A. Permasalahan
No Perkembangan Kondisi lapangan Kondisi ideal
1. Kognitif Di sekolah PAUD Dalam standar
- Mengenal konsep Terpadu Negeri perkembangan anak pada
bilangan Pertiwi martapura perkembangan kognitif
(pengurangan dan kelas B anak didik khususnya matematika
penjumlahan dasar ) sudah menguasai dasar (depdiknas, 2007)
konsep bilangan mulai diantaranya :
dari menghitung 1-20, 1. Anak mampu
lalu mengenal menyebutkan
lambang bilangan, bilangan 1-20
mengurutkan bilangan 2. Mengenal lambang
tetapi anak di kelas B bilangan
paud terpadu negeri 3. Menghubungkan
pertiwi martapura konsep bilangan
masih belum dengan lambang
sepenuhnya mampu bilangan
memahami konsep 4. Membuat urutan
penjumlahan dan bilangan dengan
pengurangan. sekitar benda-benda
40% anak didik masih 5. Membedakan dan
belum memahaminya membuat dua
dan faktor yang kumpulan benda yang
mempengaruhi hal sama jumlahnya, yang
tersebut, yaitu : tidak sama, lebih
- Faktor perubahan sedikit dan lebih
dari pembelajaran banyak.
online ke tatap 6. Menyebutkan hasil
muka pengurangan dan
- Faktor penggunaan penjumlahan dengan
media dan variasi benda
pembelajaran
yang monoton
B. Akibat
Dari permasalahan di atas jika tidak di tangani dengan baik akan memiliki
dampak kedepannya karena belajar menghitung dalam konsep penjumlahan
dan pengurangan dasar ini akan berpengaruh pada pembelajaran anak
kedepannya atau pada tingkat selanjutnya. Apabila kognitif anak tidak
dikembangkan, maka fungsi pikir tidak dapat digunakan dengan cepat dan
tepat untuk mengatasi situasi dalam rangka memecahkan masalah. Lingkup
perkembangan kognitif meliputi pengetahuan umum dan sains, konsep
bentuk, warna, ukuran, konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf.
Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini dengan cara bermain untuk itu
pembelajaran kognitif dapat dilakukan dengan metode permainan dengan
bermain anak akan merasa senang dalam belajar, tidak ada unsur paksaan dari
orang lain sehingga mudah menerima suatu pembelajaran yang disampaikan
oleh guru di PAUD.
C. Solusi
PROPOSAL
NURSYIFA
NIM 1810126220013
Pendidikan merupakan salah satu hak untuk setiap warga negara salah
satunya yaitu pendidikan anak usia dini yang mana pendidikkan ini
mengembangkan potensi yang di miliki oleh setiap anak sejak usia dini.
Berdasarkan berbagai penelitian bahwa pada anak usia dini merupakan pondasi
terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan bahkan pendidikkan
anak usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar seorang anak dalam
menerima proses-proses pendidikkan di jenjang selanjutnya.
Menurut khadijah ( 4 : 2015 ) PAUD adalah investasi besar bagi keluarga dan
juga bangsa. Sebab anak adalah generasi penerus keluarga dan bangsa. alangkah
bahagianya keluarga yang melihat anak-anaknya berhasil baik dalam bidang
pendidikan, keluarga maupun masyarakat. PAUD merupakan lembaga yang
memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini pada rentangan usia 4-6
tahun. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, PAUD memiliki peran yang
cukup besar dalam proses optimalisasi kemampuan anak berikut juga dengan hal-
hal penanaman nilai-nilai pada anak.
Berdasarkan latar belakang yang ada, peneliti tertarik untuk memecahkan masalah
dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul
“MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL
KONSEP DASAR BILANGAN MENGGUNAKAN MODEL SERU
KELOMPOK B DI PAUD TERPADU NEGERI PERTIWI MARTAPURA ”
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, peneliti
dapat memfokuskan apa saja yang akan menjadi rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran mengembangkan
kognitif anak dalam mengenal konsep dasar bilangan menggunakan model
seru kelompok b di paud terpadu negeri pertiwi martapura?
2. Bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran pada materi
mengenal konsep dasar bilangan penjumlahan dan pengurangan
menggunakan model seru kelompok b di paud terpadu negeri pertiwi
martapura?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif Dalam Pembelajaran mengenal
konsep bilangan pada penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan
model seru kelompok b di paud terpadu negeri pertiwi martapura?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran dalam
Mengembangkan Kognitif Anak Dalam Konsep dasar bilangan
Penjumlahan Dan Pengurangan Menggunakan model seru kelompok b di
paud terpadu negeri pertiwi martapura
2. Mendeskripsikan aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran pada
materi mengenal Konsep dasar bilangan penjumlahan dan pengurangan
dasar Menggunakan model seru kelompok b di paud terpadu negeri
pertiwi martapura
3. Menganalisis hasil Perkembangan Kemampuan kognitif pada
pembelajaran mengenal Konsep bilangan dasar Penjumlahan Dan
Pengurangan Menggunakan model seru kelompok b di paud terpadu
negeri pertiwi martapura
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Anak Usia Dini
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara-cara lainnya
yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Tidak dapat dipungkiri
bahwa pendidikan merupakan masalah yang sangat esensi bagi
manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh
pengetahuan sehingga dapat mengenali dan menggali potensi- potensi
yang dimilikinya secara optimal. Pendidikan harus diberikan sejak
dini, ada juga yang mengatakan bahwa pendidikan diberikan mulai
sejak lahir bahkan sebelum lahir (prenatal).
Anak pada usia dini merupakan masa golden age. Golden age
adalah tahap perkembangan dan pertumbuhan emas yang terjadi di
masa-masa awal kehidupan seorang anak yang terlahir di dunia. Masa
golden age ini merupakan masa penentu keberhasilan di kehidupannya
kelak. Apabila anak melewati masa golden age dengan baik maka
anak akan memiliki keuntungan besar pada masa yang akan datang.
Agar masa ini dapat di jalani dengan baik oleh seiap anak maka perlu
diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak dini. Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) merupakan tempat yang tepat dibutuhkan
anak untuk mendahdapi masa depannya, karena PAUD akan
memberikan persiapan untuk anak menghadapi masa yang akan
datang.
Sejalan dengan pengertian anak usia dini Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan pada anak usia lahir sampai
usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut
[ CITATION Lis17 \l 1033 ]. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 ayat 1
menyebutkan Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6
tahun yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak mempunyai kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Dalam Rozalena dan Kristiawan [CITATION
Roz171 \n \t \l 1033 ] menyebutkan bahwa PAUD berfungsi untuk
membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki anak pada usia dini secara optimal sehingga terbentuk
perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya
agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini terdapat enam lingkup perkembangan yang harus
dikembangkan pada anak usia dini yaitu Nilai Agama dan Moral,
Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional, dan Seni. Semua
lingkup perkembangan ini perlu diperhatikan dan diberi rangsangan
yang baik. Pendidikan anak usia dini harus menjadi lonjakan awal
dalam pertumbuhan seseorang ketika dewasa. Anak Usia Dini harus
mempunyai hak untuk dibesarkan serta dikembangkan baik dalam hal
fisik maupun rohani seorang anak (Rizqina dan Suratman, 2020).
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu proses pembinaan
tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara
menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan
memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral
dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Upaya yang
dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan,
pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk
mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Dengan demikian, PAUD
didiskripsikan sebagai berikut:
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya
untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian
kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan
dan keterampilan pada anak;
2. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan
kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap prilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi;
3. PAUD harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan
anak usia dini itu sendiri [ CITATION Muh17 \l 1033 ].
2. Karakteristik Anak Usia Dini
Masa Anak Usia Dini atau masa kakak - kanak sering disebut
dengan istilah The Golden Age, yakni masa keemasan, dimana segala
kelebihan atau keistimewaan yang dimilki pada masa ini tidak akan
dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa ini sering
disebut sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya [ CITATION
Uce17 \l 1033 ]. Perkembangan anak pada masa ini tidaklah sama
karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda
[ CITATION Nur15 \l 1033 ].
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan
mendasar sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting
yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode
akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri
masa usia dini adalah periode keemasan. Banyak konsep dan fakta
yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa
usia dini, yaitu masa semua potensi anak berkembang paling cepat.
Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah
masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, asa bermain,
dan masa membangkang tahap awal [ CITATION Dad14 \l 1033 ] .
Namun, di sisi lain anak usia dini berada pada masa kritis, yaitu masa
keemasan anak tidak akan dapat diulang kembali pada masa-masa
berikutnya, jika potensi-potensinya tidak distimulasi secara optimal
dan maksimal pada usia dini tersebut. Dampak dari tidak
terstimulasinya berbagai potensi saat usia emas, akan menghambat
tahap perkembangan anak berikutnya. Jadi, usia emas hanya sekali
dan tidak dapat diulang lagi.
