Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSES BERPIKIR KRITIS BAGI SEORANG PERAWAT

DISUSUN OLEH
NAMA : MORY YULIANA LOLOLUAN
NIM :123092101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK FAMIKA MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk

kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir

Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan .

Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir

kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan

penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan

sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian

dari kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan

bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan

lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan

masalah / pencarian solusi, dan pengelolaan proyek. Pengembangan kemampuan berpikir

kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan

(observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin

baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi

masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.

Berpikir kritis dalam praktek keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan

yang membutuhkan keterampilan kognitif untuk menganalisis standar-standar,

mendiskriminasi, mencari informasi, memberi alasan yang logis, memprediksi dan


mentransfer ilmu ( Lewis et al, 2007). Bahkan Alfaro-LeFevre (2004) telah mengembangkan

indikator untuk mengidentifikasi keterampilan dan perilaku pemikir kritis yang terdiri dari

tiga aspek yaitu pengetahuan, perilaku afektif dan perilaku emosional. Ketiga aspek ini harus

dimiliki oleh seorang perawat.

Berpikir kritis semakin dipandang perlu, setiap detik kita dituntut untuk berpikir kritis.

Kita dituntut untuk tidak menerima sesuatu hanya dengan meng “iya” kan sesuatu, kita harus

mencari sebab dan bukti-bukti yang mendukung dari data-data yang kita terima setiap waktu.

Dulu sebagian orang jarang berpikir secara kritis dalam mengambil sebuah keputusan dan

menyelesaikan masalah. Namun sekarang kita dituntut untuk berfikir secara krtis, terutama

seorang perawat.

Seorang perawat harus bisa berpikir kritis untuk mengambil sebuah keputusan atau

tindakan dalam menangani pasien. Berpikir kritis dengan cepat agar kita dapat mengambil

keputusan dengan cepat dan tepat serta melukukan tindakan yang cepat dan tepat pula. Tapi

masih ada perawat yang belum berpikir secara kritis, sehingga masih ada tindakan yang

tertunda dalam menangani pasien. Oleh karena itu, perawat harus bisa secara cepat dan tepat

dalam mengambil keputusan.

1.2 Rumusan masalah

1) Apakah yang dimaksud berfikir kritis itu?

2) Bagaimana ciri-ciri dari berfikir kritis itu?

3) Bagaimana indikator dari berfikir kritis?

4) Bagaimana proses dari berfikir kritis?

5) Bagaimana tips agar menjadi pemikir kritis?


1.3 Tujuan

1) Mengetahui definisi dari berfikir kritis

2) Mengetahui ciri-ciri dari berfikir kritis

3) Mengetahui indikator dari berfikir kritis

4) Mengetahui proses dari berfikir kritis

5) Mengetahui cara atau tips berpikir kritis


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi

kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,

mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang

perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,

mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua

keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga

merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala

menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa

disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.

Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan

rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,

mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir

yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada

sebuah kesimpulan atau penilaian.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir

kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.

Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan

komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus

memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah

dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban

berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya,

berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang

sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang

menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan. Berpikir kritis

merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan

sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif

yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus

diyakini dan dilakukan.

2.2 Keterampilan Berpikir Kritis dan Kebiasan Pikiran bagi Keperawatan

(Scheffer dan Rubbenfeld,2000,hlm.358, digunakan setelah mendapat izin)

 Keterampilan serta proses Berpikir Kritis :

1) Menganalisis : memisahkan atau membagi suatu kesatuan menjadi beberapa

bagian untuk untuk menentukan sifat, fungsi dan hubungan antar bagian tersebut.

2) Menerapkan standar: menilai sesuai dengan peraturan atau kriteria yang telah

ditetapkan secara personal,professional, atau social.


3) Mendiskriminasi: mengenali perbedaan dan kesamaan dianatra beberapa hal atau

situasi dna membedakannya secara cermat untuk dimasukan kedalam kategori

atau criteria.

4) Mencari informasi: mencari bukti, fakta, atau pengetahuan dengan

mengidenbtifikasi sumber-sumber yang relevan dan mengumpulkan data

objektif, subjektif, historis, dan data terbaru dari sumber tersebut.

5) Membuat alasan logis : membuat suatu kesimpulan yang didukung atau

dijustifikasi oleh bukti.

6) Memprediksikan :membayangkan sebuah rencana dan konsekuensinya.

7) Mentransformasi pengetahuan : mengubah atau mengonversi kondisi, sifat,

bentuk, atau fungsi beberapa konsep dianatra beberapa konteks.

 Kebiasaan pikiran untuk berpikir kritis :

1) Percaya diri : yakin akan kemampuan seseorang untuk membuat alasan yang

masuk akal.

2) Perspektif kontekstual : mewmpertimbangankan keseluruhan situasi, termasuk

hubungan, latar belakang, dan lingkungan yang relevan dengan beberapa kejadian

atau peristiwa.

3) Fleksibilitas : kemampuan untuk beradaptasi,mengakomodasi, memodifikasi,

mengubah fikiran, ide dan perilaku.

4) Kreativitas : daya cipta intelektual yang digunakan untuk menghasilkan,

menentukan atau merestrukturisasi ide; membayangkan alternative.


5) Rasa ingin tahu : hasrat untuk mengetahui segala seuatu dengan mencari

pengetahuan dan pemahaman melalui observasi dan pengajuan pertanyaan yang

telah dipikirkan dengan baik untuk mengeksplorasi beberapa kemungkinan dan

alternative

6) Integritas intelektual : mencari kebenaran melalui proses yang tulus dan jujur,

meski jika hasilnya bertentangan dengan asumsi dan keyakinan seseorang.

7) Intuisi : rasa mengetahui sesuatu secara naluri atau alamiah tanpa memiliki alasan

secara sadar.

8) Berpikiran terbuka: suatu sudut pandang yang dicirikan dengan bersikap

menerima terhadap berbagai pandangan yang berbeda dan sensitive terhadap bias

yang dimiliki oleh seseorang.

9) Tekun : bekerja keras menjalani suatu proses dengan kebulatan tekad untuk

mengatasi berbagai rintangan.

10) Refleksi : kontemplasi atau perenungan tentang suatu subjek terutama asumsi dan

pemikiran seseorang dengan tujuan untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam

dan utuk mengevaluasi diri.

2.3 Pentingnya Berpikir Kritis

Pertanyaan mengapa mengadakan pencarian alasan,tujuan, makna dan nilai. Kata

mengapa sering sekali digunakan untuk memulai rasa ingin tahu, member alasan logis,

menjustifikasi kesimpulan, dan menemukan penyebabnya.

Mengapa memdemonstrasikan salah satu dari bentuk berfikir dan eksplorasi yang

pertama kali kita gunakan saat masih kanak-kanak. Namun mengapa dan aktivitas berpikir yang

terkait dengan mengapa telah memicu banyak penemuan penting. Penemuan penisilin, teori
relativitas Einstein, terjadi setelah terdapat pertanyaan mengapa. Albert Enstein menekankan

betapa berharganya pertanyaan mengapa saat ia mengatakan “hal terpenting adlah jangan pernah

berhenti bertanya . rasa ingin tahu memiliki alasan sendiri untuk muncul. “Dan “saya secara

spesifik tidak pintar ataupun diberkati sya rasa saya hanya merasa penasaran “

Mengapa juga merupakan kata favorit bagi banyak pendidik dan mendorong siswanya

untuk meberi rasional dalam setiap intervensi keperawatan yang mereka lakukan. Mengapa

digunakan oleh klinisi saat mereka bekerja sebagai seorang istruktur atau mentor untuk staf yang

baru atau saat mereka mempertanyakan praktik yang mereka lakukan. Klinisi dan pendidik

sama-sama percaya bahwa pertanyaan mengapa mendorong berpikir kritis.

Semua disiplin yang bekerja di pelayanan kesehatan menyadari perlunya memusatkan

pikiran mereka untuk mencari cara guna. Beberapa pernyataan tentang manfaat berpikir kritis :

1. “Pengetahuan professional tidak sesuai dengan perubahan karakteristik situasi praktik –

kompleksitas, ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik nilai, yang semakin

dipersepsikan sebagian bagian inti dalam dunia praktik professional”. (Schon, 1983, hlm

14)

2. “Pengetahuan didapatkan dengan berpikir , dianalisis dengan berpikir, diatur dengan

berpikir, ditransformasi dengan berpikir, dikaji dengan berpikir, dan yang terpenting hasil

yang dicapai dengan berpikir”. (Paul, 1992, hlm. Xi)

3. Berpikir mengenali kita untuk mengenali keyakinan dan asumsi yang dianggap fakta oleh

pikiran kita”. (Brookfield, 1995)

4. “pengetahuan , fakta, informasi sering kali disamakan dengan intelegensi. Namun,

kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam secara logis, etis, dan moral tidak

selalu setara dengan kualitas pengetahuan, fakta dan informasi. Berpikir memberikan
mekanisme penyaringan untuk mengubah pengetahuan, fakta dan informasi kedalam

aplikasi fakta dunia nyata “. (Schon, 1983)

5. “hanya dengan mengubah cara berpikir kita kita dapat mengubah kebijakan dan praktik

yang telah tertanam secara mendalam”. (Senge, 1990, hlm. Xiv)

6. Pengetahuan yang mendalam biasanya timbul ketika mereka (orang-orang) menyadari

bhwa masalah mereka, dan harapan mereka akan kemajuan tidak mungkin terlepas dari

bagaimana cara mereka berpikir”. (Senge, 1990, p.53)

7. “Pengetahuan diri sendiri, berpikir kritis, dan berpikir kreatif mungkin merupakan

dimensi terpenting yang memengaruhi pembelajaran”. (Marzano dan Pickering , 1997)

8. Pemahaman murni berasal dari kemampuan berpikir dan bertindak secara fleksibel,

membedakan nuansa, menghargai konteks dan menggunakan refleksi”. ( Wiggins dan

McTighe, 2001) .

Kita telah mempelajari bahwa tujuan bertanya mengapa adalah untuk menemukan

makna dan nilai atau keuntungan. Untuk berfokus pada keuntungan, kita perlu

mengeksplorasi siapa yang mendapat keuntungan dan apa keuntungannya.

Upaya pemecahan masalah perlu diawali dengan cara mencari penyebabnya, jika

tidak maka penyelesaian yang diperoleh tidak memberikan hasil yang memuaskan

bahkan timbul maslaah yang baru. Terdapat dua penyebab kekacauan itu yaitu yang tidak

dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan.

Pada dasarnya semua manusia memiliki hati yang baik sejauh kepentingan

pribadinya tidak diusik atau dirugikan.perubahan pola ukir perlu suatu daya ungkit untuk

memicu kesadaran terhadap sesuatu, seperti kata-kata, nyanyian, konsentrasi pikiran, atau

buku-buku filsafat. Tetapi bagi orang yang suka menganalisa, agak sulit menerima daya
ungkit dan lebih membutuhkan daya ungkit yang kasat mata yang dapat dilihat langsung

sebagai penggugah otak bawah sadar. Perubahan pola pikir yang cepat akan menjadi

jalan tol untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan. Perubahan ini tentu akan

membawa dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Baik lingkungan alam, ataupun

lingkungan sosial. Bagi seorang ilmuwan yang banyak menggunakan otak kiri atau selalu

menganalisa apa, mengapa, siapa , bagaimana dengan mengubah pola piker kita dapat

membangun Sense of Reality tidak pandang bulu, sehingga dapat menggali potensi

bawah sadar kita yang dapat menghasilkan suatu seni baru yaitu “The Art Of Survival”

artinya kita tidak sendiri tetapi membuat seni baru yang secara bersama-sama keluar dari

kemelut secara nyata.

2.4 Ciri-ciri orang yang berpikir kritis

Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah :

1) Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap

kondisi yang ada.

2) Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan

konsekuensi yang logis.

3) Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks

Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin,

terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan

kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen

untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita.


Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita

perhatikan disini, yaitu :

1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk

jawaban dari pertanyaan tersebut.

2. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa

3. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.

4. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.

5. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.

6. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.

7. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir

kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat

kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan

(logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth),

kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana

implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen

penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus

menjawab beberapa hal sebagai berikut.

1) Tujuan dari sebuah gagasan/ide

2) Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide

3) Sudut pandang dari gagasan/ide


4) Informasi yang muncul dari gagasan/ide

5) Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.

6) Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut

7) Implikasi dan konsekuensi

8) Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut .

Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk

melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah

bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas

menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah

yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah

yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas

dari hal-hal yang kita pikirkan.

Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan

ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau

disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal

utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim

yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat

pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-

inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan

membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka

terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi

penambah masalah.
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita

akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis

yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di

lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini.

2.5 Indikator Pemikir Kritis

Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis

sebagai berikut :

1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

2) Mencari alasan.

3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

4) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.

5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

8) Mencari alternatif.

9) Bersikap dan berpikir terbuka.

10) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.

11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

12) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1

adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari

aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan
12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan

dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada

sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9

adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan.

Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis

beberapa kemampuan sebagai berikut :

1. Menentukan kredibilitas suatu sumber.

2. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.

3. Membedakan fakta dari penilaian.

4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.

5. Mengidentifikasi bias yang ada.

6. Mengidentifikasi sudut pandang.

7. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa

keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

1) Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan

nilai.

2) Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang

relevan dengan yang tidak relevan.

3) Mampu menetapkan fakta yang akurat.

4) Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.


5) Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang

ambiguistik.

6) Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.

7) Mampu menditeksi bias.

8) Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.

9) Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.

10) Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.

Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir

kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal

pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai

berikut:

1. Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.

2. Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas,

logis atau masuk akal

3. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika

yang valid dengan logika yang tidak valid.

4. Mengidentifikasi kecukupan data.

5. Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.

6. Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari

berbagai kegiatan.

7. Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.

8. Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.


9. Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang

tak kunjung hilang dalam bekerjanya.

10. Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang

sudah dipelajarinya.

11. Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam

cara formal seperti matematika dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah.

12. Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan

mengungkapkan argumen yang esensial.

13. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi

dari suatu pandangan.

14. Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari

suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang

dipegangnya.

15. Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas,

banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.

16. Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan

bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan

fakta menurut pilihan pribadi.

2.6 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis

 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis :

1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperi rasa nyaman, tidak

nyaman, senang atau sebaliknya.


2. Emosional: didasarkan pada perasaan atau sikap, orang akan bereaksi pada suatu

situasi secara subjektiv. Rasional didasarkan pada pengetahuan orang mendapatkan

informasi ,memahami situasi dan berbagai konsekkuensinya.

3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya.

4. Interpersonal; berdasarkan pengaruh pada jaringan sosial yang ada.

5. Struktural: berdasarkan pada lingkup social ,ekonomi dan politik.

2.7 Jenis-jenis berpikir kritis

 Jenis-jenis berpikir kritis :

1) Berpikir kritis secara diprogram. Berpikir kritis diprogram merupakan pikiran yang

bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan

menjadi suatu prosedur tertentu.

2) Berpikir kritis secara tidak deprogram. Berpikir kritis tidak deprogram adalah

keputusan baru,tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak

dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah.

2.8 Siapakah yang perlu berpikir kritis

1. Klinisi :

Klinisi bisa dilihat dalam berbagai lingkungan pelayanan kesehatan. Banyak tantangan

yang membutuhkan keterampilan dalam berpikir kritis. Tidak sedikit diantaranya tampak

berubah secara konstan dalam hal tuntutan dan tanggung jawab posisi anda. Perubahan

kompleks terjadi dalam hal tuntutan dan tanggung jawab posisi Anda. Perubahan

kompleks terjadi dalam pemberian layanan kesehatan sebagai sebuah keseluruhan. Kelly-

Thomas (1998) menyebutkan kata “re-do (tindakan ulang)”yang secara khas terdengar
dilingkungan pelayanan kesehatan baru-baru ini,seperti rekayasa ulang (reengineering),

resrukturasi, membekali kembali (retooling),melihat kembali (re-visioning). Isu re-do ini

mengharuskan perawat untuk lebih percaya diri, konstektual, kreatif, berpikiran, dan

fleksibel dalam melakukan tugas mereka.

2. Pendidik :

Siapa pun yang masuk dalam tipe pendidik yang menghadapi masalah kompleks yang

mempengaruhi cara Anda melihat diri Anda sebagai seorang pemikirdan bagaimana

Anda akan mampu mempromosikan bimbingan kepada siswa dan staff diharuskan untuk

lebih berpikir kritis karena sebagai pendidik dituntut untuk cepat tanggap apabila

mengadapi para siswa nya.

2.8.1 Mengapa berpikir kritis begitu penting bagi pasien dan orang terdekatnya

1. Berpikir meningkatkan asuhan yang aman

2. Berpikir meningkatakn asuhan yang efektif

3. Berpikir meningkatkan asuhan yang efisien

2.9 Tips Berpikir Kritis

Sembilan tips mengembangkan kompetensi berpikir kritis:

1) Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.

2) Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda.

3) Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.

4) Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal.

5) Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat.

6) Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.


7) Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian ide

yang lebih baik

8) Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.

9) Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Orang yang bekerja didunia kesehatan dituntut untuk sigap,siap, cepat dan tangkas

dalam menangani permasalahan yang ada disekitarnya. Contohnya perawat yang dituntut

mempunyai sifat berpikir kritis karena berpikir kritis merupakan referensi yang mudah

digunakan yang berfokus pada realitas sehari-hari dalam mempelajari, mengimplementasikan,

dan mengevaluasi berpikir kritis dalam keperawatan. Karena sebagai perawat hubungannya

manusia dengan manusia, pasien itu sendiri yang karakter, sifat juga wataknya berbeda. Dan

setiap kejadian dilapangan masalahnya berbeda beda sehingga berpikir kritis wajib digunakan

oleh setiap perawat.

Sebaiknya, berpikir kritis itu wajib diamalkan dimulai dari sekarang. Melalui pelatihan

yang konsisten dan serius diharapkan agar diterapkan sebaik mungkin. Karena sebaik-baiknya

orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan berpikir kritis adalah suatu tindakan yang

wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.

Anda mungkin juga menyukai