Anda di halaman 1dari 53

Nama : Suci Suherni

NIM : 433131420120127

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE INFARK

1. Pengertian

Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah defisit

neurologis yang terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otak yang

dapat berakibat kerusakan dan kematian sel-sel otak (Bararah dan

Jauhar,2013)

Stroke infark sesuai namanya disebabkan oleh penyumbatan

pembuluh darah otak ( stroke non perdarahan= infark). Otak dapat

berfungsi dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancar

dan tidak mengalami hambatan. Namun jika persediaan oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh sel-sel dan plasma terhalang oleh suatu

bekuan darah atau terjadi trombosis pada dinding arteri yang

mensuplai otak maka akan terjadi strokemiskemik yang dapat

berakibat kematian jaringan otak yang di suplai. (Junaidi, 2011)

2. Anatomi fisiologi SistemPersarafan

Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun

membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf

pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis. Sedangkan sistem

saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf di luar sistem saraf pusat

yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat (Irianto, 2012).

a. Sistem Syaraf Pusat(SSP)

Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis

(Irianto, 2012)
b. Sistem SarafPerifer

1) Sistem SarafSomatik

Sistem saraf Somatik terdiri dari 12 pasang Saraf Kranial

dan 31 pasang Saraf Spinal.

a) SarafKranial

b) SarafSpinal

2) Sistem SarafOtonom

Kontraksi otot-otot yang berada di luar kesadaran seperti

otot jantung, sekresi semua digestif, kelenjar keringat, dan

aktifitas organ-organ endokrin, dikontrol sebagian besar

oleh komponen sistem persarafan yang dikenal sebagai

sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom dibagi menjadi

2 yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Batticaca,

2011).

3. Patofisiologi

Patofisiologis menurut Muttaqin, (2011) :

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area

tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti

lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi

kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang

tersumbat.

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)

pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme

vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan

paru dan jantung)..


Karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi

perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embolus

menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi

infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan

terjadi abses ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh

darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh

darah. Hal ini menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma

pecah atau ruptur.

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur

arteriosklerosis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebri yang sangat luas akan menyebabkan kematian

dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskular, karena

perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan

tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan

herniasi otak pada falks serebri atau lewat foramenmagnum.

4. Etiologi
Menurut Muttaqin, 2011 dan Batticaca, 2011, penyebab Stroke infark :

a. Trombosisserebri

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat

menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.

1) Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh

darah.

2) Hiperkoagulasi padapolisitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.


3) Arteritis (radang padaarteri)

b. Emboli

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli

berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat

sistem arteriserebri.

c. Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum

adalah:

1) Hipertensi yangparah

2) Henti jantungparu

3) Curah jantung turun akibataritmia.

d. Hipoksia lokal

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia

setempat adalah:

1) Spasme arteri serebri yang disertai perdarahansubarakhnoid

2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepalamigren.

Menurut Junaidi (2011), faktor-faktor resiko stroke

infark,diantaranya :

a) Faktor resiko internal, yang tidak dapat dirubah:

1) Usia

2) Ras/sukubangsa

3) Jeniskelamin

4) Riwayatkeluarga
b) Faktor risiko eksternal yang dapat dirubah:

1) Hipertensi

2) Diabetes Militus/KencingManis

3) Serangan lumpuhsementara

4) Fibrilasi atrialjantung

5) Pascastroke. Mereka yang pernah terserangstroke

6) Abnormalitas lemak:lipoprotein

7) Fibrinogen tinggi dan perubahan hemoreologikallain

8) Perokok (utamanya rokoksigaret)

9) Peminumalkohol

10) Hiperhomocysteinemia

11) Infeksi virus danbakteri

12) Obat-obatan (misalnya : obat kontasepsi oral/pilKB)

13) Obesitas/kegemukan

14) Kurang aktifitasfisik

15) Hiperkolesterolemia

16) Stres fisik danmental


7

5. Pathway
Faktor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis Katup jantung rusak, miokard infark, fibrilasi, endokarditis

Trombosis Serebral Penyumbatan Pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara

Emboli Serebral
Pembuluh darah oklusi

Iskemik jaringan otak


Stroke (cerebrovascular accident)
Edema dan kongesti jaringan sekitar

Defisit neuorologis

Kerusakan terjadi pada lobus frontalbatuk


Kemampuan kapasitas, memori,
menurun, atau
kurang fungsi
Disfungsi
mobilitas
kandung
fisik,kemih
dan Produksi
dan saluran pencernaan
Infrark serebral
Kehilangan kontrol volunter
Peningkatan TIK

Herniasi Kerusakan
Hemiplegia falks serebi fungsi
dan dan ke kognitif dan
hemiparesis foramen Gangguan eliminasi urine
efek Bersihan jalan nafas tidak efektif
magnum psikologis

Resiko perfusi cerebral tidak efektif Kompresi

Disartria, disfasia/ afasta, Disfungsi bahasa dan komunik


aparaksi
Lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, frustasi; labilitas emosional, bermusuhan, dendam, dan kurang kerjasama;
GangguanDepresi saraf kardiovaskular dan pernapasan
mobilitas fisik

Koma

Intrake nutrisi Kegagalan


Kelemahan fisik umum kardiovas- kular dan pernapasa Gangguan komunikasi verbal
tidak ade kuat

Defisi nutris Defisit perawatan


diri Kematian
Disfungsi Persepsi visual spasial dan kehilangan, sensorik

Penurunan tingkat kesadaran Gambar 2.7 Pathway, sumber : Muttaqin, 2011

Resiko gangguan
Penekanan kerusakan intergritas
jaringan kulit/jaringan
setempat
6. Tanda danGejala

Menurut Tarwoto, Wartonan dan Suryati (2013) dan Junaidi (2011)

tanda dan gejala stroke infark :

a. Kelumpuhan atau kelemahan wajah atau anggota badan sebelah

(hemiperesis) yang timbul secaramendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggotabadan

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau

koma)

d. Afasia (kesulitan dalambicara)

e. Disatria ( bicara cadel ataupelo)

f. Gangguan penglihatan,diplopia

g. Ataksia

h. Verigo, mual, muntah dan nyerikepala

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Muttaqin (2011) pemeriksaan penunjang pada pasien stroke

infark adalah :

a. Pemeriksaan Diagnostik

1) Angiografiserebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

2) Lumbalfungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada

cairan lumbal menunjukan adanya hemoragik pada

subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan

jumlah protein menunjukan adanya prosesinflamasi.


3) CTScan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia,

serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanyadi

Dapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel,

atau menyebar ke permukaan otak.

4) Magnetic Imaging Resonance(MRI)

Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk

menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan

otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang

mengalami lesi dan infark akibat darihemoragik.

5) USGDoppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

sistem karotis).

6) EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul

dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya

impuls listrik dalam jaringan otak.

b. Pemeriksaan Lab

1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor yang merah biasanya

dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan

yang kecil biasanya warna liquor masih normal (xantokhrom)

sewaktu hari-haripertama.

2) Pemeriksaan darahrutin

3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250mg dalam

serum dan kemudian berangsur-angsur turunkembali.

4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada

darah itusendiri.
8. PenatalaksanaanMedis

Menurut Muttaqin (2011) untuk mengobati keadaan akut perlu

diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut :

a. Medis

1) Berusaha menstabilkan TTV dengan:

a) Mempertahankan saluran nafas yang paten, yaitu sering

lakukan pengisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu

lakukan trakeostomi, membantupernafasan

b) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien,

termasuk usaha memperbaiki hipotensi danhipertensi.

2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmiajantung

3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai

kateter.

4) Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan

secepat mungkin. Posisi klien harus diubah tiap 2 jam dan

dilakukan latihan latihan gerakanpasif.

b. Pengobatan Konservatif:

1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri(ADS)

2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin

intraarterial.

3) Medikasi antitrombosit. Antiagregasi trombosis sepertiaspirin

4) Antikoagulasi dapat di resepkan untuk mencegah terjadinya

atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempatlain

dalam sistemkardiovaskular
c. PenatalaksanaanKeperawatan

Dalam merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis

seperti mengkaji status pernafasan, mengobservasi tanda-tanda

vital, memantau fungsi usus dan kandung kemih, melakukan

kateterisasi kandung kemih, dan mempertahankan tirah baring

( Muttaqin,2011).

9. Komplikasi

Menurut Muttaqin (2011).

Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi,

komplikasi ini dapat di kelompokan berdasarkan :

a. Dalam hal imobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri tekan, konstipasi,

dantroboflebitis

b. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,

deformitas, danterjatuh

c. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakitkepala

d. Hidrosefalus
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian/ DataFokus

Menurut Muttaqin (2011), hal yang perlu dikaji pada pasien dengan

gangguan sistem Persyarafan akibat stroke infark adalah :

a. Anamnesis

1) Identitas

Identitas klien meliputi, nama, usia (kebanyakan terjadi

pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk

rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis

(Muttaqin,2011).

2) Keluhanutama

Yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan

kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah

badan, bicara pelo, tidak dapat berkomuniaksi, dan

penurunan tingkat kesadaran (Muttaqin, 2011).

3) Riwayat penyakit saatini

Serangan stroke infark sering kali berlangsung sangat

mendadak pada sat klien sedang melakukan aktivitas.

Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan

kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan

separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat

kesadaran dalam hal perubahan di dalam intrakranial.

Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai

perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak

responsif, dan koma (Muttaqin,2011).


4) Riwayat penyakitdahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma

kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat

antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan

kegemukan.

5) Riwayat penyakitkeluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,

diabetes militus atau adanya riwayat stroke dari generasi

terdahulu (Muttaqin, 2011).

6) Pengkajianpsiko-sosio-spiritual

7) Pemeriksaanfisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kelainan

dari fungsi neurologi. Pemeriksaan fisik yang lengkap

meliputi : tanda vital, status mental, pemeriksaan kepela,

leher dan punggung, saraf kranial, saraf sensorik, saraf

motorik, refleks dan sistem saraf otonom (Robinson &

Saputra,2014).

a) TingkatKesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran secara

kuantitatif dapat digunakan skala koma glasglow

( Glasgow Coma Scale ) dengan memperhatikan

respon membuka mata, respon verbal dan respon

motorik.
Tabel 2.1 Nilai glasgow coma Scale

NO NILAI
GCS

1. Membuka mata
a. Spontan 4
b. Denganperintah 3
c. Dengan rangsangnyeri 2
d. Tidakberespons 1

2. Respon motorik
a. Menurutperintah 6
b. Mengetahui lokasinyeri 5
c. Reaksi menghindarnyeri 4
d. Fleksi abnormal 3
(dekortikasi)
e. Ekstensi abnormal 2
(deserebrasi)
f. Tidakberespons 1

3. Repon verbal
a. Orientasipenuh 5
b. Bingung 4
c. Kata-kata sulit dimengerti 3
d. Suara tidakjelas 2
e. Tidakberespon 1

Sumber : Tarwoto, Wartonah, dan Suryati (2013)

Tabel 2.2 Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran Keterangan

1. Composmentis Sadar akan dirinya dan

lingkungannya, orientasi

penuh, dapat menjawab

pertanyaan denganbenar.
2. Apatis Keadaan pasien yang

segan untuk berhubungan

dengan keadaan sekitar,

sikap acuh tak acuh

3. Latergi Keadaan kesadaran

pasien yang nampak lesu

dan mengantuk

4. Delirium Penurunan kesadaran

disertai peningkatan yang

abnormal aktivitas

psikomotor pasien nampak

gaduh gelisah, meronta-

ronta, disorientasi

5. Somnolen Keadaan kesadaran

pasien yang selalu mau

tidur saja, dapat

dibangunkan dengan

rangsang nyeri namun

jatuh tidur kembali

6. Sopor Keadaan pasien yang

mirip koma, berbaring

dengan mata tertutup,

tidak dapat dibangunkan

kecuali dengan rangsang

nyeri.
7. Koma Keadaan kesadaran yang

hilang sama sekali dengan

rangsang apapun tidak

akan timbul.

Sumber : Tarwoto, Wartonah, dan Suryati (2013)

b) Kepala dan wajah

Inspeksi mengenai ukuran, kesimetrisan dan

kelainan kepala. Adanya lesi pada kepala, palpasi

tulang tengkorak untuk mendeteksi adanya massa

dan abnormal. Ada tidaknya nyeri tekan pada era

kepala, kaji adanya kehilangan pada sensasi

wajah, adanya kelemahan pada otot wajah

(Tarwoto, Wartonah, dan Suryati,2013).

c) Mata

Bentuk mata simestris atau tidak, inspeksi reaksi

pupil, kaji refleks kornea, tes ketajaman

penglihatan, pandangan ganda atau tidak, tes

lapang pandang, pemeriksaan saraf kranial ke II

Optikus, saraf kranial ke III Occulomotor, saraf

kranial ke IV Trochlear, saraf kranial ke VI

Abducens (Tarwoto, Wartonah, dan Suryati,2013).

d) Hidung

Bentuk simetris atau tidak, ada tidaknya edema,

kelembapan mukosa hidung, ada tidaknya

inflamasi, tes penciuman baik atau tidak, ada

tidaknya nyeri tekan pada area hidung, palpasi

sinus, pemeriksaan saraf kranial ke I Olfaktorius

(Tarwoto, Wartonah, dan Suryati,2013).


e) Telinga

Bentuk telinga simetrsi atau tidak, posisi telinga,

ada tidaknya lesi, terdapat serumen atau tidak, tes

ketajaman pendengaran, terdapat kelainan

pendengaran atau tidak, palpasi sepanjang pinna

ada tidaknya nyeri tekan, pemeriksaan saraf kranial

ke VIII vestibulococlearis (Tarwoto, Wartonah, dan

Suryati, 2013).

f) Mulut

Bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, ada

tidaknya sianosis, ada tidaknya kelainan bentuk

bibir, ada tidaknya peradangan pada mukosa

mulut, inspeksi lidah simetris atau tidak, inspeksi

pergerakan lidah dan kekakuan lidah, kaji refleks

muntah/gag, tes indra perasa dan kaji kemampuan

menelan, pemeriksaan saraf kranial ke V

Trigeminal, saraf kranial ke X Vagus, saraf kranial

IX glosoparingeal, saraf kranial ke XIIHypoglosus.

g) Leher danpunggung

Kaji adanya perubahan bentuk punggung seperti

(kifosis, lordosis, scoliosis), pemeriksaan jugular,

venous pressure (JVP), palpasi otot leher untuk

mengidentifikasi adanya massa, lakukan gerakan

leher dengan gerakan ROM aktif dan pasif.

