DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. BAIQ HANDAYANI
2. ICA MIFTAHULJANNAH
3. IKA WIDYA LESTARI
4. MIMIN HULTANIA SEPTIANA
MATARAM
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Diare
bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri
penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa
sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi
EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai
muntah dan badan sedikit demam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau
lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan
penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya
keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
1. Infeksi Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan
menyebabkan diare, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.
2. Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, virus
herpes simplex dan virus hepatitis.
3. Intoleransi Makanan
Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa ( gula dalam
susu)
4. Parasit
Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem
pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium.
5. Reaksi Obat
Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.
6. Penyakit Intestinal
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus
dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari,
yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam
kotoran.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi
bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan
sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam
tinggi.
D. Jenis-jenis Diare
1. Diare akut
Diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan
buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih
dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen
yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.
2. Diare bermasalah
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, engan alat rumah
tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedualergi protein susu sapi.
Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang da atau ketiga bar muncul
darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten
Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa
usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.
Agent infeksius yang menyababkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fekaloral
terutama karena :
Beberapa faktor yang dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman entero patogen perut
termasuk :
3. Vektor
Untuk menurunkan angka kejadian kematian akibat diare maka diperlukan upayaupaya pencegahan
sebagai berikut:
4. Memberikan ASI
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah
timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh
masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam
(LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila
terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan
untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat
menggantikan elektrolit yang ikut hilang bersama cairan.
Tabel 1. Takaran Pemberian Oralit
U m ur J umlah C air an
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali
Di bawah 1 thn
mencret
Di bawah 5 thn (anak
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
balita)
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali
Anak diatas 5 thn
mencret
Anak diatas 12 thn & 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali
dewasa mencret (1 gelas : 200 cc)
Sumber: www.dinkesjakarta.com
Karena penyebab Diare akut / diare mendadak tersering adalah Virus, maka tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka
pengobatan diare ini ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau
kurang cairan. Diare akut dapat disembuhkan hanya dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan
minuman / cairan yang cukup saja.Dalam hal ini yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk
menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan
obat seperti meny7umbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk
saluran tersebut.
BAB II
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI
A. Epidemiologi Diare
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun
pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam
surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat
dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama
bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%.
Sekitar 80% kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0- 11 bulan, dan
450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang, total episode diare
pada balita sekitar 1,4 milyar kali pertahun. dari jumlah tersebut total episode diare
pada bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali
pertahun.
Berdasarkan pada tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare yang terjadi di Sulawesi
Selatan menurut umur paling banyak terjadi pada usia > 5 tahun ini karena pada usia tersebut memiliki
imun yang rentan terhadap penyakit.Kematian akibat diare yang paling tinggi terjadi pada umur >5 tahun
yakni sebesar 29 orang, tingginya angka kematian pada usia demikian karena pada balita jumlah makanan
yang dikonsumsi bertambah banyak berupa PMT dan aktivitas bermain anak yang dapat menyebabkan
imunitas tubuh rendah.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2005 di
Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5 tahun sebesar 100.347 kasus
sedangkan kematian yang paling banyak terjadi berada pada usia <1 tahun yakni sebanyak 25 kematian.
Berdasarkan tempat maka distribusi penyakit diare di Indonesia banyak ditemukan di propinsi Nusa
Tenggara Timur dengan CFR 1,28%.
Tabel 4. KLB Diare Per Propinsi Tahun 2005
Sumber: Profil PP & PL 2005
Berdasarkan pada tabel diatas bahwa KLB diare yang palin tinggi yang paling
besar terjadi pada daerah NTT dengan CFR sebesar 1,28%. Hali ini di sebabakan tingkat sanitasi
masyarakat yang msih rendah, dimana pada daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga
aktivitas mereka terbatasi dengan minimnya persediaan air.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa cakupan penemuan
penderita diare lebih banyak terdapat di daerah Palopo sebesar 146,74%. Hal ini karena petugas kesehatan
yang aktiv untuk menurunkan angka kejadia diare.
Berdasarkan waktu maka distribusi penyakit diare di Indonesia sering ditemukan pada musim
pancaroba (perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau), sedangkan trend kejadian penyakit diare
terjadi pada tahun 2000 yakni sebanyak 4.771.340 penderita.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penderita diare yang terbanyak
dalam 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2005, sedangkan jumlah penderita yang meninggal yakni pada
tahun 2003 sebesar 73 orang.
Angka kesakitan Diare tahun 2000 (survei oleh Subdit Diare, Ditjen PPM-PL) adalah 301 per 1.000
penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada tahun
2003 angka kesakitan Diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per
tahun. Cakupan penderita Diare yang dilayani dan dilaporkan selama lima tahun terakhir cenderung
menurun.Sementara itu jumlah penderita diare yang dapat dihimpun melalui laporan Survei Subdit Diare,
Ditjen PPM-PL cakupan
penderita Diare dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi
yakni pada tahun 2000 sebesar 4.771.340 penderita, sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling
rendah yakni pada tahun 2004 sebesar 596.050 penderita.
PEMBAHASAN
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang.
Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4
milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah
umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di Indonesia, diare masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan
banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan
propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000
penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk
pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001 . Sedangkan berdasarkan profil
kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di7
Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB)
penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, danCase
Fatality Rate (CFR) 2,92%. Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi
lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari
bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia . Banyak faktor risiko yang diduga
menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB),
sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir
menunjukkan bahwa kualitas air minum yang
buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya
kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya
pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di
perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75
kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas.
Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia
atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia
dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya
18 persen penduduk yang
memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang memadai .
Di bidang akademis, banyak penelitian mengenai diare yang telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen dan
peneliti dalam dua dekade belakangan ini. Setelah dilakukan survei
pendahuluan, hasil di lapangan menunjukkan bahwa penelitian diare terbagi menjadi dua hal
yaitu penelitian faktor risiko penyebab diare dan penelitian upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit diare. Selama ini banyak penelitian mengenai faktorfaktor risiko yang menimbulkan diare namun belum ada
penelitian yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang menimbulkan diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Diare merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, sehingga jumlah
penelitian tentang diare cukup banyak. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis kuantitatif,
untuk melihat topik diare khususnya faktor risiko diare secara
bersamaan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti-peneliti dari FKM UI.
BAB IV
PENUTUP
A.Simpulan
bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa Diare adalah
penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang
disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare.
WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan
masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan
angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000
penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian
bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%.
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah
B.Saran
Perlu dilakukan intervensi terhadap factor lingkungan untuk menurunkan angka kejadian diare di
Indonesia dengan membangun sarana air bersih dan sanitasi dalam Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat.
Berdasarkan data-data tersebut maka dianggap perlu untuk membahas mengenai
persoalan penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi ke dua kematian anak, sehingga semua
pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi peningkatan
kualitas anak.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito , Wiku. 2007. FAKTOR RISIKO DIARE PADA BAYI DAN BALITA DI INDONESIA: SYSTEMATIC
REVIEW PENELITIAN AKADEMIK BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT .Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Amiruddin, Ridwan, dkk. 2007 . CURRENT ISSUE KEMATIAN ANAK ( PENYAKIT DIARE ). Fakultas Kesehatan
Masyarakat Jurusan Epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar
Zein , Umar , Khalid Huda Sagala, Josia Ginting . 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri .
Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara