Omphalocele dideskripsikan pertama kali oleh seorang ahli bedah Prancis bernama Ambroise
Pare pada tahun 1634. Ambroise Pare mendeskripsikan omphalocele secara akurat dan
melakukan penatalaksanaan secara konservatif pada permukaan selaput omphalocele untuk
merangsang epitelisasi. Pendekatan penatalaksanaan tersebut memerlukan waktu yang lama,
serta selaput dapat pula pecah yang berakibat terjadinya infeksi. (1)
Pada tahun 1948, Robert Gross di Boston memperkenalkan suatu metode penutupan
omphalocele. Robert Gross mendeskripsikan penutupan omphalocele melalui 2 tahap. Tahap
pertama ialah membuat skin flap untuk melindungi organ-organ abdomen yang mengalami
herniasi. Tahap kedua ialah me-repair hernia ventralis. (1)
Schuster pada tahun 1967 kemudian memperkenalkan penggunaan material prostetik untuk
memproteksi organ-organ abdomen selama tahapan pertama tersebut. Akhirnya pada tahun
1969, Allen dan Wrenn memeperkenalkan teknik “Silo”, di mana organ-organ abdomen yang
mengalami herniasi ditutup dengan satu lapis elastis yang dilekatkan ke fascia dinding
abdomen. Organ–organ abdomen tersebut kemudian dimasukkan secara bartahap ke dalam
kavum abdomen melalui progressiv tightening/tekanan manual dalam beberapa hari. Hingga
saat ini berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan hasil klinik yang memuaskan. (1)
Omphalocele merupakan suatu keadaan dimana viseral abdominal terdapat di luar cavum
abdomen tetapi masih di dalam kantong amnion. Omphalocele dapat diartikan sebagai
kantong bening tidak berpembuluh darah yang terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan
amnion pada pangkal tali pusat. Omphalocele adalah herniasi sebagian isi intra abdomen
melalui cincin umbilikus yang terbuka ke dalam dasar tali pusat. Ukurannya bervariasi dalam
sentimeter, di dalamnya berisi seluruh midgut, gaster dan hepar. Sekitar 70% kasus,
omphalocele berhubungan dengan kelainan yang lain. Kelainan terbanyak adalah kelainan
kromosom. (2)
Pada perawatan konservatif kendala yang ada adalah perawatan yang lama, hasil yang
meragukan dengan peningkatan risiko infeksi. Sedang pada pendekatan operatif kendala
perlunya reintervensi. Pada omphalocele besar reparasi dinding abdomen sebaiknya
dilakukan pada umur 3-6 bulan. Penderita omphalocele besar dengan kelainan ganda
mempunyai prognosis yang buruk. Penatalaksanaan secara konservatif menjadi suatu pilihan
yang layak dikemukakan. Adam et al memberikan rekomendasi penatalaksanaan
omphalocele mayor secara konservatif sebagai pilihan utama. (2)
Sudah lama dikenal bahwa omphalocele sering berhubungan dengan kelainan penyerta lain,
hal ini menunjukkan keikutsertaan perkembangan embriologi secara umum. Kelainan
penyerta terjadi antara 30% sampai dengan 70% termasuk kelainan kromosom (trisomi 18, "21),
frekuensinya cenderung menurun, kelainan jantung kongenital, sindrom Beckwith-
Wiedemann (hiperinsulinisme; viseromegali dari ginjal, glandula suprarenalis dan pankreas;
makroglosia; tumor hepatorenal; ekstrofia kloaka); Pentalogi Cantrell dan sindrom Prune
Belly (tidak tumbuhnya otot dinding abdomen, kelainan genitourinaria, kriptorcismus).
Atresia usus mungkin pula dijumpai dan diperkirakan sebagai suatu akibat dari iskemia yang
ditimbulkan oleh tekanan dari tepi defek dinding abdomen. (2)
Embriologi
Pada awal minggu ke-3 perkembangan embrio, saluran pencernaan terbagi menjadi foregut,
midgut dan hindgut. Pertumbuhan ini berhubungan erat dengan lipatan embrio (embryonic
fold) yang berperan dalam pembentukan dinding abdomen. Lipatan embrio tersebut terbagi
menjadi :
Letak di depan mengandung foregut yang membentuk faring, esophagus dan lambung.
Kegagalan perkembangan lapisan somatic lipatan kepala akan mengakibatkan kelainan
dinding abdomen daerah epigastrial disebut omphalocele epigastrial. (1,2)
Membungkus midgut dan bersama lipatan lain membentuk cincin awal umbilicus. Bila terjadi
kegagalan mengakibatkan abdomen tidak tertutup dengan sempurna pada bagian tengah.
Pada kelaianan ini cincin umbilicus tidak terbentuk sempurna sehingga tetap terbuka lebar.
