Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram. Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-
NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk, (2011) Bayi berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Amru Sofian, 2012).

B. Etiologi / Predisposisi
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013), penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
1. Factor genetik atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa
kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah
yang berhubungan, yaitu:
a. Faktor ibu
Paritas
a. Abortus spontan sebelumnya
b. Infertilitas
c. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
d. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
e. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok
b. Faktor kehamilan
1. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
2. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
1. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
2. Infeksi congenital (missal : rubella)
3. Faktor yang masih belum diketahui

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya,
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil
ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderitaanemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan
mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar.

D. Pathway
Terlampir
E. Manifestasi Klinik
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau
perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala lebih besar.
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h. Otot hipotonik lemah.
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k. Kepala tidak mampu tegak.
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
m. Nadi 100 – 140 kali / menit.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada dan USG

G. Penatalaksanaan Medik
Menurut Hidayat (2010) penatalaksanaan medik bayi baru lahir rendah, yaitu:
1.  Pengaturan suhu bayi dan lingkungan:
a) Bayi dimasukan ke dalam inkubator dengan suhu datar
b) Bayi berat badan < 2 kg suhu C
c) Bayi berat 2 kg sampai 2,5 kg suhu C
d)Suhu inkubator diturunkan C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan
pada suhu lingkungan sekitar C
2. Makanan BBLR
Umumnya prematur belum sempurna refleks menghisap dan daya enzim
pencernaan terutama upase, masih kurang, maka makanan diberikan dengan
sonde sedikit-sedikit namun lebih sering (10 cc) sedangkan pada bayi small for
date sebaiknya minum yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan
terjadi preumonia aspirasi.
BBL <1500 gram = 20 cc / 2 jam dan BBL >1500 gram = 30 cc / 2 jam
3. Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
b. Gunakan masker ketika kontak dengan bayi
c. Cegah dengan orang yang terinfeksi
d. Isolasi bayi terinfeksi dengan bayi lain
e. Pastikan peralatan yang diberikan digunakan untuk perawatan dalam keadaan
bersih dan steril
f. Beri antibiotik sesuai dengan jadwal serta kolaborasi dengan dokter
4. Penimbangan Ketat
Lakukan penimbangan berat badan minimal 2 kali per hari
5. Observasi Tanda-Tanda Vital
a. Monitor suhu tubuh bayi setiap waktu
b. Observasi teratur dan warna kulit

H. Pengkajian Fokus
Pengkajian
1. Riwayat Maternal
a. Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
b. Kehamilan ganda ( gemeli)
c. Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
d. Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
e. Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
f. Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
g. Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
2. Riwayat Kelahiran
a. Gestasi : 24- 37 minggu
b. BB : < 2500 gram
c. APGAR SKORE
3. Sistem kardiovaskuler
a. HR : 120-160 x/menit
b. Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
4. Sistem gastrointestinal
1. Abdomen menonjol
2. Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
3. Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
4. Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
5. Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
5. Sistem integumen
a. Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
b. Kulit tipis, transparan, halus dan licin
c. Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
d. Terdapat edema umum atau lokal
e. Kuku pendek
f. Rambut sedikit dan halus
g. Garis tangan sedikit dan halus
6. Sistem muskuloskeletal
a. Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
b. Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
c. Reflek kurang dan letargi
7. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi,
mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak
pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis
yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan
Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
8. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik (40-60x/mt).  Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
9. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
10. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologis, kelelahan otot – otot
pernafasan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d refleks menghisap pada
bayi tidak adekuat.
3. Resiko termoregulasi inefektif yang b.d SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
4. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang tidak efektif

J. Intervensi dan Rasional


No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan pernafasan 1. Pucat dan sianosis
keperawatan selama 3x8 jam, pola 1. Pantau adanya pucat dan menunjukkan hipoksia
nafas efektif, dibuktikan dengan sianosis. 2. Mengetahui
indikator (1-5: gangguan ekstrem, 2. Pantau kecepatan, irama, ketidaknormalan.
berat, sedang, ringan / tidak ada kedalaman dan upaya 3. Mengetahui
gangguan) dengan kriteria hasil: pernafasan ketidaknormalan pola
a. Status pernafasan tidak 3. Pantau pola nafas. nafas.
terganggu, kepatenan jalan 4. Auskultasi suara nafas. 4. Mengetahui area
nafas dan TTV dalam rentang 5. Pantau peningkatan penurunan/tidak adanya
normal. kegelisahan, ansietas dan ventilasi dan adanya suara
b. Menunjukkan status lapar udara. nafas tambahan.
pernafasan: ventilasi tidak 6. Catat perubahan gas darah 5. Kegelisahan, ansietas,
terganggu yang dibuktikan arteri (GDA). lapar udara menunjukkan
kedalaman inspirasi, 7. Berikan obat (misalnya ketidaknyamanan
kemudahan bernafas dan bronkodilator) pernafasan.
ekspansi dada simetris 6. Analisa gas darah
c. Menunjukkan tidak adanya mengetahui perburukan
gangguan status pernafasan: pernafasan.
ventilasi (penggunaan otot 7. Bronkodilator membantu
aksesorius, suara nafas mengurangi sesak.
tambahan, nafas pendek.

