Anda di halaman 1dari 21

Halaman 1 dari 21

PENGGOLONGAN OBAT

OLEH :
ISNIA SAFITRI
NIM : 20250034

DOSEN PENGAMPU : Apt. ZAMHARIRA MUSLIM, M.Farm

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2021
Halaman 2 dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan Makalah ini disusun
dengan judul ”Obat dan Penggolongan Obat” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Farmakologi

Melalui makalah ini sata berharap makalah ini dapat memberikan


informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

Saya menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Lubuklinggau, 10 maret 2021


Halaman 3 dari 21

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 pengertian obat

2.2 peran obat

2.3 jenis penggolongan obat secara luas

2.4 penggolongan obat berdasarkan jenisnya

1. obat bebas

2. Obat bebas terbatas

3. Obat wajib apotek

4. Obat keras

5. Obat psikotropika

2.5 penggolongan obat berdasarkan therpy

2.6 penggolongan obat berdasarkan efek yang di timbulkan


Halaman 4 dari 21

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus
sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas,
obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas
secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.
Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga
keamanan penggunaannya, maka pemerintah menggolongkan obat.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana definisi obat ?


2. Bagaimana penggolongan obat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi obat
2. Mengetahui berbagai macam penggolongan obat berdasarkan Undang – Undang
Halaman 5 dari 21

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat


Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993 Obat (jadi) adalah
sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu
yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu
ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain
itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI,
2005).
Obat diperoleh dari  Tumbuhan Kuinin, Hewan Insulin, Mineral
Koalin, Mikroorganisme Penisilin,  Sintesa  Sulfonamida.

2.2 Peran obat

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan


dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan,
Halaman 6 dari 21

karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki


fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan
karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat
dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti
yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara
umum adalah sebagai berikut:

a). Penetapan diagnose

b). Untuk pencegahan penyakit

c). Menyembuhkan penyakit

d). Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

e). Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu

f). Peningkatan kesehatan

g). Mengurangi rasa sakit

2.3 Jenis Penggolongan Obat secara luas


Berikut ini merupakan penggolongan obat berdasarkan jenisnya
1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaia
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara
pembuatannya.
2.4 Penggolongan obat berdasarkan jenis nya
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan
Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan
obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini
Halaman 7 dari 21

terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat
keras, psikotropika dan narkotika.
Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor
949/Menkes/Per/VI/2000, penggolongan obat ini terdiri dari:
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. Obat Wajib Apotek
4. Obat Keras
5. Obat Psikotropika dan Narkotika
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes RI. Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan
jiwa, dalam arti kata yang agak luas, bila makan jumlah 10-20 biji
sekaligus pun belum menyebabkan kematian.

Penandaan : Obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor


1380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas. Tanda
khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis
tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:

Yang tergolong obat bebas antara lain :

1. Vitamin B kompleks
2. Vitamin B1
3. Tablet Vitamin A
4. Vitamin C
5. Multivitamin
Halaman 8 dari 21

6. Minyak Kayu Putih


7. Obat Batuk Hitam
8. Tablet Paracetamol

2. Obat Bebas Terbatas


Pada zaman Belanda, kelompok obat ini juga disebut obat
daftar W (W = Waarschuing = peringatan). Obat bebas terbatas
adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa
resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari


pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan selalu
tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa persegi
empat panjangberwarna hitam berukuran panjang 5
centimeter, lebar 2 centimeter dan memuat pemberitahuan
berwarna putih sebagai berikut :
Halaman 9 dari 21

c. Penandaan : Keputusan Menteri Kesehatan Rl No.


2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas
berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam

Contoh obat yang tergolong Obat Bebas Terbatas adalah :


Halaman 10 dari 21

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI ditetapkan sebagai


obat bebas terbatas sebagai berikut :
P No. 1:
a. Anti Histamin
Sediaan anti histaminum yang nyata-nyata
dipergunakan untuk obat tetes hidung/semprot hidung.
b. Chloroquinum
Sediaan Chloroquinum atau garamnya yang dihitung
sebagai basa lebih dari 160 mg setiap takaran dalam
kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap wadah atau 60 ml
tiap botol.
c. Sulfaguanidinum, Phtalylsulfathiazolum dan
Succinylsulfa Thiazolum : tablet yang mengandung
tidak lebih dari 600 mg zat berkhasiat setiap tabletnya
dan tidak lebih dari 20 tablet setiap bungkus atau
wadah.

P No. 2 :

a. Kalii Chloras dalam larutan


b. Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawaan
Zincum
P No. 3 :

a. Air Burowi
b. Mercurochromum dalam larutan
P No. 4 :

a. Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar


yang mengandung Scopolaminum
P No.5 :

a. Amonia 10% ke bawah


Halaman 11 dari 21

b. Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari


5 mg bungkusnya.