h) Paru danjantung

Bentuk dada simetris atau tidak, kaji pergerakan

dinding dada, vokal premitus simetris atau tidak,

perkusi paru, auskultasi bunyi paru, terdapat bunyi

tambahan atau tidak. Inspeksi denyut jantung pada

ictus cordis, palpasi ictus cordis teraba tanpa


Getaran atau tidak, perkusi jantung, auskultasi

bunyi jantung S1 dan S2, ada tidaknya bunyi

jantung tambahan sepertimur-mur.

i) Abdomen

Kaji bentuk abdomen, kaji warna kulit abdomen,

kaji umbilikus, ada tidaknya pembesaran organ,

auskultasi bising usus, perkusi abdomen timpani,

palpasi organ ada tidaknya nyeri tekan pada hati,

limpa, ada tidaknya nyeri tekan pada ginjal, ada

tidaknya distensiabdomen.

j) Genetalia/ Rectum/Anus

Kaji warna kulit, kaji ada tidaknya kelainan bentuk

pada genetalia, ada tidaknya hemorois pada anus,

kaji kebersihan area genetalia, rectum atau anus.

k) Ekstremitas atas danbawah

Kaji pergerakan dengan latih ROM apakah aktif

atau pasif, kaji kekuatan otot, ada tidaknya atrofi

dan hipertrofi, kaji turgor kulit apakah kembali

dalam <3 detik, kaji CRT (cavilary revil time)

apakah kembali dalam <3 detik, periksa refleks

bisep, trisep, babinski, pattela, dan achiles, saraf

kranial XI Aksesorius, pemeriksaan raba dengan

sentuhan seperti kapas, pemeriksaan rasa nyeri

misalnya dengan benda yang runcing,pemeriksaan


rangsang panas dan dingin, pemeriksaan gerakan

caranya pasien digerakan kesalah satu sisi.

2) Pemeriksaan sarafkranial

Tabel 2.3 Fungsi dan Prosedur pemeriksaan saraf kranial

Saraf Kranial Fungsi Prosedur

Olfaktorius (I) Penciuman, penghidung Kemampuan


mengidentifikasi bau-
bauan yang umum, satu
hidung ditutup mata
pasienditutup

Optikus (II) Ketajaman penglihatan Test ketajaman


dan lapangpandang penglihatan dengan
snellen card, lapang
pandang dengan test
konfrontasi

Okulomotorius, Trokhlear Keadaan pupil, Inspeksi kelopak mata,


dan Abdusen (III,IV,VI) pergerakan, bola mata inspeksi pupil dengan
dan kelopakmata menggunakan penlight,
inspeksi pergerakan bola
mata

Trigeminus (V) Sensasi wajah, kornea, Goreskan dengan kapas


indra perasa pada lidah pada bagian dahi, pipi,
bagian belakang, dan dagu. Refleks
kekuatan ototmaseter kornea, palpasi otot
wajah pada saat
mengatupkangigi

Facialis (VII) Ekspresi wajah, otot Lihat kesimetrisanwajah,


wajah, sensasi lidah2/3 anjurkan pasien untuk
bagian belakang memejamkan mata, test
kekuatan kelopak mata,
minta pasien untuk coba
tersenyum dan
mengerutkan dahi,
mengidentifikasi rasa
manis dan asin pada
lidah.

Vestibulokoklearis (VIII) Pendengaran dan Test berbisik\,test rinne


keseimbangan dan webber.

Glosofaringeus (IX) Menelan dan Reflek Menggunakan tank


muntah spatel dengan cara
menekan ke ujung lidah
dekat dengan uvula
normal akan ada reflek
muntah

Vagus (X) Sensasi faring, laring dan Inspeksi palatum dan


kemampuan menelan uvula simetris atau tidak,
serta observasi
kemampuanmenelan

Accesoriess (XI) Pergerakan kepala, otot Test kekuatan otot


leher dan bahu trapezius (otot bahu) dan
gerakan leher

Hipoglosuss (XII) Kekuatan lidah Inspeksi pergerakan


lidah dan test kekuatan
lidah

Sumber : Tarwoto, Wartonah & Suryati (2013)


3) Pemeriksaan fungsisensori

Pemeriksaan fungsi sensorik diantaranya dengan

sentuhan kasar, sentuhan halus, nyeri, suhu, tekanan

dalam, getaran dan rasa gerak dan sikap.

4) Pemeriksaan fungsimotorik

a) Sikap

Yaitu dengan memperhatikan sikap pasien pada

saat berjalan, berbaring, dan berdiri

b) Bentuk

Mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk

punggung seperti kifosis, lordosis, danskoliosis

c) Ukuran

Perhatikan apakah ada pembesaran otot

(hipertropi) atau pengecilan otot (atropi).

Bandingkan otot yang satu dengan simetrisnya,

apakah ada kelumpuhan dan disertaiatrofi.

d) Gerakan-gerakan abnormal yang tidak terkendali

tremor, khorea, atetose, spasme, dantik.

e) Tonus otot

(1) Hipotonia, yaitu tidak terdapat tahanan atau

regangan, normalnya terdapat sedikittahanan

(2) Hipertonia, yaitu terdapat tahanan yang lebih

besar.
f) Kekuatanotot

Kekuatan otot dapat diukur dengan menggunakan

skala 0-5 pada lokasi otot yang akan dinilai.

