Ni Ketut Sariasih
Ni Ketut Sariasih
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencapaian Estetika Optimal Pada Gigi Tiruan Jembatan ” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Prostodonsia. Dalam
penyusunan makalah ini, saya ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada
makalah ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari masukan berbagai pihak.Pada kesempatan
ini,Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.Kadek Ayu Wirayuni ,M.Biomed selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan,kritik serta saran dalam meyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut.
Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan saya berharap semoga makalah mengenai
Pencapaian Estetika Optimal Pada Gigi Tiruan Jembatan ini dapat membantu dan bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia dalam hal pengunyahan
(mastikasi), bicara (fonasi), serta estetis. Kehilangan sebagian atau bahkan keseluruhan gigi dapat
mengakibatkan berkurang atau hilangnya peranan tersebut. Untuk menggantikan fungsi tersebut
seseorang dapat menggunakan gigi tiruan yang dibuatkan oleh dokter gigi. Penggunaan gigi tiruan
ini sangatlah penting karena apabila jaringan mulut tanpa gigi dibiarkan begitu saja lama kelamaan
dapat berpotensi menimbulkan dampak buruk pada keadaan gigi lainnya (Ridwan, 2019).
Kehilangan gigi merupakan keadaan terlepasnya gigi dari soketnya.Kehilangan gigi dapat
secara langsung berdampak pada kualitas hidup.Terjadinya kehilangan gigi juga dapat
mempengaruhi struktur orofasial,seperti, jaringan tulang, persarafan, otot-otot, dan berkurangnya
fungsiorofasial. Selain itu juga, mukosa rongga mulut akan mengalami perubahan pada struktur,
fungsi, dan juga elastisitas jaringan mukosa rongga mulut. Kehilangan gigi dapat terjadi karena
adanya interaksi faktor kompleks seperti karies, penyakit periodontal, dan trauma, kasus yang
paling sering terjadi diakibatkan karena adanya karies (Nevry et al, 2019; Widyagdo et al, 2017).
Pada kasus kehilangan gigi, dapat menyebabkan terganggunya fungsi estetik, bicara, dan
gangguan psikologis. Terganggunya fungsi estetik dapat terjadi akibat pergeseran gigi-gigi
tetangga, tilting, hilang kontak antar gigi, elongasi gigi antagonis, trauma oklusi. Dalam upaya
pemenuhan kesehatan pada umumnya dan kesehatan gigi mulut khususnya, diperlukan gigi tiruan.
Gigi tiruan yang dimaksud adalah gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Estetik pada gigi dapat
mengembalikan rasa percaya diri pada pasien (Santoso et al, 2011; Maruapey & Machmud, 2012).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.2 Apa Saja Keuntungan Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan Terhadap Estetika?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Apa Saja Kegagalan Estetik Pada Gigi Tiruan Jembatan
1.3.2 Untuk Mengetahui Apa Saja Keuntungan Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan Terhadap
Estetika?
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan jembatan (GTJ) yang lazim disebut fixed partial denture adalah gigi tiruan sebagian
yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya.
Apabila seseorang kehilangan satu atau beberapa gigi, terutama gigi anterior, akan mengganggu tampilan
dan saat bicara sehingga penderita merasa tidak percaya diri, sebaliknya jika kehilangan gigi posterior akan
mengganggu fungsi pengunyahan. (Adenan & Sumarsongko, 2016)
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang bertujuan untuk menggantikan kehilangan satu atau
lebih gigi alami, yang dilekatkan secara permanen pada gigi penyangga, dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan penampilan.(Rapi,2020)
Tujuan pembuatan GTJ ialah untuk memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang
menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk memperbaiki estetika,
memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik (pengucapan), serta mencegah
terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong akibat kehilangan gigi berupa migrasi, rotasi, miring,
atau ekstrusi.(Day,2020)
Menurut Martanto, tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan adalah untuk memulihkan daya kunyah
(masticating efficiency) yang menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga
untuk memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik
(pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong akibat kehilangan gigi
berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi (Martanto, 1981 : 3)
Abutment adalah gigi asli yang digunakan sebagai tempat diletakkannya gigi tiruan
jembatan. Mahkota gigi yang baik untuk dijadikan penyangga hendaknya mempunyai panjang yang
normal dan ketebalan dentin yang cukup.
3
b. Pontic
Pontic adalah gigi buatan pengganti dari gigi-gigi yang hilang. Fungsi pontic adalah untuk
mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, mempertahankan hubungan antara gigi sehingga
mencegah migrasi atau ekstrusi
c. Retainer
Kondisi dan posisi dari gigi asli yang masih ada dijadikan pertimbangan untuk dijadikan
gigi penyangga. Gigi penyangga tidak boleh goyang dan mempunyai kedudukan sejajar dengan gigi
lainnya. (Martanto, 1981 : 15-18).
Luas permukaan selaput periodontal dari gigi-gigi penyangga hendaknya sama atau lebih
besar dari luas permukaan selaput periodontal dari gigi-gigi yang akan diganti. Jika gigi yang
diganti lebih banyak dari gigi penyangga, maka akan merusak gigi penyangga itu sendiri dan
jaringan-jaringan disekitarnya. Keadaan yang baik adalah jika ada dua gigi penyangga ditiap ujung
yang memenuhi syarat untuk menggantikan satu gigi. (Martanto, 1981 : 15-18). c. Umur Penderita
Gigi tiruan jembatan sebaiknya tidak dibuat pada usia dibawah 17 tahun karena ruang pulpa
masih besar, gigi belum tumbuh sempurna, dan tulang rahang belum cukup padat atau keras.
d. Kesehatan gusi
selaput akar dan tulang Pada sekitar gigi penyangga keadaan gusi harus sehat, warna dan
4
konsistensi gusi dapat dijadikan pedoman untuk gusi yang normal. Oklusi traumatis dapat
menyebabkan selaput periodontal meradang dan tulang alveolar mengalami resorbsi, sehingga
dapat menjadikan gigi goyang dan tidak mampu untuk dijadikan penyangga yang kuat (Martanto,
1981 : 15-18).
Pada penderita yang kebersihan mulutnya (oral hygiene) tidak terpelihara atau tidak dapat
memeliharanya karena cacat, pemakaian gigi tiruan jembatan tidak disarankan dan sebaiknya
dibuatkan protesa lepasan.
b. Indeks karies
Indeks karies yang tinggi tidak disarankan untuk memakai retainer yang tidak menutupi
seluruh permukaan mahkota gigi karena mudah terserang karies.
pada oklusi yang abnormal seperti gigitan silang dapat menekan retainer pada gigi
penyangga. d. Keadaan atau posisi gigi antagonis Gigi hilang yang tidak segera diganti akan
mengakibatkan migrasi dan ekstrusi. Migrasi dan ekstrusi yang parah merupakan kontra indikasi
untuk dibuatkan gigi tiruan jembatan (Martanto, 1981 : 18-19)
5
BAB III
PEMBAHASAN
Kegagalan estetik dapat terjadi akibat kesalahan pada desain GTJ, penyelesaian di
laboratorium atau di tempat praktek, perawatan gigi tiruan yang tidak adekuat oleh pasien atau
karena gigi tiruan telah usang dan rusak. (Susaniawaty & Utama, 2016)
Estetik dari restorasi indirek bergantung pada banyak komponen yang berbeda. Aspek-
aspek dan metode pengujian berbagai skema estetika sebelum gigi dipreparasi, namun dua isu
estetika yang sering menyebabkan masalah adalah kurangnya pemahaman pasien dan konsultasi
dalam kaitannya dengan pemilihan warna dan perubahan yang diajukan ke bentuk gigi dan
penampilan, baik melalui kurangnya komunikasi antara dokter gigi dan pasien atau antara dokter
gigi dan tekniker laboratorium. (Susaniawaty & Utama, 2016)
Area logam terlihat pada permukaan oklusal atau lingual pada restorasi cekat; permukaan
logam oklusal mungkin akan membuat kesulitan pada pasien jika mereka tidak mengetahui
alasannya, terutama jika area logam tersebut muncul secara tidak sengaja akibat penyesuaian
oklusal porselen.Alasan kegagalan estetik adalah kegagalan mengidentifikasi harapan pasien yang
berkaitan dengan estetik, seleksi shade warna yang tidak adekuat, logam yang sangat tipis di bagian
insisal dan servikal, aplikasi lapisan opak yang tipis, lapisan yang terlalu halus di permukaan,
daerah hitam di sekitar sepertiga servikal, kegagalan saat membuat translusensi insisal dan
proksimal, konturing yang tidak adekuat, gagal mengharmonisasikan kontur, warna, angulasi dan
posisi dengan morfologi gigi di sebelahnya, serta perubahan warna pada facing. (Susaniawaty &
Utama, 2016)
6
Proses penentuan warna tidak semudah yang dibayangkan karena terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pemilihan warna agar sesuai dengan gigi alami, kecuali kasus
diskolorasi yang memerlukan perbaikan warna hampir semua gigi, maka penentuan warna hanya
tergantung pada harapan pasien untuk memperloleh warna yang lebih estetik.Banyak kesulitan yang
berhubungan dengan penentuan shade visual atau pembuatan shade untuk gigi alami lebih
kompleks, bahwa fakta interpertasi warna oleh mata manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Seleksi shade merupakan prosedur penting untuk menyediakan estetika restorasi yang harmonis
dipadukan gigi pasien yang sudah ada. Pengetahuan ilmiah tentang dasar warna dari pemahaman
cahaya, juga menafsirkan aspek artistik dari seleksi shade yang memastikan keberhasilan. Seleksi
shade juga melibatkan persepsi warna, yang tergantung pada tiga entitas, yaitu cahaya, objek dan
deteksi visual. (Susaniawaty & Utama, 2016)
7
Gambar 1 Kerusakan facing akrilik
(Sumber: Bennard G. N. Smith. Planning and making crown and bridges, imforma health care, united kingdom, 4 th Ed;
2007.p.306
Keuntungan:
• Dapat mengatasi kesulitan melakukan insersi.
• Tidak mengganggu pergerakan individual gigi penyangga.
• Efek stress breaker.
8
Gambar 3 Semi Fixed Bridge
c.Cantilever Bridge
Cantilever bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang sangat konservatif setelah
fixed-fixed bridge, dimana pada salah satu sisinya bersifat sebagai titik kontak (Madhok,
2014 : 2). Dukungan dapat diperoleh dari satu atau lebih gigi penyangga pada satu sisi yang
sama (Martanto, 1981 : 10).
9
menghubungkannya dengan abutment. Jenis gigi tiruan jembatan ini dapat menggunakan
lebih dari satu konektor panjang untuk menambah kekuatannya (Madhok, 2014 : 2)
Keuntungan:
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang bertujuan untuk menggantikan kehilangan satu atau
lebih gigi alami, yang dilekatkan secara permanen pada gigi penyangga, dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan penampilan.(Rapi,2020)
Tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan adalah untuk memulihkan daya kunyah (masticating
efficiency) yang menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk
memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik
(pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong akibat kehilangan gigi
berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi (Martanto, 1981 : 3)
Klasifikasi kegagalan gigi tiruan jembatan (1) kehilangan retensi, (2) kegagalan mekanis pada
komponen GTJ yang meliputi fraktur porselen, kegagalan pada sambungan solder, distorsi, pemakaian
oklusal dan perforasi, serta hilangnya facing, (3) perubahan gigi penyangga, (4) kegagalan desain yang
meliputi tepi yang berlebih atau pendek, (5) teknik laboratorium tidak adekuat yang meliputi positive ledge
dan negative ledge, cacat dalam pembuatan, bentuk dan warna yang jelek, serta (6) kegagalan GTJ pada
bagian oklusal. Kegagalan GTJ terjadi berdasarkan keluhan pasien, durasi waktu, keluhan pasien, rasa sakit,
sensitivitas gigi,nyeri pada jaringan lunak (gingiva), estetik terganggu, gigi tiruan atau penyangga patah,
pembengkakan gingival, tidak nyaman pada saat berbicara, dan kesulitan pada saat mastikasi.
4.2 Saran
Tanda penting dan gejala yang menjadi titik masalah pada GTJ yang harus diatasi secepatnya oleh
Dokter pada pasien adalah memperhatikan tanda kegagalan facing, kerusakan pada daerah gingiva dan
jaringan periodontal, karies, nekrosis pulpa, dan kegagalan estetik. Klasifikasi kegagalan gigi tiruan
jembatan
11
DAFTAR PUSTAKA
Adenan, A. & Sumarsongko, T., 2019. Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan Anterior Pada Lingir Alveolar
yang Resorpsi .
Latif, S. A., 2020. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan Logam-Keramik Pada Gigi Abutment
Miring.
Made, E. M., 2019. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan Porcelain FusedTo Metal Pada Gigi 34 35
36 dengan Retainer Inlay Pada Gigi 36.
Qurotul, A., 2021. Prosedur Pembuatan Restorasi Splint Crown Porcelaine Fused To Metal Dengan Salah
Satu Abutment Berupa Pasak Tuang .
Susaniawaty, Y. & Utama, M. D., 2016. Kegagalan Estetik Pada Gigi Tiruan Jembatan, pp. 193-199.
12