Anda di halaman 1dari 16

RESUME ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ilmu Pendidikan
Yang dibina Oleh Bpk. Andi Ahmad Gunandi, Dr.., M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Abnil Husna Oktavia
(20200810200102)
2. Sofhia Rahmadiani
(20200810200090)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2020
Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut para pakar atau ahli pendidikan


menurut kajian literatur, sebagai berikut ini:
a. John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental, emosional ke arah alam, dan sesama
manusia.
b. M.J. Langeveld, pendidkan adalah usaha, pengaruh, perlindungan
dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada
kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
c. Thompson, Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap
individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap
dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
d. Frederick J. McDonald, pendidikan adalah suatu proses atau
kegiatan yang diarahkan untuk mengubah tabiat (behavior)
manusia.
e. H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari
penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar
dan bebas kepada Tuhan.
f. J.J. Russeau, pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada
saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
g. Ki Hajar Dewantara, menyatakan pendidikan adalah daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar
dapat mamjukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
h. Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
i. Insan Kamil, penddikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia
untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
j. Edgar Dalle, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tetap untuk masa yang akan datang.
Pada kajian literatur berupa media cetak dan internet ditemukan
banyak golongan memberi arti tentang pendidikan. Golongan
pertama,pendidikan adalah proses belajar mengajar antara pengajar dan
yang di ajar untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang
diharapkan dan akan menjadi sebuah bekal untuk masa depannya.
Golongan kedua, pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di
sekolah antara guru dan muridnya untuk mencerdaskan pada murid
yang akan menjadi penerus bangsa. Golongan ketiga, pendidikan
adalah proses pembelajaran secara langsung maupun tidak
langsung antara seseorang maupun golongan yang sengaja atau
tidak sengaja melakukan kegiatan pembelajaran, baik di suatu
ruangan maupun secara terbuka untuk menambahkan ilmu
pengetahuan kepada seseorang yang belum paham akan pendidikan itu.
Dari berbagai pengertian di atas, ungkapan dari golongan ketiga
adalah ungkapan yang sangat kuat, oleh karena:
a. Pendidikan dilakukan secara langsung maupun tidak lansung.
b. Perseorangan atau golongan.
c. Di dalam ruangan maupun terbuka.
d. Untuk menambahkan wawasan kepada yang belum mengetahui
wawasan itu.
Oleh sebab itu, pengertian pendidikan bukanlah sekedar hanya
dalam sekolah saja. Kita bermain juga termasuk belajar, karena
tujuannya adalah untuk menambahkan wawasan. Ketika kita masih
kecil atau bayi usia menuju satu tahun, dibantu untuk berjalan oleh
orangtua atau orang lain, dan itu juga termasuk pendidikan.
Karena tanpa sadar kita dilatih untuk menambahkan wawasan
dalam mengetahui cara belajar berjalan. Pada contoh ini nyata jelas bahwa
pengertian pendidikan adalah latihan. Melalui latihan
Kita dapat memahami berbagai pengetahuan (know ledge),
dengan banyak latihan kita akan terampil melakukan suatu pekerjaan apa
saja (hard dan soft skill), melalui latihan berulang-ulang untuk memiliki sikap
hidup (attitude) yang baik.
Pendidikan dalam Bahasa yunani berasal dari kata padegogik
yaitu ilmu menuntun anak. Orang romawi melihat pendidikan sebagai
educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek
kognitif (berpikir) dan aspek efektif (merasa). Sebagai ilutrasi, saat kita
mempelajari sesuatu maka dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil
bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan
seperti semangat, suka dan lain-lain.
Menurut Abdur Rahman an Nahlawi tentang konsep Tarbiyah
(pendidikan) dalam empat unsur:
1. Memelihara pertumbuhan fitrah manusia
2. Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju
kesempurnaan.
3 .Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk
mencapai kualitas tertentu.
4. Melaksanakan usaha-usaha terseut secara tertahap sesuai
dengan irama perkembangan anak.
Dari kajian antropologi dan sosiologi secara sekilas dapat
kita ketahui adanya tiga fungsi pendidikan :
1. Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya
dan alam sekitarnya, sehingga dengannya akan timbul
kemampuan membaca (analisis), akan mengembangkan
kreativitas dan produktivitas.
2. Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan
kehidupannya sehingga keberadaannya, baik secara
individual maupun social lebih bermakna.
3. Membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang
sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidup
bagi individu dan social.
Sedangkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia , sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan bertanggung jawab.
Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan
juga untuk memajukan dunia teknologi. Pada praksis manajemen
pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah
fungsi teknis-teknologis baik pada tataran individual hingga tataran
global.
Dewasa ini pendidikan seharusnya dipandang sebagai suatu
kegiatan yang bersifat antisipatoris, yaitu kegiatan untuk menyongsong
perkembangan-perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa
depan.
Kalau kita perhatikan pandangan-pandangan yang sampai
sekarang dilontarkan ke masyarakat mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia, maka terlihat adanya dua harapan dasar, yaitu :
1. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita
kembangkan akan mampu mengabdi kepada manusia
Indonesia; hal ini berarti bahwa kita harus mencegah
timbulnya dehumanized science and technology,
mencegah timbulnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak manusiawi, yang mereduksikan harkat dan martabat
manusia Indonesia.
2. Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita
kembangkan di Indonesia tidak akan memperbesar
permasalahan pengangguran yang sudah cukup parah
sebaliknya dapat turut memecahkan masalah
pengangguran.
3. Di samping ke dua harapan di atas, harapan lain
mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di Indonesia ini ialah bahwa upaya nasional kita dalam
hal ini akan membuahkan hasil-hasil yang mampu
mengangkat martabat bangsa kita dalam pergaulan antar-
bangsa, dapat mengejar ketertinggalan bangsa kita
dengan bangsa-bangsa lian.
Pemenuhan asprasi nasionalistik dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi ini bergantung kepada beberapa hal,
antara lain :
1. Kesiapan komunitas pakar-pakar ilmu pengetahuan dan
teknologi dari generasi dewasa ini beserta institusi-institusi
mereka untuk terjun dan berpacu dalam pergaulan
ilmiah internasional.
2. Kesiapan system pendidikan kita untuk membimbing
bibit-bibit pakar muda secara efisien dan sistematis
menurut ukuran-ukuran mutakhir.
3. Kesiapan kultural masyarakat kita pada umumnya untuk
menghadapi perubahan serta kemajuan yang terjadi
secara global dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan sikap dewasa

