Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA ANAK SD

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan

Yang dibina Oleh Ibu Nidar Yusuf, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Abnil Husna Oktavia

(20200810200102)

2. Sofhia Rahmadiani
(20200810200090)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JAKARTA

2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirohim
Syukur Alhamdulillah, segala puji dan serta salam kami panjatkan
kehadiran Allah SWT karena atas reahmat dan karunia-nya yang telah
memberikan kemudahan dalam menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah “psikologi pendidikan” sehingga kami telah
menyelesaikan dengan baik.
Agar Makalah ini disususn berdasarkan tugas dari proses
pembelajaran yang telah dititipkan oleh kelompok kami, Makalah ini
disusun dalam menghadapi rintagan ,namun dengan penuh kami mencoba
dan kami mencoba untuk meyelesaikan maklah ini.
Makalah ini kami menjelaskan materi “perkembangan kognitif dan Bahasa
untuk anak SD” dan bagaimana dalam selayang pandang perkembangan
anak, materi yang akan dibahas dimakalah ini sengaja di pilih oleh guru
pembimbing kami untuk kamu pelajari lebih dalam dan butuh waktu yang
cukup panjang untuk mendalami materi ini sehinga kami menyelesaikan
malakah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, untuk itu
bahwa penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini, selain itu, penulis berharap agar pembaca tidak sungkan
memberi masukan berupa kritik dan saran untuk memperbaiki. Semoga
makalah ini bermanfaat dengan baik bagi penuis dan pembaca.

Jakarta, 22 september 2020

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Anak 3
2.2. Kognitif Anak 5
2.3. Bahasa Anak 11

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan dan Saran 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan sendiri terjadi karena terlaksananya pertumbuhan
dan kematangan individu. Kematangan adalah hasil proses pertumbuhan
dan perkembangan individu yang berlangsung bertahap hingga
memunculkan kepribadian dalam diri individu itu sendiri (Herman, 1969).
Sedangkan menurut Werner (dalam Nasution,1969):”Kematangan adalah
terlaksananya dengan baik tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan
seseorang menuju struktur tingkah laku yang lebih tinggi”. Sesuai dengan
pernyataan di atas maka perkembangan adalah hasil proses pertumbuhan
dan kematangan yang berlangsung sehingga mencapai perubahan dalam
pola pikir, kepribadian, dan tingkah laku.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkembangan anak?
2. Apa itu Bahasa dan bagaimana prosesnya dalam masa perkembangan
anak?
3. Bagamimana memproses perkembangan anak saat belajar?
4. Seperti apa dalam meperibahasaan proses dalam perkembangan belajar?
5. Bagaimana kemampuan Kognitif anak dalam masa perkembangan
anak?

1.3. .Tujuan Penulisan

Tujuan dalam memproses bagaimana Cara mengatasi anak dengan


perkembangan anak saat melalu pembelajaran. Dengan bagaimana
mengatasi anak, supaya bisa mencakup kegiatan mental. Dan selain itu
tujuan dalam permasalahan dengan prosesnya perkembagan anak memalui
analisis anak .

Tujuan pembahsaan yang kami bertujuan fugsional atau tujuan invidu


dalam perkembagan anak, dan sebagaimana saya membuat makalah ini
dengan funsional bisa memahami penelitian saat mengambil kebijakan atau
keputusan. Dan tujuan berdasarkan individu yaitu, menambah ilmu
pengetahuan, pengenalan, suatu proses belajar. Sekaligus sebagai laporan
tugas individu dari matakuliah psikologi pendidikan yang dibimbing oleh
Ibu Nidar Yusuf, M.Pd. Program pendidikan guru sekolah dasar dan
fakultas ilmu pendidikan di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Anak


Penelitian ilmiah itu menunjukan, bahwa terdapat sejumlah pola
perkembangan penting yang terjadi pada perkembangan anak. Sebagai mana
contohnya, ibu yang pada masa kehamilannya sering mengkomsumsi
makanan yang beresiko terhadap janinnya seperti merokok, minumanan
yang beralkohol dan mengomsumsi obat obatan yang berlebihan sering
mengalami gangguan pada janin yang dikandungnya. Gangguan pada janin
dalam hal ini bisa mengalami cacat secara fisik maupun psikis. Dan
sebaliknya, jika calon ibu mengomsumsi makanan yang bergizi dan
berperiaku positif selama mengandung anak, perkembangan dan
pertumbuhan janin akan lebih optimal dan tentunya bisa lebih sehat.
Merupakan saat ini dari pendapat John W, Santrock diatas ternyata
walaupun perkembangan manusia pada fase prenatal ini cukup singkat, yaitu
kira kira 9 bulan, namun fase ini merupakan fase terpenting dari beberapa
fase perkembangan manusia lainya. Orang tau harus dapat memahami
perkembangan sang janin karena akan berpengaruh pada perkembangan dan
pertumbuhan janin setelahnya karena pada hakekatnya menurut santrocl
janin dalam tubuh ibu sudah tumbuh menjadi organisme, lengkap dengan
sebuah otak dan kemampuan berperilaku. Oleh karena itu, sebagian orang
tua harus mampu mempelajari dan memahami apa yang harus dilakukan
oleh mereka terhadap sangjanin yaitu dengan memberikan pendidikan
prantal.
Berkaitan dengan konsep pendidikan prantal yang diutamakan oleh
John W. Santrock bisa dilihat dari keharusan beliau agar orang tua harus
mempelajari cara menjadi orang tua dari orang tua meraka, karena menjadi
orang tua dan cara-cara pendidkan anak senantiasa diteruskan dari generasi
ke generasi, oleh karena itu pendidikan harus dimulai sejak usia prantal,
semua factor yang ada dalam pendidikan prantal harus ada dari isi kesehatan
sang ibu, factor makanan dan lingkungan lainnya. Masa kanak- kanak sering
disebut juga dengan masa estetika, masa indra dan masa menentang orang
tua. Disebut estetika karena masa saat terjadinya perasaan keindahan.
Disebut juga masa indera, karena pada masa ini indera anak-anak senang
mengadakan eksplorasi, yang kemudian disebut dengan masa menetang.

3
Pada masa ini anak-anak memiliki sikap egosentris karena merasa
dirinya berada di pusat lingkungan yang ditunjukkan anak dengan sikap
senang menetang atau menolak sesuatu yang datang dari orang disekitarnya.
Perkembangan yang seperti itu disebabkan oleh kesadaran anak,
bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kehendakan oleh kesadaran anak,
bahwa dirinya memiliki kemampuan dan kehendak sendiri , yang mana
kehendak tersebt berbeda degan kehendak orang lain.
Pada masa anak anak awal, anak-anak banyak meniru, banyak
bermain sandiwara ataupun khayalan, dari kebiasaanya itu akan mmberikan
keterampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap si anak, ada yang
mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal dimulai sebagai masa penutup
bayi. masa anak- anak awal berakhir sampaidengan sekitar usia masuk
sekolah dasar.
Adapun ciri-ciri pada masa anak- anak awal ialah:
a. usia yang mengandung masalah atau usia sulit
b. usia mainan
c. usia prasekolah
d. usia belajar kelompok
e. usia menjelajah dan banyak bertanya
f. usia meniru dan kreatif

sedangkan tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi:


a. belajar berbicara, misalnya dengan belajar menyebut kata ayah, ibu atau
benda-benda sederhana disekitarnya.
b. belajar membedakan jenis kelamin
c. belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan orang-orang
terdekatnya.
d. belajar membedakan antara hal-hal yang baik dan yang buruk dan
mengembangkan kata hati.
e. membentuk konsep-konsep pengertian sederhana tentang kenyataan social
dana lam.
Namun antara anak yang satu dengan anak yang lainya memiliki
masa anak-anak awal yang bereda-beda, hal tersebut dikarenakan tiap anak
memiliki perkembangan yang berbeda, yang mana perkembangan-
perkembangan pada masa ini dipengaruh oleh bebrapa faktor diantaranya
perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembagan psikososial.

4
2.2. Kognitif

Kognitif adalah istilah umum yang meliputi pemahaman


persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran.
Selanjutnya dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif merupakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterprestasikan obhek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. (Santrock 2008)
Pengertian kognitif dapat dijelaskan oleh beberapa ahli
seperti Drever, Piaget dan Chaplin. Drever dalam Nuraini (2004)
menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah umum yang meliputi
pemahaman persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Piaget bahwa kognitif
merupakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya (Santrock, 2008).
Perkembangan kognitif dalam tulisan ini dijelaskan dari
pemikiran dua orang ahli psikologi Jean Piaget merupakan psikolog
dari Swiss dan Lev Semionovich Vygotsky seorang psikolog dari
Rusia. Karya Piaget menjadi dasar untuk memahami perkembangan
anak. Bagi Piaget perkembangan bergantung sebagian besar pada
manipulasi anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Pengetahuan
berasal dari tindakan. Sedang karya Vygotsky memiliki dua gagasan
utama yaitu
1) Perkembangan intelektual dipahami hanya dari sudut konteks sosio
historis dan budaya yang dialami anak,
2) Perkembangan bergantung pada sistem tanda yang ada pada setiap orang
saat mengalami pertumbuhan (Slavin, 2006).
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis,
kognitif dan sosioemosional dari lahir hingga terus berlanjut
sepanjang hayat. Dalam pendidikan, perkembangan anak sangat
penting diperhatikan, karena setiap anak memiliki karakteristik dan
keunikan sendiri, serta memiliki kecenderungan bawaan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian, pendidikan harus sesuai dengan
perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit, tidak terlalu
menegangkan, tidak terlalu mudah dan menjemukan bagi anak. Ada
3 proses perkembangan yang dilalui oleh anak, dan ketiga proses
tersebut terjadi saling berinteraksi (Santrock, 2008).

5
Pertama, proses biologis, yaitu perubahan dalam tubuh anak
dan merupakan warisan genetik terkait dengan perkembangan otak,
berat dan tinggi badan, perubahan kemampuan bergerak, dan
perubahan hormon di
masa puber. Kedua, proses kognitif, yaitu perubahan
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak.
Proses ini memampukan anak dalam mengingat puisi,
memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif dan
menghubungkan kalimat. Ketiga, proses sosioemosional, yaitu
perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan
emosi, dan perubahan kepribadian. Misalnya pengasuhan anak,
perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan dan
perasaan gembira remaja. Ada 4 tahap perkembangan kognitif
menurut Piaget. Masing masing tahap berhubungan dengan usia dan
kualitas kemajuan pikiran anak. Keempat tahap perkembangan
kognitif tersebut terdiri dari : tahap sensorimotor, tahap pra-
operasional, tahap operasional kongkret dan tahap operasional
formal.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Teori Piaget
menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak secara aktif, anak-
anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka
referensi) yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi dan pengalaman mereka mulai dari
skema yang sederhana hingga kompleks.
Menurut Piaget, ada dua proses yang dilakukan oleh anak
dalam menggunakan dan
mengadaptasikan skema yaitu:
1) Asimilasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika seorang anak
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada
2) Akomodasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Selain itu, secara kognitif
anak-anak juga mengorganisasikan pengalamannya yang disebut dengan
organisasi. Menurut Piaget organisasi adalah usaha mengelompokkan
perilaku yang terpisah-pisah menjadi urutan yang lebih teratur.
Bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap
pemikiran selanjutnya ?
Piaget menyebutnya dengan ekuilibrasi. Kondisi ini dialami
si anak ketika terjadi konflik kognitif atau disekuilibrium. Misalnya
anak akan mengalami kebingungan jika benda cair dituangkan ke
dalam wadah yang berbentuk sempit dan tinggi. Kebingungan akan
terjawab saat pikirannya semakin maju.

