Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DIABETES INSIPIDUS

Disusun Oleh :

Nama : Khatrine Romauli (193052)

PRODI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI PERAWATAN RS PGI CIKINI

JAKARTA

2021
A. Definisi

Diabetes insipidus adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan rasa haus,
poliuia dalam jumlah banyak dengan berat jenis urin yang rendah (biasanya <1006). Urin
biasanya normal disebabkan defisiensi fasopresin atau resisten terhadap fasopresin.
[ CITATION Ask15 \l 1033 ]

Diabetes insipidus merupakan gangguan yang ditandai oleh gangguan ginjal


dalam melakukan konervasi air yang disebabkan oleh defisiensi sekresi hormon
antidiuritik (antideuritik hormone, ADH) atau resistensi ginjal terhadap ADH kehilangan
air yang berlebihan, hiperosmalitas, dan hipernatremia terjadi [ CITATION Sti11 \l 1033 ].

Diabetes insipidus adalah penyakit yang sangat kompleks dan langka. Kata
“Diabetes Insipidus” adalah gabungan dua kata “diabetes” dan “insipidus”. Diabetes
adalah kata asal yunani yang berarti “siphon” dan insipidus adalah kata latin yang berarti
“tanpa rasa”. ADH diproduksi oleh syaraf supraoptik dan nucleus paraventrikular yang
terletak di hipotalamus. Setelah produksi ADH mengalir deras sepanjang saluran
hipotiroid-hypophyseal dan disimpan di hipofisis posterior, yang mana tepat di stimulus
dari osmoreseptor, dilepaskan dari lokasi penyimpanannya produksi [ CITATION Abb16 \l
1033 ]

B. Etiologi

Menurut ([ CITATION Kow11 \l 1033 ], penyebab diabetes insipidus meliputi:

1. Gangguan yang didapat (akuisita), familial, idiopatik, neurogenik dan nefrogenik


2. Berkaitan dengan stroke, tumor hipotalamus atau hipofisisdan trauma atau
pembedahan kranial
3. Obat obat tertentu, seperti litium (duralith), fenitoin (dilantin), atau alkohol
(diabetesinsipidus transien)
Penyebab Diabetes Insipidus dibagi menjadi dua kategori
1. Etiologi diabetes insipidus central :
1) Trauma kepala
a. Pendengaran intracranial
b. Edema serebri
2) Pasca-operasi kepala
a. Hipotalamus
b. Pituitari
2. Etiologi diabetes insipidus nefrogenik :
1) Penyakit ginjal
a. Gagal ginjal kronis
b. Penyakit medulla ginjal kronis
c. Pielonefritis

C. Patofisiologi

Diabetes insipidus
Diabetes insipidus cental nefrogenik

Sekresi vasopresin tidak ada Resistensi vasopresin pada tingkat


sebagian sulurunya oleh nefron akibat kelainan reseptor
hipotalamus vasopresin atau protein aquaporin-2

Ekskresi air bebas yang berlebihan

Poliuria, polidpsia

Dehidrasi, hipernatremia asupan air


yang tidak memadai untuk
mengkompetensi hilangnya air

D. Terapi
 Desmopressin adalah pilihan utama pada diabetes insipidus sentral. Desmopresin juga
bermanfaat pada diabetes insipidus pada kehamilan
 Desmopressin oral dapat diberikan dengan dosis 0,05 mg 2 kali sehari. Preparat oral
berguna untuk pasien yang mengalami sinusitis atau gangguan pada hidung sehingga
tidak bisa diberikan intranasal
 Preparat nasal desmopresin diberikan 0,05-0,1 mL tiao 12-24 jam, kemudian dosisnya
disesuaikan dengan respons individu.
 Desmopressin juga dapat diberikan intravena, intramuscular dan subkutan dengan
dosis 1-4 mcg tiap 12-24 jam.
 Baik diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik berespons baik dengan
Hidroklotiazid 50-100mg/hari oral (dengan suplementasi kalium atau amiloride).
Diabetes insipidus nefrotik juga berespons dengan terapi kombinasi dengan
indometasin 50 mg tiap 8 jam.[ CITATION Ask15 \l 1033 ]