(1,2)
Membungkus hindgut yang akan membentuk kolon dan rectum. Kegagalan pertumbuhan
lapisan splanknikus dan somatic mengakibatkan atresia ani da omphalocele
hipogastrikus(1,2)
Awal terjadinya omphalocele masih belum jelas dan terdapat beberapa teori embriologi yang
menjelaskan kemungkinan berkembangnya omphalocele. Teori yang banyak disebutkan oleh
para ahli ialah bahwa omphalocele berkembang karena kegagalan migrasi dan fusi dari
embrionik fold bagian kranial, caudal dan lateral saat membentuk cincin umbilikus pada garis
tengah sebelum invasi miotom pada minggu ke-4 perkembangan. Teori lain menyebutkan
bahwa omphalocele berkembang karena kegagalan midgut untuk masuk kembali ke kavum
abdomen pada minggu ke-12 perkembangan. (1,2)
Sebagaimana diketahui pada minggu ke-4 perkembangan, dinding abdomen embrio berupa
suatu membran tipis yang terdiri dari ektoderm dan mesoderm somatik yang disebut sebagai
somatopleura. Somatopleura memiliki embrionik fold yaitu kranial, kaudal dan lateral. Pada
minggu ke-4 tersebut secara simultan terjadi pertumbuhan ke dalam mesoderm dari
embrionik fold somatopleura bagian kranial, kaudal dan lateral yang mulai mengadakan fusi
pada garis tengah untuk membentuk cincin umbilikus. Pada minggu ke-4 sampai ke-7,
somatopleura diinvasi oleh miotom yang terbentuk disebelah lateral dari vertebra dan
bermigrasi ke medial. Selama itu juga midgut mengalami elongasi dan herniasi ke umbilical
cord. Miotom merupakan segmen primitif sepanjang spinal cord yang pada akhirnya tiap segmen
tersebut berkembang menjadi muskulus dan diinervasi oleh nervus spinalis. Pada
minggu ke-8 sampai ke-12 miotom berdiferensiasi menjadi 3 lapis otot dinding perut dan
mengadakan fusi pada garis tengah. Akhirnya pada minggu ke-12 rongga abdomen janin
sudah cukup kuat sebagai tempat usus yang akan masuk kembali dan berputar yang kemudian
menempati pososi anatomisnya. (1,2)
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalocele belum jelas sampai sekarang. Beberapa faktor resiko
atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalocele di antaranya adalah
infeksi, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta
polihidramnion. Walaupun omphalocele pernah dilaporkan terjadi secara herediter, namun
sekitar 50-70 % penderita berhubungan dengan sindrom kelainan kongenital yang lain
Sindrom kelainan kongenital yang sering berhubungan dengan omphalocele diantaranya :
1. syndrome of upper midline development atau thorako abdominal syndrome
(pentalogy of Cantrell) berupa upper midline omphalocele, anterior diaphragmatic
hernia, sternal cleft, cardiac anomaly berupa ektopic cordis dan vsd
2. syndrome of lower midline development berupa bladder (hipogastric omphalocele)
atau cloacal extrophy, inferforate anus, colonic atresia, vesicointestinal fistula,
sacrovertebral anomaly dan meningomyelocele dan sindrom-sindrom yang lain seperti
Beckwith-Wiedemann syndrome, Reiger syndrome, Prune-belly syndrome dan
lainnya.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omphalocele, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut
berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang
atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omphalocele paling
sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen
pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas
perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada
pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan
struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya
omphalocele, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan
tersebut harus dilacak dengan USG. Diagnosis
Diagnosis omphalocele adalah sederhana, namun perlu waktu khusus sebelum operasi
dikerjakan, pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta
ekokardiogram. Pada saat lahir, omphalocele diketahui sebagai defek dinding abdomen pada
dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara
umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau
amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4% saat
proses kelahiran. Omphalocele raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong yang
menempati hampir seluruh dinding abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan
berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritoneum serta hipoplasi pulmoner.
Klasifikasi menurut Omphalocele menurut Moore ada 3,yaitu:
1. Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm
Patofisiologi
a. Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau
omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang
berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus.
Angka kematian tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi
infeksi. (DR. Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat
karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu, normalnya usus akan
berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi
secara normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh
membrane yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden
yang tinggi terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan
defek diafragma atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
b. Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen
semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah
satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai
anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding
abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus
menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam
kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan
dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung,
sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat
terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga
mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat
maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang
hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada
di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut
gastroschisis
Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalocele sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek
dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana
pada saat tersebut secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum
abdomen janin. Pada pemeriksaan USG Omphalocele tampak sebagai suatu gambaran garis–
garis halus dengan gambaran kantong atau selaput yang ekhogenik pada daerah tali pusat
(umbilical cord) berkembang. Berbeda dengan gastroschisis, pada pemeriksaan USG tampak
gambaran garis-garis yang kurang halus, tanpa kantong yang ekhogenik dan terlihat defek
terpisah dari tali pusat. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada masa prenatal
selain USG diantaranya ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum alpha-fetoprotein), dan
analisa kromosom melaui amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan
selain menunjang diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada janin.