Pemenuhan aspirasi nasionalistik dalam pengembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi ini bergantung kepada beberapa
hal, Antara lain :
a. Kesiapan komunitas pakar-pakar ilmu pengetahuan dan
teknologi dari generasi dewasa ini beserta institusi-institusi
mereka untuk terjun dan berpacu dalam pergaulan
ilmiah internasional.
b. Kesiapan system pendidikan kita untuk membimbing
bibit-bibit pakar muda secara efisien dan sistematis
menurut ukuran-ukuran mutakhir.
c. Kesiapan kultural masyarakat kita pada umumnya untuk
menghadapi perubahan serta kemajuan yang terjadi
secara global dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan sikap dewasa.

Pemenuhan aspirasi nasionalistik dalam pengembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi ini bergantung kepada beberapa hal, antara lain
:
a. Kesiapan komunitas pakar-pakar ilmu pengetahuan dan
teknologi dari generasi dewasa ini beserta institusi-
institusi mereka untuk terjun dan berpacu dalam
pergaulan ilmiah internasional.
b. Kesiapan sistem pendidikan kita untuk membimbing bibit-
bibit pakar muda secara efisien dan sistematis menurut
ukuran-ukuran mutakhir.
c. Kesiapan kultural masyarakat kita pada umumnya untuk
menghadapi perubahan serta kemajuan yang terjadi
secara global dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan sikap dewasa.
Pembelajaran

A. Definisi dalam Hakikat pembelajaran efektif

Sebelum menelusuri apa sebenarnya hakikat pembelajaran


efektif, akan diuraikan terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud
dengan belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan
efektif. Berkenaan dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian


sebagai suatu pola baru yang berupa kecakapan sikap
kebiasaan (Ngalim Purwanto, 1996: 85). Belajar pada
hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan
yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman
atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:329). Belajar dalam
pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai
sesuatu yang baru.

Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk


menguasai, Hal ini bermakna menguasai sesuatu dalam belajar,
kedua; sesuatu yang baru dalam hasil yang diperoleh dari
aktivitas belajar (Prayitno, 2009: 201).

2. Pengertian Efektif

Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh,


makna dan manfaat tertentu. Pembelajaran yang efektif
ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada
pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan
pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan,
tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang
dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan
nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh
siswa (E. Mulyasa, 2003: 149).

3. Hakikat Pembelajaran Efektif

Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif,


maka hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar
mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai
peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang
efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,
ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka (Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 226-227).

B. Karakteristik pembelajaran yang efektif

Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan


pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian.
Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam
proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri- cirinya.
Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri (Slameto,
1995 : 94):

1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya,
kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun
intisari pelajaran, membuat peta dan lain- lain.
2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa
dan kelas menjadi hidup.
3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi
motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam
belajar.
4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan
lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan
siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk
belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan
untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung
jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri
sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang
muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran
remedial sebagai perbaikan.

C. Kondisi pembelajaran yang efektif


Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan
kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam
mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang
baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal:
Pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri
siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya,
dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar
pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta
keadaan lingkungan fisik yang lain.

Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu


dilakukan langkah- langkah berikut ini:

1. Melibatkan Siswa secara Aktif

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa


sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain : Aktivitas
visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen, Aktivitas
lisan, seperti bercerita, tanya jawab, Aktivitas mendengarkan,
seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan
pengarahan guru, Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di
tempat praktek dan Aktivitas menulis, seperti mengarang,
membuat surat, membuat karya tulis dsb.

2. Menarik minat dan perhatian Siswa

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat


dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat
yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali
pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang
akan melakukan sesuatu yang diminatinya.Sebaliknya tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan
siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat
dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan
sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang
diminati. (Rosyada, 2004: 56).

3. Membangkitkan Motivasi Siswa

Motivasi adalah semacam daya yang terdapat dalam diri


seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana
membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar ( John W.
Santrock, 2008: 9).

4. Memberikan pelayanan individu Siswa

Salah satu masalah utama dalam pendekatan


pembelajaran adalah kurangnya pemahaman guru tentang
perbedaan individu antar siswa. Guru sering kurang menyadari
bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap
pelajaran dengan baik.
Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima
pelajaran berbeda-beda.

D. Suasana pembelajaran efektif


Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan
baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar
hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada
seperti yang ditulis Madri M. dan Rosmawati, bahwa terjadinya proses
pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu :
(1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah
curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi
perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang
diharapkan ( Madri M. dan Rosmawati, 2004: 274).

E. Strategi pembelajaran efektif


Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai (Milan Rianto, 2007: 1). Untuk meningkatkan
cara belajar yang efektif diperlukan strategi yang tepat agar pembelajaran
dapat berjalan dengan optimal dan seefektif mungkin.
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami
proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif: Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar
yang efektif pula. Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa
belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat
tejadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar,
diantaranya sebagai berikut:

1. Konteks
Belajar sebagian besar tergantung pada konteks
belajar itu sendiri. Situasi problematis yang mencakup tugas
untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks
yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan
melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena
tujuan itu sendiri.
2. Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan
bahan Belajar.Di samping itu pembelajaran yang penuh makna
dan dektit harus diorganisasikan di sekitar suatu fokus.
Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi,
sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat.
3. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sarna
dalarn kerja kelornpok, diskusi dan sebagainya. Mereka
bertanggung jawab bersama dalam proses pepemecahan
masalah.
4. Individualistis
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru
memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya
untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat
dilakukan sebaik- baiknya.
5. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada
mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip
konteks, fokalisasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun
demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari
serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut
waktu atau urutannya.
6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses
belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
melekat pada proses belajar itu.
Daftar pustaka

Achmadi,2005.Ideologi, Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arnos Neolaka, Grace Arnialia A. Neolaka. 2017. Landasan Pendidikan, Depok:


Kencana

Anda mungkin juga menyukai