Tabel 2.4 Penilaian Kekuatan Otot

KEADAAN FUNGSI OTOT NILAI

Tidak terdapat kontraksi otot, lumpuh total 0

Terdapat sedikit gerakan, tidak ada pergerakan 1

Terdapat gerakan, tetapi tidak mampu melawan 2


gravitasi
Terdapat pergerakan dan mampu melawan gravitasi 3

Mampu melawan gravitasi dan melawan sedikit 4


tahanan
Mampu melawan gravitasi dan tahanan yang kuat 5

Sumber : Muttaqin, 2011


2. Analisis Data
Tabel 2.5 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds : Stroke Berihan jalan nafas


- Dispnea tidak efektif
- Sulitbicara
- Orthopnea Defisit neurologis
Do :
- Batuk tidak
efektif Kemampuan batuk
- Tidak mampu menurun, kurang
batuk mobilitas fisik dan
- Sputum produksi sekret
berlebihan meningkat
- Mengi, wheezing
dan / atau ronkhi
kering Bersihan jalan nafas
- Gelisah tidak efektif
- Sianosis
- Bunyi nafas
menurun
- Frekuensi
nafas berubah
- Pola nafas
berubah

2. Dimungkinkan adanya : Faktor-faktor resiko Risiko perfusi serebral


stroke aneurisma, tidak efektif
- Perubahan
malforasi,
tingkat
arteriovenous
kesadaran
- Gangguan atau
Perdarahan
kehilangan
intraserebral
memori
- Defisitsensorik
- Perubahan tanda
vital Perembesan darah
- Gangguan ke dalam parenkim
berkemih otak

- Perubahan
refleks Infark otak, edema,
- Perubahan dan herniasi otak
visual stroke
- Kejang
Defisit neurologis

Infark serebral

Perdarahan
intraserebral. Oklusi
otak, vasospasme,
dan edema otak

Risiko perfusi
serebral tidak efektif
3. Ds :- Stroke Gangguan mobilitas
Do : fisik
- Tampakfrustasi Defisit neurologis
- Kelemahan otot
wajah Kehilangan kontrol
- Kelemahan otot volunter
lidah
- Nervus IX Hemipersis/hemiple
glosofaring gi
- Nervus Xvagus
Gangguan mobilitas
fisik
4. Ds : Stroke Defisit nutrisi
- Cepat kenyang
setelahmakan Defisit neurologis
- Kram/nyeri
abdomen Infark serebral
- Nafsu makan
menurun Ketidakefektifan
Do : perfusijaringan
- Bising usus
hiperaktif Penurunan fungsi
- Otot pengunyah Nervus XVagus
lemah
- Otot menelan Penurunan refleks
lemah menelan(koma)
- Membran
mukosapucat Defisit nutrisi
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
5. Ds : Stroke Gangguan eliminasi
- Desakan urine
berkemih Defisit neurologis
(urgensi)
- Urine menetes Disfungsi kandung

(dribbling) kemih dan saluran

- Sering buang air pencernaan

kecil
- Nokturia Gangguan eliminasi

- Mengompol urine
- Enuresis
Do :
- distensi kandung
kemih
- berkemih tidak
tuntas
- volume residu
urine meningkat
6. Ds :- Stroke Gangguan komunikasi
Do : verbal
- Afasia
- Disfasia Defisit neurologis
- Apraksia
- Disleksia
- Afonia Disfungsi bahasa
- Dislalia dan komunikasi
- Pelo
- Gagap
- Tidak ada kontak Disatria,
mata disfasialatasi,
- Sulit memahami apraksia
komunikasi
- Sulit
mempertahanka-
nkomunikasi
- Sulit Gangguan

menggunakan komunikasi verbal

ekspesi wajah
atau tubuh
- Tidak mampu
menggunakan
ekspresi wajah
atau tubuh
- Sulit menyusun
kalimat
- Verbalisasitidak
tepat
- Sulit
mengungkapkan
kata-kata
- Disorientasi
orang, ruang,
waktu
- Defisit
penglihatan
- Delusi

7. Ds : Kelemahan fisik Defisit perawat diri


- menolak
melakukan
perawatandiri Perubahan fungsi
tubuh
Do :

- tidak mampu
mandi/mengenak Respon tubuh
an menurun

pakaian/makan/
ke toilet/berhias
secaramandiri
- minat melakukan
Ketidakmampuan
perawatan diri
pergerakan
kurang

Defisit perawatan
diri
8. Dimungkinkan dengan : Stroke Resiko gangguan
- perubahan integritas kulit
sirkulasi
- perubahan Defisit neurologis
status nutrisi
(kelebihan atau
kekurangan) Penurunan tingkat
- kekurangan atau kesadaran
kelebihan
volumecairan
- penurunan Penekanan jaringan
mobilitas setempat

- bahan kimia
iritatif
- suhu lingkungan Tirah baring lama

yangekstrem
- faktor mekanis
(misalnya :
penekanan, Resiko gangguan
gesekan)atau integritas kulit
faktor elektris
(elektrodiatermi,
energi listrik
bertegangan
tinggi)
- terapiradiasi
- kelembaban
- prosespenuaan
- neuropatiperifer
- perubahan
pigmentasi
- perubahan
hormonal
- penekananpada
tonjolan tulang

Sumber : Batticaca (2011), Muttaqin (2011), & Standar Diagnosis

keperawatan Indonesia(2017).

3. Diagnosiskeperawatan

Menurut Muttaqin (2011), Batticaca (2011) & Standar Diagnosis

Keperawatan indonesia (2017) :

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

kemampuan batukmenurun

b) Resiko perfusi serebral tidak efektif dimungkinkan dengan

penurunan aliran darah keotak

c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiperesis/

kehilangankeseimbangan

d) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidamampuan untuk

menelanmakanan

e) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan menurunnya

sensasi dan disfungsikognitif.

f) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan

fungsi otak,disatria

g) Defisit perawatan diri berhubungan dengankelemahan.

h) Risiko gangguan integritas kulit dimungkinkan dengan penurunan

mobilitas.
64

4. Rencana tindakankeperawatan
Tabel 2.6 Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak Berdasarkan jalan nafas (L.01001) mukolitik, jika perlu. Latihan batuk
efektif dimungkinkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan efektif (I.01006)
dengan hipersekresi jalan selama 2x24 jam nafas efektif dengan Observasi :
nafas krieria hasil : - Identifikasi kemampuan
- Batuk efektifmeningkat batuk
- Produksi sputummenurun - Monitor adanya retensi
- Mengimenurun sputum
- Wheezing menurun - Monitor tanda dangejala
- Dispneamenurun infeksi salurannafas
- Ortopnea menurun
Terapeutik :
- Sulit bicaramenurun
- Sianosismenurun - Atur posisi semi-Fowleratau
- Gelisah menurun Fowler
- Frekuensi nafasmembaik - Pasang perlak dan bengkok
- Pola nafasmembaik di pangkuanpasien
- Buang sekret padatempat
sputum

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan


prosedur batukefektif
- Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8detik
- Anjurkan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yangke-3
Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.

Manajemen jalan nafas (I.01011)

Observasi :

- Monitor pola nafas


(frekuensi, kedalaman,
usahanafas)
- Monitor bunyi nafas
tambahan (misalnya :
gurgling, mengi, wheezing,
ronkhikering)
- Monitor sputum (jumlah,
warna,aroma)

Terapeutik :

- Posisikan semi-Fowleratau
Fowler
- Berikan minumanhangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15detik
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:

- Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batukefektif

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
2. Resiko perfusi serebral Perfusi serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan Tekanan
tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan intrakranial (I.06194)
dengan penurunan aliran 3x24 jam perfusi jaringan otak teratasi Observasi :
darah keotak dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
- Tingkat kesadaranmeningkat peningkatan TIK (misalnya :
- Kognitifmeningkat lesi, gangguan metabolisme,
- Tekanan Intra Kranialmenurun edema serebral)
- Sakit kepalamenurun - Monitor tanda/gejala
- Gelisah menurun peningkatan TIK (misalnya :
- Kecemasan menurun tekanan darah meningkat,
- Agitasimenurun tekanan nadi melebar,
- Demammenurun bradikardia, pola nafas
- Nilai rata-rata tekanan daah ireguler, kesadaran
membaik menurun)
- Kesadaranmembaik - Monitor statuspernafasan
- Tekanan darah sistolikmembaik - Monitor intake dan output
- Tekanan darah diastolikmembaik cairan
- Refleks sarafmembaik
Terapeutik :

- Meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yangtenang
- Berikan posisi semiFowler
- hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- pertahankan suhu tubuh
normal

kolaborasi :

- kolaborasi pemberian sedasi


dan antikonvulsan
- kolaborasi pemberian
diuretikosmosis
- kolaborasi pemberian
pelunaktinja.
Pemantauan tekanan Intrakranial
(I.06198)

Observasi :

- identifikasi penyebab
peningkatan TIK (misalnya :
lesi menempati ruang,
gangguan metabolisme,
edema serebral,
peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi
intrakranialidiopatik)
- monitor peningkatan
tekanandarah
- monitor penurunan frekuensi
jantung
- monitor penurunan tingkat
kesadaran
- monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon
pupil

Terapeutik:

- pertahankan posisi kepala


dan lehernetral

Edukasi :

- jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan.

3. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
hemiperesis/ kehilangan selama 2x24 jam gangguan mobilitas fisik - Identifikasi adanya nyeri
keseimbangan dapat teratasi dengan kriteria hasil : atau keluhan fisiklainnya
- Pergerakan ekstremitasmeningkat - Identifikasi toleransi fisik
- Kekuatan ototmeningkat melakukanpergerakan
- Rentang gerak (ROM)meningkat - Monitor frekuensi jantung
- Nyerimenurun dan tekanan darahsebelum
- Kecemasan menurun memulai mobilisasi
- Kaku sendimenurun - Monitor kondisi umum
- Gerakan tidak terkoordinasi selama melakukan
menurun mobilisasi
- Gerakan terbatasmenurun
Terapeutik :
- Kelemahan fisikmenurun
- Fasilitas aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu(misalnya
: pagar tempat tidur)
- Fasilitas melakukan
pergerakan
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan


prosedurmobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasidini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misalnya: duduk
di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur kekursi)

4. Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)


dengan ketidamampuan Aetelah dilakukan tindakn keperawatan Observasi :
untuk menelan makanan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi - Identifikasi statusnutrisi
teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi perlunya
- Porsi makanan yang dihabiskan pengunaan selang
meningkat nasogastrik
- Kekuatan otot pengunyah - Monitor asupanmakanan
meningkat - Monitor beratbadan
- Kekuatan otot menelanmeningkat - Monitor hasil pemeriksaan
- Serum albuminmeningkat laboratorium
- Verbalisasi keinginan untuk
Terapeutik :
meningkatkan nutrisimeningkat
- Pengetahuan tentang pilihan - Lakukan oral hygiene
makanan yang sehatmeningkat sebelummakan
- Pengetahuan tentang pilihan
minuman yang sehat meningkat Edukasi :
- Peraaan cepat kenyangmenurun
- Anjurkan posisi duduk, jika
- Nyeri abdomenmenurun
mampu
- Sariawan menurun
- Ajarkan diet yang
- Rambut rontokmenurun
diprogramkan
- Diare menurun
- Berat badanmembaik Kolaborasi :
- Frekuensi makanmembaik
- Kolaborasi pemberian
- Nafsu makanmembaik
medikasi sebelum makan
- Bising ususmembaik
(misalnya: pereda nyeri,
- Membran mukosamembaik
antimietik), jikaperlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrienyang
dibutuhkan, jika perlu.
5. Gangguan eliminasi urine Eliminasi urine (L.04034) Dukungan perawatan diri: BAB/BAK
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.11349)
menurunnya sensasi dan selama 2x24 jam di harapkan gangguan Observasi:
disfungsikognitif. eliminasi urine dapat teratasi dengan - Identifikasi kebiasaan
kriteria hasil : BAK/BAB sesuaiusia
- Sensasi berkemihmeningkat - Monitor integritas kulit
- Desakan berkemih (urgensi) pasien
menurun
Terapeutik :
- Distensi kandung kemihmenurun
- Berkemih tidak tuntas (hesitancy) - Buka pakaian yang
menurun diperlukan untuk
- Volume residu urinemenurun memudahkaneliminasi
- Urin menetes (dribbling)menurun - Dukung penggunaan
- Nokturiamenurun toilet/pispot/urinal secara
- Mengompolmenurun konsisten
- Enuresismenurun - Jaga privasi selama
- Disuria menurun eliminasi
- Anuria menurun - Ganti pakaian pasien
- Frekuensi buang air kecil(BAK) setelah eliminasi, jikaperlu
membaik - Bersihkan alatbantu
BAK/BAB, jika perlu
- Latih BAK/BAB sesuai
jadwal, jikaperlu
- Sediakan alat bantu
(misalnya: kateter eksternal,
urinal), jikaperlu

Edukasi :

- Anjurkan BAB/BAK secara


rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jikaperlu
Manajemen eliminasi urine
(I.04152)
Observasi :
- Identifikasi tanda dan gejala
retensi atau inkontinensia
urine
- Identifikasi faktor yang
menyebabkan retensiatau
inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine
(misalnya: frekuensi,
konsistensi, aroma, volume,
dan warna)

Terapeutik :

- Catat waktu-waktu dan


haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika
perlu

Edukasi :

- Ajarkan tanda dangejala


infeksi salurankemih
- Ajarkan mengukurasupan
cairan dan haluaranurine
- Ajarkan mengambil
spesimen urinemidstream
- Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
- Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak anda
kontaindikasi

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat


supositoria uretra, jikaperlu.

6. Gangguan komunikasi Komunikasi verbal (L.13118) Promosi komunikasi : Defisit Bicara


verbal berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.13492)
penurunan fungsi otak, selama 2x24 jam gangguan komunikasi Observasi :
disatria verbal dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Monitor kecepatan, tekanan,
- Kemampuan berbicarameningkat kuantitas, volume, dan diksi
- Kemampuan mendengarmeingkat bicara
- Kesesuaian ekspresiwajah/tubuh - Monitor proses kognitif,
meningkat anatomis, dan fisiologis yang
- Kontak matameningkat berkaitan dengan bicara
- Afasia menurun (misalnya: memori,
- Disfasia menurun pendengaran, dan bahasa)
- Apraksiamenurun - Monitor frustasi, marah,
- Disieksiamenurun depresi, atau hal lain yang
- Disatria menurun menganggubicara
- Afoniamenurun - Identifikasi perilaku
- Disialiamenurun emosional dan fisik sebagai
- Pelomenurun bentukkomunikasi
- Gagapmenurun
Terapeutik :
- Respons perilakumembaik
- Pemahaman komunikasimembaik - Gunakan metode
komunikasi alternatif
(misalnya: menulis, mata
berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan
komputer)
- Sesuaikan gaya komunikasi
dengan kebutuhan
(misalnya: berdiri di depan
pasien, dengarkandengan
seksama, tunjukan satu
gagasan atau pemikiran
sekaligus, bicaralah dengan
perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan
komunikasi tertulis, atau
meminta bantuan keluarga
untuk memahami ucapan
pasien)
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkanbantuan
- Ulangi apa yang
disampaikanpasien
- Berikan dukunganpsikologis
- Gunakan juru bicara,jika
perlu

Edukasi :

- Anjurkan berbicaraperlahan
- Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuanberbicara

Kolaborasi :

- Rujuk ke ahli patologibicara


atauterapis.

7. Defisit perawatan diri Perawatan diri (L.111.03) Dukungan perawatan diri (I.11348)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
kelemahan. selama 3x24 jam defisit perawatan diri - Identifikasi kebiasaan
dapat teratasi dengan kriteria hasil : aktivitas perawatan diri
- Kemampuan mandimeningkat sesuaiusia
- Kemampuan menggenakan - Monitor tingkatkemandirian
pakaianmeningkat - Identifikasi kebutuhan alat
- Kemampuan ke toilet (BAB?BAK) bantu kebersihan diri,
meningkat berpakaian, berhias, dan
- Mempertahankan kebersihandiri makan
meningkat
Terapeutik:
- Mempertahankan kebersihanmulut
meningkat - Sediakan lingkunganyang
terapeutik (misalnya:
suasana hangat, rileks,
privasi)
- Siapkan keperluan pribadi
(misalnya: parfum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
- Fasilitasi untuk menerima
keadaanketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatandiri
- Jadwalkan rutinitas
perawatandiri

Edukasi :

- Anjurkan melakukan
perawatan dirisecara
konsisten sesuai
kemampuan.

8. Risiko gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan (L.14125) Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
penurunan mobilitas. selama 3x24 jam kerusakan integritas kulit - Identifikasi penyebab
tidak terjadi dengan kriteria hasil : gangguan integritas kulit
- Elastisitasmeningkat (misalnya: perubahan
- Hidrasimeningkat sirkulasi, perubahan status
- Perfusi jaringanmeningkat nutrisi, penurunan
- Kerusakan jaringanmenurun kelembaban, suhu
- Kemerahan menurun lingkungan ekstrem,
- Hematomamenurun penurunanmobilitas)
- Nekrosismenurun
Terapeutik :

- Ubah posisi tiap 2 jam jika


tirahbaring
- Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang, jika
perlu
- Bersihkan perinealdengan
air hangat, terutama selama
periode diare
- Gunakan produk berbahan
petrolium atau mintak pada
kulitkering
- Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering

Edukasi :

- Anjurkan menggunakan
pelembap (misalnya: lotion,
serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dansayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhuekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minilam 30 saat
berada di luarrumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.

Sumber : SDKI (2017), Muttaqin (2011), Batticaca (2011), SLKI (2018).


DAFTARPUSTAKA

American Heart Association (AHA). (2018). Guidelines for the Early Management
of patients with Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Diakses pada 10 Februari2020

Ariani. (2012). Sistem Neurobehavior.Jakarta : Salemba Medika

Asmadi.(2013).Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Batticaca, F. (2011). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


persarafan. Jakarta: CV. Cakra

Departemen Kesehatan Republik Indonesia .(2013). Laporan hasil riset


Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia .(2018). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta

Irianto, Koes. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung : CV. Alfabeta

Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI

Lumbantobing, S M.,(2013). Faktor risiko pada gangguan peredaran darah

otak
sepintas. Dalam penuntun neurologi, 170-177. Tanggerang : Binarupa
aksara publisher

Misbach. 2011. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta:


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia

Muttaqin Arif. (2011) . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Mutiarasari, D. (2019).Stroke: Symptoms, risk factors, and prevention. Medika


Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol 6 No.1

Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

209
Potter & Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan
praktik volume 2, Edisi 4.Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :Kedokteran EGC

Tarwoto, Wartonah & Suryati. (2013) . Keperawatan Medikal Bedah Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018) . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019) . Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Widagdo, Toto & Ratna. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Trans Info Medika

Citra. W (2018), akibat stroke padaotak

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/stroke-2/akibat-stroke-pada-otak/.
Di akses pada 20 Februari2020

Oktviani S (2013). Teknik pengumpulan data

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/teknik-pengumpulan-
data-2/ Di akses pada 20 Februari 2020

Tiyani S (2016) Peran tenaga keperawatan dalam serangan ulang stroke

https://www.academia.edu/31505905/PERAN_TENAGA_KEPERAWATA
N_DALAM_MENCEGAH_SERANGAN_ULANG_STROKE_SRI_TIYANI
Di akses pada 20 Februari 2020

210
211

Anda mungkin juga menyukai