Anda di halaman 1dari 7

JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

Nelli Ma’rifat Sanusi1, Fitri Widyaningsih2


1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
email: nelli.marifat@gmail.com
2
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Swadaya Gunung Jati
email: fitri_widya90@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT),
mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran TGT serta mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research. Pengumpulan data dilakukan melalui tes dalam bentuk
uraian, lembar aktivitas siswa dan angket siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran TGT. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII-
B SMP Amal Bakti Manislor Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran
2012–2013 dengan jumlah siswa 25 orang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1)
perbedaan antara nilai pretest dan postest cukup signifikan, dengan kata lain bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa (2) aktivitas dan respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT sangat positif. Hal ini
dapat dilihat dari aktivitas pada awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir
pembelajaran yang menunjukan presentase respon positif yang cukup tinggi. Siswa
menaruh minat yang sangat besar terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran TGT. Dengan demikian pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif pembelajaran
matematika yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis di dalam kelas.

Kata Kunci : kemampuan, komunikasi matematis, Teams Games Tournament (TGT).

PENDAHULUAN dan kemampuan representasi (representation).


Matematika mempunyai peran yang Dengan demikian paradigma pembelajaran
sangat penting dalam kehidupan, matematika matematika kini telah berpindah dari
merupakan salah satu alat komunikasi yang pembelajaran mekanistik kepada pemecahan
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. masalah, meningkatkan pemahaman dan
Dengan demikian matematika merupakan alat kemampuan berkomunikasi secara matematika
komunikasi yang kuat, teliti, dan tidak ambigu. dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan UU
Jika dikaitkan dengan kurikulum tingkat No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
satuan pendidikan (KTSP) terdapat beberapa (Gintings,2008: 116): “kompetensi guru ...
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
didalamnya tidak hanya pemahaman konsep kepribadian, kompetensi sosial dan
dan pemecahan saja, penalaran dan kompetensi profesional ...”. Pada kompetensi
komunikasi matematika pula ada dalam sosial terdapat indikator matematika yang
penilaian matematika. Adapun tujuan perlu dikembangkan, yaitu dalam
pembelajaran matematika yang ingin dicapai berkomunikasi antar sesama, baik itu siswa
dalam kurikulum tersebut yaitu kemampuan dengan guru atau siswa dengan siswa.
pemecahan masalah (problem solving), Pembelajaran matematika yang dilakukan
kemampuan berargumentasi (reasionning), di SMP Amal Bakti Manislor selama ini masih
kemampuan berkomunikasi (communication), satu arah, yaitu dengan cara guru menjelaskan.
kemampuan membuat koneksi (connection), Tidak ada komunikasi antara siswa dengan
17
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

siswa dan komunikasi siswa dengan guru. Hal memahami materi yang disampaikan guru
ini mengakibatkan pembelajaran kurang aktif agar dapat membantu pada saat kerja
yang berimbas pada hasil belajar yang kurang kelompok dan pada saat game karena
baik. Untuk memperbaiki ini semua diperlukan skor game akan menentukan skor
adanya perubahan dalam pembelajaran yang kelompok.
dilakukan di dalam kelas, salah satunya 2) Tim
dengan menggunakan model pembelajaran Guru membagi siswa menjadi beberapa
kooperatif tipe Teams Games Tournament kelompok yang beranggotakan 4 – 5
(TGT). Dalam pembelajaran ini siswa orang yang heterogen, baik itu jenis
dilibatkan secara aktif dalam proses kelamin maupun peringkat siswa di kelas.
pembelajaran, yaitu siswa memiliki kebebasan Dalam kelompok inilah mereka saling
untuk berinteraksi dan mengemukakan bekerjasama, mendiskusikan materi yang
pendapatnya. Selain itu, model pembelajaran sudah diajarkan dan mengerjakan latihan,
ini menggunakan game atau permainan dan memeriksa dan memperbaiki kesalahan
turnamen akademik antarkelompok, dimana konsep temannya jika teman satu
para siswa berlomba dengan anggota kelompoknya melakukan kesalahan.
kelompok yang lain untuk mendapatkan nilai Kegiatan ini berfungsi untuk menyiapkan
dan penghargaan yang baik dalam anggota-anggota kelompoknya agar
kelompoknya. bekerja dengan baik dan optimal pada
Model pembelajaran ini diharapkan saat game dan tournament diakhir pokok
mampu membangkitkan motivasi dan bahasan.
meningkatkan komunikasi matematis siswa 3) Game
dengan baik dalam bekerja sama, berpendapat Game ini terdiri atas pertanyaan-
maupun dalam bersaing secara sehat pertanyaan yang telah dirancang dari
antarsesama temannya. Selain itu, berdasarkan materi yang telah diberikan guru kepada
Taniredja, T. dkk (2011:67) “pembelajaran ini siswa untuk menguji pengetahuan yang
menekankan pada pencapaian tujuan dan diperoleh anggota kelompok untuk
kesuksesan kelompok dengan berdasarkan mewakili masing-masing kelompoknya
pada kerja-kerja anggota kelompoknya”. Oleh dalam kegiatan turnamen. Seorang siswa
karena itu diperlukan kerjasama yang benar- dalam kelompoknya mengambil sebuah
benar dalam kelompok tersebut. kartu yang diberi nomor dan menjawab
Tujuan penelitian ini adalah untuk pertanyaan yang sesuai dengan nomor
menerapkan pembelajaran dengan pada kartu tersebut. Siswa yang
menggunakan Teams Games Tournament menjawab benar pertanyaan itu akan
(TGT) di SMP Amal Bakti Manislor agar mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dikumpulkan siswa untuk mengikuti
matematis siswa. turnamen.
Model pembelajaran kooperatif Teams 4) Turnamen
Games Tournament (TGT) merupakan salah Turnamen adalah sebuah game yang
satu model pembelajaran kooperatif yang berlangsung pada akhir pokok bahasan,
dalam pembelajarannya menerapkan konsep setelah guru memberikan materi pada
permainan (games) yang dilakukan presentasi di kelas dan kelompok
antarkelompok dengan anggota-anggota tiap mengerjakan lembar kerjanya.Turnamen
kelompok yang heterogen. Menurut Slavin atau lomba pertama guru membagi siswa
(2009: 166) ada lima komponen utama dalam ke dalam beberapa meja turnamen atau
pembelajaran kooperatif tipe Teams games lomba. Tiga siswa tertinggi prestasinya
Tournament (TGT) yaitu: dikelompokkan pada meja I, tiga siswa
1) Presentasi di Kelas selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
Pada awal pembelajaran guru Alur penempatan peserta turnamen dapat
menyampaikan tujuan pembelajaran, dilihat pada gambar di bawah ini:
materi pokok dan penjelasan singkat
tentang Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
dibagikan kepada kelompok. Pada saat
guru menyampaikan materi, siswa harus
benar-benar memperhatikan dan
18
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

