Anda di halaman 1dari 9

Jawaban

1. Kesuksesan terlaksananya sebuah pemerintahan ditentukan oleh faktor-faktor tertentu


yang dapat mempengaruhi atau mendorong sebuah pemerintahan tersebut menuju
keberhasilan. JikaPelaksanaan otonomi daerah ingin berjalan dengan optimal maka ada
hal-hal yang perlu terpenuhidan tentunya sesuai dengan kebutuhan daerah agar tidak
terjadi kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan kenyataan fasilitasi dan
sumberdaya manusia yang kurang mendukung tentunya. Sebab, jika terjadi demikian
dapat menjadi persoalan masalahyang harus segera diatasi pemerintah. Pada dasarnya,
adanya permasalahan Tak luput dari faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap suatu
Permasalahan tersebut. Adapunmenurut Josef Riwu Kaho faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan Otonomi daerah diantara lain yaitu sebagai berikut;
 Faktor manusia, faktor manusia disini sebagai subjek atau pelaksana dalam
menyelenggarakan otonomi daerah, dimana faktor manusia sangat menentukan
berhasil tidaknya pelaksanaan otonomi daerah.Sumber daya manusia yang
berkualitas akan mengantarkan pada keberhasilan, sedangkan sebaliknya sumber
daya manusia yang kurang berkualitas akan mengantarkan ketidak optimalan
dalam melaksanakan aktivitas otonomi daerah. Dan yang perlu kita ketahui bahwa
kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah merupakan pemerintah
daerah. Dan sebagian besar keberhasilan Otonomi daerah dilihat dari pemerintah
daerah itu sendiri. Kemudian selain pemerintahdaerah yang berpengaruh dalam
keberhasilan Otonomi daerah, ada juga para peran aparatur atau alat-alat
perlengkapan daerah seperti halnya pegawai daerah dan partisipasi masyarakat
daerah juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan Otonomi daerah, selain
mereka sebagai subjek, mereka juga merupakan objek dari pembangunan otonomi
daerah itu sendiri. Faktor manusia meliputi Sumber daya manusia, sumber daya
manusia berkaitan dengan kinerja, kinerja sendiri terdiri dari sifat-sifat
kepribadian, dimana sifat kepribadian ini sudah ada Dalam diri manusia darilahir,
dari kecil dididik untuk memiliki kepribadian yang baik, lingkungan juga dapat
mempengaruhi sifat kepribadian, jadi lingkungan yang baik akan mengantarkan
pada kepribadian yang baik, sedangkan lingkungan yang buruk akan
mengantarkan pada kepribadian yang buruk. Motivasi dan keinginan, manusi
memiliki karakteristik yang berbeda-beda akan tetapi motivasi dan keinginan
dapat merubah Karakter seseorang. Tingkat pendidikan, dimana tujuan
pendidikan adalah menjawab tantangan sosial, ekonomi dan keadilan. Dalam
perspektif ini, pendidikan diarahkan menyiapkan orang untuk bisa mengenali dan
menjelaskan masalah-masalah yang menghasilkan jawaban-jawaban yang
mendasarkan pada etik, hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja Manusia.
 Faktor keuangan adalah salah satu kriteria penting, sering kali disebut sebagai
tulang punggung dalam pelaksanaan aktivitas otonomi daerah.Alasan Faktor
keuangan menjadi faktor keberhasilan dalam aktivitas otonomi daerah, yaitu
karena otonomi daerah dituntut untuk memiliki kemampuan self-supporting
dalam bidang keuangan, dengan kemampuan tersebut bisa dilihat secara nyata
kemampuan suatu daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya.
 Faktor peralatan, sebagai sarana pendukung dalam pelaksanaan aktivitas otonomi
daerah. Yang dimaksud peralatan dalam pelaksanaan otonomi daerah disini
menyangkut perangkat keras (hard ware), yang meliputi gedung/ruang, peralatan
perkantoran, alat komunikasi, alat transportasi, dan lain sebagainya. Kualitas
peralatan sangat berpengaruh terhadap pelayanan, dengan peralatan yang lengkap
dan memadai maka pelayanan akan lebih maksimal di implementasikan
 Faktor organisasi dan manajemen, yang berfungsi mengatur dan mengurus
penyelenggaraan otonomi daerah secara baik, efisien, dan efektif. Dengan faktor
organisasi dan manajemen juga daerah mampu mengatur dan mengurus rumah
tangga nya sendiri-sendiri.

Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan untuk


mengelola keuangan daerah merupakan faktor yang sangat Menentukan bagi
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah otonom terletak pada kemampuan self-
supporting nya dalam bidang keuangan, termasuk didalamnya adalah kemampuan daerah
dalam menggali sumber-sumberkeuangan dengan baik dan menggunakan nya secara
tepat dan benar. Daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai
untuk membiayai penyelenggaraan otonomi nya.
2. Selain faktor pendukung, tentu ada faktor penghambat dalam pelaksanaan otonomi
daerah, faktor penghambat dalam pelaksanaan otonomi daerah, yaitu;
 Rendahnya skill sumber daya aparatur, karena seleksi pengangkatan SDM
dalam otonomi daerah didasarkan spoil system bukan merit system. spoil
system yaitu sebuah seleksi yang berdasarkan pertimbangan emosional bukan
karena skill. Contoh kedekatan keluarga, gender, dan sebagainya.
Sedangkanmerit system yaitu sistem seleksi pegawai (termasuk penempatan)
yang didasarkan atas Pertimbangan-pertimbangan rasional seperti Keahlian
formal, prestasi, pengalaman kerja, Inovasi dan kreatifitas. Hal tersebut
mengakibatkan kondisi pemerintah daerah di Indonesia menunjukkan bahwa
SDM aparatur yang ada Sangat jauh dari apa yang diharapkan, dimana potret
sumber daya manusia di Indonesia dalam otonomi daerah kualitas nya masih
rendah banyaknya praktek KKN (kolusi, korupsi, dan Nepotisme) dikalangan
aparatur, pelayanan kepada Masyarakat yang berbelit-belit, hidup dalam pola
Patron-klien, kurang kreatif dan inovatif, bekerja Berdasarkan juklak dan
juknis sehingga sulit Diharapkan untuk menciptakan efisiensi dan Efektivitas
dalam penyelenggaraan Pemerintahan. Rendahnya skill juga dapat
berpengaruh terhadap peran tugas,Tanggung jawab yang dilandasi oleh nilai-
nilai, kode etik dan moral dalam melayani kepentingan masyarakat, maka dari
itu jika skill rendah maka pelayanan kepada masyarakat tidak akan berjalan
dengan optimal.
 Rendahnya mentalitas sumber daya aparatur, semua itu dapat dilihat dari
pengamatan di lapangan yang masih terjangkit sistem KKN (kolusi, korupsi,
dan Nepotisme). Maka dari itu pelajaran moral memang perlu dipelajari dalam
jenjang pendidikan disamping untuk menambah ilmu pengetahuan, juga dapat
membentuk karakter yang jujur dan jawab kepada diri sendiri juga kepada
pembangunan bangsa ke depannya. Sehingga akan terlahir manusia yang
optimisme sebagai penerus bangsa Indonesia. Lebih daripada itu, pendidikan
Moral akan membentuk sumber daya aparaturPemerintahan yang mempunyai
keyakinan untuk Berkompetisi yang antara lain dilandasi dengan Kejujuran
dan penghargaan terhadap orang lain.Penyebab Rendahnya mentalitas
pegawai disebabkan karena kurangnya perhatian dan komitmen pemerintah
daerah terhadap profesionalisme aparatur negara, sehingga sebagian aparatur
publik memanfaatkan jabatan dak kebijakan untuk kepentingan pribadi atau
kelompok.
 Seringnya terjadi perubahan aturan kepegawaian dan organisasi pemerintahan
daerah, hal tersebut mengakibatkan adanya kecenderungan para pejabat
kepegawaian dalam keputusan/kebijakan yang kurang selaras dengan
peraturan perundang-undangan kepegawaian Secara nasional. Melihat suatu
perubahan-perubahan atau inkonsistensi dan Seringnya terjadi perubahan
peraturanPerundang-undangan dalam hubungannyaDengan pelaksanaan
pelayanan publik tersebut hal ini menjadikan masalah peningkatan sumber
Daya aparatur semakin rumit, karena dengan Adanya ketidaksesuain peraturan
yang adaDengan situasi dan kondisi penyelenggaraan Pelayan akan sangat
mempengaruhi baik atau Tidaknya kinerja aparatur, karena pada dasarnya
Aparatur melaksanakan tugas dan fungsinya Berdasarkan peraturan
perundang-undanganYang ada, maka jika terjadi inkonsistensi maka
Dampaknya sangat besar terhadap produk kinerja Yang dihasilkan.
 Situasi birokrasi pemerintahan kaya dan miskin fungsi, sehingga
menyebabkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara semakin tidak
teratur.Semua itu terletak pada kelemahan birokrasi Indonesia dimana
strukturnya yang gemuk, dikarenakan lahir nya sejumlah kabupaten atau
provinsi baru, dan Sementara itu, pemerintah pusat membentuk berbagai
badan/komisi yang semestinya merupakan bagian dari tugas pokok fungsi
departemen yang ada. Dari sini, dapat menunjukkan bahwa kurangnya
efisiensi dan efektivitas terhadap fungsi dan meluapnya struktur dalam sistem
birokrasi. Banyaknya struktur yang dimiliki daerah, secara Otomatis telah
berdampak pada ada pelayanan, Banyaknya struktur tidak akan
mencapaiEfesiensi dan efektif. Dalam sistem birokrasi Modern seperti
sekarang ini, yang dibutuhkan Oleh pemerintah daerah adalah birokrasi
Pemerintah yang dapat berjalan secara efektif Dan efisien
3. Solusi yang dapat dilakukan agar pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan dengan
baik, efektif dan efisien yaitu otonomi daerah harus dilaksanakan dengan penuh
perhitungan, berlandaskan prinsip yang jelas dan mengembangkan nilai-nilai etika
pemerintahan yang diarahkan kepada integritas nasional. Berdasarkan dalam buku
Professional Standards and Ethics A Workbook for Public Administrators, American
Society for Public Administration, Washington D.C Elemen pokok yang ditulis oleh
Martins Jr, 1979 integritas profesionalnya Diarahkan ke 4 hal yang meliputi equality
(perlakuan yang adil dalam pelayanan) Hal ini didasarkan atas tipe perilaku birokrasi
rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua
pihak tanpa memandang afilasi politik, status sosial dan sebagainya. Bagi mereka
memberikan perlakuan yang sama identik dengan berlaku jujur, suatu perilaku yang
sangat dihargai. equity (menyamaratakan dalam melayani masyarakat), Untuk masyarakat
yang pluralistik kadang-kadang diperlukan perlakuan yang adil dan perlakuan yang sama
(misalnya menghapus diskriminasi pekerjaan, sekolah, perumahan dan sebagainya), dan
kadang-kadang pula dibutuhkan perlakuan yang adil tetapi tidak sama kepada orang
tertentu.loyality (jujur dan setia), kesetiaan diberikan kepada konstitusi, hukum,
pimpinan, jawaban, dan rekan kerja. Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama
lain, dan tidak ada kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu
dengan mengabaikan yang lainnya. dan responsibility (setiap aparatur siap menerima
tanggung jawab), setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab tas apa
pun yang ia kerjakan dan harus diri dari sindrom “saya sekedar melaksanakan perintah
atasan”. Adapun prinsip otonomi daerah yang dapat ditelaah dari buku pendidikan
kewarganegaraan karangan yang ditulis oleh Wahidin yaitu;
 Pelaksanaan otonomi daerah harus memperhatikan aspek demokratis, keadilan,
pemetaan, potensi dan keanekaragaman daerah
 Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan pada otonomi luas nyata dan
bertanggung jawab.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan konstitusi
 Pelaksanaan Otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan fungsi legislatif dan fungsi
anggaran.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan kriteria ekstimalitas, akuntabilitas,
dan efisien dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan
pemerintahan.

Perlu kita ketahui bahwa pelaksanaan otonomi daerah dalam Bingkai negara kesatuan
republik Indonesia adalah satu kebijakan dimana untuk memecahkan atau memberikan
sebuah perbedaan kewenangan antara kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan
pemerintah daerah. Oleh karena itu disamping berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip
sebagaimana dikemukakan oleh Wahidin dalam bukunya pendidikan kewarganegaraan
diatas juga berpegangan terhadap ketaatan terhadap asas. Kemudian asas otonomi daerah
tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian diantaranya yaitu asas yang umum dan asas
yang khusus. Asas umum terdiri dari kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara,
kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas,
efesiensi dan efektifitas. Sedangkan asas otonomi daerah yang khusus dapat dibagi lagi
menjadi tiga bagian, tiga bagian diantaranya yaitu asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan.

Yang perlu dicatat sebaik apapun pelaksanaan otonomi daerah, tidak akan berjalan
dengan baik dan meraih sasaran apabila tidak didasari dengan “niatan” yang baik dari
pemerintah daerah itu sendiri untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan sebaik-
baiknya, dan semua Itu tentunya tak luput dari kesadaran dari pemerintah daerah, bahwa
niatan harus diiringi oleh pelaksanan/implementasi, karena hanya didasari dengan niatan
tanpa implementasi tujuan tidak akan tercapai. Oleh karena itu dalam otonomi daerah
perlu sebuah dukungan dari aspek lagi didalam pemerintah yang baik dan aspek tersebut
dikenal dengan istilah a good and clean government

4. Peran mahasiswa untuk mewujudkan praktek good governance yaitu dengan memberikan
aspirasi dan juga Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang didasarkan oleh
penelitian dan kajian. Hal tersebut dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjadi kemudahan dalam
memperoleh informasi yang akurat sehingga masyarakat memiliki tambahan wawasan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Mahasiswa juga ikut andil dalam mewujudkan
praktek good governance karena tugas mahasiswa bukan Hanya berkutat dalam dunia
kampus saja, Dimana memperlajari ilmu pengetahuan yang digeluti, mempertahankan
IPK dan sebagainya yang hanya berkaitan dengan kampus. Akan tetapi tugas mahasiswa
secara universal yaitu berkontribusi kepada masyarakat, baik masyarakat kecil maupun
masyarakat luas. Di Dalam bahan kewarganegaraan yang disusun oleh Arie Kurniawan
Hutomo dkk disana dijelaskan bahwa ada 3 poin peran mahasiswa dalam mewujudkan
good governance diantaranya yaitu
 Agent of change
Peran mahasiswa sebagai agent of change ini sering sekali di lontarkan oleh saat
melakukan perubahan kebijakan dalam serangkaian aksi yang dilakukan. Peran
mahasiswa sebagai agent of change ini dikaitkan dengan sebuah surah ar-Ra’d
ayat 11 disana dijelaskan bahwa “suatu Kaun harus mau berubah jika mereka
menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik”. Maka dengan adanya
mahasiswa, dimana mahasiswa disini sebagai kaum intelektual, mahasiswa
dituntut untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik. Mahasiswa harus
berani menyuarakan suara rakyat kepada pemerintah. Dengan itu jika ada sebuah
permasalahan atau Perubahan kebijakan yang dapat merugikan rakyat, maka
mahasiswa jangan hanya diam, akan tetapi bergerak untuk merubah kondisi
sekitar menjadi lebih baik.
 Agent of control
Peran mahasiswa sebagai agent of control yaitu sebagai peran yang sangat
signifikan. Sebab peran inilah mahasiswa mampu melakukan pengontrolan
terhadap hal-hal yang bertentangan dengan keadilan masyarakat. Peran agent of
control ini juga mengartikan bahwa mahasiswa dapat mengontrol kebijakan-
kebijakan yang menyangkut masyarakat luas.
 Iron stock
Peran mahasiswa sebagai iron stock disini yaitu mahasiswa harus memiliki
kepribadian yang baik, karena mahasiswa disini sebagai aset atau cadangan
Untuk masa depan, dikatakan seperti itu karena mahasiswa ini merupakan
generasi muda bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan dimasa yang akan
mendatang. Sama hal nya dengan sebuah organisasi, jika kepemimpinan yang tua
sudah punah maka untuk kepemimpinan selanjutnya akan dilanjutkan oleh
generasi muda yang memang memiliki jiwa kepemimpinan. Mahasiswa
mempunyai memiliki fungsi tersendiri. Dimana diungkapkan oleh M. Hatta
bahwa menjadi mahasiswa, berarti membentuk diri menjadi manusia susila dan
Demokrat yang memiliki keinsyafan tanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat, cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu
pengetahuan, dan cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat.
Berdasarkan dari pemikiran M Hatta tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
perguruan tinggi memang untuk membentuk manusia yang akademis. Dan hal
tersebut lah yang menjadi fungsi dari perguruan tinggi itu sendiri. Yang oerlu
diketahui bahwa insan atau manusia akademis memiliki dua ciri diantaranya yaitu
memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. Mahasiswa harus
memiliki sense of crisis, karena dengan sense of crisis mahasiswa dapat peka dan
kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi disekitarnya saat ini. Hal ini tumbuh
dengan sendirinya jika mahasiswa itu menanamkan dan mengimplementasikan
watak ilmu. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa dapat
diharapkan memahami masalah-masalah yang timbul disekitar kita kemudian
dapat menemukan solusi-solusi untuk menyelesaikan Masalah tersebut.

Sumber referensi

Eko Budi Sulistio. “Faktor-faktor Penghambat Pengembangan Sumberdaya Aparatur Pemerintah


Daerah”. Sosialita, V o l . I / 2 0 1 0.

Endang Benselina Etwiory. “Analisis Kinerja Dprd Kabupaten Maluku Tenggara Dalam Era
Otonomi Daerah”. Jurnal Administrasi Publik dan Birokrasi Vol. 1 No. 2, 2014, artikel 5

Rifi Rivani Radiansyah. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada
Sektor Bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat”. JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK, Volume 3 No. 1 Januari 2019

Wahidin. Pendidikan Kewarganegaraan, (Bogor; In Media, 2015)

Anda mungkin juga menyukai