2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui keefektifan


keperawatan selama 3x8 jam, 1. Timbang pasien pada nutrisi.
pasien memperlihatkan status interval yang tepat. 2. Mengetahui
gizi:asupan makanan dan cairan, 2. Tentukan kemampuan ketidakmampuan pasien
yang dibuktikan oleh indikator (1- pasien untuk memenuhi dalam memenuhi nutrisi.
5: tidak adekuat, sedikit adekuat, kebutuhan nutrisi. 3. Mengetahui tingkat
cukup adekuat, adekuat, sangat 3. Pantau nilai laboratorium keefektifan program
adekuat). Dengan kriteria hasil : 4. Pantau kandungan nutrisi nutrisi dan keefektifan
a. Menoleransi diet yang 5. Berikan bayi ASI nutrisi.
dianjurkan. 6. Berikan informasi yang 4. Mengetahui kandunagn
b. Mempertahankan BB dalam tepat tentang kebutuhan nutrisi makanan.
batas normal. nutrisi dan bagaimanan 5. ASI memenuhi kebutuhan
Memiliki nilai laboratorium dalam memenuhinya. nutrisi bayi baru lahir.
batas normal. 7. Bekerja sama dengan 6. Informasi berguna untuk
dokter, ahli gizi untuk pasien dalam memenuhi
merencanakan asupan dan diet yang dibutuhkan.
berat badan. 7. Memperbaiki asupan
nutrisi yang dibutuhkan
sesuai diet yang
dianjurkan.
3. Setelah dilakukan tindakan Termoregulasi management : 1. Hipotermia membuat bayi
keperawatan selama 2 x 4 jam, 1. Kaji suhu dengan cenderung merasa stres
termoregulasi menjadi efektif memeriksa suhu rektal karena dingin,
sesuai dengan perkembangan pada awalnya, selanjutnya penggunaan simpanan
Kriteria hasil : periksa suhu aksila atau lemak tidak dapat
Mempertahankan suhu kulit atau gunakan alat termostat diperbaruai bila ada dan
aksila (35 – 37 C) dengan dasar terbuka dan penurunan sensivitas
penyebar hangat. untuk meningkatkan kadar
2. Tempatkan bayi pada CO2 atau penurunan kadar
inkubator atau dalam O2.
keadaan hangat 2. Mempertahankan
3. Pantau sistem pengatur lingkungan termonetral,
suhu , penyebar hangat membantu mencegah stres
(pertahankan batas atas karena dingin
pada 98,6°F, bergantung 3. Hipertermi dengan
pada ukuran dan usia bayi) peningkatan laju
4. Kaji haluaran dan berat metabolisme kebutuhan
jenis urine oksigen dan glukosa serta
5. Pantau penambahan berat kehilangan air dapat
badan berturut-turut. Bila terjadi bila suhu
penambahan berat badan lingkungan terlalu tinggi.
tidak adekuat, tingkatkan 4. Penurunan keluaran dan
suhu lingkungan sesuai peningkatan berat jenis
indikasi.  urine dihubungkan dengan
6. Perhatikan perkembangan penurunan perfusi ginjal
takikardia, warna selama periode stres
kemerahan, diaforesis, karena rasa dingin
letargi, apnea atau aktifitas 5. Ketidakadekuatan
kejang. penambahan berat badan
meskipun masukan kalori
adekuat dapat
menandakan bahwa kalori
digunakan untuk
mempertahankan suhu
lingkungan tubuh,
sehingga memerlukan
peningkatan suhu
lingkungan.
6. Tanda-tanda hipertermi ini
dapat berlanjut pada
kerusakan otak bila tidak
teratasi.
4. Setelah dilaukan tindakan 1. Kaji adanya tanda – tanda 1. Untuk mengetahui lebih
keperawatan selama 3x24 jam infeksi dini adanya tanda-tanda
diharapkan bayi tida mengalami 2. Lakukan isolasi bayi lain terjadinya infeksi
gejala infeksi yang dibuktikan yang menderita infeksi 2. Tindakan yang dilakukan
dengan : sesuai kebijakan insitusi untuk meminimalkan
a. Tidak ada tanda infeksi 3. Sebelum dan setelah terjadinya infeksi  yang
b. Leukosit 5000-10000 menangani bayi, lakukan lebih luas
pencucian tangan 3. Untuk mencegah
4. Yakinkan semua peralatan terjadinya infeksi
yang kontak dengan bayi 4. Untuk mencegah
bersih dan steril terjadinya infeksi
5. Cegah personal yang 5. Untuk mencegah
mengalami infeksi terjadinya infeksi yang
menular untuk tidak berlanjut pada bayi
kontak langsung dengan
bayi.

K. Daftar Pustaka
Alimul Hidayat,A.Aziz. 2010. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta:

Salemba Medika.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Jilid I.Yogyakarta: Media

Action.

Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai

Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar:

Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri

Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC

Wong, L Donna. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai