Nim : 2114011034
Latar Belakang
Hal ini berawal ketika terjadinya krisis keuangan Asia yang berpengaruh pada
serangkaian perubahan mendasar pada ranah politik Indonesia dan juga Singapura. Dan ketika
keadaan ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan (dan bahkan runtuh), dan sebagai
upaya memperbaiki keadaan ini, agar tidak sampai terjadi merosotnya perekonomian akibat dari
krisis keuangan, elit penguasa telah mengambil beberapa langkah berani dan nekat, termasuk
gerakan yang ditujukan untuk menyelamatkan beberapa sektor ekonomi. oleh karena itu
dilakukan pendekatan ekonomi, Pendekatan ekonomi ini dikenal sebagai jalan keluar seperti
dimaksudkan Crouch (1996) sebagai high expectation, high frustration. Dari sinilah muncul
konsep good governance.
good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut
muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun Dan berapapun bantuan yang
diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis Tanpa bekas dan tidak dapat membawa
negara-negara tersebut ke keadaan yang lebih Baik. Pemahaman umum tentang Good
Governance mulai mengemuka di Indonesia Sekitar 15 tahun belakangan ini, terutama setelah
berbagai lembaga pembiayaan Internasional mempersyaratkan “Good Governance” dalam
berbagai program Bantuannya. Kepemeritahan yang baik banyak diperkenalkan oleh lembaga
donor Atau pemberi pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asian Development Bank, IMF
maupun lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya yang berasal dari Negara-Negara maju.
Good Governance dijadikan aspek pertimbangan lembaga donor dalam Memberikan pinjaman
maupun hibah.
Good governanceYang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan intergritas,
profesional Dan etos kerja serta moral yang tinggi dengan demikian penerapan good Governance
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan tantangan Tersendiri. Kendati
pemahaman tentang good governance berbeda-beda, namun Setidaknya sebagian besar dari
penduduk Indonesia dan Singapura membayangkan bahwa Dengan good governance mereka
akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang Baik. Banyak diantara mereka membayangkan
bahwa dengan memiliki praktik Good governance yang lebih baik, maka kualitas pelayanan
publik menjadi Semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi
Semakin peduli terhadap kepentingan warga
Rumusan Masalah
Tujuan
Hasil Review
Dalam rangka menciptakan penyelenggaraan negaraYang bersih dan bebas KKN secara
preventif, dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 ada 4 (empat) asas kebijakan dasar Politik nasional
yang ditetapkan dalam sistem manajemen Kenegaraan RI, yaitu; Meletakkan asas-asas umum
penyelenggaraanNegara yang baik (good governance) meliputi : asas Kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, proporsonalitas, asas
profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Kemudian Hak dan Kewajiban penyelenggara negara,
salah satu yang mendasar dan baru adalah menyangkut kewajiban penyelenggara negara
melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Dan Pemeriksaan
kekayaan penyelenggara negarasebelum, selama dan setelah menjabat oleh Komisi
pemberantasan Korupsi (KPK). Dan yang terakhir Peningkatan peran serta masyarakat
dalampenyelenggaraan negara.
Tujuan penerapan good governance ini yaitu untuk Mengatasi kritis ekonomi dalam
waktu sesingkat-singkatnya, Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui perluasan dan peningkatan partisipasi politik
rakyat secara tertib untuk menciptakan stabilitas nasional, Menegakkan hukum berdasarkan
nilai-nila kebenaran dan keadilan, HAM menuju terciptanya stabilitas nasional, Meletakkan
dasar-dasar kerangka agenda reformasi pembangunan agama, dan sosial budaya dalam usaha
mewujudkan masyarakat Madani
Good Governance merupakan prinsip sangat universal, Sehingga menjadi rujukan bagi
semua umat beragama, serta dapat ditemukan pada Kultur budaya di manapun. Hal yang
membedakan praktik Good Governance di Suatu negara adalah Good Governance sebagai
sistem, karena harus selalu Menyesuaikan dengan sistem hukum, keadaan dan perkembangan
kemajuan, serta Kultur bangsa itu sendiri. Didalam menerapkan governance yang baik,
diperlukan Pendekatan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pendekatan
Yang dilakukan ada dua yaitu pendekatan yang sarat sarat aturan atau sistem, Dibanding
pendekatan etika (Hard Law) dan pendekatan yang lebih menekankan Pada tidak terlalu sarat
aturan tetapi lebih pada pendekatan etika (Soft Law).
Dari penerapan good governance ini memang ada peningkatan di meskipun tidak
terealisasi semua akan tetapipemerintahan sudah dapat menangani masalah dalam mengatasi
Krisis ekonomi, dapat membantu mencegah tindakan korupsi, dan adanya perubahan budaya
politik.
Singapura telah lama mengangkat isu meritokrasi sebagai salah satu dasar dari
pemerintahan. Memang, tindakan partai dari orang yang berkuasa (PAP) telah berulang kali
menyatakan bahwa legitimasi berakar pada kinerja, yang mengacu pada tata pemerintahan yang
baik di Singapura. Dengan menggunakan sistem meritokrasi maka dapat memberikan manfaat
yang besar bagi Singapura dalam kesuksesan penerapkan Good Governance di Singapura.
Karena, sistem meritokrasi memberikan kesempatan berusaha mencari orang yang memiliki
kemampuan dan kualifikasi terbaiklah yang akan untuk menduduki suatu posisi dan memberikan
penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
Menemukan orang yang memiliki kemampuan unggul dapat dilakukan melalui tes,
melihat pengalaman, atau kombinasi dari berbagai penilaian ini. Namun kritikus mengatakan
bahwa bentuk pemerintahan ini diskriminatif karena mungkin tidak akan memberikan
kesempatan pada orang yang memiliki keterampilan tetapi tidak cukup cerdas atau tidak
berkesempatan mendapatkan pendidikan tertentu. Sistem inilah yang mengkritik Weberian yang
teorinya cendrung impersonalitas sehingga cenderung tidak melihat kecapakan (merit) dan
keterampilan (skill) dari seorang staf pemerintahan, karena atmosfer KKN tersebut sangat kental
dari pada profesionalisme.
Penerapan Good Governance di Singapura sangat baik, hal ini dapat dilihat berdasarkan
hasil riset bahwa Singapura menduduki peringkat 2 dengan skor 92.9 setelah negara Hongkong
dalam Good Governance For International Business Index In Asia Pasific For 2010 serta
menduduki peringkat 2 juga dalam Global Competitiveness Index 2013-2014. Kedua program
adalah program yang digunakan untuk mengukur seberapa baik jalannya tata suatu negara
berdasarkan prinsip-prinsip Good Governance (transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan
efisiensi, dan aspek lainnya).
Di Singapura selalu dilakukan revisi ulang terhadap tata kelola pemerintahan agar
menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dapat
menyebabkan nilai total asset tiap perusahaan menjadi naik dalam beberapa tahun terakhir. Hal
ini dilihat dari nilai total asset yang selalu meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu,
net profit dari perusahaan juga bertambah serta mendapat tambahan dana baik dari investor
maupun dari nasabah. Contohnya bank OCBC di Singapura mengalami total asset yang
meningkat dari tahun 2009 ke 2010 hingga 18%.
Selain itu, Singapura juga mengumumkan hasil kasus penegakan secara rinci dan dapat
dipercaya. Hasil tersebut disampaikan secara rinci dan dapat dipercaya di website Monetary
Authority of Singapore (MAS) dimana Monetary Authority of Singapore (MAS) akan
memberikan secara detail tentang kasus yang terjadi, pelaku, serta tindakan pelaku dalam
melakukan fraud. Singapura juga mendirikan Corrupt Practices Investigation Bureau.