6
A. Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran
Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan pandangan bahwa pendidikan hanya memperbaiki
keahlian kognitif anak yang sudah muncul.
2. Menggunakan pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa
anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi
sendiri. Semua siswa sebaiknya diajarkan membuat penemuan,
memikirkannya, dan mendiskusikannya bukan menyalin apa-apa yang
dikatakan guru. Dierking (2015) menjelaskan bahwa pembelajaran
yang menggunakan pendekatan konstruktivis ini dapat menganalisis
masalah yang terkait dengan proses pembelajaran kolaboratif.
3. Guru sebagai fasilitator dalam belajar. Guru mendengar, mengamati
dan mengajukan pertanyaan kepada siswa agar mereka mendapatkan
pemahaman yang lebih baik. Mengajukan pertanyaan yang relevan
merangsang siswa untuk berpikir dan menjelaskan jawaban mereka.
4. Guru mempertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak
karena tidak datang dengan kepala kosong, tetapi telah memiliki
banyak ide dan guru menginterpretasikan apa yang dikatakan siswa
lalu memberikan respon yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.
5. Melakukan penilaian terus menerus yaitu individu tidak dapat diukur
dengan tes standar. Penilaian dilakukan secara individual dari diskusi
yang merupakan hasil pemikiran mereka, penjelasan lisan dan tertulis
sebagai alat evaluasi kemajuan.
6. Meningkatkan kemampuan intelektual siswa dengan melaksanakan
pembelajaran secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan
untuk menguasai banyak hal.
7. Menjadikan ruang kelas sebagai ruang eksplorasi dan penemuan. Guru
menekankan bahwa siswa melakukan eksplorasi dan menemukan
kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak
mengamati minat siswa dan partisipasi alamiah dalam aktifitas belajar.
Menurut Ramdhani (2016) bahwa ruang kelas bila dijadikan
sebagai ruang untuk melakukan eksplorasi dan penemuan ini, guru harus
memberi kesempatan, kemudahan dan mengembangkan ide-ide siswanya
sendiri. Siswa diajarkan secara sadar dengan menggunakan strategi
sendiri untuk belajar.

7
B. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky perkembangan sangat terkait
dengan masukan dari orang lain. Bagaimana perkembangan terjadi dalam
pandangan Vygotsky ? Teori Piaget menjelaskan bahwa perkembangan
anak mendahului pembelajaran. Artinya struktur kognisi tertentu perlu
berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi.
Vygotsky menjelaskan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan.
Menurut Vygotsky (Slavin, 2006 : 60)
pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda yang didapatkan
dari pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan terkait
dengan pengaturan diri (self-regulation) yaitu kemampuan berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Simbol-simbol yang telah diciptakan oleh budayalah yang akan
membantu orang untuk berpikir, berkomunikasi dan memecahkan
masalah tersebut (simbol/tanda yang telah diinternalisasi).
Ada 3 asumsi yang menjadi inti pandangan Vygotsky (Santrock, 2008 :
60) yaitu:
1) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental dengan memeriksa asal
usulnya dan transformasi dari bentuk awal ke bentuk
selanjutnya;
2) Kemampuan kognisi dimediasi dengan kata, bahasa yang
berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentransformasi aktivitas mental. Jadi, bahasa adalah alat
penting karena membantu anak pada masa kanak-kanak awal
(early childhood) untuk merancang aktivitas dan memecahkan
masalah; 3)Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan
dipengaruhi latar belakang sosiokultural. Misalnya dalam suatu
kultur dalam pembelajaran berhitung dengan menggunakan
komputer dan kultur lain pembelajaran berhitung menggunakan
batu atau jari.

8
Konsep-konsep teori Vygotsky dalam menjelaskan perkembangan
kognitif adalah sebagai berikut:
1. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah sesuatu yang masih
belum dapat dikerjakan (sulit) seorang anak sendirian tetapi dapat
dikerjakan dengan bantuan orang dewasa yang memiliki kompeten.
Zona perkembangan proximal ini menggambarkan tugas yang
masih belum dipelajari seorang anak namun sanggup dipelajari
pada waktu tertentu. (Santrock, 2008: 62).
2. Scafolding. Pembelajaran sosial adalah perancahan yang berarti
menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak selama tahap-
tahap awal pembelajaran dan kemudian menghilangkan dukungan
dan meminta anak memikul tanggung jawab yang makin besar
begitu dia sanggup (Slavin, 2008 : 60-61).
3. Bahasa dan Pemikiran. Bahasa bukan hanya untuk komunikasi
sosial, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku dengan
cara sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengaturdiri sendiri
dinamakan dengan “pembicaraan batin” (Inner Speech) atau
“pembicaraan privat” (private speech). Anak-anak harus
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain
sebelum mereka bisa fokus ke dalam pemikirannya sendiri. Anak-
anak juga harus berkomunikasi ke luar dan menggunakan bahasa
selama periode yang agak lama sebelum transisi dari pembicaraan
eksternal ke pembicaraan batin (internal) terjadi. Anak yang
banyak menggunakan private speech akan lebih kompeten secara
sosial (Santrock, 2008 : 63).
4. Pembelajaran kerjasama. Teori Vygotsky mendukung penggunaan
strategi pembelajaran kerja sama. Anak-anak yang bekerjasama
saling membantu dalam belajar. Teman-teman yang bekerja dalam
zona perkembangan proksimal mereka
5. Saling memberi contoh dan memungkinkan terjadinya
pembicaraan batin sehingga dapat saling memahami dalam proses
penalaran (Slavin, 2006 : 61). Dalam hal ini, sangat memungkinkan
bagi guru untuk melakukan pendekatan pembelajaran secara
kontekstual (Contextual Teaching Learning).

9
Pendekatan pembelajaran secara kontekstual ini dijelaskan
oleh Mano (2018) adalah suatu konsep belajar yang akan membantu
guru menghubungan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa dan akhirnya mendorong siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan pendekatan ini siswa akan belajar dengan baik apabila yang
mereka pelajari berhubungan dengan fenomena atau realita yang telah
mereka ketahui. Saling memberi contoh merupakan penerapan bagi siswa
untuk saling memahami fenomena dan realita yang pernah mereka alami.
Dengan demikian, proses belajar akan produktif dan siswa aktif atau terlibat
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pemikiran Vygostky sangatlah
tepat untuk digunakan dalam memahami kemampuan siswa dalam
berkomunikasi saat pembelajaran. Untuk itu pembelajaran secara kolaboratif
dan kontekstual dapat mendorong perkembangan komunikasi tersebut.
Implikasi Teori Vygotsky dalam Pembelajaran
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran yaitu :
1. Keinginan menyusun pembelajaran kerjasama (cooperative
learning) di antara kelompokkelompok siswa yang mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pengajaran pribadi oleh
teman yang lebih kompeten dapat berjalan efektif meningkatkan
pertumbuhan dalam zona perkembangan proksimal.
Pembelajaran kerjasama lebih memudahkan siswa menemukan
dan memahami konsep yang sulit karena mereka dapat saling
berbicara membicarakan soal yang sulit dan mereka dapat
belajar dari teman sebayanya tentang cara berpikir yang tepat.
2. Pendekatan pembelajaran yang menekankan perancahan
(scaffolding) akan mengambil banyak tanggung jawab untuk
pembelajaran siswa sendiri. Misalnya guru yang yang semula
memimpin kelompok-kelompok kecil siswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang dipelajari secara bertahap
mengalihkan tanggung jawab diskusi tersebut kepada siswa.

10
2.3. Bahasa Anak
1. Pengertian Bahasa
Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. Hurlock (1978:176) memaparkan “Bahasa
adalah bentuk komunikasi pikiran dan perasaan disimbolkan agar dapat
menyampaikan arti kepada orang lain. Hal yang mencakup bentuk
Bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa
isyarat, Bahasa tubuh, ekspresi wajah”. Santrock (2007:303)
mengemukakan bahwa “Language is a form of communication, whether
spontaneous, written, or signed, that is based on a system of
symbolic”.Lerner (dalam Itta, 2007:5) menyatakan bahwa “dasar utama
perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman
berkomunikasi yang kaya. Pengalaman yang kaya itu akan menunjang
faktor-faktor bahasa yang lain yaitu yang termasuk ke dalam
keterampilan berbahasa yang reseptif yaitu mendengarkan dan membaca,
sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang ekspresif”.
2. Fungsi Bahasa
Pada dasarnya fungsi paling utama dari bahasa adalah sebagai alat
untuk berkomunikasi. Suhartono (2005:7) fungsi bahasa untuk anak-anak
sebagai berikut.
a. Alat komunikasi dengan lingkungan terdekat
b. Alat mengembangkan kemampuan dasar anak.
c. Alat mengembangkan ekspresi.
Uraian dia atas, dapat peneliti jelaskan bahwa fungsi utama Bahasa
adalah sebagai alat komunikasi, dengan demikian dapatlah dipahami
betapa erat antara bahasa dan komunikasi dalam kehidupan.
3. Peranan Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran
Menurut John W Santrock (dalam Halida, 2010: 24) menerangkan
bahwa komunikasi, entah itu lisan atau tanda, yang didasarkan pada
system simbol. Penciptaan tidak terbatas adalah kemampuan untuk
memproduksi sejumlah kalimat tak terbatas yang bermakna dengan
menggunakan seperangkat kata dan aturan. Kualitas ini membuat Bahasa
merupakan kegiatan yang sangat kreatif. Suhartono (2005:12)
mengemukakan tiga peranan berbahasa berikut.
a. Bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar.