Anak usia dini adalah anak kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Anak usia
dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
adalah usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Anak usia dini
merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik
tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi
seluruh aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas
perkembangan selanjutnya. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi fisik yang
berlangsunng secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan
waktu tertentu. Perkembangan merupakan proses pendewasaan
seorang individu yang terjadi secara berkesinambungan dalam
kehidupan seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara
berurutan, mencakup masa bayi, masa kanak-kanak, masa sekolah,
masa remaja, masa pubertas dan terakhir masa dewasa [ CITATION
Soe05 \l 1033 ]
Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu, karakteristik yang
unik, dan berada pada suatu proses perkembangan yang sangat pesat
dan fundamental bagi kehidupan berikutnya. Selama ini orang dewasa
mengidentikkan anak usia dini sebagai orang dewasa mini, masih
polos dan belum bisa berbuat apa-apa karena belum mampu berpikir.
Pandangan ini berdampak pada pola perlakuan yang diberikan pada
anak, antara lain sering memperlakukan anak sebagaimana orang
dewasa. Saat mendidik atau membimbing anak dipaksa mengikuti
pola pikir dan aturan orang dewasa. Namun, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyaknya studi tentang anak
usia dini, orang dewasa semakin memahami bahwa anak usia dini
bukanlah orang dewasa mini, dan berbeda dengan orang dewasa
[ CITATION Dad14 \l 1033 ].
3. Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 halaman 6 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14 Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Nur Cholimah (2008),
mengemukakan bahwa PAUD adalah usaha sadar dalam memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui penyediaan
pengalaman dan stimulasi bersifat mengembangkan secara terpadu dan
menyeluruh agar anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan
optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Mursid
(2015: 46) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan lingkungan seperti bina keluarga
balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal
dengan satuan PAUD sejenis (SPS). (Arifudin, 2021 : 1)
Beberapa pendapat para ahli mengenai hakikat pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya yang dilakukan oleh lembaga satuan
pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak yang mengadakan
program pendidikan usia 4-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan untuk mengoptimalkan berbagai aspek 21 perkembangan
anak yaitu aspek nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, social-
emosional, fisik-motorik dan seni.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alamiah yang
terjadi dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, dua
kata tersebut (pertumbuhan dan perkembangan) selalu digunakan
bersamaan untuk menunjukkan adanya sebuah perubahan, yang
terkadang menyebabkan keambiguan makna. Sederhananya,
pertumbuhan lebih menitik beratkan kepada perubahan fisik yang
bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan lebih bersifat kualitatif,
yang berarti serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman. Lebih jauh lagi, perkembangan
juga berarti perubahan mental yang secara bertahap dan membutuhkan
waktu. Dimulai dari kemampuan yang sederhana, menjadi kemampuan
yang lebih rumit dan kompleks, seperti tingkah laku, sikap,
kecerdasan, dan sebagainya (Busthomi, 2012:20 dalam Mulyani,
2017:130).
Sedangkan menurut Jamaris, perkembangan merupakan suatu
proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan
menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, lanjut
Jamaris, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu, maka
perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan
(Yuliani Sudjiono, 2009 dalam Mulyani, 2017:130). Aspek-aspek
perkembangan dasar anak usia dini:
a. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya
(Mansur, 2011:34). Menurut Berk, perkembangan kognitif adalah
kapasitas intelektual yang dimiliki oleh seorang anak dan
bagaimana kapasitas tersebut berkembang sampai mereka dewasa
kelak (Berk: 2005). Sementara itu, dengan bahasa yang sederhana,
Aliah menjelaskan bahwa, perkembangan kognitif merupakan
perubahan kemampuan berpikir atau intelektual (Aliah, 2006:137).
b. Perkembangan Psikomotorik
Mulai anak membuka mata di pagi hari sampai ia menutup mata
di malam hari, semua aktivitasnya dilakukan dengan bergerak, baik
itu dengan berjalan, berlari, berjingkrak, melompat, dan lainnya.
Bergerak aktif kian kemari, adalah aktivitas alami anak-anak, dan
itu adalah hal yang lumrah. Justru ketika kita menemui anak yang
diam, maka kita akan berpikir “negatif” tentangnya, apakah dia
sedang sakit, sedih, atau yang lainnya. Dengan demikian, bisa
dikatakan bahwa gerakan aktif anak dalam kesehariannya adalah
simbol atau tanda mereka ada dalam keadaan baik-baik saja
(Mulyani, 2015).
c. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional
Emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri
seseorang, baik bersifat positif ataupun negatif (Rahman, 2002).