siswa akan mendapatkan pengertian yang lebih


bermakna baginya tentang apa yang sedang dia
lakukan.
Jihad, A. (2008: 168) mengatakan
indikator-indikator dari kemampuan
komunikasi matematis sebagai berikut:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar,
dan diagram ke dalam ide matematika;
b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi
matematik, secara lisan atau tulisan,
Gambar 1. Penempatan siswa dalam turnamen dengan benda nyata, gambar, grafik, dan
aljabar;
5) Penghargaan Kelompok (Team c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
Recognition) bahasa atau simbol matematika;
Setelah turnamen atau lomba berakhir, d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis
guru kemudian mengumumkan kelompok tentang matematika;
yang menang, masing-masing tim atau e. Membaca dengan pemahaman suatu
kelompok akan mendapat sertifikat atau presentasi matematika tertulis;
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi f. Membuat konjektur, menyusun argumen,
kriteria yang telah ditentukan. Tim atau merumuskan definisi dan generalisasi;
kelompok mendapat julukan “Super g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan
Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, tentang matematika yang telah dipelajari.
“Great Team” apabila rata-rata mencapai Kemampuan komunikasi yang diteliti dalam
50-40 dan “Good Team” apabila rata- hal ini yaitu sebagai berikut :
ratanya 40 kebawah. a. Menghubungkan benda nyata dan gambar
ke dalam ide matematis;
Menurut Gintings, A (2008:117) b. Menyatakan peristiwa sehari-hari ke
“komunikasi merupakan sarana penting bagi dalam bahasa atau simbol matematika;
seorang guru dalam menyelenggarakan proses c. Membaca dengan pemahaman suatu
belajar dan pembelajaran dimana guru akan presentasi matematika tertulis;
membangun pemahaman siswa tentang materi d. Menyusun argumen dan merumuskan
yang diajarkan.” Melalui komunikasi ini, definisi.
seluruh anggota yang berada di dalam kelas
akan saling mengkomunikasikan segala METODE PENELITIAN
sesuatu yang terkait dengan pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian
Guru akan berinteraksi dengan siswanya
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
maupun siswa dengan siswa yang lain, mereka
atau Classroom Action Research. Penelitian ini
akan bertukar pikiran tentang apa yang sedang
dilakukan di SMP Amal Bakti Manislor
diajarkan dan permaslahan apa yang sedang
Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan
dihadapi siswa selama proses pembelajaran.
Tahun Pelajaran 2012–2013 dengan sampel
Selama ini masalah yang sering terjadi dalam
siswa kelas VII-B yang berjumlah 25 orang.
proses pembelajaran adalah siswa kurang
Objek penelitian pada penelitian tindakan
mampu dalam menginterpretasikan
kelas ini adalah pendekatan pembelajaran
permasalahan matematika dalam simbol
dengan menggunakan model pembelajaran
matematika, sehingga tidak jarang ada siswa
TGT, kemampuan komunikasi matematis.
yang mampu menyelesaikan soal matematika
Prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan kelas
dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang
terdapat siklus penelitian, dimana banyaknya
sedang dikerjakannya.
siklus penelitian tergantung pada tercapainya
Untuk mengurangi terjadinya hal seperti
indikator keberhasilan. Siklus penelitian terdiri
ini, siswa perlu dibiasakan
dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan,
mengkomunikasikan kepada orang lain
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
informasi yang diperolehnya sesuai dengan
Desain penelitian tindakan kelas yang
penafsirannya sendiri. Sehingga orang lain
digunakan pretest and postest group
dapat menilai dan memberikan tanggapan atas
penafsirannya itu. Melalui kegiatan seperti ini
19
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

(Arikunto, 2006: 124), tampak seperti pada Adapun Deskripsi Pembelajaran pada
Tabel 1 berikut. Siklus 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut:
Deskripsi Pembelajaran Siklus 1
Tabel 1. Desain Penelitian a. Perencanaan
Pada pembelajaran siklus 1, peneliti
Tes Perlakuan Tes
membuat RPP, serta menyiapkan kartu
Awal Akhir
bernomor untuk kegiatan kelompok dengan
𝑇1 𝑋1 𝑂1 𝑋2 𝑂2 𝑋3 𝑂3 𝑇2
membentuk kelompok yang heterogen yang
terdiri dari 5 kelompok dimana setiap
kelompok terdiri atas 5 orang.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan
Keterangan : pada tanggal 13 September 2012 yang terdiri
𝑇1 : Tes awal yaitu tes untuk mengetahui rata- atas 2 jam pelajaran (2 × 40 menit). Sesuai
rata awal siklus dengan RPP yang telah dibuat, pembelajaran
X1, X2 , X3 : Pelaksanaan, yaitu pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model
dengan model pembelajaraan kooperatif tipe pembelajaran koopertaif tipe Teams Games
TGT pada siklus I, II, III. Tournament (TGT). Dengan langkang-langkah
O1, O2, O3 : Tes sebagai latihan pada siklus I, pembelajaran sebagai berikut:
II, III. 1. Pada awal pembelajaran guru
T2 : Tes akhir untuk mengetahui rata-rata nilai menyampaikan tujuan pembelajaran,
akhir siklus materi pokok yaitu tentang pengertian
Teknik dan alat pengumpulan data dalam pecahan, pecahan senilai, dan
penelitian ini adalah: menyederhanakan pecahan serta guru
1. Lembar observasi memberikan penjelasan singkat tentang
Lembar observasi digunakan untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
melihat kegiatan guru dan siswa pada saat dibagikan kepada kelompok.
pembelajaran dengan menggunakan model 2. Guru membagi siswa menjadi beberapa
pembelajaran kooperatif tipe TGT. kelompok yang beranggotakan 4 – 5
2. Angket orang yang heterogen, baik itu jenis
Angket digunakan untuk melihat kelamin maupun peringkat siswa di kelas.
bagaimana respon siswa terhadap Dalam kelompok inilah mereka saling
pembelajaran matematika dengan model bekerjasama, mendiskusikan materi yang
pembelajaran kooperatif tipe TGT. sudah diajarkan dan mengerjakan latihan,
3. Tes memeriksa dan memperbaiki kesalahan
Tes digunakan untuk mendapatkan data konsep temannya jika teman satu
tentang kemampuan komunikasi matematis kelompoknya melakukan kesalahan.
siswa yang dilihat dari hasil yang dicapai 3. Setelah diskusi maka guru memberikan
siswa selama proses pembelajaran. Game kepada siswa. Game ini terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah
HASIL DAN PEMBAHASAN dirancang dari materi yang telah diberikan
Matematika yang dilakukan di SMP Amal guru kepada siswa untuk menguji
Bakti Manislor selama ini masih menggunakan pengetahuan yang diperoleh anggota
pembelajaran konvensional dengan kelompok untuk mewakili masing-masing
menggunakan metode respositori. Dengan kelompoknya dalam kegiatan turnamen.
pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa Seorang siswa dalam kelompoknya
terutama pada aspek kemampuan komunikasi mengambil sebuah kartu yang diberi
matematis siswa masih tergolong rendah. Oleh nomor dan menjawab pertanyaan yang
karena itu perlu diadakan perubahan, salah sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.
satu caranya yaitu dengan menggunakan Siswa yang menjawab benar pertanyaan
model pembelajaran TGT. Pembelajaran ini itu akan mendapat skor. Skor ini yang
dilakukan dengan metode penelitian tindakan nantinya dikumpulkan siswa untuk
kelas, yang terdiri atas tiga siklus. Setiap mengikuti turnamen.
siklus terdiri dari tahapan perencanaan, 4. Setelah selesai game maka setiap
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. kelompok ditugaskan untuk menghitung
20
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

skor yang diperoleh untuk pertama maka pada pembelajaran siklus ke 2


mempersiapkan turnamen yang akan dilakukan perbaikan. Seperti hal nya pada
dilaksanakan setelah berakhirnya sub siklus pertama, siklus ke dua juga dilakukan
pokok bahasan. seperti berikut ini:
5. Siswa menyimpulkan materi yang sudah a. Perencanaan
diajarkan di dalam kelas. Dari beberapa kekurangan diatas, maka
6. Guru memberi latihan soal untuk guru merencanakan pembelajaran untuk
dikerjakan di rumah. pertemuan selanjutnya agar lebih baik dari
c. Observasi pertemuan sebelumnya. Indikator yang akan
Pada saat pembelajaran berlangsung, disampaikan pada siklus 2 yaitu mengurutkan
seorang observer memantau kegiatan guru dan bilangan pecahan, membandingkan dua buah
siswa di dalam kelas. Observer mencatat pecahan atau lebih, dan menuliskan bentuk
semua kegiatan di kelas selama pembelajaran pecahan sebagai bentuk persen dan permil.
berlangsung dalam lembar observasi aktivitas b. Pelaksanaan
guru dan aktivitas siswa yang telah disediakan. Sesuai dengan yang direncanakan dalam
Kemudian pada pertemuan selanjutnya, RPP, pembelajaran dilakukan sesuai dengan
guru mengadakan tes untuk mengetahui sejauh langkah-langkah pembelajaran TGT dengan
mana kemampuan komunikasi matematis beberapa perbaikan yang sudah dikemukakan
siswa terhadap materi yang telah diberikan di atas.
pada siklus 1. Tes ini terdiri atas 3 soal dengan c. Observasi
alokasi waktu 30 menit. Hasil tes siswa pada Seperti hal nya pada siklus pertama, pada
siklus 1 dengan rata-rata 54,4 dari skor siklus ke dua pun ada seorang observer yang
maksimal 100. bertugas untuk mengamati pembelajaran TGT
d. Refleksi di dalam kelas. Observer ini mencatat semua
Refleksi ini dilakukan berdasarkan data kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama
yang diperoleh dari lembar observasi. pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan seorang Pertemuan selanjutnya, guru mengadakan
observer pada pelaksanaan siklus 1, aktivitas tes untuk mengetahui sejauh mana komunikasi
guru dalam pembelajaran perlu ditingkatkan, matematis siswa terhadap materi yang telah
terutama pengelolaan waktu, pelaksanaan diberikan kepada siswa pada siklus 2. Tes ini
proses pembelajaran, penguasaan materi terdiri atas 3 soal dengan alokasi waktu 30
pelajaran, serta penggunaan media yang menit. Hasil tes siswa pada siklus 2 dengan
kurang menarik bagi siswa. Pada siklus rata-rata 61,8 dari skor maksimal 100.
pertama ini masih banyak siswa yang pasif, d. Refleksi
belum terbiasa dengan model pembelajaran Refleksi ini dilakukan berdasarkan data
TGT. Hal ini disebabkan karena kurangnya yang diperoleh dari lembar observasi.
informasi awal yang dilakukan oleh guru, guru Berdasarkan hasil pengamatan pada
kurang jelas dalam mengarahkan siswa untuk pelaksanaan siklus 2, aktivitas guru dalam
mengikuti pembelajran TGT ini. pembelajaran perlu ditingkatkan kembali.
Adapun saran perbaikan dari kekurangan Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa
pada siklus 1 diatas yaitu guru sebaik mungkin pada saat proses pembelajaran pada siklus 2
menyiapkan media pembelajaran dengan baik terdapat kekurangan dalam proses
agar dapat menarik siswa sehingga siswa pembelajaran yaitu beberapa siswa ada yang
merasa senang dalam mengikuti pembelajaran masih pasif. Guru belum dapat mengatur
di kelas, guru harus dapat mengatur waktu dan waktu pembelajaran yang tersedia dengan
mengelola kelas dengan baik, serta di awal baik. Untuk saran perbaikan dari kekurangan
pembelajaran guru harus memberikan pada siklus 2 diatas yaitu keaktifan siswa perlu
pengarahan yang jelas tentang pembelajaran ditingkatkan kembali dengan cara memberikan
yang akan dilaksanakan di dalam kelas agar semangat dan motivasi belajar yang tinggi
siswa tidak kebingungan dalam mengikuti kepada siswa.
pembelajaran TGT ini.
Deskripsi Pembelajaran Siklus 3
Deskripsi Pembelajaran Siklus 2 a. Perencanaan
Setelah dilakukannya siklus pertama, Berdasarkan hasil observer pada siklus 1
kemudian adanya evaluasi terhadap siklus dan kekurangan pada siklus 2 sudah
21
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

diperbaiki, tetapi masih terdapat kekurangan pembelajaran yang lain agar siswa menjadi
pada saat pembelajaran siklus 2 yaitu aktivitas tertarik dan menyenangkan dalam belajar
siswa pada saat belajar harus lebih matematika.
ditingkatkan dan guru masih belum dapat
menggunakan waktu yang tersedia dengan Peningkatan setiap siklus dapat di lihat pada
baik. tabel di bawah ini:
Indikator yang akan disampaikan pada
siklus 3 yaitu melakukan operasi hitung Tabel 2. Hasil Rata-rata Siswa
tambah, kurang, perkalian, dan pembagian Nilai Rata
dalam kehidupan sehari-hari dengan Skor Rata -rata
menggunakan media yang tersedia. No Hasil
Maksim -rata Kela
. Tes
b. Pelaksanaan al Kela s
Pembelajaran pada siklus 3 dilaksanakan s (%)
pada tanggal 27 September 2012, yang Pretes
berpedoman pada rancangan pengajaran yang 1. 100 52,6 52,6
t
telah disusun sebelumnya yang disesuaikan Siklus
dengan RPP yang telah dibuat dengan 2. 100 54,4
1
menggunakan model pembelajaran TGT. Siklus
Adapun langkah-langkah pembelajaran TGT 3. 100 61,8 63,2
2
sama hal nya dengan pembelajaran pada Siklus
siklus-siklus sebelumnya dengan ada 4. 100 73,4
3
perbaikan yang telah disarankan oleh observer. Postes
c. Observasi 5. 100 74,6 74,6
t
Pada saat pembelajaran berlangsung,
seorang observer mencatat semua kegiatan di Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
kelas selama pembelajaran berlangsung dalam rata-rata siswa pada pretest sebesar 52,6 %, hal
lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas ini dapat dikatakan sangat kurang. Pretest
siswa yang telah disediakan di meja observer. dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan
Pertemuan selanjutnya, guru mengadakan jadi diduga siswa tidak tahu konsep tentang
tes untuk mengetahui sejauh mana komunikasi pecahan. Meskipun pada saat sekolah dasar
matematis siswa terhadap materi yang telah siswa sudah mempelajari tentang bilangan
diberikan kepada siswa pada siklus 3. Tes ini pecahan, namun masih banyak siswa yang
terdiri atas 3 soal dengan alokasi waktu 30 lupa dengan pelajaran tersebut. Rata-rata pada
menit. Hasil tes siswa pada siklus 3 dengan siklus 1 sebesar 54,4 % dengan kriteria cukup,
rata-rata 73,4 dari skor maksimal 100. pada siklus 1 ini mengalami peningkatan dari
Aktivitas guru dalam siklus 3 sudah baik hasil pretest sebelumnya dikarenakan sudah
dibandingkan dengan siklus 1 dan siklus 2, ada tindakan pembelajaran di dalam kelas.
kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran Rata-rata siswa pada siklus 2 sebesar 61,8%
sudah diperbaiki. dapat dikategorikan baik. Pada siklus 2
d. Refleksi mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Refleksi ini dilakukan berdasarkan data siklus 1, karena pada siklus 2 ini guru yang
yang diperoleh dari lembar observasi. mengajar sudah memperbaiki kekurangan pada
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 serta siswa sudah mulai terbiasa
pelaksanaan siklus 3, aktivitas guru dalam dengan pembelajaran model TGT. Rata-rata
pembelajaran sudah ditingkatkan. Setelah siswa pada siklus 3 sebesar 73,4% dengan
dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat kriteria baik. Rata-rata pada siklus 3
proses pembelajaran pada siklus 3 sudah lebih mengalami peningkatan dibandingkan dengan
baik. Berdasarkan pelaksanaan pada siklus 2, hal ini dikarenakan siswa sudah
pembelajaran siklus 1 sampai dengan siklus 3, terbiasa dengan model pembelajaran TGT dan
aktivitas guru dan siswa mengalami kemajuan siswa sudah merasa nyaman dengan
yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk saran pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
perbaikan dari kekurangan pada siklus 3 guru Rata-rata siswa pada postest mengalami
harus bisa mempertahankan dan meningkatkan peningkatan sebesar 74,6% dikarenakan soal
kembali kegiatan belajar seperti pada siklus 3 yang diujikan sudah diipelajari dan siswa
serta harus dapat menerapkan model
22
http://jurnal.unimus.ac.id
JKPM, VOLUME 1 NOMOR 2, SEPTEMBER 2014 ISSN : 2339-2444

