Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul " DIKSI dan EJAAN" tepat pada
waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................

1.1. Latar Belakang...................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................

1.3. Tujuan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................

2.1. Pengertian Diksi.................................................................................

2.2. Syarat Ketepatan Kata........................................................................

2.3. Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi...................................................

2.4. Pedoman Diksi....................

BAB III Ejaan..........................................................................................

3.1. Pengertian Ejaan...............................................................................

3.2. Tujuan Ejaan.....................................................................................

3.3. Jenis Ejaan........................................................................................

BAB IV PENUTUP.................................................................................

4.1. Kesimpulan ......................................................................................

4.2. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa
berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.

Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya
dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan
orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu
keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.

Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa
Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.

Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya
bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa,
berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi
memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Maka dari
itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang “Diksi dan Ejaan”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian diksi dan ejaan ?

2. Apa Tujuan diksi dan ejaan ?

3. Apa saja jenis-jenis diksi dan ejaan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

2. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca tentang diksi dan ejaan.

3. Untuk memahami cara-cara pengunaan kata yang baik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi

Dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara.

Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan seni berbicara jelas sehingga setiap
kata dapat didengar dan dipahami kerumitan dan arti kata tersebut.

Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran kata formal atau informal dalam konteks sosial
adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan
intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik
menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif.Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan
sintaks.

2.2 Syarat Ketepatan Kata

1.Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.

2.Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu,
merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.

3.Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan
iterefrensi (saling mempengaruhi).

4.Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.

5.Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)

6.Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.

7.Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.

8.Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.


2.3 Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi

1.Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna
yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara
objektif.Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.

Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan
ditelan.Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan
istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial,
atau makna proposional.

Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu
pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi.Disebut makna kognitif karena makna itu
berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.Kata makan dalam
makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.Makna konotatif atau sering disebut juga makna
kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif
atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun,
peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-
nilai estetika.Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar
penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman.Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar
yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif).Dalam hal ini, kita kadang-
kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.

Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat
diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan
istilah rumah asap.

Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian
bahasa.Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya,
sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain
yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat
umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.

Contoh:

Dia adalah wanita cantik (denotatif)

Dia adalah wanita manis (konotatif)


Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang
seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau
perasaan kita.

Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek.Kata-kata yang berkonotasi
jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada
mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti
kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan
sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.

Contoh lain:

Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.

Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang)
mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan.Kata membanting tulang
dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.

Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut
idiom atau ungkapan.Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna
konotatif.

Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:

Keras kepala

Panjang tangan,

Sakit hati, dan sebagainya.

2.Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan
menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi
(lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.

Contoh:

agung, besar, raya.

mati, mangkat, wafat, meninggal.


cahaya, sinar.

ilmu, pengetahuan.

penelitian, penyelidikan.

3.Antonim

Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan
lawan kata.

Contoh:

keras, lembek

naik, turun

kaya, miskin

surga, neraka

laki-laki, perempuan

atas, bawah

4.Homonim

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya
sama.

Contoh:

Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa
pemrograman (bisa = mampu).

Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).

5.Homofon

Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya
berbeda.

Contoh:

Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)


Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)

6.Homograf

Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya
sama.

Contoh:

Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras= pejabat tinggi).

Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).

7.Polisemi

Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.

Contoh:

Kepala desa

Kepala surat

8.Hiponim

Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.

Contoh hiponim:

Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain.

Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.

Bolu, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.

Fungsi dan yang mempengaruhi Diksi :Hal-hal yang mempengaruhi diksi berdasar kemampuan
pengguna bahasa :
- Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama.

- Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi .

- Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.

Fungsi dari diksi :

- Untuk mencegah kesalah pahaman.

- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

- Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.- Supaya suasana yang tepat bisa
tercipta.

- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.

2.4 Pedoman Diksi

Ketepatan

Ketepatan diksi adalah : kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara.

1. Mambedakan secara cermat makna denotasi dan makna konotasi

Jika pengertian dasar yang dperlukan, penulis atau pembicara harus memilih kata denotasi. Sebaliknya
jika menghendaki reaksi emosional tertentu, penuls atau pembaca harus memilih kata konotatif.

2. Membedakan kata-kata bersinonim

Contoh: Habib suka (menonton, melihat, memandang, mengawasi) film Dora

3. Pemakaian kata yang bernilai rasa

Contoh : Bapaknya (gugur, meninggal, wafat, tutup usia) pada hari raya Idul Fitri

4. Pemakaian kata / istilah asing


Kata / istilah asing yang boleh dipakai dengan pertimbangan sebagai berikut:

¨ Lebih cocok karena konotasinya, misalnya:

Kritik = kecaman

¨ Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:

Eksekusi = pelaksanaan hukuman mati

¨ Bersifat internasonal, misalnya:

Hidrogen = zat air

5. Pemakaian kata-kata kongkret dan abstrak

Kata kongkret ialah : kata yang menunjuk kepada objek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba,
atau dibau, misalnya : meja

Kata abstrak ialah : kata yang menunjukkan kepada sifat, konsep, atau gagasan, misalnya : cantik

6. Pemakaian kata-kata umum dan khusus

Contoh: umum khusus

melihat memandang (gunung, sawah, laut)


7. Kata yang dipilih harus tepat benar terutama kata-kata mirip ejaan atau pelafalannya

Misalnya : syarat, sarat

BAB III

3.1 Ejaan

Pengertian Ejaan

Ejaan adalah suatu keseluruhan system penulisan bunyi-bunyi bahasa yang meliputi:

a. Perlambangan fonem dengan huruf (tata bunyi)

b. Ketetapan penulisan satuan-satuanbentuk kata misalnya kata dasar, kata ulang, kata majemuk dan
lain sebagainya.

c. Ketetapan cara menulis kalimat dan bagian-bagian dengan menggunakan tanda baca.

Adapun ejaan yang pernah berlaku diIndonesia adalah :

a). Ejaan Van Ophusyen

b). Ejaan Republik / Ejaan Suwandi

c). Ejaan Malindo

d). Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


3.2 Tujuan Ejaan

Tujuan dari penulisan ini adalah memahami dan mencermati ejaan dalam bahasa tulis. Apakah
tanpa ejaan yang baik tuliasan dapat dimengerti dan menteliti sejauh mana peranan ejaan dalam bahasa
tulis.

3.3 Jenis Ejaan

· Ejaan Van Ophusyen

ejaan Van Ophusyen disebut juga ejaan balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya
sejak tahun 1901 sampai dengan 1947. ejaan ini merupakan karyaCh.A. Van Ophusyen, dimuat dalam
kitab Logat Melayoe (1901).

Ciri khusus ejaan Van Ophusyen adalah :

· huruf /u/ ditulis /oe/

· koma hamzah /k/ ditulis dengan tanda /’/ pada akhir kata, misalnya bapa’, ta’

· jika pada suatu kata berakhiran huruf /a/ mendapat akhiran /i/ maka diatas akhiran itu diberi
tanda trema /”/

· huruf /e/ yang pelafalannya keras diberi tanda /’/ di atasnya. Contoh pada kata /emek/ ditulis
/ema’/

· kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (dibaca: janda-janda)

· Kata majemuk ditulis dengan tiga cara :

a. dirangkai menjadi satu, misalnya /hoeloebalang, apabila/, dsb

b. dengan menggunakan tanda penghubung misalnya /rumah-sakit/,/anak- negeri/

c. dipisahkan, misalnya /anak negeri/ , .rumah sakit/

· Ejaan Repulik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam suratkeutusan Menteri P dan K Mr. Soewandi No. 264/Bhs. A tanggal 19
Maret 1947 oleh sebab itu ejaan ini disebut Ejaan Suwandi. System ejaan Suwandi merupakan system
ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.

Pada dasarnya ejaan ini sama dengan Van Ophusyen, hanya saja ada beberapa penyederhanaan dan
perubahan.
Ciri khusus ejaan Republik / Suwandi dalah sebagai berikut :

a. Huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophusyen berubah menanda /u/

b. Tanda trema pada huruf a dan I dihilangkan.

c. Koma ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan /k/ misalnya kata’ menjadi
katak.

d. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan, seekor, dsb.

e. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :

·Tata laksana

· Tata-laksana

· Tatalaksana

f. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah (pepet) dalam bahasa
indoneia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah. Misalnya : /putra/ bukan /putera/, /praktek/ bukan
/peraktek/

· Ejaan Malindo

Ejaan Malindo (melayu-indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.
Perumusan ini berangkat dari konggres bahasa Indonesia II tahun 1954 diMedan, Sumatra Utara.
Kemudian pada tahun 1959 dirumuskan Ejaan Malindo tersebut. Sayangnya, Ejaan Malindo belum
sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia
dengan Malaysia.

· Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD )

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan dari ejaan-ejaan sebelumnya. EYD
diresmikan pada saat pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI XXVII, 17 Agustus 1972.
kemudian dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. EYD ini hasil kerja panitia
ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk pada tahun 1966.

a. Gabungan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata) ditulis serangkai.

Contohnya : Akhirulkalam, Assamualaikum, hulubalang, matahari, dsb.

b. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang dimiliki.
Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, pacarnya, dsb.

c. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contohnya :

Ø Bentuk Benar

Ø Bentuk Salah

§ Di surabaya

§ Ke singapura

§ Di kebun

§ Ke sini

§ Ke sana

§ Di sini

§ Disurabaya

§ Kesingapura

§ Dikebun

§ Kesini

§ Kesana

§ disini

d. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang sudah menjadi kelompok kata.

Contohnya :

· Kapan pun Aku tetap menantinya

· Siapa pun orangnya, boleh meminjam buku ini.

· Walaupun seribu tahun Aku tetap menunggu. (walaupun adalah kelompok kata)

· Meskipun demikian aku tak akan marah. (meskipun merupakan kelompok kata)
e. Penulisang si dan sang dipisahkan dari kata yang mengikutinya.

Contohnya :

· Si penjual bakso bukan sipenjual bakso

· Si pengirim bukan sipengirim

f. Partikel per berarti tiap-tiap dipisahkan dari kata yang mengikutinya.

Contohnya :

· Per orang bukan perorang

· Per lembar bukan perlembar

· Per kilogram bukan perkilogram

F Kesalahan-kesalahan Ejaan

Ø Bentuk Salah

Ø Bentuk Benar

Ø Penjelasan

· penelitian

· kendari

· tingka laku

· pengalian

· peterakan

· sebagai sebagai

· Anslisis data

· Persyatan

· Ternasuk

· Umunya
· Mengerakan

· Menggerakan

· Altematif

· Mengunakan

· Selarn

· Seperti kaki dan lutut namun dengan

· mikrohabibtat

· Penelitian

· kendari

· Tingkah laku

· Pengalihan

· Peternakan

· Sebagai

· Analisis data

· Persyaratan

· Termasuk

· Umumnya

· Menggerakkan

· Menggerakkan

· Alternatif

· Menggunakan

· Selama

· Seperti kaki dan lutut. Namun dengan

· mikrohabitat

· Letak kesalahan pada penulisan kata di samping ialah tidak menggunakan huruf kapital setelah
adanya tanda titik, padahal yang sebenarnya harus menggunakan huruf kapital sesudahnya. Serta
kesalahan penulis kata dan penempatan tanda titik yakni kapan seharusnya kita menggunakan tanda
titik.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada dasarnya kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, akan tetapi ketika kita berbicara seringkali kita tidak mengikuti kaidah/aturan dari tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi sehari-hari. kita sering menggunakan tata bahasa
yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi sebuah kebiasaan dan
hal tersebut menjadi membudaya dan dibenarkan penggunaan dalam keseharian. Untuk itu sudah
menjadi kewajiban kita bersama untuk saling mengingatkan agar menggunakan kaidah tata bahasa yang
baik dan benar.

4.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan baik dari Dosen Mata Kuliah ini maupun
dari Mahasiswa. Selain itu kami harapkan kepada pembaca agar bisa menjadikan makalah ini sebagai
bahan bacaan yang tujuannya ingin memahami Tata Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.docstoc.com/docs/82773044/MAKALAH-EJAAN-BAHASA-INDONESIA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan

http://wwwiluvislamcom-tamtim.blogspot.com/2009/11/makalah-bahasa-indonesia-diksi-dan.html

http://nuningasnuning.blogspot.com/2012/01/makalah-bahasa-indonesia.html
http://kesmas-fkm.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-ejaan.html

Anda mungkin juga menyukai