Sedangkan dalam pengertian yang sederhana, Lawrence E. Shapiro
menjelaskan, emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Karena yang
sifatnya psikis atau kejiwaan, lanjut Lawrence, maka emosi hanya
dapat dikaji melalui letupan-letupan emosional atau gejala-gejala
dan fenomena-fenomena. Seperti kondisi sedih, gembira, gelisah,
benci, dan lain sebagainya (Suyadi, 2010)
Selanjutnya Gottman dan De Claire (dalam Putra dan Dwilestari,
2012:50) menambahkan bahwa anak-anak yang mempunyai
keterampilan emosional mampu mengatur keadaan emosi, lebih
terampil menenangkan diri sendiri bila marah, lebih terampil untuk
memusatkan diri, berhubungan dengan lebih baik dengan orang
lain, dan lebih cakap memahami orang lain. Perkembangan sosial
adalah suatu proses yang muncul di mana anak-anak belajar
tentang diri dan orang lain, serta tentang membangun dan merawat
pertemanan (Ramadina, 2021).
d. Perkembangan Bahasa
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri dan selalu membutuhkan orang lain
dalam kesehariannya. Dengan demikian, kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang mutlak harus
dikuasai. Tanpa adanya komunikasi, sulit bagi manusia untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Begitu
pentingnya kemampuan berkomunikasi dalam hidup manusia,
maka sudah seyogianya hal tersebut diperhatikan dalam
pembelajaran anak usia dini. Morisson (2012) menjelaskan bahwa
komunikasi sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan berbahasa
seseorang. Sementara itu, tingkat kemampuan berbahasa seseorang
sangat dipengaruhi oleh seringnya kata-kata diucapkan kepada
anak sejak dini secara berulang-ulang yang selalu didengar dari
lingkungannya. Dengan demikian untuk pengembangan bahasa
anak usia dini, dibutuhkan kegiatan-kegiatan untuk melatih
keterampilan berbahasa dan menambah perbendaharaan kata anak
(Mulyani, 2017:133-141).
4. Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran menurut Surya (2007:7), ialah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan
perilaku dalam diri individu (Susanto, 2017:116).
Konsep belajar bagi anak usia dini adalah belajar melalui bermain,
menempatkan anak sebagai subjek, sedangkan orang tua atau guru
menjadi fasilitator. Dalam konsep ini, anak akan memiliki kebebasan
untuk mengekspresikan imajinasi, dan kreativitas berpikirnya;
merangsang daya cipta dan berpikir kritis. Apabila dua hal ini
terbangun anak akan menjadi orang yang percaya diri dan mandiri.
Model belajar anak bukan menghafal, melainkan menganalisis.
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) didesain untuk
memungkinkan anak bermain. Setiap kegiatan harus mencerminkan
jiwa bermain, yaitu senang, merdeka, dan demokratis. Setiap
permainan yang diberikan harus diberi muatan pendidikan sehingga
anak dapat belajar (Susanto, 2017:117). Jadi konsep pembelajaran
anak usia dini adalah dalam proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan melalui bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
yang menumbuhkan kesenangan bagi anak untuk membantu anak
kearah perubahan tumbuh kembang anak yang lebih baik lagi sesuai
dengan tingkat capaian perkembangan anak.
5. Perkembangan Kognitif
a. Pengertian perkembangan kognitif
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980,
adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia
merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun
berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran
structural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliaran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
pandangannya tentang intelegensi yang berkembang melalui
serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh
perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat
dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa anak membangun
kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di
sekitarnya. Dalam hal ini, anak disamakan dengan peneliti yang
selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia disekitarnya,
melalui interaksinya dengan lingkungan disekitarnya.
1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri
yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang
turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau diluar diri anak
yang meliputi lingkungan dan pengalaman berinteraksi anak
tersebut dengan lingkungannya.
Masalah
Pembelajaran monoton
Anak belum mampu menjumlah
dan mengurang dasaar dengan
benda
Dampak Penyebab
Berpengaruh pada kegiatan
Perubahan pembelajaran
akademis
daring ketatap muka
Berpengaruh pada
Penggunaan media dan
kemampuan berhitung
variasi pemeblajaran
anak
yangmonoton
Solusi
menggunakan Kombinasi Model Demonstrasi,
Problem Solving Dan Make A Match Dalam
Pengenalan Konsep Penjumlahana Dan pengurangan
Dasar Anak Usia Dini dengan menggunakan benda
konkret.
Hasil
Berkembangnya aspek kognitif
anak dalam menjumlah dan
mengurang serta pembelajaran
Skema
berjalan dengan menyenangkan
Muhibbin Syah .2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Edisi
Uce, L. (2017). The Golden Age : Masa Efektif Merancang Kualitas Anak.
Bunayya: Junal Pendidikan Anak, 1(2), 77-92.
Wekke, I. S. (2019). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gawe Buku.
WS. Winkel. Psikologi Pengajaran. 2006. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.