menguasai semua materi yang telah kooperatif tipe TGT yaitu baik. Hal
disampaikan oleh guru. Berbeda dengan soal tersebut diperoleh dari perhitungan angket
pretest yang belum dipelajari walaupun siswa yang kemudian hasilnya ditentukan
mereka sudah pernah mendapatkan materi kriteria interpretasi presentase skor
tersebut pada saat sekolah dasar. menurut Riduwan (2010: 89). Tanggapan
Dari uraian di atas, rata-rata siswa pada
siswa kelas VII-B SMP Amal Bakti
siklus 1 sampai dengan siklus 3 dapat
disimpulkan bahwa, rata-rata keseluruhan Manislor terhadap pembelajaran
siswa pada siklus 1 sampai dengan siklus 3 matematika dengan menggunakan model
sebesar 63,2% dengan kriteria cukup. pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
Peningkatan rata-rata pretest dan postest cukup diterapkan pada konsep bilangan pecahan,
yaitu 22 % artinya hasil postest siswa dimana rekapitulasi hasil angket respon
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siswa memberikan respon yang cukup baik
pretest. terhadap pembelajaran matematika dengan
Sementara itu untuk respon siswa data menggunakan model pembelajaran
hasil angket respon siswa, siswa memberikan kooperatif tipe TGT. Pada aktivitas guru
sikap yang positif terhadap pembelajaran dan siswa juga pada setiap siklus semakin
matematika dengan menggunakan model
baik, karena adanya observasi guru dan
pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) dan respon siswa baik terhadap siswa, sehingga ada evaluasi untuk siklus
pembelajaran kooperatif tipe TGT. selanjutnya dan berusaha meminimalisir
kesalahan atau kekurangan sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya maka dapat Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
menggunakan model pembelajaran TGT Cipta.
Gintings, A. 2008. Esensi Praktis Belajar &
dapat meningkatkan kemampuan
Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat
Jihad, A. 2008. Pengembangan Kurikulum
dilihat dari peningkatan nilai rata-rata, dari Matematika. Yogyakarta: Multi
rata-rata nilai pretest sebesar 52,6 Pressindo.
meningkat menjadi 74,6 pada nilai rata- Jihad, A dan Haris, A. 2010. Evaluasi
rata postest, sehingga peningkatan rata- Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
ratanya mencapai nilai 22. Pada nilai rata- Pressindo.
rata siklus 1 sebesar 54,4 menjadi 61,8 Lie, A. (2010). Cooperative Learning
pada siklus 2 dan 73,4 pada siklus 3. Hal Mempraktikkan Cooperative Learning
ini didukung pula oleh analisis data bahwa di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT.
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 12,11 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,797 dari Gramedia Widiasarana Indonesia.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian
taraf signifikan 𝛼 = 1 %, yang berarti untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
bahwa perbedaan hasil tes awal (pretest) Pemula. Bandung: Alfabeta.
dan tes akhir (postest) signifikan. Slavin, R. E. 2009. Cooperatif Learning.
Berdasarkan hasil perhitungan gain Bandung: Nusa Media.
ternormalisasi dari pretest dan postest Taniredja, T, dkk. 2011. Model-model
dengan jumlah gain 22 dari 25 siswa Pembelajaran Kooperatif. Bandung:
diperoleh gain ternormalisasi 0,50 yang Alfabeta.
berarti peningkatan komunikasi Wiraatmadja, R. (2010). Metode Penelitian
matematika siswa dengan model Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
pembelajaran kooperatif tipe TGT berada Rosdakarya.
pada taraf sedang. Begitu jug dengan
respon siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
TGT. Respon siswa terhadap pembelajaran
23
http://jurnal.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai