Perlu kita ketahui bahwa pelaksanaan otonomi daerah dalam Bingkai negara kesatuan
republik Indonesia adalah satu kebijakan dimana untuk memecahkan atau memberikan
sebuah perbedaan kewenangan antara kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan
pemerintah daerah. Oleh karena itu disamping berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip
sebagaimana dikemukakan oleh Wahidin dalam bukunya pendidikan kewarganegaraan
diatas juga berpegangan terhadap ketaatan terhadap asas. Kemudian asas otonomi daerah
tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian diantaranya yaitu asas yang umum dan asas
yang khusus. Asas umum terdiri dari kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara,
kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas,
efesiensi dan efektifitas. Sedangkan asas otonomi daerah yang khusus dapat dibagi lagi
menjadi tiga bagian, tiga bagian diantaranya yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan.
Yang perlu dicatat sebaik apapun pelaksanaan otonomi daerah, tidak akan berjalan
dengan baik dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan “niatan” yang baik dari
pemerintah daerah itu sendiri untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-
baiknya, dan semua Itu tentunya tak luput dari kesadaran dari pemerintah daerah, bahwa
niatan harus diiringi oleh pelaksanan/implementasi, karena hanya didasari dengan niatan
tanpa implementasi tujuan tidak akan tercapai. Oleh karena itu dalam otonomi daerah
perlu sebuah dukungan dari aspek lagi didalam pemerintah yang baik dan aspek tersebut
dikenal dengan istilah a good and clean government
4. Peran mahasiswa untuk mewujudkan praktek good governance yaitu dengan memberikan
aspirasi dan juga Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang didasarkan oleh
penelitian dan kajian. Hal tersebut dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjadi kemudahan dalam
memperoleh informasi yang akurat sehingga masyarakat memiliki tambahan wawasan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Mahasiswa juga ikut andil dalam mewujudkan
praktek good governance karena tugas mahasiswa bukan Hanya berkutat dalam dunia
kampus saja, Dimana memperlajari ilmu pengetahuan yang digeluti, mempertahankan
IPK dan sebagainya yang hanya berkaitan dengan kampus. Akan tetapi tugas mahasiswa
secara universal yaitu berkontribusi kepada masyarakat, baik masyarakat kecil maupun
masyarakat luas. Di Dalam bahan kewarganegaraan yang disusun oleh Arie Kurniawan
Hutomo dkk disana dijelaskan bahwa ada 3 poin peran mahasiswa dalam mewujudkan
good governance diantaranya yaitu
Agent of change
Peran mahasiswa sebagai agent of change ini sering sekali di lontarkan oleh saat
melakukan perubahan kebijakan dalam serangkaian aksi yang dilakukan. Peran
mahasiswa sebagai agent of change ini dikaitkan dengan sebuah surah ar-Ra’d
ayat 11 disana dijelaskan bahwa “suatu Kaun harus mau berubah jika mereka
menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik”. Maka dengan adanya
mahasiswa, dimana mahasiswa disini sebagai kaum intelektual, mahasiswa
dituntut untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Mahasiswa harus
berani menyuarakan suara rakyat kepada pemerintah. Dengan itu jika ada sebuah
permasalahan atau Perubahan kebijakan yang dapat merugikan rakyat, maka
mahasiswa jangan hanya diam, akan tetapi bergerak untuk merubah kondisi
sekitar menjadi lebih baik.
Agent of control
Peran mahasiswa sebagai agent of control yaitu sebagai peran yang sangat
signifikan. Sebab peran inilah mahasiswa mampu melakukan pengontrolan
terhadap hal-hal yang bertentangan dengan keadilan masyarakat. Peran agent of
control ini juga mengartikan bahwa mahasiswa dapat mengontrol kebijakan-
kebijakan yang menyangkut masyarakat luas.
Iron stock
Peran mahasiswa sebagai iron stock disini yaitu mahasiswa harus memiliki
kepribadian yang baik, karena mahasiswa disini sebagai aset atau cadangan
Untuk masa depan, dikatakan seperti itu karena mahasiswa ini merupakan
generasi muda bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan dimasa yang akan
mendatang. Sama hal nya dengan sebuah organisasi, jika kepemimpinan yang tua
sudah punah maka untuk kepemimpinan selanjutnya akan dilanjutkan oleh
generasi muda yang memang memiliki jiwa kepemimpinan. Mahasiswa
mempunyai memiliki fungsi tersendiri. Dimana diungkapkan oleh M. Hatta
bahwa menjadi mahasiswa, berarti membentuk diri menjadi manusia susila dan
Demokrat yang memiliki keinsyafan tanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat, cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu
pengetahuan, dan cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat.
Berdasarkan dari pemikiran M Hatta tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
perguruan tinggi memang untuk membentuk manusia yang akademis. Dan hal
tersebut lah yang menjadi fungsi dari perguruan tinggi itu sendiri. Yang oerlu
diketahui bahwa insan atau manusia akademis memiliki dua ciri diantaranya yaitu
memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. Mahasiswa harus
memiliki sense of crisis, karena dengan sense of crisis mahasiswa dapat peka dan
kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi disekitarnya saat ini. Hal ini tumbuh
dengan sendirinya jika mahasiswa itu menanamkan dan mengimplementasikan
watak ilmu. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa dapat
diharapkan memahami masalah-masalah yang timbul disekitar kita kemudian
dapat menemukan solusi-solusi untuk menyelesaikan Masalah tersebut.
Sumber referensi
Endang Benselina Etwiory. “Analisis Kinerja Dprd Kabupaten Maluku Tenggara Dalam Era
Otonomi Daerah”. Jurnal Administrasi Publik dan Birokrasi Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 5
Rifi Rivani Radiansyah. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada
Sektor Bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat”. JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK, Volume 3 No. 1 Januari 2019