(CPIB) yang bertugas untuk mencegah terjadinya korupsi di perusahaan sektor swasta
maupun publik. Dapat dilihat bahwa Singapura memiliki sistem yang sangat terkontrol dalam
mengatur hal-hal yang ada di dalam negara agar negara dapat lebih maju dan terhindar dari hal-
hal negatif yang tidak diinginkan.
Singapura juga memiliki kode nasional sendiri tentang tata kelola perusahaannya sendiri.
Singapore Exchange (SGX) dan Monetary Authority of Singapore (MAS) bersama-sama
mengelola kode nasional tersebut dan dengan nama The Singapore Code of Good Corporate
Governance di tahun 2005. Walaupun belum bersifat wajib, tetapi perusahaan perlu
mengungkapkan praktik tata kelola perusahaan dan penjelasan akan penyimpangan kode dalam
laporan tahunan. Definisi atas direksi independen (orang yang tidak memiliki hubungan dengan
perusahaan maupun afiliasinya seperti anak perusahaan atau induk perusahaan karena jika
memiliki hubungan maka dapat mempengaruhi penilaian dari keputusan yang diambil) telah
disampaikan dengan cukup jelas di dalam setiap kode. Dalam kode di Singapura disebutkan
bahwa perlu adanya komisaris independen yang sekurang-kurangnya berjumlah sepertiga dari
jumlah anggota dewan.
Di Singapura, dewan perlu membuat komite audit dan menyusun kerangka acuan tertulis
yang menjelaskan wewenang dan tugas komite yang sedikitnya beranggotakan tiga komisaris
dimana mayoritas merupakan komisaris independen serta dewan perlu memastikan bahwa
anggota komite audit telah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk memenuhi tanggung
jawab dan memiliki keahlian atau pengalaman di bidang akuntansi atau keuangan.
Singapura sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki hak memesan saham yang
baru diterbitkan perusahaan terlebih dahulu. Singapura mengikuti Monetary Authority of
Singapore (MAS) Act dimana jika karyawan melakukan fraud atau tindakan kriminal yang
Merugikan perusahaan maka bukan hanya terkena sanksi tetapi juga dapat dicabut dari posisinya
yang sekarang sehingga negara Singapura pun dapat tertata dengan baik, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Inilah termasuk bentuk dari dampak penerapan good
governance
Kesimpulan
Kepemerintahan yang baik (good governance), merupakan isu yang mengemukan dalam
pengelolaan administrasi publik. Berdasarkan Penerapan good governance di Indonesia, diawali
dengan UU Nomor 28 Tahun 1999 Tentang penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), ditetapkan Tujuh asas penyelenggaraan negata
yang baik, diantaranya Asas kepastian hukum, yaitu asas yang Mengutamakan landasan
peraturan perundang-Undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap Kebijakan penyelenggara
negara. Kemudian Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang Mengutamakan
keteraturan, keserasian dan Keseimbangan dalam pengendalian dan Penyelenggaran negara. Dan
yang terakhir Asas kepentingan umum, yaitu asas yang Mendahulukan kesejahteraan umum
dengan yang Aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Dari penerapan good governance ini memang ada peningkatan di meskipun tidak
terealisasi semua akan tetapipemerintahan sudah dapat menangani masalah dalam mengatasi
Krisis ekonomi, dapat membantu mencegah tindakan korupsi, dan adanya perubahan budaya
politik.
Singapura sebagai pemegang saham minoritas tidak memiliki hak memesan saham yang
baru diterbitkan perusahaan terlebih dahulu. Singapura mengikuti Monetary Authority of
Singapore (MAS) Act dimana jika karyawan melakukan fraud atau tindakan kriminal yang
Merugikan perusahaan maka bukan hanya terkena sanksi tetapi juga dapat dicabut dari posisinya
yang sekarang sehingga negara Singapura pun dapat tertata dengan baik, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Inilah termasuk bentuk dari dampak penerapan good
governance
Daftar Pustaka
Rasul, Sjahruddin. “Penerapan Good Governance di Indonesia Dalam Upaya Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi”.MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 – 628