P No. 6 :

a. Suppositoria untuk wasir

3. Obat Wajib Apotek (OWA)

Latar belakang obat wajib apotek (OWA) :

1. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong


dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan maka perlu
ditunjang dengan sarana yang tepat.

2. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat , aman, dan rasional


dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di apotik tanpa resep dokter.

Peraturan tentang Obat Wajib Apotek (OWA) di Indonesia terdiri


dari :

1. KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek


(OWA) No.1, berisi daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep
oleh apoteker di apotek, mencakup oral kontrasepsi, obat saluran
cerna (antasida, anti-spasmodik, anti-spasmodik analgetik, anti
mual, laksan), obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas
(obat asma, sekretolitik/mukolitik), obat sistem neuromuscular
(analgetik antipiretik, antihistamin), antiparasit (obat cacing), obat
kulit topikal (antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, antiseptik
Halaman 12 dari 21

lokal, antifungi lokal, anestesi lokal, enzim antiradang topikal,


pemucat kulit).

2. PerMenKes No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat


diserahkan tanpa resep, yaitu tidak dikontraindikasikan untuk
penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan
orang tua di atas 65 tahun, pengobatan sendiri dengan obat
dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit,
penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, penggunaannya diperlukan
untuk penyakit yang pravalensinya tinggi di Indonesia, dan obat
memiliki rasio kemanfaatan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.

3. PerMenKes No.924 Tahun 1993 tentang OWA No.2, peraturan ini


memuat tambahan daftar OWA yang dapat diserahkan apoteker.

4. PerMenKes No.925 Tahun 1993 tentang perubahan golongan


OWA No.1, memuat perubahan golongan obat terhadap daftar
OWA No.1, beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi
obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan
pembatasannya.

5. KepMenKes No.1176 Tahun 1999 tentang OWA No.3

4. Obat Keras
Di dalam kefarmasian dan di zaman Belanda dahulu obat-obat
yang termasuk dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat
golongan daftar G (Gevaarlijk = berbahaya) atau daftar obat keras.
Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja
sampingan yang sangat besar dan untuk mendapatkannya diperlukan
resep dokter yang hanya dapat dibeli di apotek. Pada pemakaian yang
idak hati-hati dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan
Halaman 13 dari 21

dapat mengakibatkan maut, misalnya menimbulkan gangguan pada


metabolisme, gangguan pada saluran kencing, mengakibatkan
penyakit kurangnya pembentukan darah tertentu (agranulocytosis) dan
lain-lainnya.
Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi
antibiotika, obat-obat yang tercantum dalam daftar obat bebas
terbatas.

Penandaan :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 02396/A/SKA/III/1986 adalah "Lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh
garis tepi“

Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat
yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral,
baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan
jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam
kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-
obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menkes RI.

Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat


itu sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat
Halaman 14 dari 21

itu, kecuali apabila di belakang nama obat disebutkan ketentuan lain,


atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.

Contoh obat keras adalah :

a. Acetanilidum
b. Andrenalinum
c. Antibiotika
d. Anthistaminika
e. Apomorphinum

5. Obat Psikotropika dan Narkotika


a. Obat Psikotropika

Penjelasan

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis


(bukan narkotika) yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan tingkah laku.

Penandaan

Lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna


hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam

Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika,


psikotropika dikelompokkan menjadi 4 golongan berdasarkan
tinggi dan rendahnya potensi yang dapat mengakibatkan
ketergantungan, yakni psikotropika golongan I, II, III dan IV.
Halaman 15 dari 21

- Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya


dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Yang termasuk golongan ini antara
lain :
1. MDMA yang dikenal dengan sebutan Ecstacy
(merupakan turunan, berbentuk serbuk warna
putih atau kekuningan bersifat halusinogen kuat
dan nama lainnya adalah xtc, adam, essence, dan
lain-lain)
2. N-etil MDA dan MMDA yang terdapat dalam
kandungan ecstacy
3. LSD, STP dan lain-lain.

- Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang


berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi yang kuat yang dapat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Yang termasuk golongan ini antara lain
yang dikenal dengan nama Amfetamin, Metamfetamin
(Sabu), Fensiklidin (PCP), Ritalin, Deksamfetamin,
Fenetilina, Metakualon, Metilfenidat, dan lain-lain.

- Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang


berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
memiliki potensi yang sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Yang termasuk golongan III antara lain
adalah Amorbarbital, Buprenorfin, Pentobarbital,
Flunitrazepam, Butalbital, Katina dan lain-lain.
Halaman 16 dari 21

- Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang


berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
memiliki potensi yang ringan mengakibatkan
ketergantungan. Yang termasuk golongan ini adalah
Diazepam (yang dikenal sebagai Nipam, BK, Magadon),
Klorazepam, Nitrazepam, Fenobarbital, Barbital,
Klordiazepoxide, Nordazepam, Estazolam, Klobazam
dll.

b. Obat Narkotika

Penjelasan

Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika ,


narkotika adalah zat yang berasal dari tanaman baik sintetik
maupun semi-sintetik yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

Penandaan

Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat


dalam Ordonansi Obat Bius yaitu "Palang Medali Merah“
Halaman 17 dari 21

Menurut undang-undang ini, narkotika dibagi menjadi 3


golongan berdasarkan pada tinggi-rendahnya ketergantungan,
yakni golongan I, golongan II dan golongan III.

- Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat


digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan sama sekali dalam terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan
ketergantungan. Jenis-jenis narkotika yang termasuk
golongan I :
1) Tanaman Papaver somniferum L dan semua
bagiannya termasuk buah dan jeraminya kecuali
bijinya.
2) Opium mentah, yakni getah yang membeku sendiri,
diperoleh dari tanaman Papaver somniferum L yang
hanya mengalami pengolahan sekadar untuk
pembungkusan dan pengangkutan tanpa
mempengaruhi keadaan morfinnya.
3) Opium masak, Terdiri dari;
a) Candu (hasil yang diperoleh dari opium
mentah melalui suatu rentetan pengolahan,
khususnya dengan pelarutan, pemanasan,
dan peragian dengan atau tanpa penambahan
bahan-bahan lain, dengan maksud
mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang
cocok untuk pemadatan),
b) Jicing (sisa-sisa dari candu setelah diisap
tanpa memperhatikan apakah candu itu
dicampur dengan daun atau bahan lain
c) Jicingko(hasil yang diperoleh dari
pengolahana jicing)
Halaman 18 dari 21

4) Tanaman koka, (tanaman dari semua genus


Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae
termasuk buah dan bijinya) .
5) Daun koka (daun yang belum atau sudah
dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari dari
semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
6) Kokain mentah (semua hasil yang diperoleh dari
daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk
mendapat kokaina
7) Kokaina (metilestrel-bensoil-ekgonina – diperoleh
dari daun tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh
di amerika selatan bagian barat. Kokaina berupa
serbuk kristal berwarna putih atau tidak berwarna.
Crack merupakan salah satu bentuk padat dari
kokaina mentah).
8) Tanaman ganja ( semua tanaman genus cannabis dan
semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah,
jerami hasil olahan tanaman ganja termasuk damar
ganja dan hasis)
9) Heroin
- Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang dapat
mengakibatkan ketergantungan. Jenis narkotika yang
termasuk golongan II antara lain.
1) Morfin ,Merupakan alkaloida yang terdapat dalam
opium candu yang breasal dari Papaver somniferum
L. Morfin berupa serbuk berwarna putih digunakan
Halaman 19 dari 21

dalam pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri.


Dalam bentuk sustained released tablet digunakan
untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat pada
penderita kanker, operasi, dan lain-lain. Morfin
dapat mengakibatkan ketergantungan fisik , psikis
dan toleransi sehingga penggunaan dalam
pengobatan sangat dibatasi dan merupakan pilihan
terakhir.
2) Fentamil
3) Ekgonina
4) Petidina
5) Alfasetil-metadol
6) Benzetidin
7) Betametadol.
- Narkotika golongan III adlah narkotika yang berkhasiat
dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk golongan III
antara lain.
1) Kodein , merupakan alkaloid yang terdapat dalam
opium atau candu atau sintesis dari morfin. Kodein
berupa serbuk putih atau dalam bentuk tablet
digunakan dalam pengobatan untuk menekan batuk
antitusif dan penghilang nyeri analgesik.kodein
dapat juga menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikis serta toleransi, namun sangat ringan bila
dibandingkan dengan morfin.
2) Etil Morfin
3) Dihidrokolin
4) Dokstroproposifem
Halaman 20 dari 21

2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan terapi


 Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi dibagi menjadi 2
golongan
 a. farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis
tubuh, contoh hormon dan vitamin
b.  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi
parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.
2.6 Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan  dibagi menjadi 2 :
a. sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.

b. lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi


bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata,
kulit, dll

BAB III
Halaman 21 dari 21

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan
yang mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup,
baik efek psikologis, fisiologis maupun biokimiawi

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa


hal, diantaranya :

1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

Anda mungkin juga menyukai