Anda di halaman 1dari 5

Reaksi excited skin atau 'angry back', merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena

regional disebabkan oleh satu atau beberapa memberi reaksi positif kuat. Fenomena ini
pertama dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh
Mitchell pada tahun 1975. Pembacaan kedua dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi.
Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons
alergik atau iritan. Hasil positif lambat dapat terjadi setelah 96 jam bahkan sarnpai satu
minggu setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Respons
alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, (reaksi tipe
crescendo), sedangkan respons iritan cenderung menurun (reaksi tipe cfecrescendo).
Bila ditemukan respons positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan relevansinya
dengan keadaan klinik, riwayat penyakit, dan sumber antigen di lingkungan pasien.
Mungki respons positif tersebut berhubungan denga penyakit yang sekarang atau
penyakit masa lalu yang pernah dialami. Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain
bila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan
tertutup (oklusi). Efek pinggir uji tempel (edge effect), umumnya karena iritasi, secara
klinis tampak bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang dibagian tengah reaksi
ringan atau sama sekali tidak ada kelainan. lni disebabkan karena meningkatnya
konsentrasi iritasi cairan di bagian pinggir.
Sebab lain oleh karena efek tekanan, dapat terjadi bila uji tempel dilakukan
dengan menggunakan bahan padat. Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya apabila
konsentrasi yang digunakan terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel
tidak melekat dengan baik, atau menjadi longgar akibat pergerakan, kurang cukup
waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau pemakaian kortikosteroid
topikal berpotensi kuat dalam jangka waktu lama pada daerah Reaksi excited skin atau
'angry back', merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh
satu atau beberapa memberi reaksi positif kuat. Fenomena ini pertama dikemukakan
oleh Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975.
Pembacaan kedua dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi.
Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons
alergik atau iritan. Hasil positif lambat dapat terjadi setelah 96 jam bahkan sarnpai satu
minggu setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Respons
alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, (reaksi tipe
crescendo), sedangkan respons iritan cenderung menurun (reaksi tipe cfecrescendo).
Bila ditemukan respons positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan relevansinya
dengan keadaan klinik, riwayat penyakit, dan sumber antigen di lingkungan pasien.
Mungki respons positif tersebut berhubungan denga penyakit yang sekarang atau
penyakit masa lalu yang pernah dialami. Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain
bila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan
tertutup (oklusi). Efek pinggir uji tempel (edge effect), umumnya karena iritasi, secara
klinis tampak bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang dibagian tengah reaksi
ringan atau sama sekali tidak ada kelainan. lni disebabkan karena meningkatnya
konsentrasi iritasi cairan di bagian pinggir.
Sebab lain oleh karena efek tekanan, dapat terjadi bila uji tempel dilakukan
dengan menggunakan bahan padat. Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya apabila
konsentrasi yang digunakan terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel
tidak melekat dengan baik, atau menjadi longgar akibat pergerakan, kurang cukup
waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau pemakaian kortikosteroid
topikal berpotensi kuat dalam jangka waktu lama pada daerah Reaksi excited skin atau
'angry back', merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh
satu atau beberapa memberi reaksi positif kuat. Fenomena ini pertama dikemukakan
oleh Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975.
Pembacaan kedua dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi.
Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons
alergik atau iritan. Hasil positif lambat dapat terjadi setelah 96 jam bahkan sarnpai satu
minggu setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Respons
alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, (reaksi tipe
crescendo), sedangkan respons iritan cenderung menurun (reaksi tipe cfecrescendo).
Bila ditemukan respons positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan relevansinya
dengan keadaan klinik, riwayat penyakit, dan sumber antigen di lingkungan pasien.
Mungki respons positif tersebut berhubungan denga penyakit yang sekarang atau
penyakit masa lalu yang pernah dialami. Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain
bila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan
tertutup (oklusi). Efek pinggir uji tempel (edge effect), umumnya karena iritasi, secara
klinis tampak bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang dibagian tengah reaksi
ringan atau sama sekali tidak ada kelainan. lni disebabkan karena meningkatnya
konsentrasi iritasi cairan di bagian pinggir.
Sebab lain oleh karena efek tekanan, dapat terjadi bila uji tempel dilakukan
dengan menggunakan bahan padat. Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya apabila
konsentrasi yang digunakan terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel tidak
melekat dengan baik, atau menjadi longgar akibat pergerakan, kurang cukup waktu
penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau pemakaian kortikosteroid topikal
berpotensi kuat dalam jangka waktu lama pada daerah Reaksi excited skin atau 'angry
back', merupakan reaksi positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh satu atau
beberapa memberi reaksi positif kuat. Fenomena standar, perlu dilakukan dengan kontrol
(5 sampai 10 orang), untuk menyingkirkan kemungkinan iritan.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:

1. Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dialami makin memburuk.
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sistemik dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif
palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-
kurangnya satu minggu sebelum tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari
(sun burn) yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi
hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil
tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.

Uji tempel dibuka setelah 48 jam (dua hari standar, perlu dilakukan dengan kontrol
(5 sampai 10 orang), untuk menyingkirkan kemungkinan iritan.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:

3. Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dialami makin memburuk.
4. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sistemik dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif
palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-
kurangnya satu minggu sebelum tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari
(sun burn) yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi
hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil
tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.

Uji tempel dibuka setelah 48 jam (dua hari standar, perlu dilakukan dengan kontrol
(5 sampai 10 orang), untuk menyingkirkan kemungkinan iritan.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:

5. Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dialami makin memburuk.
6. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sistemik dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif
palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-
kurangnya satu minggu sebelum tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari
(sun burn) yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi
hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil
tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.

Uji tempel dibuka setelah 48 jam (dua hari standar, perlu dilakukan dengan kontrol
(5 sampai 10 orang), untuk menyingkirkan kemungkinan iritan.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:

7. Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang dialami makin memburuk.
8. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian
kortikosteroid sistemik dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif
palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-
kurangnya satu minggu sebelum tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari
(sun burn) yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi
hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil
tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.
Uji tempel dibuka setelah 48 jam (dua hari ini pertama dikemukakan oleh Bruno Bloch
pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975. Pembacaan kedua
dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi.
Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons
alergik atau iritan. Hasil positif lambat dapat terjadi setelah 96 jam bahkan sarnpai satu
minggu setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Respons
alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, (reaksi tipe
crescendo), sedangkan respons iritan cenderung menurun (reaksi tipe cfecrescendo).
Bila ditemukan respons positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan relevansinya
dengan keadaan klinik, riwayat penyakit, dan sumber antigen di lingkungan pasien.
Mungki respons positif tersebut berhubungan denga penyakit yang sekarang atau
penyakit masa lalu yang pernah dialami. Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain
bila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan
tertutup (oklusi). Efek pinggir uji tempel (edge effect), umumnya karena iritasi, secara
klinis tampak bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang dibagian tengah reaksi
ringan atau sama sekali tidak ada kelainan. lni disebabkan karena meningkatnya
konsentrasi iritasi cairan di bagian pinggir.

Sebab lain oleh karena efek tekanan, dapat terjadi bila uji tempel dilakukan dengan
menggunakan bahan padat. Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya apabila konsentrasi
yang digunakan terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel tidak melekat dengan
baik, atau menjadi longgar akibat pergerakan, kurang cukup waktu penghentian pemakaian
kortikosteroid sistemik atau pemakaian kortikosteroid topikal berpotensi kuat dalam jangka
waktu lama pada daerah

Anda mungkin juga menyukai