8. Pada omphalocele, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone -iodine
soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik dressing wrap? atau plastik
bowel bag. Tindakan harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara tersebut dilakukan
dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik, mencegah kehilangan panas
dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat mengganggu
suplai aliran darah.
9. pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan
guna persiapan operasi bila diperlukan
10. evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent
thoraks dan ekhokardiogram.
Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan
ditambah oksigen.
Pertolongan pertama saat lahir
Kantong omphalocele dibungkus kasa yang dibasahi betadin , selanjutnya dibungkus
dengan plastic.
Bayi dimasukkan incubator dan diberi oksigen
Pasang NGT dan rectal tube
Antibiotika
Konservatif
Dilakukan bila penutuan secara primer tidak memungkinkan, misal pada omfaokel dengan
diameter > 5 cm
Perawtan secara :
1. Bayidijaga agar tetap hangat
2. Kantongditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9% kalo perlu ditutup dengan lapisan
silo yang dikecilkan secara bertahap
3. Posisipenderita miring
4. NGT diisap-isap tiap 30 menit
viabilitas usus mungkin kurang baik pada defek yang sempit pada segmen
usus yang terjebak. Perlu memperlebar dengan incisi ke arah kranial atau
kaudal untuk membebaskan organ visera yang strangulasi 11.
Penanganan pascaoperasi
Hiperalimentasi perifer dianjurkan pada hari ke-2 atau ke-3 pascaoperasi atau jika penutupan
kulit dapat dicapai, hiperalimentasi sentral is inserted. Resiko sepsis meningkat saat kateter
sentral terpasang pada bayi dengan pemasangan silastic.Konsekuensinya pada bayi ini tidak
ada alternatif selain alimentasi perifer. Gastrostomi meningkatkan resiko infeksi.
Konsekuensinya lambung didrainase dengan kateter plastik kecil. Fungsi usus pada bayi
dengan omphalocele adalah tertunda. Disfungsi usus membutuhkan waktu lama untuk
normal, dari 6 minggu sampai beberapa bulan. Dalam waktu kurang dari 2 minggu pasca
penutupan primer , mereka jarang toleransi penuh dengan makanan oral
Pemantauan selama operasi haruslah dilanjutkan setelah operasi, termasuk pemberiaan
antibiotik dan nutrisi. Pemberian antibitoik berfungsi mencegah infeksi seperti selulitis dan
biasanya dilanjutkan sampai gejala peradangan mereda atau selama terpasang material
prostetik. Fungsi usus biasanya akan kembali setelah 2-3 hari dari waktu primary closure
sehingga nutrisi enteral awal dapat diberikan.8 Pada staged repair, total perenteral nutrisi
(TPN) diberikan lebih lama lagi sampai dengan fungsi usus kembali normal. Glasser (2003)
menyebutkan bahwa fungsi usus akan cepat kembali normal jika peradangan mereda5 Akibat
awal operasi dapat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen yang berakibat menurunnya aliran
vena kava (venous return) ke jantung dan menurunnya kardiac output. Selain itu diafragma
dapat terdorong ke rongga thoraks yang menyebabkan naiknya tekanan airway dan beresiko
terjadinya barotrauma dan insufisiensi paru.7 Keadaan itu semua dapat menimbulkan
hipotensi, iskemia usus, gangguan respirasi (ventilasi) serta gagal ginjal. Termasuk dari
komplikasi awal operasi adalah timbulnya obtruksi intestinal, NEC, infeksi yang dapat
berakibat sepsis, juga dapat terjadi kegagalan respirasi yang menyebabkan pasien tergantung
pada ventilator yang lama sehingga timbul pneumonia. Wakhlu A (2000) melaporkan dari
kasusnya bahwa obstruksi usus dapat disebabkan karena adhesi usus dengan jaringan fibrous
pada penutupan skin flap. NEC dapat disebabkan karena iskemia usus karena volvulus atau
karena tekanan intraabdomen yang meningkat.5 Infeksi biasanya terjadi pada staged closure
dimana terdapat pemaparan luka berulang dan penggunaan material prostetik. Komplikasi
lanjut dari operasi termasuk hernia ventralis dan lambatnya pertumbuhan anak
"
daftar pustaka
Makalah omphalocele
http://www.scribd.com/doc/148382969
Penatalaksanaan (TAMBAHAN)
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :
1. Perawatan pra-bedah
a. Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat
meningkatkan area permukaan.
b. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usus-usus
yang mempersulit pembedahan.
c. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket seperti
xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau
menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah
kontaminasi
d. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada mesenterium.
e. Terapi intravena untuk hidrasi
f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong,
akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan
operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut,
kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya
omphalocele terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat
dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut,
diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena
cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele dengan cairan
antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar.
Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh
kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat
dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada dinding
abdomen.
Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan
menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika
lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha
bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup
lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi.
Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.
3. Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami
pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi si bayi
(lemah atau tidak).
a. b.
Gambar :
a.Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan"