NIM : 1801124435
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN
MATA KULIAH : TATA KELOLA PEMERINTAHAN AIP
PERMASALAHAN
Aktualisasi gerakan good governance di Indonesia bisa terlihat dengan banyak dibuatnya
regulasi (aturan hukum) dan dibentuknya institusi-institusi baru pasca reformasi sebagai upaya
mewujudkan good governance. Dalam perkembangannya, upaya tersebut belum dapat
menghasilkan perubahan yang nyata, dimana kualitas pelayanan publik pemerintah masih sangat
rendah, tingkat korupsi masih tinggi serta tingkat daya saing Indonesia yang masih tertinggal dari
negara-negara lain. Kondisi ini membuat pemerintah perlu untuk menerapkan strategi kebijakan
dalam melakukan reformasi institusional yang berbasis kondisi faktual (pendekatan kontekstual)
yang ada di Indonesia, sehingga kebijakan yang dibuat lebih sesuai dengan permasalahan yang
ada dan lebih realistis untuk dapat dilaksanakan oleh pemerintah
Hambatan dalam mewujudkan good governance atau melaksanakan pemerintahanyang
baik yang berbasis pada pengelolaan sistem keuangan daerah yang baik, masih banyak menemui
kendala. Berbagai kendala dalam pengelolaan keuangan daerah dapat terjadi baik dalam
penentuan kebijakan makro maupun teknis operasionalnya. Good governance pada dasarnya
adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya
yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sejalan dengan prinsip demokrasi yang
lebih efesian pencengahan korupsi baik secarapolitik maupun administrasi.
Hambatan dalam mewujudkan good governanceatau melaksanakan pemerintahan yang
baik yang berbasis pada pengelolaan sistem keuangan daerah yang baik, masih banyak menemui
kendala. Berbagai kendala dalam pengelolaan keuangan daerah dapat terjadi baik dalam
penentuan kebijakan makro maupun teknis operasionalnya.Untuk itu, perlu dilakukan reformasi
administrasi publik khususnya dibidang manajemen sektor publik agar terjadi efektivitas dan
transparansi manajemen yang berimbas pada perbaikan pelayanan kepada publik. Dalam hal lain
ada beberapa hambatan yang menjadi kendala mewujudkan Integritas Pelaku Pemerintahan
Peran pemerintah yang sangat berpengaruh,maka integritas dari para pelaku pemerintahan cukup
tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada kesempatan untuk melakukan penyimpangan
misalnya korupsi yang udah menyebar dimana-mana.
Dari kendala good governance eyang telah disinggung dapat membuat saya memberikan
dugaan awal terhadaplokasi penelitian yang diduga menemukansejumlah gejala yang
mengindikasikan belum baik Prinsip-prinsip Good Governance dari aparatur setempa tyang
belum dijiwai secara baik, dan dapat dijelaskan berbagai gejala sebagai berikut :1.Tidak adanya
transparansi dalam mempublikasikan hasil tes Pegawai.2.Perekturatan tenaga kerja tidak
bersandar pada profesi dan kentrampilan yang dimiliki.3.Para pegawai sering berperilaku
semaunya dalam pelayanan masyarakat.4.Masuk kantor sering kesiangan dan pulang kerja
sebelum jam pulang.5.Pegawai semaunya meninggalkan tempat kerja dengan alasan yang tidak
jelas.6.Memberikan Informasi yang simpang siur kepada warga yang membutuhkan
pelayanan.7.Sering berdiskusipolitik dengan rekan kerja pada saat jam kerja.8.Pelayanan yang
berbelit-belit, agak mahal, makan waktu karna sering ditunda-tunda, serta sangat memusingkan,
warga yang menginginkan pelayanan.9.perekrutan pegawai structural melirik pada kelompok
politik(adanya kontrak politik).10.Dalam pelayanan sering ada nya praktek pengungutan liar.
Paradigma yang telah banyak berkembang diberbagai negara seperti di New Zealand,
Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat dianggap sebagai suatu standar baru yang ideal
dalam menjalankan pemerintahan. Meskipun pada akhirnya paradigma ini mendapatkan kritikan
dari paradigma baru dalam pengelolaan pemerintahan yang akarnya berasal dari 4 teori dasar
yaitu theories of democratic citizenship, models of community and civil society, organizational
humanism and the new public administration, and postmodern public administration. Maka
lahirlah New Public Service yang menekankan bahwasanya “Government shouldn’t be run like a
business; it should be run like a democracy”, di mana dalam paradigma baru ini masyarakatlah
yang menjadi fokus utama dengan prinsip dasar keadilan dan kesamaan, hubungan pemerintah
dengan masyarakatnya tidak dipandang sebagai pedagang dan pelanggan, akan tetapi
mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
terdapat juga banyak kasus di manawarga Indonesia mendapati dirinya dikriminalisasi hanya
karena mengklaim hak mereka atas tanah tempat mereka tinggal.dan skema pembangunan
melalui MP3EI telah mengakibatkan pelanggaran-pelanggaran HAM yang serius.
Korupsi saat ini merupakan perma-salahan bukan hanya bagi Indonesia namun juga bagi
masyarakat internasional. bagi masyarakat internasional perang terhadap masalah korupsi ini
antara lain terlihat dari ketentuan OECD, in International Business transaction, yang bertujuan
untuk mencegah dan mem-berantas penyuapan terhadap pejabat publik asing dalam
hubungannya dengan bisnis internasional. Demikian pula setiap tahun Political and Economic
Risk Consultancy (PERC), selalu mengumumkan hasil sur-veinya mengenai peringkat korupsi
negara-negara di dunia, dimana sama-sama kita ke-tahui bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang masuk dalam pemeringkatan tingkat korupsinya Bagi Indonesia, dalam masa
reformasi ini maka masalah korupsi (baca KKN) merupakan masalah yang sangat menonjol,
yang tercermin antara lain dari rendahnya kualitas pelayanan publik, rendahnya kua-litas sarana
dan prasarana yang dibangun pemerintah, makin meningkatnya beban Bagi Indonesia, dalam
masa reformasi ini maka masalah korupsi (baca KKN) merupakan masalah yang sangat
menonjol, yang tercermin antara lain dari rendahnya kualitas pelayanan publik, rendahnya kua-
litas sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, makin meningkatnya beban Penerapan
Good Governance di Indonesia dan ketidak-efektifan pengelolaan badan usaha yang mengelola
kebutuhan publik seperti telekomunikasi, bahan bakar minyak, listrik dan sebagainya. Sementara
itu, di lain pihak makin terjadi kesenjangan, dimana pihak konglomerat dan beberapa pejabat
secara demonstratif memamerkan kekayaannya
PEMBAHASAN
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara
administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi
tumbuhnya aktifitas usaha.Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu
kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan
secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Good governance yang secara umum bertujuan untuk membantu terselenggara dan
tercapainya tujuan nasional merupakan salah satu fondasi dasar yang harus segera diterapkan.
Haruslah diyakini bahwa pene-rapan good governance akan dapat mem-bantu upaya-upaya
dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi maupun nepo-tisme. Merujuk pada beberapa
karakteristik ood governance, seyogyanya penegakan hukum, equity (keadilan) dapat ditegakkan
maka, praktik-praktik penyalah-gunaan kewenangan dapatlah diminimalisir.prinsip transparansi,
konsensus, partipasi, responsivitas dan strategic vision haruslah pula ditegakkan dalam setiap
tingkatan, se-hingga terjadi keseimbangan bagi institusi-institusi penyelenggara negara (pihak
nega-ra, masyarakat bisnis, dan msyarakat sipil)
Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good
Governancemerupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan
baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15
tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya
sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan
kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance.
Transparansi,adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,
meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan
tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini,
penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran
dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good
Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah
mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga
memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam
proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN.
Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial
dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang,
peraturan dan lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang
dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama
yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di
tempatkan sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental
dengan rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Indonesia merupakan salah satu bagian dari gugusan yang menghadapi difusi demokrasi.
Perkembangan demokrasi di Indonesia mulai menguat seiring meningkatnya gerakan resistensi
masyarakat sipil terhadap kepemimpinan Soeharto. Dalam hal ini, keberlangsungan difusi
demokrasi dapat dikatakan melegitimasi eksistensi kelompok resisten. Selain itu, kepemimpinan
Soeharto di awal tahun 1990an juga telah mengalami berbagai friksi, salah satunya yaitu
dukungan politik yang semakin menurun dari kalangan militer dan ekonom. Imbasnya,
kepercayaan yang makin berkurang seiring dengan krisis ekonomi tahun 1997 akhirnya
memaksa Soeharto untuk mundur dari tampuk kekuasaannya. Momen tersebut tidak hanya
mengganti struktur kekuasaan otoritarian, melainkan juga memberi jalan bagi munculnya wacana
pembangunan baru di bawah skema good governance.
Pada masa awal pemerintahan Soeharto (1966-1980an), diskursus pembangunan
Indonesia ditandai oleh beberapa hal, antara lain munculnya kapitalisme negara (developmental
state) melalui proyek-proyek industrialisasi substitusi impor, keterbukaan ekonomi dan
penanaman modal baik asing maupun domestik, pembenahan struktur dan aparatus negara, serta
menguatnya rezim pembangunan yang berbasis pada perencanaan. Namun, pada tahun 1980an,
̳oil boom‘ mulai surut dan dana yang mengalir tidak lagi sebesar tahun 1970an. Pada era ini,
berdasarkan resep lembaga keuangan internasional dan didukung oleh para ekonom yang
berhaluan liberal, pemerintah mulai memperkenalkan paket deregulasi keuangan yang
menimbulkan perkembangan sektor finansial, liberalisasi sektor perdagangan, serta perubahan
kebijakan industrialisasi menjadimodel orientasi ekspor. Namun,skema-skema kebijakan
ekonomi yang berbasis pada kerangka neo-institusional tersebut hancur setelah krisis ekonomi
menerpa negara-negara Asia pada tahun 1997-1998.Era Reformasi di Indonesia ditandai oleh
munculnya satu diskursus dominan: good governance.
Melalui satu paket bersama structural adjustment program dan beberapa mekanisme
donor yang lain, good governance pada intinya menawarkan reformasi institusi negara yang
berbasis pada ―pembukaan dan perlindungan atas hak-hak individu, absennya korupsi, regulasi
yang ramah-pasar, serta sesuai dengan kebijakan makro-ekonomi neoliberal.Institusi menjadi
salah satu poin penting dalam format reformasi World Bank. Menurutskema yang diterapkan
secara global ini, good governance mengisyaratkan bahwa tata kelola pemerintahan harus dibuat
kompatibel dengan mekanisme pasar yang efektif. Untuk menciptakan harmonisasi dengan
pasar, berbagai norma pun diperkenalkan, seperti: transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan
masyarakat sipil.Postur normatif dari good governance yang dibingkai oleh aktor institusional
justru mengalami transformasi di tengah kondisi tertentu.
Hal inilah yang kemudian membawa kita pada pembentukan kebijakan publik yang
semuanya ditujukan untuk kepentingan pasar.Timo Kivimaki pernah menyatakan bahwa sejak 1
Desember 1997, ketika IMF dan lembaga keuangan dunia lainnya terlibat dalam pemulihan
ekonomi di Indonesia, maka Indonesia telah menjadi Republic of IMF.Istilah yang sarkastis ini
digunakan untuk mengilustrasikan betapa lemahnya posisi Indonesia di hadapan institusi
keuangan dunia yang mengendalikan mereka melalui beragam persyaratan yang harus ditaati,
direviu dan dievaluasi. Hal ini dapat terlihat pada: (a) asumsi perekonomian yang disusun oleh
DPR dan Pemerintah Indonesia mengenai Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) 1998/1999 yang mendapatkan koreksi dari IMF;(b) pertumbuhan ekonomi yang
dipatok oleh IMF; (c) tingkat inflasi yang ditentukan oleh IMF; (e) privatisasi BUMN atas
permintaan IMF; (e) pembubaran Badan PemasaranCengkeh berdasarkan kesepakatan dengan
IMF; (f) pencabutan subsidi BBM hingga 71% untuk jenis premium agar lebih sesuai dengan
harga pasar.
Berbagai kebijakan publik yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia di era Reformasi tidak
hanya menunjukkan inferioritas Indonesia dibandingkan lembaga keuangan dunia, namun juga
menunjukkan keberpihakan mereka pada agenda neoliberalisme. Kebijakan pemerintah untuk
mencabut subsidi BBM menjadi tidak masuk akal jika kita mempertimbangkan fakta bahwa
pemerintah masih mensubsidi perbankan hingga Rp 103 triliun sementara subsidi energi hanya
sebesar Rp 27 triliun.Sementara rakyat menderita akibat kenaikan harga BBM, perbankan justru
menikmati pundi-pundi dana yang tidak lain berasal dari uang pajak rakyat. Lagi-lagi, kebijakan
ini ditempuh untuk memenuhi keinginan IMF.
Reformasi tahun 1998 dijadikan momentum oleh bangsa Indonesia dan dijadikan tonggak
perubahan mendasar ter-hadap sistem penyelenggaran pemerintahan ter-utama menyangkut
aspek kelembagaan (organization), ketatlaksanaan (business process), dan sumber daya manusia
Selanjutnya melalui Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (UU RPJPN), reformasi birokrasi dimasukan sebagai salah satu agenda
utama untuk meningkatkan profesionalisme apa-ratur negara dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance).
Bahwa tidak ada perubahan mendasar dari pembangunan nasional Indonesia sebelum dan
sesudah Reformasi. Pembangunan nasional pasca-Reformasi yang dilaksanakan atas dasar
komitmen terhadap Good Governance tetap hanya mengutamakan kepentingan pemilik modal
dan pertumbuhan ekonomi dibandingkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Konsep Good
Governance menjadi paradoks karena meskipun dibalut dengan kata ̳baik (Good)‘, nyatanya
menimbulkan banyak ̳mudarat (Bad)‘ bagi masyarakat yang seharusnya menjadi penerima
manfaat dari tata kelola yang ̳baik‘ ini. Daripada menciptakan sebuah pemerintahan yang lebih
baik dan demokratis, good governance justru mempertahankan pola-pola kediktatoran namun
dengan cara yang lebih halus dan mendisiplinkan (governmentality) serta tidak terpikirkan oleh
mereka yang terpesona oleh sosok pemimpin populer.
