Anda di halaman 1dari 17

MATERI MATRIKS

MAKALAH INI DIAJUKAN UNRUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA


KULIAH FISIKA MATEMATIKA

Dosen Pengampu: Fahrizal Eko Setiono, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Fenty Yuniar (K2316021)


2. Indra Mawarwati (K2316026)
3. Mochammad Irsyadul Haj (K2316031)
4. Puput Cahyo Setyo Nugroho (K2316042)
5. Santi Wulandari (K2316052)

Pendidikan Fisika 2016/B

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


Jalan Ir. Sutami No. 36A, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 57126
Tlp. (0271) 646994
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang telah menurunkan Al-
Qur’an Al-Karim, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wa Sallam beserta sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai yaumil akhir.
Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Matriks” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini kami sampaikan kepada Pembina matakuliah Deret dan Bilangan Kompleks
bapak Fahrizal Eko Setiono, S. Pd, M.Pd. sebagai tugas akhir bab mata kuliah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak dosen matakuliah Deret dan
Bilangan Kompleks yang telah mencurahkan ilmunya kepada kami dan juga atas pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Berpijak dari Hadits nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam. “ al insan mahallul khotho’
wan nisyan”, yang artinya “ Manusia adalah tempat kesalahan dan lupa”. Maka kami menyadari
bahwa dalam makalah ini ada kekurangan bahkan mungkin sekali terjadi kesalahan baik dari bahasa
maupun kontennya. Oleh dari itu saran, kritik, dan masukkan dari para pembaca kami harapkan.
Semoga makalah tentang Matriks ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surakarta, 23 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Makalah ............................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
Pembahasan
Pengertian Matriks .............................................................................................................. 1
A. Aljabar Matriks
1. Kesamaan Matriks .......................................................................................... 1
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks .......................................................... 1
3. Perkalian dengan skalar .................................................................................. 2
4. Perkalian dua matriks ...................................................................................... 2
5. Transpose dari sebuah matriks ........................................................................ 3
6. Diagonal trace ................................................................................................. 3
B. Matriks Istimewa
1. Matriks Bujursangkar ...................................................................................... 4
2. Matriks Diagonal ........................................................................................... 4
3. Matriks Segitiga .............................................................................................. 4
4. Matriks Simetris .............................................................................................. 5
5. Matriks Identitas ............................................................................................. 5
6. Matriks Konjugat ............................................................................................ 5
7. Matriks Hermite .............................................................................................. 5
8. Matriks Invertibel ............................................................................................ 6
9. Matriks Kofaktor ............................................................................................. 6
10. Matriks Adjoint ............................................................................................... 6
C. Determinan
1. Mencari Determinan Dengan Cara Perkalian Diagonal ................................... 7
2. Perhitungan Determinan Dengan Cara Kofaktor ............................................. 7
3. Perhitungan Determinan Dengan Cara Reduksi Baris ..................................... 9
D. Matriks invers
1. Dengan Cara Perkalian Martiks A AT =I ....................................................... 11
2. Dengan Cara Kofaktor .................................................................................... 11
3. Dengan Cara Reduksi Baris ............................................................................ 11
I. PEMBAHASAN
Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan dalam bentuk baris dan kolom atau persegi
panjang. Matriks dilambangkan dengan huruf besar, misalkan matriks A dapat dituliskan sebagai
berikut :
a 11 a12 … a 1n

… …
(
A= a21 a22

am 1 a m 2
… a 2n
… …
… amn
)
Bilangan-bilangan a ij=a11 , a12 ,… , a mn yang menyusun matriks disebut elemen atau unsur dari
matriks. Indeks pertama i dari elemen menunjukan nomor baris dan indeks kedua j menunjukkan
nomor kolom, jadi a ij adalah elemen matriks A pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks sering kali
ditulis dalam elemennya misal matriks A=( aij ). Orde (atau ukuran) sebuah matriks ditentukan oleh
banyaknya baris dan kolomnya, misalnya pada matriks A di atas menunjukan orde m× n.
Sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu baris atau satu kolom disebut matriks (vektor)
baris atau matriks (vektor) kolom. Sedangkan matriks yang seluruh elemennya bernilai nol disebut
matriks nol dan biasanya dinotasikan dengan O.
Matriks yang jumlah barisnya sama dengan jumlah kolomnya yaitu m=n, dinamakan matriks
bujursangkar dan disebut matriks bujursangkar orde n. Elemen-elemen a ij=a11 , a12 ,… , a mn disebut
elemen diagonal. Jumlah elemen-elemen diagonal suatu matriks bujursangkar A disebut trace A.
Matriks yang seluruh elemen takdiagonalnya sama dengan nol dinamakan matriks diagonal.
A. Aljabar Matriks
1. Kesamaan Matriks
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama, jika semua elemen yang seletak sama nilainya.
Jadi A dan B merupakan dua buah matriks yang sama, jika semua a ij=bij untuk semua nilai i dan j.
Hal ini hanya akan dipenuhi oleh dua matriks yang ukurannya sama.
Contoh 4.1