11
b. Bahasa sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan.
c. Bahasa sebagai alat pemersatu.
4. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Secara sepintas, pemerolehan bahasa untuk dapat berbicara terlihat
seperti mempelajari kata-kata. Pada kenyataannya, untuk dapat berbicara
dengan baik dan benar, adapun tahap perkembangan berbicara seperti
yang di paparkan oleh Dodge (dalam Halida, 2010: 37) yakni usia lima
tahun perkembangan bahasa anak semakin menunjukkan perkembangan
yang sangat signifikan. Anak dapat berkomunikasi seperti layaknya
orang dewasa. Permen Diknas No. 58 Tahun 2009 menerangkan tingkat
pencapaian perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun sebagai berikut.

Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun


Menerima bahasa Mengungkapkan Bahasa
a. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan.
b. Mengulang kalimat yang lebih kompleks.
c. Memahami aturan dalam suatu permainan.
Mengungkapkan Bahasa
a. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
b. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama
c. Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan
berhitung.
d. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-keterangan).
e. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada
orang lain.
f. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan

12
Berkaitan dengan perkembangan kemampuan bahasa anak Dhieni,
(2006: 57) menerangkan tahap perkembangan bahasa antara lain:
A. Tahap Pralinguistik:
Tahap pralinguistik umumnya dialami oleh anak berusia 0-1
tahun. Anak pada usia ini oleh para ahli dianggap belum dapat
berbahasa, walaupun mereka sudah dapat mengeluarkan bunyibunyi.
Maksudnya adalah anak belum dapat mengucapkan “Bahasa ucapan”
seperti ucapan oleh orang dewasa.
1. Tahap meraban pertama (0-6) bulan. Pada tahap ini selama
bulanbulan awal kehidupan, bayi dengan menangis, mend ekut,
mendenguk, menjerit, dan tertawa.
2. Tahap meraban kedua (6-12) bulan. Pada tahap ini anak mulai aktif
karena aspek fisik anak sudah jauh lebih baik seperti untuk mampu
melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat
benda.
B. Tahap Linguistik
Tahap linguistik umumnya dialami anak mulai umur 1- 5 tahun.
Anak sudah mulai dianggap dapat mengucapkan bahasa ucapan yang
menyerupai orang dewasa.
Para ahli pada tahap ini membagi ke dalam empat bagian.
a) Tahap holofrastik (tahap linguistik pertama 1-2 tahun). Tahap ini
adalah tahap di mana anak sudah mulai mengucapkan suku kata.
b) Ucapan-ucapan dua kata. Tahap linguistik kedua ini biasanya mulai
menjelang tahun ke dua. Komunikasi yang ia sampaikan adalah
bertanya dan meminta.
c) Pengembangan tata bahasa (2,5-5 tahun). Perkembangan bahasa
pada tahap ini bervariasi, hal ini bergantung pada
perkembanganperkembangan sebelumnya yang dialami anak.
d) Tata bahasa menjelang dewasa. Tahap perkembangan bahasa anak
yang ke empat ini biasaya dialami oleh anak yang sudah berumur
antara 5-10 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai menerapkan
struktur tata bahasa yang rumit. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tahap perkembangan kemampuan bahasa anak
berdasarkan bertambahnya usia, selain itu perkembangan
kemampuan berbahasa anak juga dipengaruhi oleh informasi yang
didapat melalui pancaindera.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dengan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa perkembangan


adalah pola perubahan bioologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai
sejak pembuahan dan selama rentang hidup. Sebagian perkembanga
menyertakan pertumbuhan, dan juga pada akhirnya menyertakan proses
kematian.

Proses Kognitif melibatkan perubahan dalam pemikiran, kecerdasan,


dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif membuat anak yang sedang
tumbuhdapat mengahafal puisi, mencari cara untuk memecahkan masalah
matematika, menghasilkan strategi kreatif, atau berbicara kalimat bermakna
yang berhubungan.

3.2. Saran

Apa yang kita mengerti dan pahami tentang Kognitif dan Bahasa
anak dalam Psikologi di dunia Pendidikan ini, sekiranya dapat kita
pratekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahsa kita ini tidak tercampur
dengan kata-kata asing dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
tulisam maupun bahasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku : Santrock, John W. 2017. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba


Humanika. Edisi 5-Buku 1

Anda mungkin juga menyukai