beberapa jam lainnya lagi
untuk beristirahat tidur, walau bisa saja mimpinya Langit
masih Bintang lagi. (Langit harap iya).
19 jam dan sisa setelahnya memang selalu tersedia hanya
untuk mencintainya, Bintang saya itu.
Ahmad Syaipudin
Janjiku Kepada Tuhan

Maafkan segala bentuk ketidak sopanan prihal


meminta hatimu. Hari ini aku berjanji, tapi janjinya
bukan padamu, melainkan kepada Tuhan kita.
Berjanji bahwa sampai kapan pun, aku hanya ingin terus
sangat mencintaimu saja, dan kata-kata bukan bentuk
kejujuran, bukan? Aku tahu itu.
Karena itu aku menyandarkan perasaan dari lubuk hati
terdalamku bahwa tidak ada satu hari pun bahwa kau
tidak berada di sana. Dengan alasan seperti itu, apakah
bisa aku tidak mencintaimu? Tentu tidak, aku sangat
mencintaimu.
Aku hanya sangat mencintaimu saja. Itu aksara yang
bisu, tak terbilang angka, tak berdiksi puisi dan tak butuh
definisi.
Rinduku menjadi nafasmu, terus menghidupi, terus
melingkupi, karena yang sekarang berharap kamu terus
bernafas bukan hanya kamu, tapi juga kerinduanku.
Nafas yang terpangkal padamu, tanpa ujung, tak kenal
urung, dan sekarang … di hadapanmu, semua kalimatku
menjadi satu planet yang berputar pada poros dirimu,
Bintangku.
Ahmad Syaipudin

Anda mungkin juga menyukai