Jika ( a2 1b)=(d3 c6 ), maka a=3, b=6, c=1, d=2


2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua buah matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan, jika dan hanya jika keduanya
berukuran sama. Jadi, hasil penjumlahan atau pengurangan dua matriks yang tidak sama ukurannnya
tidak terdefinisi. Jumlah dari matriks A dan B yang seukuran (ordenya sama), yaitu jumlah baris dan
kolomnya sama, ditulis dengan notasi A+ B adalah suatu matriks (misal matriks C) yang diperoleh
dengan menjumlahkan masing-masing elemen yang seletak dari matriks A dan B.
a11 a12 … a1 n b11 b12 … b1 n

(
C= A+ B= a21 a22
… …
a m 1 am 2
… …
)(
… a2 n + b21 b 22
… …
… amn b m 1 bm 2
… b2 n
… …
… b mn
)
a11 +b11 a12 +b 12 … a1 n +b1 n

atau
(
¿ a21 +b21 a22 +b 22
… …
am 1 +b m1 am 2 +b m 2
… a2 n +b2 n
… …
… amn +b mn
)
A+ B= ( aij +bij )
Pengurangan A dan B ditulis dengan notasi A−B adalah suatu matriks yang diperoleh dengan
mengurangkan masing-masing elemen yang seletak dari A dan B.
a11−b11 a12 −b12 … a1 n−b 1 n

Atau
(
A−B= a21−b21 a22 −b22
… …
am 1−bm 1 a m 2−bm 2
… a2 n−b 2 n
… …
… amn−b mn
)
A−B=( a ij−bij )
Hasil penjumlahan dan pengurangan matriks memiliki ukuran yang sama dengan matriks yang
dijumlahkan atau dikurangkan. Jika A, B dan C adalah matriks yang seukuran, maka berlaku identitas
dibawah ini:
1. ( A+ B ) +C= A+ ( B+C ) , sifat asosiatif
2. A+ B=B+ A , sifat komutatif
3. A+0=0+ A=0
Contoh 4.2

A= 2 −2 3 , B= 3 0 −6
( ) ( )
0 4 5 2 −3 0
2+3 −2+ 0 3+ (−6 )
= 5 −2 −3
(
A+ B=
0+ 2 4 + (−3 ) 5+0 2 1 )(
5 )
A−B=
( 2−3
0−2
−2−0
4−(−3 )
3− (−6 )
5−0 )=( −1
−2
−2 9
7 5 )
3. Perkalian dengan skalar
Hasil kali skalar k dengan matriks A , ditulis dengan notasi kA adalah suatu matriks yang
diperoleh dengan mengalikan masing-masing elemen matriks A dengan skalar k .
a11 a12 … a1 n ka11 k a12 … ka1 n

(
kA=k a21 a22
… …
a m 1 am 2 … amn
)(
… a 2n = ka21 k a22
… … … …
k am 1 kam 2
… k a2 n
… …
… k a mn
)
Matriks a dan matriks ka mempunyai orde yang sama. Jika k 1 dan k 2 skalar dan A, B merupakan dua
matriks berukuran sama, maka berlaku identitas berikut ini :
(nanti selesaikan)
Contoh 4.3
4. Perkalian dua matriks
Hasil kali matriks A dan B ada , jika dan hanya jika jumlah kolom matriks A sama dengan
jumlah baris matriks B. Perkalian matriks A dan B (ditulis dengan notasi AB) adalah suatu matriks
yang jumlah barisnya sama denga jumlah baris matriks A dan jumlah kolomnya sama dengan jumlah
kolom matriks B. Elemen-elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j diperoleh dari perkalian antara
elemen-elemen pada beris ke-i matriks A dengan elemen-elemen kolom ke-j matriks B.
a11 a 12 … a1 n b11 b 12 … b 1k