E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis diabetes insipidus sangat tergantung pada penilaian klinis, karena tidak
ada satu tes diagnostik tunggal. Evaluasi diabetes insipidus harus meliputi pengumpulan
urine 24 jam untuk mengukur volume dan klirens kratinin yang akurat. Pemeriksaan
glukosa dara, urea nitrogen, kalsium, kalium, natrium dan asam urat serum sangat
penting.
Vasopressin challenge test dengan pengawasan ketat dapat dilakukan dengan
pemberian desmopressin 0,05-0,1 mL (5-10 mcg) intranasal dengan pengukuran volume
urin 12 jam sebelum dan 12 jam sesudah pemberian. Pada pasien diabetes insipidus
sentral, respons rasa halus dan polyuria akan berkurang.
Pada diabetes insipidus sentral, MRI hipotalamus-hipofisis harus dikerjakan untuk
mencari adanya lesi massa. Jika dijumpai penebalan pituitary stalk, maka dapat
dipikirkan kemungkinan suatu histiositosis, sarkoidosis, atau lymphocytic hypophysitis.
Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik akan dijumpai kadar vasopressin
serum yang tinggi. [ CITATION Ask15 \l 1033 ]

F. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Data identitas pasien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, pendidikan, agama, status perkawinan, TB/BB,
penampilaan, alamat.
b. Riwayat Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang yaitu diabetes insipidus. Terdiri atas
susunan anggota keluarga, genogram, tipe keluarga.
c. Keluhan Utama :
Biasanya pasien merasa haus, pengeluaran air kemih yang berlebihan, sering keram
dan lemas jika minum tidak banyak.
Pemeriksaan Fisik :
d. Riwayat penyakit sekarang
misalnya mengalami penurunan berat badan lebih (sebulan yang lalu berat badan
pasien 65 kg sekarang 55 kg)
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang pernh diderita pasien
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Peribahan kepribadian, dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi.

G. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih d/d desakan
kandung kemih, distensi kandng kemih, distensi kandng kemih
b. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif d/d nadi terasa lemah, volme urin menurun

H. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Eliminasi Urin
Urin b/d penurunan maka diharapkan : Observasi
kapasitas kandung • Desakan berkemih (urgensi)  Identifikasi tanda dan gejala retensi
kemih d/d desakan menurun atau inkontinensia urine
kandung kemih, • Distensi kandung kemih  Identifikasi faktoryang
distensi kandng menurun menyebabkan retensi ata
kemih • Mengompol menurun inkontenensia urine
• Frekuensi BAK membaik  Monitor eliminasi urine (mis.
• Karakteristik urine membaik Frekensi, konsistensi, aroma, volme,
dan warna)
Terapeutik
 Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
 Batasi asupan cairan
 Ambil sampel urine tengah
(midstream)
Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan
dan haluaran
 Ajarkan mengambil spesimen urine
midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan
otot-otot panggul/berkemih
 Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
Hipovolemia b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Hipovolemia
kehilangan cairan maka diharapkan : Observasi
aktif d/d nadi terasa • Kekuatan nadi meningkat • Periksa tanda dan gejala
lemah, volme urin • Turgor kulit meningkat hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
menurun • Perasaan lemah menurun meningkat, nadi teraba lemah,
• Frekuensi nadi membaik tekanan darah menurun, teknan nadi
• Tekanan darah membaik menyempit, turgor kulit menurun,
• Tekanan nadi membaik membrane mukosa kering, volume
• Berat badan membaik urin menurun, haus, lemah)
• Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified
trendelenbung
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
• Kolaborasikan pemberian cairan IV
isotonis (mis, NaCL, RL).
• Kolaborasikan pemberian cairan IV
hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCL
0,4%)
• Kolaborasikan pemberian koloid
(mis, albumin, plasmanate
• Kolaborasikan pemberian produk
darah

Anda mungkin juga menyukai