REKOMENDASI
Untuk mewujudkan good governance dibutuhkan komitmen dan konsistensi dari semua
pihak, aparatur negara, dunia usaha, dan masyarakat, dan pelaksanaannya di samping menuntut
adanya koordinasi yang baik, juga persyaratan integritas, profesionalitas, etos kerja dan moral
yang tinggi. Dalam rangka itu, diperlukan penerapan prinsip-prinsip good governancesecara
konsisten seperti akuntabilitas, transparansi dan penegakan hukum, sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna dan berhasilguna. Perlu
juga dipahami kiranya bahwa penerapan good governance ini, khususnya yang berkaitan dengan
pemberantasan korupsi dan nepotisme haruslah dilakukan melalui strategi pencegahan
(preventif) dan strategi penindakan (represif) yang efektif dan seimbang.
Keberhasilan suatu program lembaga pemerintah tergantung pada keberadaan visi dan
misi. Pernyataan visi dan misi suatu organisasi merupakan gambaran ideal organisasi atas apa
yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya. Untuk mencapai visi
dan misi tersebut organisasi menyusun rencana-rencana strategis yang harus dilakukan oleh
setiap anggota organisasi. Dalam mengimplemen-tasikan rencana-rencana strategis tersebut,
organisasi sering menghadapi hambatan bahkan kegagalan.
Yang dapat saya analisa atau saya sarankan dalam perkembangan good governance
diindonesia ini adalah dapatnya terwujud tata kelola pemerintahan yang baik,efesien dan efektif
dalam menjalankan pemerintahan.supaya tidak terjadinya ketimpangan dalam menjalankan
pemerintahan dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada diindonesia,krisis atau
kasus-kasus yang melanda Indonesia.dengan Perlu adanya kesadaran dari aparatur pemerintah
khususnya Bagian Administras iPemerintahan, Perbatasan dan Pulau-pulau Kecil Terluar untuk
meningkatkan partisipasimasyarakat dalam proses pengambilan keputusan, implementasinya
bahkan evaluasikebijakan. Perlu adanya akuntabilitas yang nyata dilakukan apatatur pemerintah
khususnya BagianAdministrasi Pemerintahan, Perbatasan dan Pulau-pulau Kecil Terluar melalui
laporanmelalui laporan yang jelas mengenai apa saja yang dilakukan oleh pemerintah
dantentunya anggaran yang dipakai untuk pelaksanaan proses penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
REFERENSI
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjHwurC-
qbtAhVbfX0KHRgdDgAQFjACegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fbulelengkab.go.id
%2Fdetail%2Fartikel%2Fpengertian-prinsip-dan-penerapan-good-governance-di-indonesia-
99&usg=AOvVaw1FY7C0iMkxQM1E37oGncfT
Ach.Djuaeni.K. (2015). “tantangan penerapan good governance di indonesia”. jurnal inspirasi
volume 6 no. 2, september 2015: 32-36, 32-36.
Aspin Nur Arifin Rivai1, G. R. (2019). paradoks penerapan good governance di indonesia: suatu
tinjauan kritis mp3ei. urnal politik profetikvolume 7, no. 2tahun 2019.
Hakim, A. (2016). dinamika pelaksanaan good governance di indonesia (dalam perspektif yuridis
dan implementasi) . vol 10 no 1 juni (2016).
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjHwurC-
qbtAhVbfX0KHRgdDgAQFjACegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fbulelengkab.go.id
%2Fdetail%2Fartikel%2Fpengertian-prinsip-dan-penerapan-good-governance-di-indonesia-
99&usg=AOvVaw1FY7C0iMkxQM1E37oGncfT
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj8rdKDoaftAhUZ
WX0KHRy4ACgQFjABegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia
%2Fpublications%2F40550-ID-penerapan-good-governance-di-indonesia-dalam-upaya-
pencegahan-tindak-pidana-koru.pdf&usg=AOvVaw2dgT-QPWDAUA2OxCFaxnWb
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj7_OukpaftAhXU
73MBHSEtDW84ChAWMAJ6BAgCEAI&url=http%3A%2F%2Feprints.ums.ac.id
%2F62475%2F3%2FBAB%2520I.pdf&usg=AOvVaw2rjAjEAddI5O4pjeFTTRX-
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj7_OukpaftAhXU
73MBHSEtDW84ChAWMAh6BAgKEAI&url=https%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id
%2Findex.php%2Fgovernance%2Farticle%2FviewFile
%2F1523%2F1218&usg=AOvVaw2EQAlvdNBQV5zBbQ-WnilA