… …
(
AB= a21 a 22

am 1 am 2
… a2 n
… …
… a mn
)( b21 b 22
… …
b n 1 bn 2
… b2k
… …
… bnk
)
a11 b11 + a12 b 21 …+ a1 n b n1 … a11 b1 k +a12 b2 k …+a1 n bnj

(
¿ a21 b11 + a22 b21 …+ a2 n b n 1

an 1 b11 +a n 2 b21 …+a mn b n1
… a 21 b1 k +a 22 b2 k …+a 2 n b nk
… …
… am 1 b1 k + am 2 b2 k …+a mn b nk
)
c11 c 12 … c1 k

(
¿ c 21 c 22
… …
c m 1 c m2
Contoh 4.4
… c2 k
… …
… c mk
)
−3
a. ( 1 2
( )
4 ) 5 =( 1 (−3 ) +2.5+ 4.7 ) =(−3+10+28 )=35
7
1 2 5 6
b. A=
2 4 ( ) (
, B=
0 −10
, )
1.5+2.0 1.6+ 2 (−10 )
= 5 −14
AB=
(
3.5+4.0 3.6+ 4 (−10 ) 15 −22 )( )
BA= (0.1+5.1+6.3
(−10 ) .3
5.2+6.4
0.2+ (−10 ) .4
= 23 34
)(
−30 −40 )
Contoh 4.4 menunjukan bahwa perkalian matrik tidak bersifat komutatif. Perkalian matriks
memenuhi sifat-sifat berikut ini :
a. ( AB ) C= A( BC )
b. A ( B +C ) =AB + AC
c. ( B+C ) A=BA+ CA
d. k ( AB )=( kA ) B= A( kB)
5. Transpose dari sebuah matriks
Transpos dari sebuah matriks A (ditulis A’ atau AT ) adalah matriks yang diperoleh dengan
cara menuliskan kolom-kolom dari matriks A sebagai baris-baris dari matriks transpose A.
a11 a21 a31

( )
a11 a12 a 13 a14

(
a31 a32 a 33 a34 )a
A= a21 a22 a 23 a24 sehingga AT = 12
a13
a14
a22
a23
a24
a32
a33
a 34
Contoh 4.5
1
a. A=¿ maka A =
−1
9
9
T

()
1 4
b. B= ( 1 2 3 ,
4 5 6 ) T
maka B = 2 5
3 6 ( )
Jadi transpose dari sebuah vektor baris adalah sebuah vektor kolom. Demikian pula sebaliknya,
tranpose sebuah vektor kolom adalah seuah vektor baris. Dari contoh diatas juga dapat disimpulkan
bahwa jumlah matriks B sama dengan jumlah kolom matriks transpose B. Misalkan A dan B adalah
matriks dan K adalah skalar. Maka transpose dari jumlah dan hasil kali matriks-matriks tersebut dapat
didefinisikan sebagai beriku :
a. ( A+ B )T =A T + BT
T
b. ( AT ) =A
c. ( kA )T =k AT
d. ( AB )T =BT A T
6. Diagonal trace
Jika A=¿) adalah matriks bujursangkar orde n. Diagonal utama dari A terdiri dari elemen-
elemen dengan indeks atau subskrip yang sama, yaitu a 11 ,a 22 , … , ann ,seperti terlihat dalam matriks
berikut :
a 11 a12 … a1 n

(
A= a21 a22
… …
an 1 an 2
… a2 n
… …
… ann
)
Trace dari A, ditulis tr (A ) adalah jumlah dari elemen-elemen diagonalnya, yaitu
tr ( A )=a11 + a22+ …+a nn
Jika A=( aij ) dan B=(bij ) adalah matriks bujursangkar dan k adalah skalar, maka berlaku identitas
berikut ini :
a. tr ( A+ B ) =tr ( A ) +tr ( B )
b. tr ( kA ) =k tr ( A )
c. tr ( A T ) =tr ( A )
d. tr ( AB )=tr ( BA )
e. tr ( ABC )=tr (CAB )=tr ( BCA)
B. Matriks Istimewa
1. Matriks Bujursangkar
Matriks bujursangkar adalah matriks yang memiliki jumlah baris dan kolom yang sama.
Matriks bujursangkar n × n dikatakan matrik berorde n dan dinamakan matriks bujursangkar orde n.
Secara spesifik, operasi penjumlahan, perkalian skalar dan transpose dapat dilakukan pada sembarang
matriks n × n, dan hasilnya juga berupa matriks n × n.
Contoh 4.6
Matriks bujur sangkar berorde 3
5 4 2 1 2 2
(
A= −1 3 −8 dan B= 4 3 0
9 −2 5 3 −2 6 ) ( )
Berikut ini operasi-operasi dari matriks A dan B juga berorde 3,
6 6 4 10 8 4
A+ B= 3
( ) (
6 −8 , 2 A= −2 6 −16
12 −4 11 18 −4 10 )
5 −1 9 27 18 22
(
2 −8 5 16 ) (
AT = 4 3 −2 , AB= −13 23 −50
2 48 )
2. Matriks Diagonal
Matriks bujur sangkar D=( d ij ) disebut matriks diagonal, jika sluruh elemennya kecuali pada
diagonal utamanya adalah 0 matriks seperti ini dinotasikan dengan
D=¿diag( d 11 , d 12 ,… , d nn )
d 11 0 … 0

(
D= 0 d 22
… …
0 0
… 0
… …
… d nn
)
dengan beberapa atau seluruh d ii mungkin bernilai nol.
contoh 4.7
1 0 0
A=
1 0
( )
0 6
, B= 0 6 0
0 0 8 ( )
A dan B adalah matriks-matriks diagonal, yang masing-masing dapat dipresentasikan dengan diag
( 1,6 ) dan diag ( 1,6,8 ).
3. Matriks Segitiga
Matriks segitiga merupakan matriks bujursangkar yang seluruh elemen dibawah diagonal
utamanya sama dengan nol. Matriks bujursangkar A yang elemen-elemen dibawah diagonal
utamanya nol ( a ij =0 untuk i> j ) disebut matriks segitiga atas, sedangkan matriks bujursangkar A
yang elemen-elemen diatas diagonal utamanya nol ( a ij =0 untuk i> j ) disebut matriks segitiga bawah.
a11 a12 … a1 n

(
A= 0 a22
… …
0 0
… a2 n
… …
… a nn
)
adalah matriks segitiga atas.

a 11 0 … 0

(
A= a21 a22
… …
an 1 an 2
4. Matriks Simetris
… 0
… …
… ann
)
adalah matriks segitiga bawah.

Matriks A disebut matriks simetris, jika


AT = A
Dengan kata lain A=( aij ) disebut matriks simetris, jika elemen-elemennya simetris, yaitu jika a ij=a ji
. Matriks A disebut simetris miring, jika
AT =− A
atau setiap a ij=−a ji. Jadi jelas bahwa pada matriks simetris miring pada diagonal-diagonal utamanya
pasti nol, karena memenuhi a ij=−a ji, maka mengimplikasikan a ii=0.
Contoh 4.8
4 −2 3 4 −2 3
(
A= −2 8 9 dan AT = −2 8 9
3 9 1 3 9 1 ) ( )
Jadi A merupakan matriks simetris, karena memenuhi AT = A
0 −5 3 0 −5 3
B= 5
(
0 9
−3 −9 0
dan B T
=− 5 0 9
−3 −9 0) ( )
B merupakan matriks simetris miring karena elemen-elemen simetrik nya adalah negatif satu sama
lain atau memenuhi BT =−B .
5. Matriks Identitas
Matriks identitas atau matriks suatu orde n dinotasikan I yaitu matriks bujursangkar yang
semua elemen pada diagonal utamanya bernilai 1 dan semua elemen pada bagian lainnya bernilai 0.
Matriks identitas I mirip dengan nilai skalar 1 , sehingga didalam sembarang matriks bujursangkar
dipenuhi hubungan
AI =IA =A
Contoh 4.9
1 0 0
( )
I = 0 1 0 , matriks identitas berorde 3
0 0 1
1 0 0 0

(
I= 0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
), matriks identitas berorde 4

Untuk sembarang nilai k, matriks kI yang mengandung k pada diagonal utamanya dan 0 dibagian
lainnya disebut matriks skalar yang terkait dengan skalar k, sehingga
( kI ) A=k ( IA ) =kA
6. Matriks Konjugat
Jika matriks A merupakan matrik kompleks, yaitu mempunyai elemen bilangan kompleks,
maka matriks konjugat A adalah matriks yang elemen-elemennya sama dengan konjugat dari elemen
matriks A, dinotasikan A.
Contoh 4.10

A= (1i 8+3 i
2i−9
, Á=
1
) ( 8−3 i
−i −2i−9 )
7. Matriks Hermite
Matrik bujur sangkar A=( aij ) merupakan matriks hermite, jika dipenuhi
Tau a ij=aij untuk semua nilai i dan j. Dengan kata lain, matriks A merupakan matriks hermite, jika
konjugat dari matriks transposenya sama dengan A. Jadi elemen-elemen diagonal suatu matriks
hermite adalah bilangan real.
Contoh 4.11
1 3−i 4 1 3+i 4

4 [
A= 3+i 7 i ,
−i 0 ] T

[
A = 3−i 7 −i
4 i 0 ]
1 3−i 4
T

[
Á = 3+ i 7
4
i
−i 0 ]
8. Matriks Invertibel
Suatu matriks bujursangkar dikatakan invertibel (memiliki invers), jika ada suatu matriks B
yang memenuhi AB=BA=I , dengan I merupakan matriks identitas. Matriks B disebut invers
matriks A dan dinotasikan dengan A−1. Hubungan A dan B adalah simetris yaitu jika B adalah invers
dari A maka A juga invers dari B, sehingga
A A−1 =I
Contoh 4.12

A= 2 5 , B= 3 −5
( ) ( )
1 3 −1 2
2 5 3 −5
AB=(
1 3 )(−1 2 )
2.3+5.(−1) 2. (−5 ) +5.2
=1 0
¿
( 1.3+3.(−1) 1. (−5 )+ 3.2 )( )
0 1

BA= (−13 −52 )( 21 53)


3.2+ (−5 ) .1 3.5+ (−5 ) .3
= 1 0
¿
( )( )
(−1 ) .2+2.1 (−1 ) .5+ 2.3 0 1
Jadi A dan B adalah saling invers
9. Matriks Kofaktor
(dibahas pada materi tentang determinan)
10. Matriks Adjoint
Matriks adjoint merupakan matris yang elemen-elemennya merupakan tranpose dari elemen-
elemen matriks kofaktor,
adj A=K T
Lebih lanjut pada materi tantang invers matriks.
Beberapa matriks istimewa yang lain, diantaranya:
11. Jika adj A=A , maka A dikatakan matriks self-adjoint.
12. Jika A=I , maka A dikatakan matriks involuntari.
13. Jika A= Á , maka A adalah matriks real.
14. Jika A AT =I , maka A adalah matriks ortogonal.
15. Jika A A+¿=I ¿, maka A adalah matriks uniler.
16. Jika A=− Á , maka A adalah matriks ortogonal.
17. Jika A A+¿=I ¿, maka A adalah matriks imajiner murni.
18. Jika A2= A , maka A adalah matriks idempoten (idempoten matrix).
C. Determinan
Determinan hanya didefinisikan untuk matriks bujursangkar saja. Determinan adalah nilai
dari sebuah matriks bujursangkar. Determinan matriks A orde n ditulis
a11 a 21 … a1 n
a
Det ( a ij ) =¿ det A=| A|= 21
… …
|
a 22

a n1 an 2
… a2 n
… …
… ann
|
1. Mencari Determinan Dengan Cara Perkalian Diagonal
Perhitungan cara diagonal ini hanya berlaku hingga matriks orde 3 saja.
 Determinan Orde Satu
Determinan suatu matriks berorde 1 ×1 seperti A=( aij ) adalah bilangan a 11 itu sendiri,
sehingga A=|a11|=a 11
Contoh 4.13
|34|=34 ,|−8|=−8 ,|t−3|=t−3
 Determinan Orde Dua
Jika A adalah matriks 2 ×2 , maka det A dinyatakan sebagai
a 11 a12
det A= |a21 a22 |
=a 11 a22−a12 a21

Contoh 4.14
|34|=34 , |−8|=−8 , |t−3|=t−3
 Determinan Orde Tiga
Jika A adalah matriks 3 ×3 maka det A dinyatakan sebagai
a 11 a12 a13 a11 a12 a13 a11 a 12

| ||
det A= a21 a22 a23 = a21 a22 a23 a21 a 22
a31 a32 a33 a31 a32 a33 a31 a 32 |
det ¿ a11 a22 a33 +a 12 a23 a31 + a13 a21 a 32−a11 a23 a32−a 12 a21 a33 −a13 a22 a31
det ¿ a11 ( a22 a 33 −a23 a32 ) +a12 ( a23 a31−a21 a33 ) +a13 ( a21 a32 −a22 a31 )
Contoh 4.15
1 2 3 1 2 31 2
(
det 4
) | |
5 6 adalah 4 5 6 4 5
7 8 9 7 8 97 8
2. Perhitungan Determinan Dengan Cara Kofaktor
Cara ini sering juga dinamakan ekspansi atau pengembangan Laplace. Untuk dapat
menerapkan cara ini, maka perlu dipahami dulu tentang minor dan matriks kofaktor.
 Minor
Jika dalam determinan | A| dihapuskan baris ke-i dan kolom ke-j, lalu dibentuk suatu
determinan baru dari semua elemen-elemennya yang tertinggal maka akan diperoleh determinan
dengan (n−1) baris dan (n−1) kolom. Determinan baru ini didefinisikan sebagai minor elemen a ij,
misal
a11 a 12 a13 a14
a

|
| A|= 21
a31
a41
a 22
a 32
a 42
a23
a33
a43
Maka minor a 12 dinyatakan dengan M 12
|
a24
a34
a44

a11 a12 a13 a 14

Contoh 4.16
a
M 12= 21
|
a 31
a 41
a22
a32
a42
a23
a33
a43
||
a 24
a 34
a 44
a21 a23 a 24
= a31 a33 a 24
a41 a43 a 44 |
2 3 5
| |
| A|= −6 1 0
3 6 4
2 3 5

3 6 4| ||
M 12= −6 1 0 = −6 0 =−24
3 4 |
2 3 5

3 6 4| ||
M 22= −6 1 0 = 2 5 =−7
3 4 |
2 3 5
| ||
M 2 3= −6 1 0 = 2 3 =3
3 6 4
3 6 |
2 3 5

3 6 4| ||
M 31= −6 1 0 = 3 5 =−5
1 0 |
2 3 5
| ||
M 3 3= −6 1 0 = 2 3 =20
3 6 4
−6 1 |
 Matriks kofaktor
Matriks kofaktor adalah matriks yang elemen-elemennya merupakan kofaktor dari seuatu
matriks, dinotasikan dengan K= ( k ij ). Elemen matriks kofaktor dinotasikan dengan k ij sebagai minor
bertanda,
k ij= (−1 )i + j M ij
Perhatikan bahwa tanda (−1 )i+ j yang menyertai minor membentuk pola seperti papan catur
dengan tanda + pada diagonal utamanya seperti
+¿−¿+¿−¿ …

(−¿+¿−¿+¿ …
+¿−¿+¿−¿ … …¿ …¿…¿…¿
−¿+¿−¿+¿ …

Contoh 4.17
¿
)
3 5 1
Tentukan matriks kofaktor dari matriks A= 2 0
( 3
7 1 4 )
k 11=(−1 )
1+1
.|01 3
4|=−3

.|2 3 =13
4|
k 11=(−1 )1+2
7
2 0
.|
1|
1+3
k 13=(−1 ) =2
7

.|5 1 =−19
4|
k 21=(−1)2+1
1
k 22=(−1)
2+2
.|37 1
4 |
=5

.|3 5 =32
1|
k 23=(−1)2+3
7
5 1
.|
3|
3+1
k 31=(−1) =15
0

.|3 1 =−7
3|
k 32=(−1)3+2
2
3 5
.|
0|
3+3
k 33=(−1) =−10
2
−3 13 2
(
Jadi matriks kofaktor dari matriks A adalah K= −19 5 32
15 −7 −10 )
Dengan menggunakan pengembangan laplace, determinan matriks A yang berukuran n × n
dapat dihitung dengan mengalikan elemen-elemen dalam satu beris atau kolom dengan kofaktornya,
kemudian hasil-hasil tersebut ditambahkan.
det A=∑ aij k ij
Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j.
det A=a1 j k 1 j+ a2 j k 2 j + …+anj k nj
Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i.
det A=ai 1 k i 1+ ai 2 k i 2+ …+a¿ k ¿
Nampak bahwa denga cara uu, untuk menghitung determinan matriks orde n dapat dilakukan dengan
ccara menghitung sejumlah n determinan matriks orde (n−1) .
Contoh 4.18
1 7 −8 9
a. | A|=
0
0
0
| 3 6 1
0 −2 8
0 0 4
|
¿ a11 k 11 +a21 k 21 +a31 k 31+ a41 k 41
1 1 4
|
0 0 4
0 4 |
¿ 1. 0 −2 8 =1.3. −2 8 =3.−8=−24 | |
1 1 5
|
b. |B|= 3 −6 9
2 6 1 |
¿ a11 k 11 +a12 k 12+ a13 k 13

¿ 1 .(−1)1 +1 −6 9 +1.(−1)1+ 2 3 9 +5 .(−1)1+3 3 −6


| | | | | |
6 1 2 1 2 6
¿−60−1. (−15 ) +5.30=105
Dengan melihat kedua contoh diatas, nampak bahwa cara ini cukup efisien untuk menghitung
determinan matriks yang elemennya kebanyaan bernilai nol.
3. Perhitungan Determinan Dengan Cara Reduksi Baris
Perhitungan matriks sering kali dapat dipermudah dengan menggunakan sifat-sifat
determinan. Perhitungan dengan cara reduksi baris memanfaatkan sifat-sifat determinan berikut :
a. Pertukaran dua kolom atau dua baris pada suatu matriks akan merubah tanda determinan dari
matriks tersebut.
Contoh 4.19

| A|= 3 2 =15−12=3
|6 5|
b ↔ b |6 5|=12−15=−3
1 2
→ 3 2
2 3
k ↔k |
5 6|
1 =12−15=−3
2

b. Nilai determinan suatu matriks sama dengan nol, jika terdapat dua baris atau dua kolom pada
matriks tersebut yang sama atau sebanding.
Contoh 4.20

| A|= 1 2 =1.6−2.3=0 ,|B|= 1 2 =1.2−1.2=0


|3 6| |1 2|
c. Jika semua elemen dalam satu baris atau satu kolom bernilai nol, maka determinan sama
dengan nol.
Contoh 4.21
0 0 0
|B|= 0 1 =0 ,| A|= 4 5 6 =0
|0 2| | |
1 2 3
d. Jika suatu determinan dikalikan dengan skalar k, maka determinan matriksbaru sama dengan
determinan matriks tersebut, hanya dengan satu baris atau satu kolom saja yang dikalikan
dengan skalar k,
Contoh 4.22

Jika A= (36 25) dan k=2 , maka


| A|= 3 2 =3 2| A|=2.3=6
|6 5|
3 2 2.3 2.2 6 4
2| A|=2|
6 5| | 6 5 | |6 5|
= = =30−24=6

2| A|=2|3 2|=|2.3 2|=| 6 2|=30−24=6


6 5 2.6 5 12 5
e. Determinan dari suatu matriks adalah sama dengan determinan matriks transposenya.
Contoh 4.23

| A|= 3 2 =3| AT|= 3 6 =3


|6 5| |2 5|
f.
Jika hanya satu elemen dalam satu baris atau kolom y;ang bernilai bukan nol, maka determinan
sama dengan hasil kali elemen itu dengan kofaktornya.
Contoh 4.24
0 4 9
|
| A|= 5 12 10
0 1 6 |
¿ 5 (−1 )
2+1
M 21=−5 |41 96|=−5.15=−75
g. Jika elemen pada suatu baris atau kolom ditambah dengan k kali elemen baris atau kolom yang
lain, maka determinan matriks nilainya tetap.
Contoh 4.25

| A|= 2 4 =6−4=2
|1 3|
4 10
b ↔ 2b |
1 3|
1 =12−10=22

k ↔ k |2 6|=8−6=2
1 2
1 4

Determinan suatu matriks dapat dihitung dengan mereduksi matriks tersebut menjadi bentuk
eselon baris. Reduksi biasa dilakukan dengan menggunakan sifat-sifat determinan. Tujuan dari
mereduksi baris yaitu agar matriks tersebut menjadi matriks segitiga atas ataupun bawah, sehingga
determinan matriks tersebut sama dengan hasil kali elemen-elemen diagonal utamanya, misal untuk
4x
a11 a12 a13 a14

Contoh 4.26
det | A|=
0
0
|
0 a22 a23
0 a33
0 0
|
a24
a34
a44

1 7 −8 9

|
| A|= 0
0
0
0 −2 8
0 0 4
0 1
|
3 6 1 =1.3 . (−2 ) .4=−24

5
|B|= 3 −6 9
|
2 6 1|
Penyelesaian :
0 1 5 3 −6 9 1 −2 3
| |
3 −6 9 b 1 ↔ b2−1. 0 1 5 b1 ÷3 −3 0 1 5
2 6 1 → 2 6 1 → 2 6 1 | | | |
1 −2 3 1 −2 3
b 3−2 b1−3 0 1

0 10 −5 → |
5 b3−10 b 2−3 0 1 5
0 0 −55 | | |
¿−3 ( 1.1.−55 )=165
D. Matriks invers
1. Dengan Cara Perkalian Martiks A AT =I
Contoh 4.27

Dengan mengguakan perkalian matriks tentukan invers dari matriks A= ( 20 11)


Penyelesaian:
x 1 x2
Misal A−1=
( x3 x4 )
A A−1 =I
2 1 x1 x2 = 1 0
( )(
0 1 x3 x4 0 1 )( )
2 x 1+ x 3 2 x 2+ x 4
= 1 0
( x3 x4 )( )
0 1
Dari kesamaan matriks diperoleh SPL:
x 3=0
x 4 =1
1
2 x1 + x 3=1 x 1=
2
1
2 x2 + x 4 =0 x 2=
2
1 1
−1
Jadi A = 2
0 ( ) 2
1
2. Dengan Cara Kofaktor
adj( A)
A−1=
| A|
Contoh 4.28

Dengan menggunakan cara kofaktor tentukan invers matriks A= ( 20 11)


Penyelesaian:

| A|= 2 1 =2−0=2
|0 1|
k 11=(−1 )1+1 M 11=1.1=1; k 12= (−1 )1 +2 M 12=−1 . 0=0
k 21= (−1 )2+1 M 21=−1.1=−1; k 22= (−1 )2+2 M 22=1 .2=2

K= (−11 02 ), A adj =K =
T
(10 −12 )
A adj 1 1 −1 1 −1
Invers matriks: A =
−1
= (
| A| 2 0 2
= 2
0
) ( )
2
1
3. Dengan Cara Reduksi Baris
Untuk menggunakan cara ini, pertama- tama dibentuk matriks perluasan [ A∨I ] yang
ukurannya ( nx 2n ) yaitu matriks yang terdiri dari matriks A pada n kolom pertama dan matriks I
pada n kolom selanjutnya. Untuk memperoleh invers dilakukan operasi baris sehingga mencapai
matriks perluasan [ I ∨ A−1 ]
[ A∨I ] operasi baris [ I ∨ A−1 ]

Operasi baris elementer pada suatu matriks dilakukan dengan menggunaka sifat- sifat matriks,
antara lain:
1. Menukarkan letak dari dua baris matriks tersebut
2. Mengalikan elemen suatu baris dengan konstanta tak nol
3. Menambah elemen suatu baris dengan kelipatan elemen baris lain
Contoh 4.29

a. Tentukan invers dari matriks: A= ( 20 11)


Jawab:
( A∨I ) → ( I ∨ A−1 )
2 1 1 0 b1 1 1/2 1/2 0 b 1
( | ) (
0 10 1 2 0 1 0 1 2

| ) →

1 1/2 1/2 0 b − b 2 0 1 1/2 −1/2


( |
0 1 0 1 1 2 1 0 0 ) →
( |1 )
Jadi, A =
−1
(10/2 −1/2
1 )
1 0 1
b. Tentukan invers matriks B= 2 1
( ) 1
2 1 2
Penyelesaian:
1 0 11 0 0 1 0 1 1 0 0
( | ) ( | )
2 1 10 1 0
b2−2 b1
2 1 2 0 0 1 b3−2

0 1 −1 −2 1 0 b3 −b2
b1 0 1 0 −2 0 1 →

1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 −1
( | ) ( | ) b −b
0 1 −1 −2 1 0 1 3 0 1 0 −2 0
b +b
0 0 1 0 −1 1 → 0 0 1 0 −1 1
2 3
1

1 1 −1
−1

(
Jadi A = −2 0
)
0 −1 1
1

E. Sistem persamaan linear


F. Matriks tranformasi

Anda mungkin juga menyukai